Anda di halaman 1dari 31

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN GAYA HIDUP PADA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PERAK KECAMATAN


PERAK KABUPATEN JOMBANG

Oleh :

KUSNAWATI
BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian

penyakit jantung dan pembuluh darah.Hipertensi sering tidak menunjukan gejala, sehingga

baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung

atau stroke.Hipertensi tidak jarang ditemukan secara tidak sengaja pada waktu

pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain (Kemenkes RI 2013).

Menurut WHO 2013 Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, penyakit degeneratif

ini banyak terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta

mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang.Hipertensi sering diberi gelar

The Sillent Killer karena penyakit ini merupakan pembunuh tersembunyi. Penyakit

tekanan darah atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya.

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus

meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat. Pada tahun 2025 mendatang,

diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena hipertensi. World HealthOrganization

(WHO) tahun 2015, hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang setiap tahun di dunia dan

hampir 1,5 juta orang setiap tahunya di Kawasan Asia Timur Selatan. Sekitar sepertiga

dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita Hipertensi. Prevalensi hipertensi akan

terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2015 sebanyak 29% orang dewasa

terkena hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap

tahun, dimana 1,5 juta kematian di Asia Tenggara yang sepertiga populasinya menderita

hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan (Kemenkes,


2017). Berdasarkan data WHO dalam Noncommunicable Disease Country Profiles

prevalensi didunia pada usia >25 tahun mencapai 38,4%. Prevalensi Indonesia lebih besar

jika dibandingkan dengan Banglandesh, Korea, Nepal, dan Thailand (Krishnan dkk. 2011).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia >18 tahun mencapai 25,8%. Jawa Barat

merupakan provinsi yang menempati posisi 2 ke empat sebesar 29,4% angka ini lebih

besar dibandingkan dengan prevalensi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI

Jakarta (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Menurut Puspitorini, 2019 (dalam Meylen,dkk)

mengungkapkan gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya

penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, dan merokok.Jenis makanan yang

menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar

garam yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011).

Adapun cara penanganan untuk menurunkan hipertensi adalah dengan beraktifitas secara

fisik dan olahraga cukup dan secara teratur. Kegiatan ini secara terbukti dapat membantu

menurunkan hipertensi, oleh karena itu penderita hipertensi dianjurkan untuk berolahraga

cukup dan secara teratur (Wolf, 2008). Menurut Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah 2016

(dalam Wendi Muh. Fadhli) Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia pada tahun 2016 hipertensi paling banyak diderita oleh masyarakat Jawa Timur

dengan total angka kejadian 98 per 1.000 penduduk. Berdasarkan data tersebut dari 25,8%

orang yang mengalami hipertensi 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis.

Data menunjukan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat

hipertensi. Jawa Timur masuk peringkat ke 8 dengan jumlah penderita hipertensi 100,654
kasus (Kemenkes RI 2017). Berdasarkan Jumlah kasus hipertensi pada tahun 2013

sebanyak 54.101 kasus, tahun 2014 sebanyak 66.919 kasus, tahun 2015 sebanyak 72.111

kasus dan tahun 2016 sebanyak 100.654 kasus. Berdasarkan hasil penelitian Ayuro

Cumayunaro 1 , Yonaniko Dephinto 2018) dengan judul gaya hidup (life style) dengan

kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang dari 45 responden, data

menunjukkan dari gambaran pola makan setinggi 66,7 %, gambaran kebiasaan merokok

setinggi 68,9%, gambaran kebiasaan minum kopi setinggi 64,4%. 3 Beradasarkan hasil

penelitian M. Aminuddin1 , Talia Inkasari2 , Dwi Nopriyanto3 2019 dengan judul

gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di wilayah RT 17 kelurahan Baqa

Samarinda Seberang dari 45 responden, data menunjukkan dari mengkonsumsi garam

setinggi 76%, tidak mengkonsumsi alkohol setinggi 91%, sering mengkonsumsi

kopi/kafein setinggi 60%, bukan kebiasaan merokok setinggi 58%, aktivitas fisik setinggi

71%, tingkat stress 71%. Melihat besarnya angka kejadian gayahidup terhadap hipertensi

pada usia dewasa terutama pada laki laki dewasa. jadi peneliti menarik melakukan

penelitian terhadap gambaran gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada usia dewasa.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam masalah penelitian

ini dirumuskan sebagai:Apakah gaya hidup sangat penting terhadap kejadian hipertensi

pada usia dewasa.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian literature review ini adalah :

1. Untuk mencari persamaan hasil penelitian tentang Gambaran Gaya Hidup Terhadap

Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa dengan metode sistematik review sesuai topik

penelitian dari jurnal ilmiah yang terbit pada jurnal Nasional dan jurnal Internasional
terindeks.

2. Untuk mencari kelebihan hasil penelitian tentang Gambaran Gaya Hidup Terhadap

Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa dengan metode sistematik review sesuai topik

penelitian dari jurnal ilmiah yang terbit pada jurnal Nasional dan jurnal Internasional

terindeks.

3. Untuk membandingkan hasil penelitian tentang Gambaran Gaya Hidup Terhadap

Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa dengan metode sistematik review sesuai topik

penelitian dari jurnal ilmiah yang terbit pada jurnal Nasional dan jurnal Internasional

terindeks.

4 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi rumah sakit Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang Gambaran Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa sehingga

pihak rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien

hipertensi.

2. Bagi Perawat Hasil literature review ini diharapkan dapat menjadi informasi atau bahan

asuhan keperawatan dalam mengatasi gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada usia

dewasa.

3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Hasil literature review ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan
dan ilmu pengetahuan serta pengalaman untuk menjadi lebih baik dalam menjalankan

tugas sebagai calon perawat.

5. Bagi Peneliti lain Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian

berikutnya yang sejenis atau berkaitan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIPERTENSI

2.1.1 Definisi Menurut Setianingsih 2013 (dalam Amunuddin, Talia Inkasari, Dwi

Nopriyanto) 2019:49 menyatakan bahwa Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi

merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal. Peningkatan tekanan darah tinggi dilakukan dengan pemeriksaan tensi darah yang

di dapatkan hasil dari dua nilai yaitu nilai sistolik dan nilai diastolik. Terjadinya hipertensi

disebabkan dari faktor genetik (riwayat keluarga), jenis kelamin, usia, diet, berat badan

dan gaya hidup, sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit atau komplikasi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai the silent killer (pembunuh

diam-diam) karena penderita tidak tahu bahwa dirinya menderita hipertensi. Hipertensi

juga dikenal sebagai heterogeneouse group disease karena dapat menyerang siapa saja dari

berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Hipertensi juga merupakan faktor resiko

ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini karena dapat memicu terjadinya gagal

ginjal kongestif serta penyakit cerebrovaskuler (Widyanto, 2013). Hipertensi merupakan


faktor risiko utama bagi mayoritas pasien dengan morbiditas kardiovaskular,

serebrovaskular dan renal kematian. Faktor lingkungan serta faktor genetik diperhitungkan

pengaturan tekanan darah dan kendalinya. Pemahaman mungkin tidak hanya membantu

dalam mengenali mereka yang berisiko tetapi juga membantu dalam pengobatan (Sarkar,

2015). Hipertensi tekanan darah tinggi juga merupakan suatu peningkatan tekanan darah

didalam arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan tensi artinya tekanan atau tegangan.

Untuk itu, hipertensi merupkan tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi

dibandingkan dengan normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya

(kamus besar bahasa Indonesia). 6 Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

ditunjukkan oleh angka sistolik dan diastol, pada pemeriksaan tensi darah menggunakan

alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygmomanometer)

ataupun alat digital lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi

badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80

mmHg (Pudiastuti,2011).

2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi

2 kelompok, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan kondisi

tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebab pastinya, sebaliknya hipertensi

sekunder terjadi karena ada penyakit lain yang mendasari. (KEMENKES RI, 2018). Pada

pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik dan diastolik.Tekanan

darah dikatakan normal apabila sistoliknya ≤ 120 mmHg dan diastolik ≤ 80 mmHg, atau

biasa ditulis dengan 120/80 mmHg. Hipertensi memiliki klasifikasi sebagai berikut:
1. Prahipertensi, dimana tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan diastolik mencapai

80 – 89 mmHg. Jika Anda memiliki kondisi prahipertensi, Anda termasuk ke dalam

kelompok berisiko tinggi terkena hipertensi. Karenanya, Anda disarankan untuk merubah

gaya hidup untuk mengurangi risiko hipertensi di masa depan.

2. Hipertensi tingkat 1, yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan diastolik 90 –

99 mmHg. Jika tekanan darah Anda berada pada rentangini,kemungkinan Anda sudah

memerlukan pengobatan karena risiko terjadinya kerusakan pada organ menjadi lebih

tinggi.

3. Hipertensi tingkat 2, yang ditandai dengan tekanan sistolik > 160 mmHg dan diastolik >

100 mmHg. Penderita biasanya sudah mulai mengalami kerusakan organ tubuh dan

kelainan kardiovaskular.

4. Hipertensi krisis, yakni tekanan darah yang telah melebihi 180/120 mmHg. Kalau

tekanan darah Anda mencapai angka ini, segera hubungi dokter. Apalagi jika disertai

tanda-tanda kerusakan organ seperti 7 nyeri dada, sesak napas, sakit punggung, mati rasa,

perubahan pada penglihatan, atau kesulitan berbicara. 2.1.3 Tanda dan Gejala Pada

sebagian besar penderita, hiperetensi tidak menimbulkan gejala yang khusus.Meskipun

secara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi bersamaan dan di percaya berhubungan

dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan hipertensi.Gejala yang di maksud adalah

sakit kepala, pendarahan dari hidung (mimisan) migren atau sakit tengkuk dan kelelahan.

Gejala gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun tidak

diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah,
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung,

dan ginjal. Kadang-kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pem bengkakan otak.Keadaan ini disebut ensefalopatihi

pertensif yang memerlukan penanganan segera. Apabila tidak di tangani keadaannya akan

semakin parah dan dapat memicu kematian. Satu hal penting yang harus kita sadari adalah

kenyataan bahwa hipertensi tidak memiliki gejala khusus yang langsung mengacu pada

penyakit tersebut. Oleh karenanya, deteksi dini terhadap hipertensi sangatlah penting. Kita

dapat mencegah dan mengantisipasinya dengan cara rutin memeriksakan tekanan darah

kita. Selain itu, tidak kalah penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dengan

menjalani pola hidup sehat sesuai dengan keperluan kita. Cara yang tepat untuk

meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan

darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung

beberapa tahun dapat menyebabkan:

1. Sakit kepala

2. Nafas pendek

3. Pandangan mata kabur

4. Gangguan tidur 8 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap awal

hipertensi tidak memberikan gejala yang pasti namun yang sering dirasakan untuk

mengindikasikan adanya hipertensi antara lain:

1. kepala pusing

2. jantung berdebar

3. telinga sering berdengung


4. gangguan tidur

2.1.4 Cara mengukur tekanan darah Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang

disebut sphygmomanometer atau biasa dikenal dengan tensimeter.Sphygmomanometer

terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet.Alat ini

mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut millimeter air raksa (mmHg). Tekanan

darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Oleh karena itu, sangat penting untuk

menstandarisasikan lingkungannya ketika mengukur tekanan darah. Paling sedikit satu jam

sebelum tekanan darah diukur hindari makana, latihan berat (yang dapat menurunkan

tekanan darah), merokok, dan minum kopi. Stress- stress yang lain juga dapat mengubah

tekanan darah dan perlu dipertimbangkan ketika tekanan darah diukur. Sebagian besar

perusahan-perusahan asuransi telah mem pertimbangkan asuransi hipertensi dengan

standart 140/90 mmHg dan lebih tinggi untuk populasi umum.Namun, tingkat-tingkat yang

ada di dalam poin-poin asuransi hipertensi tersebut bukan patokan yang sesuai hipertensi

tersebut bukan patokan yang sesuai untuk semua individu.Banyak ahli hipertensi yang

memandang tingkat-tingkat tekanan darah yang lebih tinggi. Batasan seperti ini

menyiratkan tidak ada patokan yang jelas atau pasti untuk memisahkan tekanan darah

normal dari hipertensi. Individu-individu dengan sebutan pra-hipertensi (didefinisikan

sebagai suatu tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg) mungkin

mendapatkan manfaat dari penurunan tekanan darah dengan memodifikasi gaya hidup.

Obat-obatan diperlukan terutama jika ada faktor-faktor resiko lainnya terhadap kerusakan

akhir organ seperti diabetes atau penyakit ginjal.

9 Setiap Negara memiliki Negara yang berbeda-beda mengenai kriteria seseorang untuk
dapat disebut hipertensi. Namun demikian, ada acuan umum yang berlaku dimana-mana

yang dapat kita jadikan pedoman saat memeriksakan diri untuk mengetahui tekanan darah

kita, apakah kita termasuk dalam kondisi normal, prehipertensi, atau bahkan sudah

termasuk hipertensi akut. Berikut ini adalah klasifikasinya : Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Normal >120 160

>100

2.1.5 Jenis Hipertensi Hipertensi ada dua jenis, yaitu hipertensi utama (primary

hypertension) dan hipertensi sekunder (secondary hypertension).Hipertensi utama adalah

suatu kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi.Penyebab dari

hipertensi utama adalah berbagai faktor yang memiliki efek-efek kombinasinya sehingga

menyebabkan hipertensi.Pada hipertensi sekunder, yang meliputi 5% dari hipertensi

disebabkan oleh suatu kelainan spqesifik pada salah satu organ atau sistem tubuh.

Hipertensi utama mempengaruhi hampir 75 juta penduduk Amerika tetapi penyebab-

penyebab dasarnya atau keruskan-kerusakan yang mendasarinya tidak selalu

diketahui.Meskipun demikian, hubungan-hubungan tertentu telah di kenang atau di ketahui

pada orang-orang hipertensi utama. Faktor- faktor genetik di perkirakan menjadi faktor

penyebab yang menonjol dalam pengembangan dalam hipertensi utama.Gen-gen penyebab

hipertensi masih belum dapat di idenfikasikan secara pasti.Penelitian pada bidang

hipertensi hingga saat ini masih di fokuskan pada faktor-faktro genetik yang

mempengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosterone.Sistem ini dapat 10 membantu


mengatur tekanan darah dengan mengontrol keseimbangan garam dan kelenturan dari

pembuluh darah. Apa yang membuat pembuluh darah peripheral menjadi kaku belum di

ketahui secara pasti namun, peningkatan kekakuan dari peripheral arteriolar ini hadir pada

individu-individu yang hipertensi utamanya dihubungkan dengan faktor-faktor genetik,

kegemukan, kurang olahraga, penggunaan garam yang berlebihan, dan umur yang menua.

Peradangan juga dapat menjadi penyebab hipertensi karena munculnya hipertensi dapat

terjadi dari adanya peningkatan reactive protein yang dibentuk oleh peradangan pada

beberapa individu-individu. Seperti disebutkan sesbelumnya, 5% dari orang-orang dengan

hipertensi mempunyai apa yang disebut hipertensi sekunder. Hipertensi pada

individuindividu ini disebabkan oleh suatu kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau

pembuluh darah, seperti ginjal, kelenjar adrenal, atau pembuluh darah aorta.Penyakit-

penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Tipe dari hipertensi sekunder ini

disebut hipertensi ginjal atau hipertensi renal karena adanya suatu persoalan di dalam

ginjal.Satu penyebab penting dari hipertensi ginjal adalah penyempitan (stencis) pembuluh

darah yang mensuplai darah ke ginjal-ginjal (pembuluh darah ginjal atau renal artery).

Pada individu-individu lebih muda, terutama perempuan, penyempitan pembiuluh darah

disebabkan oleh suatu penebalan otot dinding pembuluh darah yang menju ke ginjal (fibro

muscular hyperplasia).Pada individu-individu yang lebih tua, penyempitan pembuluh

darah umumnya disebabkan oleh plak-plak yang mengandung lemak (artherosclerotic)

yang mengeras dan menghalangi pembuluh darah ginjal.

2.1.6 Patofisiologi Hipertensi Hampir semua penyakit kronis tidak datang tiba-tiba, tetapi

memiliki riwayat perjalanan yang lama.Begitu pula dengan hipertensi. Ketika seseorang
terdiagnosis hipertensi untuk pertama kalinya, bisa jadi ia sudah mulai memiliki hipertensi

beberapa tahun sebelumnya. Patofisiologi hipertensi secara alami diawali dari kenaikan

tekanan darah sesekali saja. Tanpa melakukan pemeriksaan tekanan darah, Kamu tidak

akan tahu kalau terjadi kenaikan tekanan darah. Naiknya tekanan darah 11 yang kadang-

kadang ini, lama-kelamaan akan semakin sering dan kemudian menetap, atau tidak bisa

turun kembali. Awalnya, penderita hipertensi tidak merasakan gejala.Jika pun ada gejala,

biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah.Setelah penyakit berkembang menjadi hipertensi

persisten (menetap), maka patofisiologi hipertensi menjadi lebih rumit, di mana sudah

melibatkan kerusakan organorgan lain di seluruh tubuh. Diawali dari kerusakan pembuluh-

pembuluh darah kecil karena hipertensi, diikuti pembuluh darah yang lebih besar seperti

arteri dan aorta.Keduanya adalah pembuluh utama di tubuh yang berukuran besar, salah

satunya yang membawa darah menuju dan meninggalkan jantung. Kerusakan pembuluh

darah kecil juga terjadi di seluruh organ tubuh sehingga perlahan-lahan jantung, ginjal,

retina, dan sistem saraf pusat akan mengalami kerusakan.

2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor risiko

hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah Faktor risiko

yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah, antara lain umur, jenis

kelamin, dan genetic

. a. Umur Umur mempengaruhi terjadinya hipertensiKepekaan terhadap hipertensi akan

meningkat seiring dengan ber tambahnya umur seseorang.Individu yang berumur diatas 60

tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.

Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
b. Jenis kelamin Setiap jenis kelamin memiliki struktur dan organ hormon yang

berbeda.Demikian juga pada perempuan dan laki-laki.Berkaitan dengan hipertensi, laki-

laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.Laki-laki juga

mempunyai risiko yang lebih besar terhadap mordibitas dan mortalitas 12

kardiovaskuler.Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi

ketika mereka sudah berumur di atas 50 tahun.Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga

kesehatan sejak dini.Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.

c. Keturunan Adanya faktor keturunan pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang

tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Ada baiknya muali sekarang kita

memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan antisipasi dan

pencegahan.

2. Faktor risiko yang dapat diubah Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari

penderita hipertensi antara lain kegemukan/obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik,

konsumsi garam berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, dan stres.

a. Kegemukan/obesitas Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya

hipertensi.Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan

dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi.

b. Merokok Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor

risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi.Merokok merupakan faktor risiko yang potensial
untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan

penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesai. 13

c. Kurang aktivitas fisik Zaman modern seperti sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat

dilakukan dengan cara yang cepat dan praktis. Manusia pun cenderung mencari segala

sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara otomatis tubuh tidak banyak

bergerak.Selain itu, dengan adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa tidak

punya waktu lagi untuk berolahraga.Akibatnya, kita menjadi kurang gerak dan kurang

olahraga.Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah

yang terus menguat sehingga memunculkan hipertensi.

d. Konsumsi garam berlebihan Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari

kita.Jika sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya kita mengindari garam.

Pergunakan garam sedikit atau lebih baik hindari sama sekali.

e. Konsumsi alkohol berlebih Penggunaan alkohol secara berlebih juga akan memicu

tekanan darah seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan darah kita, alkohol juga

membuat kita kecanduan yang akan sangat menyulitkan untuk lepas. Mengehentikan

kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi kita tetapi

juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.

f. Stres Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan

dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.Terdapat beberapa

jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang, diantaranya

hipertensi dan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan
diastolic lebih dari 80 mmHg.

g. Kopi Kafein dalam kopi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam jangka

pendek, bahkan meski kamu tidak memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).Diketahui

bahwa kafein dalam kopi dapat memblokir hormon yang membantu menjaga arteri

melebar.

14 Kafein juga dapat menyebabkan kelenjar adrenalin melepaskan lebih banyak

adrenalin.Itulah yang menyebabkan terjadinya tekanan darah meningkat.Beberapa orang

yang secara teratur minum minuman berkafein memiliki tekanan darah rata-rata yang lebih

tinggi daripada mereka yang tidak minum. Efek fisiologis dari minum kopi dapat

melampaui dosis yang membuat orang terjaga. Di sisi lain, kopi dapat meningkatkan

tekanan darah untuk waktu yang singkat setelah dikonsumsi. Meskipun kopi dapat

meningkatkan tekanan darah sementara waktu setelah kamu meminumnya, efek ini

tampaknya tidak akan terjadi dalam jangka panjang. Untuk orang dengan tekanan darah

tinggi, penelitian ini sangat menunjukkan bahwa konsumsi kopi harian tidak mungkin

memiliki dampak yang signifikan pada tekanan darah. (dr. Verury Verona Handayani).

Banyak penelitian epidemiolog telah membuktikan berbagai faktor risiko

hipertensi.Penelitian South (2014) menemukan faktor risiko hipertensi yaitu konsumsi

makanan, aktivitas fisik, dan stres.Penelitian Prasetyo (2015) menunjukkan bahwa pola

makan, dan status ekonomi merupakan faktor penyebab kejadian hipertensi.Penelitian

Agustina (2015) menemukan faktor genetik, obesitas, kebiasaan merokok, penggunaan

minyak jelantah, dan stres berhubungan dengan kejadian hipertensi.Penelitian Sriani

(2016) menemukan kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi.Peneltian Susilawati (2018) menunjukkan faktor risiko hipertensi yaitu

konsumsi kopi dan kualitas tidur.

2.1.8. Komplikasi Hipertensi Tekanan darah tinggi perlu dikendalikan karena bersama

berlalunya waktu, kekuatan berlebihan pada dinding arteri dapat sangat membahayakan

banyak organ-organ vital pada tubuh. Umumnya, semakin tinggi tekanan darah atau

semakin tak terkontrol, semakin parah kerusakan yang terjadi (Sheps, S.G, 2005). Menurut

Susalit (2001) yang dikutip Masriadi (2016) tekanan darah tinggi dalam jangka panjang

waktu lama akan merusak endhotel arteri dan mempercepat arterioklorosis. Bila penderita

memiliki faktor risiko kardiovaskuler 15 lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan

morbiditas akibat gangguan kardiovaskulernya tersebut. Menurut studi Farmingham,

pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko bermakna untuk penyakit jantung

koroner, stroke, penyakit arteri perifer dan gagal jantung. Sedangkan Suhardjono (2006)

dalam Masriadi (2016) menyatakan hipertensi yang tidak dapat diobati akan

mempengaruhi semua sistim organ dan akhirnya akan memperpendek harapan hidup

sebesar 10-20 tahun. Komplikasi hipertensi diantaranya adalah stroke penyakit jantung,

Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke), Gagal ginjal, Kelainan mata,

Diabetes mellitus.

1. Penyakit Jantung Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung

harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi pada

pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi pada jantung yaitu:

a. kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung

yang disebut dengan penyakit jantung koroner.


b. payah jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu berat

suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah harus dipompakan oleh jantung

terkumpul di paruparu dan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut

dengan kelemahan jantung sisi kiri.

2. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke) Tersumbatnya pembuluh darah

otak atau pecahnya pembuluh darah otak dapat menyebabkan terjadinya setengah lumpuh.

3. Gagal ginjal Kegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah tergangguanya

pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari berjuta-juta pembuluh darah halus. Bila terjadi

kegagalan ginjal 16 tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh

misalnya ureum.

4. Kelainan mata Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa

penyempitan pembuluh darah mata atau berkumpulnya cairan di sekitar saraf mata. Hal ini

dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.

5. Diabetes mellitus Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing

manis merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena kekurangan

insulin.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komplikasi penyakit yang

ditimbulkan dari tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi antara

lain adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kelainan pada mata yang dapat

mengalibatkan kebutaan dan penyakit gula atau yang lebih dikenal dengan diabetes

melitus.
2.1.9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada hipertensi terjadi dari penatalaksanaan

farmakologi dan penatalaksanaan nonfarmakologi. Dalam penatalaksanaannya tersebut

terdapat sejumlah hal yang harus diperhatikan. Tabel 2.1.10. Jenis Penatalaksanaan Jenis

Penatalaksanaan Tindakan Farmakologi Golongan dieuretik, golongan beta bloker,

golongan antagonis kalsium, dan golongan ACE inhibitor. Nonfarmakologi - Pola makan

harus dibatasi atau dikurangi, terutama makanan yang mengandung garam. -

Aktivitas/olahraga.

17 2.2 GAYA HIDUP

2.2.1 Pengertian Dalam Alwisol (2006:90) Adler menjelaskan “gaya hidup adalah cara

yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan

orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada”. Semua orang berpotensi untuk

mengembangkan dirinya sesuai dengan gaya hidupnya, artinya setiap orang memiliki

tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak

mewarnai usaha superiornya dengan minat sosial, setiap orang melakukannya dengan gaya

hidup yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan gaya hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari yang diekspresikan

dalam aktivitas, minat dan opininya untuk mempertahankan hidup sedangkan gaya hidup

sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-

hari untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit

serta melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya hidup dapat memicu terjadinya

hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup yang mengambarkan pola perilaku sehari-hari yang

mengarah pada upaya memilihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan
tidur, mengomsumsi makanan yang tidak sehat, merokok, atau minum-minuman

beralkohol.

2.2.2 Pola Hidup Sehat Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi, kita harus

melakukan pola hidup sehat. Ini sangat penting karena pola hidup sehat akan membuat kita

sehat secara keseluruhan, termasuk terhindar dari penyakit hipertensi. Berikut ini pola

hidup sehat yang harus dijalani oleh penderita hipertensi :

a. Melakukan olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika kita

dinyatakan positif menderirita penyakit darah tinggi, pilihlah olahraga ringan seperti

berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit

sehari sebanyak 3 kali seminggu.

b. Jalankan terapi antistres agar mengurangi stress dan kita mampu mengendalikan emosi

secara stabil. Di masa modern seperti sekarang, 18 kita tidak mungkin terhindar dari stress.

Oleh karenanya, yang terbaik adalah mengendalikan dan menghadapi stress secara bijak.

c. Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi hipertensi. Rokok

mengandung banyak nikotin. Selain buruk bagi tekanan darah, nikotin juga sangat buruk

bagi kesehatan secara umum. Oleh karena itu, berhenti merokok sebenarnya adalah jalan

cepat dan praktis untuk menghindarkan diri dari berbagai penyakit.

d. Mendekatkan diri pada Tuhan sehingga setiap asa persoalan besar tidak langsung emosi

tinggi dan stress yang memicu naiknya tekanan darah.

e. Mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk mengendalikan kadar

kolesterol, diabetes, berat badan, dan pemicupemicu lainnya.

2.2.3 POLA MAKAN SEHAT


Inti dari pola makan sehat adalah makan makanan yang mengandung kalori dan kebutuhan

nutrisi sesuai dengan keperluan kita. Oleh karena itu, pola makan sehat masing-masing

orang tidak sama. Untuk mengetahui pola makan sehat dan bearapa kadar kalori maupun

nutrisi yang kita perlukan secara pasti, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli

gizi yang dapat dipercaya. Dengan demikian, kita tidak mengira-ngira sendiri dan dapat

mengetahui secara pasti keperluan energi kita. Ada beberapa patokan pola makan sehat

yang dapat dijadikan panduan bagi para penderita hipertensi. Berikut uraiannya :

a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari kita. Jika sudah menderita tekanan

darah tinggi sebaiknya kita mengindari garam. Pergunakan garam sedikit atau lebih baik

hindari sama sekali.

b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, dan kalsium mampu

mengurangi hipertensi.

c. Kurangi minum minuman beralkohol. Jika kita menderita tekanan darah tinggi,

sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara berlebihan. Untuk laki-laki yang menderita

hipertensi, jumlah alkohol yang 19 diizinkan maksimal 30 ml alkohol per hari dan untuk

perempuan 15 ml per hari

d. Makan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat,

wortel, melon, dan jeruk.

e. Kendalikan kadar kolesterol kita. Kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh.

Tingginya kolesterol dalam tubuh kita akan menyebabkan terjadinya plak-plak yang

menyumbat aliran darah, sehingga tekanan darah makin tinggi. f. Kendalikan diabetes bila
ternyata kita juga menderita diabetes. Konsumsilah makanan yang sehat. Jangan

menggunakan obat-obat pengendali diabetes yang memicu komplikasi penyakit lainnya.

g. Hindari konsumsi obat yang bisa meningkatkan tekanan darah.

h. Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam setiap hari.

i. Kurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan perbanyak aktivitas fisik

untuk mengurangi berat badan.

j. Puasa secara rutin untuk mengendalikan tekanan darah. Mengkonsumsi makanan

bergaram yang berlebihan, hingga gaya hidup tidak sehat menyebabkan tekanan darah

meningkat atau hipertensi bagi usia dewasa, kebiasaan mengkonsumsi makanan bergaram

seperti ikan asin, dan kecap dapat memicu meningkatnya tekanan darah (Fadhli, Hubungan

antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di Desa Lamakan

Kecamatan Karamar Kabupaten Buol, 2018).

2.2.4 Aktivitas Fisik Aktivitas fisik atau olahraga adalah salah satu cara untuk dapat

menjaga tubuh tetap sehat, meningkatkan aktivitas fisik guna menghindari faktor resiko

tulang kropos, dan mengurangi stres. Penelitian membuktikan bahwa orang yang

berolahraga memiliki faktor resiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan

darah tinggi dan kolesterol tinggi.Orang yang beraktivitasnya rendah beresiko tekena

hipertensi 30-50% dari pada yang aktif (Costas 2008, dalam Widyaningrum, 2012).

20 2.2.5 Kebiasaan merokok Merokok telah jauh berakibat negatif terhadap kesehatan dan

ekonomi masyarakat dan individu.Sudah sangat dipahami bahwa rokok adalah penyebab

utama kematian, membunuh setengah masa hidup perokok (World Health Organization,

2011). Asap rokok yang ada di dalam sebatang rokok berdampak buruk yaitu mengandung
4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya pada tubuh dimana 43 diantaranya

bersifat karsinogenik. Komponen utamanya adalah nikotin suatu zat berbahaya penyebab

kecanduan, tar dengan sifat karsinogenik dan karbon monoksida yang dapat menurunkan

kandungan oksigen dalam darah (Kementerian Kesehatan, 2013). Merokok merupakan

faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung serta peningkatan tekanan darah.

Seseorang menghisap rokok denyut jantungnya akan meningkat sampai 30%. Rokok

mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan dan merangsang pelepasan

adrenalinsehingga kerja jantung lebih cepat dan kuat, akhirnya terjadi peningkatan tekanan

darah (Departemen Kesehatan, 2009). Saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di

seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.Tujuh dari setiap 10

penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.Di Indonesia masalah

hipertensi cenderung meningkat.menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi

dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi

hipertensi di daerah urban adalah 31,7% (WHO, 2009). Prevelensi hipertensi di Provinsi

Jawa Barat tahun 2013 melalui pengukuran pada umur >18 tahun sebesar 29,4%

menududuki peringkat keempat di Indonesia (Riskesdas, 2013). Kebiasaan merokok

merupakan salah satu faktor penyebab penyakit hipertensi.Zat nikotin yang terdapat dalam

rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin yang dapat mengakibatkan terjadinya

penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok adalah Karbon Dioksida (Co) yang

mengakibatkan jantung akan bekerja lebih berat untuk memberi cukup oksigen ke sel-sel

tubuh. Rokok berperan membentuk arterosklerosis dengan cara meningkatkan

pengumpulan sel-sel darah (South, Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, 2014).

21 2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup Faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi tidak terkendali dibagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang tidak

dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan, seperti gaya hidup, sosial

ekonomi, penyakit penyerta, dan kepatuhan.

a. Faktor–Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan 1) Umur Hipertensi pada orang dewasa

berkembang mulai umur 18 tahun ke atas. Hipertensi meningkat seiring dengan

pertambahan umur, semakin tua usia seseorang maka pengaturan metabolisme zat kapur

(kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama

aliran darah. Akibatnya darah menjadi lebih padat dan tekanan darah pun meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah

(arteriosklerosis). Aliran darah pun menjadi terganggu dan memacu peningkatan tekanan

darah. 2) Jenis Kelamin Pada umumnya pria lebih banyak menderita hipertensi

dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan tekanan

darah sistolik. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan.

Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah

dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi setelah memasuki menopause, prevalensi

hipertensi pada perempuan meningkat. Wanita memiliki resiko lebih tinggi untuk

menderita hipertensi. Produksi hormon estrogen menurun saat menopause, wanita

kehilangan efek menguntungkannya sehingga tekanan darah meningkat. 22 3) Keturunan

(Genetik) Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat riwayat hipertensi dalam

keluarga. Faktor genetik ini juga dipengaruhi faktorfaktor lingkungan lain, yang kemudian
menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan

metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua

orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila

salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-

anaknya.

b. Faktor-Faktor yang Dapat Dikendalikan 1) Obesitas Obesitas adalah keadaan dimana

terjadi penimbunan lemak berlebih di dalam jaringan tubuh. Jaringan lemak tidak aktif

akan menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Pada kebanyakan kajian, kelebihan

berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko hipertensi. 2) Konsumsi Garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Pengaruh

asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah

jantung, dan tekanan darah. Yang dimaksud garam adalah garam natrium seperti yang

terdapat dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium

benzoat, dan vetsin (mono sodium glutamat). Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang

dikeluarkan tubuh melalui urin harus sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga

terdapat keseimbangan. WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6

gram sehari (2400 mg natrium). Asupan natrium yang berlebih terutama dalam bentuk

natrium klorida dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga

menyebabkan hipertensi. 23 3) Stres Stres merupakan Suatu keadaan non spesifik yang

dialami penderita akibat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan

kemampuan untuk mengatsi dengan efektif. Stres diduga melalui aktivitas syaraf simpatis

(syaraf yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan aktivitas syaraf simpatis


mengakibatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan kepribadian

yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang menghadapi keadaan yang

menimbulkan stres. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian

tekanan darah yang menetap. 4) Makanan berlemak Terdapat hubungan bermakna antara

tingginya asupan lemak jenuh dengan tekanan darah, dan pada beberapa populasi dengan

tekanan darah dibawah rata-rata mengomsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah.

5) Merokok Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh,

diantaranya yaitu , nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk

kedalam aliran darah dapatr merusak lapisan 24 endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. 6) Kebiasaan Olahraga Olahraga

dihubungkan dengan pengelolaan tekanan darah. Olahraga yang teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Kurang olahraga akan

meningkatkan kemungkinan obesitas dan asupan garam dalam tubuh. Kurang olahraga

memiliki risiko 30-50% lebih besar mengalami hipertensi.

24 2.2.7. Hubungan Gaya Hidup Hipertensi Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap

kondisi fisik maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku

hidup sehat seperti minimnya olah raga, merokok, dan mengonsumsi minuman kafein

merupakan salah satu dari penyebab hipertensi. 1. Merokok Merokok dapat menimbulkan

beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan pembuluh darah

dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik

terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,

pemakaian bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada

pembuluh darah perifer. Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia

dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah. Karbon monoksida dalam

asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan

tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen

yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.

2. Aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat kontraksi

otot skeletal yang meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik ini dapat berupa

aktivitas di tempat kerja, aktivitas di perjalanan, aktivitas di rumah, dan aktivitas di waktu

luang. Aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak

aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih tinggi.

Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras lagi pada kontraksi. Aktifitas

fisik membantu seseorang mengontrol berat badan. aktifitas fisik yang dilakukan rutin

selama 30-45 menit setiap hari 25 akan membantu mengontrol tekanan darah. Contoh

aktifitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah tinggi

adalah jalan pagi, jalan kaki, senam, bersepeda dan berenang. Kegiatan aktivitas ini

disarankan agar dilakukan ≥30 menit per hari dan lebih dari ≥3 hari per minggu.

3. Konsumsi ikan asin Hubungan antara kejadian hipertensi dengan konsumsi ikan asin

adalah natrium yang terkandung dalam garam dan sumber lainnya seperti ikan asin

sebenarnya sangat dibutuhkan oleh fungsi otot, syaraf serta untuk menggelola tekanan
darah natrium memilik peran yang penting dalam mengatur asam basah darah, mengatur

keseimbangan cairan dalam tubuh. Konsumsi natrium yang berlebih dapat menyebabkan

komposisi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat , volume cairan yang

meningkat menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga dapat terjadi hipertensi.

4. Konsumsi bayam Bayam mengandung kadar nitrat yang tinggi sehingga dapat

mempengaruhi bentuk gelombang arteri yang menunjukkan kekakuan arteri, serta tekanan

darah pusat dan perifer . Bayam juga mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan

darah karena kalium berfungsi mengatur cairan didalam sel sehingga dapat mencegah

penumpukan cairan dan natrium dalam sel. Penumpukan cairan dan natrium dalam sel

dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

5. Konsumsi gorengan Gorengan merupakan salah satu makanan yang menganduk kadar

lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan resiko hipertensi sehingga solusinya yaitu

dengan melakukan diet rendah kolestrol dan lemak jenuh. 26 Variabel indenpenden Gaya

Hidup Variabel dependen Kejadian Hipertensi

6. Konsumsi pisang Konsumsi pisang merupakan salah satu solusi terhadap penerunan

tekanan darah konsumsi pisang secara signifikan dapat menurunkan tekana darah distolik

dan diastolik karena pada pisang mengandung kalium.

2.2.8. Pencegahan Hipertensi Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap

jika tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit

hipertensi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi :

1) Memeriksakan tekanan darah secara teratur

2) Menjaga berat badan dalam rentang normal


3) Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan

4) berserat , rendah lemak dan mengurangi garam

5) Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol

6) Tidur secara teratur

7) Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi

2.2.9. Kerangka Konsep Variabel Penelitian :

1.Variable independen disebut variabel bebas, adapun variabel independen dari penelitian

ini adalah gaya hidup.

2. Variabel dependen disebut variabel terikat, adapun variabel dependen dari penelitian ini

adalah kejadian hipertensi.

27 2.2.10. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Independent Gaya Hidup Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam

berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu

dimana dia berada. Observasi

1. Teratur
2. Tidak teratur Ordinal
3. dependent Kejadian Hipertensi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.
Data sekunder
1. Hipertensi tingkat 1 (TDS 140- 159 mmHg; TTD 90-99 mmHg)

2. Hipertensi tingkat 2 (TDS >160 mmHg; TTD >100 mmHg) Ordinal 28


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian

kualitatif berdasarkan sistematik literature review. Penelitian ini menggambarkan dan

menjelaskan variabel berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah ada.

3.1.2. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian menggunakan studi sistematik

literature review. Menurut Manzilati, 2017 mengatakan bahwa penelitian studi literature

adalah sebuah proses atau aktivitas mengumpulkan data dari berbagai literature seperti

buku dan jurnal untuk membandingkan hasilhasil penelitian yang satu dengan yang

lain.Tujuan penelitian studi literature ini adalah untuk mendapatkan landasan teori yang

bisa mendukung pemecahan masalah yang sedang di teliti dan mengungkapkan teori-teori

yang relevan dengan diteliti.

3.2. Jenis dan Cara Pengumpulan data

3.2.1. Jenis Data Jenis data yang digunakaan dalam penelitian literature riview ini adalah

data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari jurnal, textbook, artikel ilmiah, literature

review yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Jurnal yang diambi didapat dari

berbagai sumber seperti google scholar, pubmed, garuda, dan DOAJ (Directory of Open

Acces Journals) dengan memasukkan kata kunci gaya hidup, hipertensi, usia dewasa,

apendisitis.
3.2.2. Cara Pengumpulan Data

a. Literatur review diidentifikasi melalui situs web jurnal yang sudah terakreditasi seperti

google scholar, Pubmed, Garuda, dan DOAJ (Directory of Open Acces Journals)

b. Literature di screening melalui judul 10 tahun terakhir dengan judul penelitian adalah

gambaran gaya pada penderita hipertensi.

c. Jurnal dilakukan Full Text yang dikaji lagi kelayakan jurnal yang sesuai dengan judul

penelitian atau yang mendekati dengan judul penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan

dengan variabel judul penelitian sebanyak 10 jurnal (8 jurnal nasional dan 2 jurnal

internasional).

d. Peneliti melakukan telaah terhadap jurnal yang telah diambil.

e. Setelah ditelaah, kemudian peneliti melakukan analisa data dengan cara mencari

persamaan, kelebihan, dan kekurangan jurnal tersebut

3.3. Analisa Data Penelitian yang berkaitan dengan Gambaran Gaya Hidup Ter diambil

dari yang paling relevan,dan cukup relevan atau bisa dilakukan dengan melihat tahun

penelitian dari yang paling terbaru. Kemudian membaca abstrak terlebih dahulu apakah

permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian.

Kemudian mencatat bagian-bagian penting dan berkaitan d

Anda mungkin juga menyukai