Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95- 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg dan
hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Padila, 2013)

Menurut data WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% mengidap penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2021 (Pratama, 2016). Diperkirakan setiap tahun ada 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. 333 juta dari 972 juta
pengidap hipertensi berada di negara maju dan sisanya berada di negara
berkembang salah satunya Indonesia (Pratama, 2016).

Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemui pada
kejadian umum dan kejadian klinis neurologi. Nyeri kepala biasanya dirasakan
oleh penderitanya secara berulang kali seumur hidupnya.Menurut WHO angka
kejadian nyeri kepala sangat sering terjadi yaitu biasanya pada kelompok dewasa
dengan rentang usia 18-65 tahun, hal ini dikarena pada usia tersebut seseorang
sudah banyak mengalami masa pubertas, dimana masa pubertas sendiri
berpengaruh terhadap perubahan hormon pada diri seseorang. Sekitar 50% angka
kejadian nyeri kepala terjadi di dunia dari populasi orang dewasa yang ada (World
Health Organization, 2013).

1
2

Hipertensi pada lansia di Amerika mempunyai prevalensi yang tinggi pada


usia 65 tahun didapatkan 60-80% atau sekitar lima puluh juta warga lansia
Amerika mempunyai prevalensi tinggi untuk hipertensi (Rusdi & Isnawati, 2009).
Menurut Depkes (2006) pada golongan umur 55-64 tahun, penderita hipertensi
pada pria dan wanita sama banyak. Dari beberapa penelitian tingginya prevalensi
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta,
Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85), didapatkan prevalensi
hipertensi sebesar 52,5% (Sarasaty, 2011).

Profil Kesehatan Kota Malang (2019), menyatakan hipertensi menempati


peringkat ke-2, dari pola 10 besar penyakit (Dinas Kesehatan Kota Malang,
2019). Penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan berjumlah
13,102. Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berusia ≥ 15 tahun di Provinsi
Jawa Timur sekitar 11.952.694 penduduk, dengan proporsi laki-laki 48% dan
perempuan 52%. Dari jumlah tersebut, yang mendapatkan pelayanan kesehatan
penderita hipertensi sebesar 40,1% atau 4.792.862 penduduk.

Menurut Riskesdas (2018), prevelensi hipertensi pada umur > 18 tahun


didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,01%, sedangkan yang minum obat
hipertensi sebesar 8,59%. Sehingga terdapat 0,58% penduduk yang tidak pernah
didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan tetapi minum obat hipertensi.
Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia
>,13% , Jawa Barat sebesar 39,60% Kalimantan Timur sebesar 39,30% dan
Kalimantan Barat sebesar 29,4%. Berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia > 18 tahun pravalensi hipertensi yang terjadi di Bali sebesar 29,97%.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih


besar atau sama dengan 140 mmHg, dan peningkatan tekanan diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, baik faktor yang dapat diubah maupun tidak. Salah satu faktor
3

yang dapat diubah adalah gaya hidup (life style), dimana gaya hidup seseorang
sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya akan suatu penyakit. Dan faktor yang
tidak dapat diubah adalah genetik.

Pada penderita hipertensi akan menimbulkan beberapa gejala yang ringan


maupun berat, biasanya penderita tidak akan menyadari adanya tanda dan gejala
hipertensi sampai terjadi hipertensi berat. Tanda dan gejala yang bisa muncul
diantaranya peningkatan tekanan darah, perubahan pada retina, penyempitan
pembuluh darah dan edema pupil (Wijaya & Putri, 2013). Gejala lain yang dapat
terjadi menurut Lewis et.al (2014) adalah lemas, palpitasi, epitaksis, sesak napas
dan nyeri kepala.

Hipertensi dijuluki sebagai Silent Killer atau sesuatu yang secara diam-
diam dapat menyebabkan kematian mendadak para penderitanya. Kematian
terjadi akibat dari dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang diawali
oleh hipertensi. Oleh sebab itu, penderita berusaha melakukan kepatuhan
mendisiplinkan diri terhadap makanan maupun gaya hidupnya. Penyakit
hipertensi juga merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui
dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
(Septianingsih, Dea Gita 2018). Maka dari itu banyak dari penderita hipertensi
mengalami kematian secara mendadak karena kurangnya kepatuhan menjaga pola
makan maupun memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Hipertensi dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai


faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer dapat
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik,
stres, obesitas, jenis kelamin, usia, dan kebiasaan merokok. Mekanisme terjadinya
hipertensi yaitu melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I converting
enzyme (ACE). (Mang trie kaccau, 2012).

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien


melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter,
keluarga, bahkan orang terdekat pasien (Smet, 1994). Maka diharapkan penderita
4

hipertensi harusnya bisa berobat dan check up secara rutin ke rumah sakit setiap 1
bulan dan mendapatkan dukungan keluarga atau orang terdekatnya. (Depkes RI,
2009). Check up secara rutin dapat menekan komplikasi yang menyebabkan
kematian serta pendidikan penyuluhan sangat penting untuk mencegah hipertensi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Bulan Mei 2014,


sebanyak 140 orang setiap bulannya yang melakukan kontrol di poli rawat jalan
dengan diagnosa hipertensi, baik yang ditangani secara mandiri oleh Puskesmas
maupun di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi (rujukan). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di Puskesmas Dau Kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah
Bertambahnya umur pada lansia akan terjadi perubahan pada
fisiologik maupun psikologik, bertambahnya usia tubuh akan mengalami
penurunan akibat proses penuan, resiko terjadinya tekanan darah tinggi
(hipertensi) akan meningkat seiring bertambahnya usia, maka dari itu
perlu memberikan arahan mengenai hipertensi pada lansia.
1.2.2 Pertanyaan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah Hubungan
Hipertensi Dengan Keluhan Nyeri Kepala Pada Lansia Di Dusun Jetis RT
08 RW 10 Kecamatan Dau Kabupaten Malang

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Hipertensi Dengan


Keluhan Nyeri Kepala Pada Lansia Di Dusun Jetis RT 08 RW 10 Kecamatan Dau
Kabupaten Malang
5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Hipertensi
2. Mengidentifikasi Keluhan Nyeri Kepala
3. Menganalisis hubungan tekanan darah dengan nyeri kepala.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Hubungan


Hipertensi Dengan Keluhan Nyeri Kepala Pada Lansia Di Dusun Jetis RT
08 RW 10 Kecamatan Dau Kabupaten Malang

1.4.2 Peraktis
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang hipertensi pada lansia supaya lebih
mengetahui tentang pola makan yang benar pada lansia penderita
hipertensi dan supaya bisa mengurangi tingkat stres pada lansia penderita
hipertensi.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan untuk
menggetahui tingkat skala nyeri hipertensi pada lansia.
3. Bagi Responden
Manfaat penelitian ini bagi usia produktif adalah sebagai informasi
kepada usia produktif agar lebih memperhatikan kesehatannya dalam
mengendalikan stress sehingga dapat mengontrol hipertensinya dengan
baik.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya tentang tingkat stres dan pola makan pada
penderita hipertensi.
6

5. Bagi Perawat
Sebagai acuan dalam mengetahui cara mengatasi lansia dengan
tingkat nyeri hipertensi.
6. Bagi institusi layanan kesehatan
Sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai