Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2014). Ketika gejala timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit yang harus diterapi seumur hidup, pengobatan yang harus dikeluarkan cukup mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Selain prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang, tingkat keganasannya juga tinggi. Bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organ penting seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Hipertensi juga dapat menyebabkan permanen dan kematian mendadak (Dewi, 2013). Hipertensi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler penyebab dari kematian tertinggi di Indonesia. Sejauh ini banyak penderita penyakit hipertensi yang tidak patuh melaksanakan kontrol kesehatan yang diberikan dari pihak pelayanan kesehatan karena kurangnya pengetahuan serta dukungan dari keluarga tentang pentingnya mengontrol tekanan darah untuk proses penyembuhan hipertensi. Menurut World Health Organization (WHO, 2018) proporsi populasi lansia di dunia selama 60 tahun akan meningkat hampir dua kali lipat dari 12% menjadi 22%. Populasi lansia di dunia yang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan mengalami peningkatan dari 900 juta pada tahun 2015 menjadi 2 miliyar pada tahun 2050 (Latif et al, 2018). Populasi lansia saat ini meningkat sangat cepat. Pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%), pada tahun 2018 proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas sebanyak 24.754.500 jiwa (9,34%) dari total populasi, jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta). Diprediksi tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48, 19 juta) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Tingkat prevalensi penyakit hipertensi sangat tinggi, meskipun ketersediaan pelayanan kesehatan yang luas, namun hanya sekitar 25% pasien hipertensi yang mempunyai tekanan darah terkontrol (Bhagani et al, 2018). Prevalensi hipertensi di dunia menurut WHO (2020) sebesar 22% dari total penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia, kasus hipertensi mengalami peningkatan sebesar 8,31% dari sebelumnya 25,8 (Riskesdas, 2013) menjadi 34,11% (Riskesdas, 2018). Adapun jumlah lansia di Indonesia yang mengalami hipertensi berdasarkan kelompok umur yaitu 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65-74 tahun dan 63,8% pada usia 75+ tahun (Kemenkes, 2013). Menurut data profil Kesehatan Dinas Kota Kupang diketahui bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah kasus 1.112 penderita hipertensi pada tahun 2021 (Dinas Kesehatan Kota Kupang 2021). Dari rekapan kunjungan pasien lansia selama tahun 2021 di 11 Puskesmas di Kota Kupang terdapat 356 lansia penderita hipertensi dari usia 60-70 tahun dengan total kunjungan 2.307 diketahui bahwa jumlah kasus tertinggi lansia dengan hipertensi pada 6 bulan terakhir tahun 2021 terdapat di Puskesmas Pasir Panjang yaitu sebanyak 61 penderita hipertensi. Berdasarkan data di Puskesmas Pasir Panjang pada bulan Februari tahun 2022 terdapat sebanyak 106 lansia penderita hipertensi dari usia 60-70 tahun dimana hanya 66 orang yang melakukan kontrol rutin. Penderita hipertensi perlu menjaga agar tekanan darah tetap pada batas normal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengontrol tekanan darah secara rutin ke tempat pelayanan kesehatan. Peneliti melakukan survei melalui wawancara terhadap 5 lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. Tiga diantaranya mengatakan tidak mendapat dukungan dari keluarga seperti keluarga tidak membiayai pengobatan penderita jika obat tersebut sewaktu-waktu habis, keluarga tidak memberi tahu tentang hasil pemeriksaan pengontrolan tekanan darah dan obat hipertensi yang diterima penderita, keluarga tidak berperan aktif dalam setiap pengobatan penderita, sedangkan dua diantaranya mengatakan mendapatkan dukungan dari keluarga. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap 5 lansia penderita hipertensi untuk mengetahui apakah penderita hipertensi memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat kontrol atau tidak. Empat diantaranya mengatakan kurang mengetahui tentang manfaat kontrol tekanan darah, anggota keluarga pun tidak memberikan nasehat tentang manfaat melakukan kontrol dan 1 orang lainnya mengatakan mengetahui manfaat dari kontrol tekanan darah. Keluarga merupakan sistem pendukung yang utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Dukungan yang diberikan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga juga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan hidup (Ningrum dkk, 2017). Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu : dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi masalah dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Pasien yang memiliki dukungan dari keluarga mereka akan menunjukkan perbaikan perawatan dan akan lebih teratur dalam melakukan kontrol, dari pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga (Susanto, dkk, 2013). Keaktifan untuk kontrol secara rutin pasien hipertensi saat ini dinilai masih rendah. Sebagian besar penderita hipertensi cenderung mengabaikan program terapi selama belum ada efek negatif atau komplikasi dari penyakit yang dialaminya. Padahal kontrol pada pasien hipertensi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan. Dengan demikian seorang penderita hipertensi dapat dinyatakan aktif melakukan kontrol jika setidak- tidaknya rutin melakukan pemeriksaan kesehatannya terkait masalah hipertensi yang dialaminya minimal 1 bulan sekali (Siti Rahmah, 2019). Keaktifan seseorang untuk melakukan kontrol sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dimana yang kita tahu pengetahuan merupakan hal yang sangat penting supaya seseorang patuh untuk kontrol sehingga tidak terjadi komplikasi pada penderita hipertensi. Dengan pengetahuan yang cukup maka diharapkan penderita hipertensi akan patuh untuk melakukan kontrol. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita hipertensi (Siti Rahmah, 2019). Jika tidak ada pengetahuan maka pasien hipertensi tidak akan patuh atau aktif dalam mengontrol tekanan darah, sehingga penyakit hipertensi tidak terkendali dan terjadi komplikasi. Apabila pengetahuan baik maka pasien hipertensi akan aktif dalam melaksanakan kontrol, sehingga penyakit hipertensi dapat terkendali. Dengan bertambah umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Agoes, dkk 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian Wulansari dkk (2013), bahwa pasien yang menderita penyakit hipertensi dengan tingkat pengetahuan yang baik memiliki tekanan darah yang lebih terkendali dibandingkan dengan tingkat pengetahuan rendah. Pada prinsipnya untuk mencegah terjadinya angka kejadian hipertensi maka perlu adanya penanggulangan hipertensi yaitu dengan memberi pengetahuan tentang manfaat kunjungan dan dukungan dari keluarga untuk rutin mengontrol tekanan darah dan mendapatkan penanganan untuk dapat menurunkan insiden. Dengan pengetahuan yang cukup maka diharapkan penderita hipertensi akan patuh untuk kontrol. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita hipertensi. Dukungan keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan pasien penderita hipertensi, karena dengan dukungan keluarga, pasien akan merasa bahwa ada yang memperhatikan dan mengawasi. Dengan demikian, pasien akan lebih berhati-hati ketika melakukan sesuatu hal yang dapat memicu terjadinya kekambuhan penyakit hipertensi (Dewi, dkk 2018). Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Kontrol Pada Lansia Dengan Hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang”. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah “Apakah Ada Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Kontrol Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan kontrol pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. 2. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. 3. Mengidentifikasi tingkat keaktifan kontrol pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. 4. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan kontrol pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Dapat menambah pengetahuan tentang ilmu keperawatan terutama di bidang keperawatan keluarga maupun keperawatan gerontik sebagai cabang ilmu keperawatan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi peneliti di bidang keperawatan komunitas dalam meneliti secara langsung di lapangan. 2. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman terhadap masyarakat sehingga masyarakat memahami tentang pentingnya tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap keaktifan kontrol pada lansia penderita hipertensi. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya keaktifan kontrol pada lansia penderita hipertensi. 4. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa- mahasiswi Prodi Ners Universitas Citra Bangsa. 1.5 Keaslian Penelitian
N Nama Judul Metode Perbedaan Hasil
o Penelitian 1 Ni Kadek Hubungan Deskriptif Membahas tentang Hasil analisis data Desi Tingkat korelasi hubungan tingkat dengan uji Chi- Anggreni Pengetahuan dengan pengetahuan dan Square didapatkan Dan Dukungan desain dukungan keluarga nilai p-value = 0,000, Keluarga Cross- dengan keaktifan dinyatakan terdapat Dengan Sectional kontrol pada lansia hubungan antara Keaktifan penderita hipertensi di tingkat pengetahuan Kontrol Pada Banjar Pateh Desa dengan keaktifan Lansia Duda Timur kontrol pada Penderita Kecamatan Selat responden. Hipertensi Di Kabupaten Didapatkan nilai p- Banjar Pateh Karangasem. value = 0,003, Desa Duda Sampel penelitian ini dinyatakan terdapat Timur sebanyak 36 responden hubungan antara Kecamatan lansia. dukungan keluarga Selat Kabupaten dengan keaktifan Karangasem kontrol pada responden. 2 Dyah Ayu Hubungan Cross Membahas tentang Hasil dari uji Lukitasari Tingkat Sectional hubungan tingkat Kendall’s Tau Pengetahuan pengetahuan dengan diperoleh nilai π Dengan kepatuhan kontrol pada hitung sebesar 0,167 Kepatuhan lansia dengan dengan signifikan Kontrol Pada hipertensi di 0,141 lebih besar dari Lansia Dengan Puskesmas 0,05 (sig>0,05, maka Hipertensi Di Manisrenggo Klaten. hal ini berarti Ho di Puskesmas terima dan Ha di Manisrenggo Klaten tolak. 3 Listyana Hubungan Cross- Membahas tentang Hasil analisis Somers Wijayanti Pengetahuan Sectional hubungan pengetahuan D di peroleh p value Keluarga keluarga tentang = 0,000 < α = 0,05. Tentang hipertensi dengan Yang berarti ada Hipertensi dukungan keluarga hubungan antara Dengan dalam proses pengetahuan keluarga Dukungan penyembuhan dengan dukungan Keluarga Dalam hipertensi pada lansia keluarga dalam Proses di Puskesmas Banjarejo proses penyembuhan Penyembuhan Kota Madiun. hipertensi pada lansia Hipertensi Pada Jumlah populasi 56 di Puskesmas Lansia Di pasien hipertensi dan Banjarejo Kota Puskesmas sampel yang di Madiun. Keeratan Banjarejo Kota gunakan sejumlah 36 hubungan dari 0,603 Madiun responden. adalah kuat.