DOSEN PENGAMPUH :
Andi Budiyanto Adi Putra, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
DISUSUN OLEH :
Aisyah Bahar 70300122036
Ananda Banafsya Syafa 70300122062
Alya Amalia Ramadhani 70300122049
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu contoh penyakit degneratif.
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus menerus lebih dari suatu periode,mengakibatkan arteriola berkontraksi sehingga
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Penyakit
hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor resiko
paling utama terjadi hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia senja/usia lanjut. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) 2019
menunjukkan bahwa saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total
penduduk dunia. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,diperkira pada
tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang terkena hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (Lepius Lasung, dkk, 2021).
Di Indonesia estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,
sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi
terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%) (Riskesdas Kementerian Kesehatan RI, 2018). Dari prevalensi hipertensi sebesar
34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan. Berdasarkan data terlihat kelompok lansia usia 55-64 tahun memiliki
prevalensi hipertensi tertinggi (P2PTM Kemenkes RI, 2019)
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2020, menurut data
Kabupaten/Kota prevalensi hipertensi tertinggi terdapat di Kota Makassar sebanyak 290.247
kasus, kemudian Kabupaten Bone tertinggi kedua sebanyak 158,516 kasus, dan tertinggi ketiga
Kabupaten Gowa sebanyak 157,221 kasus, dan prevalensi terendah di Kabupaten Barru
sebanyak 1.500 kasus.
Perubahan fisik yang sering terjadi pada lansia adalah kemunduran pada sistem kardiovaskuler
pada lanjut usia ditandai dengan adanya pengapuran pembuluh darah atau arteriosklerosis yang
mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku dan mengalami penurunan elastisitas, kondisi ini
membuat cardiac output menurun serta peningkatan resistensi pembuluh darah, sehingga
mempengaruhi kerja jantung menjadi semakin tinggi untuk memompa darah. Pada lansia akan
terjadi penurunan ukuran dari organ-organ tubuh tetapi tidak pada jantung,jantung pada lansia
umumnya akan membesar.hal ini nantinya akan menyebabkan gangguan pada tekanan darah
seperti hipertensi.
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Penanganan secara farmakologi dapat mengunakan senyawa atau obat-obatan
yang bersifat anti hipertensi dan penanganan non farmakologi menjadi alternative yang bisa
dilakukan dengan beberapa pola hidup sehat seperti mempertahan berat badan dalam kondisi
normal, mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah garam dan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan, tidak mengkonsumsi alkohol, menghentikan
kebiasaan merokok, pengendalian stress atau emosi,dan meningkatkan olahraga atau aktivitas
fisik, memeriksakan tekanan darah secara berkala.
B. Tujuan
I. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
II. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit hipertensi
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit hipertensi
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pasien penyakit hipertensi
6. Untuk mengetahui penanganan dan pengobatan penyakit hipertensi
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari kasus hipertensi (pengkajian,
diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan)
BAB II
TI NJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Penyakit
1. Defenisi Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular dan tidak
diketahui oleh penderita sebelum mereka memeriksakan tekanan darah, serta
penderita hipertensi tidak mengalami suatu tanda dan gejala sebelum terjadi
komplikasi hingga berakhir dengan kematian. Hal ini mengapa hipertensi sering
disebut sebagai silent killer (Salakory, 2019).
Hipertensi merupakan suatu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
diatas 90 mmHg(Hidayatullah & Pratama, 2019).
2. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai repons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respons neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pada
elasrisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembulu darah perifer. Setelah usia 20 tahun, kemampuan
jantung memompa darah memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga
menyebabkan meurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
menghilang, karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi esensial atau primer Lebih dari 90%-95% penderita hipertensi
mengalami hipertensi esensial (hipertensi primer). Beberapa mekanisme yang
mungkin berkontribusi terhadap terjadinya hipertensi telah diidentifikasi, namun tidak
ada teori tunggal yang secara jelas menyatakan patogenesis hipertensi primer.
Hipertensi seringkali bersifat herediter dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting dalam patogenesis
hipertensi primer. Menurut data, bentuk disregulasi tekanan darah. monogenik dan
poligenik poligenik memiliki kecenderungan untuk mengembangkan hipertensi
esensial. Faktor lain yang dapat masuk dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini
adalah lingkungan, gangguan metabolisme intraseluler, dan faktor yang
meningkatkan risiko seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan kelainan
darah.
Hipertensi sekunder merupakan penyakit lanjutan dari penyakit yang diderita
sebelumnya. Kurang dari 10% penderita hipertensi sekunder akibat gangguan
hormonal, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, penyakit jantung atau obat-
obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dalam kebanyakan kasus,
disfungsi ginjal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling umum. Obat-obatan tertentu, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat menyebabkan hipertensi atau memperparah hipertensi
dengan meningkatkan tekanan darah.
3. Manifestasi Klinis
Umumnya penderita hipertensi bisa merasakan geiala penyakitnya. Faktanya,
sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit apapun.
Hipertensi jarang menimbulkan gejala dan satu-satunya cara untuk mengetahui
apakah seseorang menderita hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
Ketika tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi kondisi ini disebut
hipertensi berat atau hipertensi maligna. Tidak semua penderita hipertensi mengenali
atau merasakan keluhan atau gejalanya, sehingga hipertensi sering dijuluki silent
killer.
Keluhan non spesifik pada penderita hipertensi antara lain: sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar, pusing, pandangan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dll.
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh kelililng serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging
4. Patofisiologi
Tubuh memiliki metode pengendalian tekanan darah. Pertama adalah reseptor
tekanan di berbagai orang yang dapat mendeteksi perubahan kekuatan maupun
kecepatan kontraksi jantung, serta resistensi total terhadap tekanan tersebut. Kedua
adalah ginjal yang bertanggung jawab atas penyesuaian tekanan darah dalam jangka
panjang melalui sistem renin-anggiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia.
Kemudian sebagai respons terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid
aldosteron dilepaskan dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada di puncak
setiap ginjal, dan meningkatkan retensi (penahanan) natrium dalam tubuh.
Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh
ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskuler perifer
berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh
darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah, makin besar dilatasinya makin
tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, semakin menyempit pembuluh
darah, semakin meningkat tekanan darah. Dilatasi dan konstraksi pembuluh –
pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensi.
Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, ketekolamin, seperti epinefrin dan
norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontraksi pembuluh
darah, meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya
pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan
vasokontraksi pada pembuluh-pembuluh darah.
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan yekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan
darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian pengendalian tekanan darah sangat
kompleks. Pengendalian dimulai dari enam sistem reaksi cepat seperti refleksi
kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflex kemoreseptor, respons iskemia, susunan
saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos, sedangkan
sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulai kapiler
dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormone angiotensin dan vasopressin.
Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ.
Jantung secara terus-menerus bekerja memompakan darah ke seluruh organ
tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai dengan mekanisme
tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan. Inilah yang menyebabkan
tekanan darah meningkat. Semakin besar hambatannya, tekanan darah akan semakin
tinggi. (Alifariki, 2018, p. 15)
5. Komplikasi
Hipertensi yang tidak teratasi dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya ,
yaitu :
a. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot
jantung atau sistem listrik jantung.
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya strok, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lama menjadi
pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan
otak yang dapat berakibat kematian. Strok juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yangsudah menyempit.
c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke
darah.
d. Kerusakan pengeliatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta. Pendarahan pada retina
mengakibatkan pandangan menjadi kabur, kerusakan organ mata dengan
memeriksa fundus mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan
hipertensi yaitu retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagian
otak, jantung, ginjal dan juga mata yang mengakibatkan penderita hipertensi
mengalami kerusakan organ mata yaitu pandangan menjadi kabur.
Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit hipertensi adalah tekanan darah tinggi
dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat
atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubu seperti
jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah factor resiko
utama untuk penyakit serebrovaskular (strok, transient ischemic attack), penyakit
arteri coroner (infrak miokard, angina), gagal ginjal, dementia dan atrial fibrilasi.
(Ernawati, 2020, pp. 82–83)
6. Pemeriksaan Penunjang
I. Laboratorium
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal denga gagal ginjal akut
3. Darah perifer lengkap 60
4. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
II. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Iskemia atau infark miokard
3. Peninggian gelombang P
4. Gangguan konduksi
8. Edukasi Nutrisi
Pengaturan diet berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat
dan dengan obat-obatan yang meurunkan gejala gagal jantgung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri , beberapa diet yang dianjurkan :
1. Rendah garam, diet rendah garam dapat meurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan
3-6 gram garam per hari
2. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian kalium secara intra vena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vaskular
3. Diet kaya buah dan sayur
4. Diet rendah kolesterol sebagi pencegah terjadinya jantung coroner
b. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
a. Identitas :
1). Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa
medik.
2). Identitas penanggung jawab :
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan
pasien.
b. Keluhan utama
1) Nyeri kepala
2) Pusing
3) Mual
4) Susah tidur
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala hipertensi.
Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya memiliki riwayat hipertensi atau DM. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan
juga alergi yang dimiliki pasien.
b. Diagnosis
1. Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
8) Gangguan muskuloskeletal
2. Nyeri akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan.
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan.
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3.Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong.
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada,posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis Infeksi
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
3. Gangguan Pola Tidur
a. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
b. Penyebab
1. Hambatan lingkungan (mis.kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pamantauan/
pemeriksaan/ tindakan). Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Kurangnya kontrol tidur
3. Kurangnya privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Menegluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif
1. (tidak tersedia)
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif
1. (tidak tersedia)
e. Kondisi klinis terkait
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
4. Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
1. Kurangnya asupan makanan
2. Ketidakmampuan menelan makanan
3. Ketidakmampuan mencerna makanan
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
5. Peningkatan kebutuhan metabolisme
6. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
7. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makanan)
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
e. Kondisi klinis terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn's
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
c. Intervensi
1. Intoleransi Aktivitas
Luaran utama : Toleransi Aktivitas
a. Tujuan dan kriteria hasil :
Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga dibuktikan
dengan kriteria hasil:
1) Meningkatnya frekuensi nadi, saturasi oksigen, kemudahan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, kecepatan berjalan, jarak berjalan, kekuatan
tubuh bagian atas, kekuatan tubuh bagian bawah, dan toleransi dalam
menaiki tangga.
2) Menurunnya keluhan lelah, dispnea saat aktivitas, dipsnea setelah aktivitas,
perasaan lemah, aritmia saat aktivitas, aritmia setelah aktivitas, dan sianosis.
3) Membaiknya warna kulit, tekanan darah, frekuensi napas, EKG Iskemia.
b. Intervensi Keperawatan :
1) Manajemen Energi
a) Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b) Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
c) Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
2. Nyeri akut
Luaran utama : Tingkat Nyeri
a. Tujuan dan Kriteria Hasil :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan dibuktikan dengan kriteria hasil:
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat.
2) Keluhan nyeri, meringis, sikap protektif, gelisah, kesulitan tidur, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis, perasaan depresi (tertekan), perasaan
takut mengalami cedera berulang, anoreksia, perineum terasa tertekan, uterus
teraba membulat, ketegangan otot, pupil dilatasi, muntah, dan mual menurun.
3) Frekuensi nadi, pola napas, tekanan darah, proses berpikir, fokus, fungsi
berkemih, perilaku, nafsu makan, dan pola tidur membaik.
b. Intervensi keperawatan :
1) Manajemen Nyeri
a) Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c) Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
d) Kolaborasi
1. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Gangguan Pola Tidur
Luaran utama : Pola Tidur
a. Tujuan dan Kriteria Hasil :
Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur dibuktikan dengan kriteria hasil:
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan sering terjaga menurun
3. Keluhan tidak puas tidur menurun
4. Keluhan pola tidur berubah menurun
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
b. Intervensi keperawatan :
I. Dukungan Tidur
a) Observasi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi,
teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
b) Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
c) Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya
4. Defisit Nutrisi
Luaran utama : Status Nutrisi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dibuktikan
dengan kriteria hasil:
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
b. Intervensi keperawatan :
I. Promosi Berat Badan
a) Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
2. Monitor adanya mual dan muntah
3. Monitor jumlah kalori yang di konsumsi sehari-hari
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
b) Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika
perluModifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis: makanan
dengan tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau gastrostomy, total parenteral nutrition
sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan secara menarik
4. Berikan suplemen, jika perlu
5. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
c) Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
c. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 52
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Cendrawasih
No. CM : 609840
Diagnostik Medis : Hipertensi
Tgl masuk RS : 11 September 2023
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. C
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Cendrawasih
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Alasan untuk
Tanggal Test Hasil Hasil Normal
nilai abnormal
1. Saat akan diberikan pengobatan lanjutan, patuhi segala resep obat yang telah diberikan
oleh perawat dan menebusnya di apotek untuk dikonsumsi di rumah
2. Konsul dokter untuk perawatn lanjut
(………………………………)
FORMAT KLASIFIKASI DATA
Fisiologis DO:
TD : 170/100 mmHg. N :
Respirasi
120x/m.
DO:
Sirkulasi TD: 170/100 mmHg
Nadi: 120x/ menit
DS:
pasien mengatakan makan
3xsehari dengan jumlah yang
sedikit dan tidak lahap
Pasien mengatakan menjalani
program diet tinggi garam dan
gula
DO:
Pasien nampak terpasangi
infus cairan NaCl untuk
membantu pemenuhan cairan
DS:
Pasien mengatakan BAB
sekali dalam sehari dengan
konsistensi feses lembek
Pasien mengatakan miksi 3
kali dalam sehari dengan
Eliminasi
warna kuning pekat
DO:
Pasien nampak menggunakan
alat bantu pispot dalam miksi
selama sakit
Aktivitas dan Istirahat DS:
Pasien mengatakan
memerlukan bantuan
keluarga dalam melakukan
aktivitas
pasien mengatakan hanya
tidur selama 3 jam sehari dan
tidak nyenyak.
Neurosensory
Reproduksi dan Seksualitas
DS:
Pasien mengatakan
menganggu aktivitas selama
sakit
P : Pasien mengatakan nyeri
pada daerah bagian belakang
kepala
Q : Pasien mengatakan nyeri
tumpul
R : Pasien mengatakan nyeri
Nyeri dan Kenyamanan berfokus pada satu titikyaitu
bagian belakang kepala
S : Pasien mengatakan nyeri
Psikologis skala 6
T : Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan lebih dari
sekitar 6 menit dan dirasakan
terus menerus
DO:
Pasien nampak lemah
Integritas Ego
DS :
TB : 162 cm ,BB : 45
Pertumbuhan dan Perkembangan kg ,postur tubuh : kurus
IMT : 45Kg : 1.6(m)2 =17,5
(Underweight)
DS :
pasien mengatakan hanya
washlap dan hanya
Kebersihan Diri menggosok gigi sekali dalam
Perilaku
sehari
DO :
Nampak rambut berketombe
Penyuluhan dan Pembelajaran
Relasional Interaksi Sosial
Lingkungan Keamanan dan Proteksi
DO:
a. Pasien nampak
lemah
2. DS: Hipertensi Intoleransi Aktivitas
a. Pasien
mengatakan Tekanan pembuluh darah
tidak pernah perifer meningkat
melakukan
olagraha lagi Resistensi ejeksi darah dari
ventrikel
b. Pasien Resti curah jantung
mengatakan menurun
memerlukan
bantuan Sirkulasi sistemik
keluarga dalam menurun
melakukan
aktivitas Ketidakseimbangan suplai
O2 dan kebutuhan jaringan
c. Pasien
mengatakan Metabolisme menurun
menganggu
aktivitas selama Energi menurun
sakit
d. Pasien Kelemahan umum
mengatakan
aktivitasnya Intoleransi aktivitas
terganggu
akibat nyeri
yang dirasakan
sehingga
membutuhkan
bantuan dalam
beraktivitas
DO:
DO:
No Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia d.d frekuensi
nadi meningkat dan tekanan darah meningkat
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengeluh lelah, merasa tidak nyaman
setelah aktivitas dan merasa lemah
3. Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur d.d pasien mengeluh susah tidur,
mengeluh sering terjaga, dan mengeluh pola tidur berubah
BAB IV
JURNAL PENDUKUNG
Analisis Jurnal
1. Judul Jurnal: Aplikasi Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tekana Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Nagrak Cianjur
2. Kata Kunci: Terapi Murottal Al-Qur’an, Tekanan Darah, Hipertensi
3. Penulis: Ega Apriliani, Burhanuddin Basri, Egi Mulyadi
4. Publikasi : Jurnal Lentera Volume 4, Nomor 1, Juli 2021
5. Penganalisis : Aisyah Bahar, Ananda Banafsya Syafa, Alya Amalia Ramadani
Recruitment Tidak terdapat teknik sampling, besar sampel, criteria inklusi dan
eksklusi
Maintenance Tindakan yang dilakukan adalah Monitor TTV sebelum dan
sesudah diberikan terapi murottal Al-Quran, Lakukan pengkajian
nyeri secara komperehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan tentang teknik
non-farmakologiss untuk mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi
nafas dalam), Berikan teknik non-farmakologis dengan terapi
Murottal Al-Quran surah Ar-Rahman selama ± 15 menit.
Measurement Memonitor tekanan darah klien sebelum dan sesudah
memberikan teknik non-farmakologis dengan terapi Murottal Al-
Quran surah Ar-Rahman selama ± 15 menit dengan
menggunakan alat tensi meter.
Intervensi ini dapat diterapkan oleh perawat profesional dalam menerapkan teknik
non-farmakologis dengan terapi Murottal Al-Quran surah Ar-Rahman selama ± 15 menit.
Bentuk penerapannya berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu :
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Melakukan kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur
5. Memberikan informed consent
6. Mengkaji kesiapan klien
7. Menyiapkan ruangan yang tenang dan tidak ada kebisingan
8. Mencuci tangan
9. Posisikan klien berbaring dengan meletakkan tangan di perut atau disamping badan
(jika klien mengalami fraktur ekstremitas bawah)
10. Intruksikan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam 3 kali atau lebih sampai klien
merasa rileks
11. Nyalakan murattal qur’an sambil mengintruksikan klien untuk menutup mata. Surah
yang didengarkan yaitu Surah Ar-Rahman
12. Intruksikan klien untuk memfokuskan pikirannya pada lantunan ayat-ayat qur’an
selama ±15 menit dengan menggunakan MP3
13. Melakukan evaluasi tindakan dan menganjurkan klien untuk melakukan kembali
teknik terapi distraksi murattal qur’an jika nyeri datang kembali
14. Mencuci tangan
15. Mendokumentasikan
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka