Blok 26
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2014
Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit non infeksi yang masih banyak diderita oleh
masyarakat luas. Baik dari social ekonomi tinggi maupun yang rendah. Hipertensi juga
merupakan penyakit keturunan sehingga sulit pula membasminya walaupun telah diketemukan
berbagai obat untuk mengontrol tekanan darah penderita. Selain itu, banyak komplikasi yang
dihasilkan dari suatu keadaan hipertensi, antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal
jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma. Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Angka kejadian hipertensi masih
memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Berangkat dari latar belakang bahaya dan
banyaknya angka kejadian hipertensi di Indonesia ini,maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut
mengenai hipertensi dilihat dari sisi kesehatan masyarakat. Hipertensi memiliki banyak
komplikasi apabila tidak tertangani dengan baik. Yang menjadi permasalahan ialah adakah
hubungan dari pola hidup keluarga dengan kesehatan pasien hipertensi dipantau dari sisi
kedokteran keluarga. Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien
puskesmas, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai hipertensi yang ada pada kasus di
lapangan. Kasus di lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang
ada, namun dengan sedikit dasar, penanganan terhadap hipertensi ini tidak lagi asing dan
diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi yang semakin meningkat. Dengan
mengetahui kejadian hipertensi di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik
mengenai hipertensi ditinjau dari sisi kemasyarakatannya.
1 | Page
Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit Hipertensi,
yang umumnya terjadi pada usia dewasa. Belakangan penderita Hipertensi didalam masyarakat
meningkat karena faktor pola hidup yang makin memburuk, misalnya saja kurangnya
berolahraga, makan makanan atau minum minuman yang tidak sehat (asin dan berlemak) dan
sebagainya.
Sasaran
Sasaran yang kita tuju adalah pasien yang merupakan penderita Hipertensi, dan juga
sekelompok masyarakat atau komunitas yang harus kita berikan edukasi guna mencegah
peningkatan penderita penyakit Hipertensi.
Tujuan
Kunjungan keluarga pasien dengan pedekatan kedokteran keluarga dibuat :
1. Untuk dapat melihat sendiri kondisi dan situasi yang dialami pasien
2. Untuk memberi penyuluhan kesehatan dan kesadaran kepada pasien tentang penyakit
yang diderita.
Manfaat
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam
melakukan pendekatan kedokteran keluarga langsung kepada pasien.
Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada umumnya dan
pemuka masyarakat pada khususnya.
Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat kuliah.
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang mengalami
hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan.
Pengertian Hipertensi
2 | Page
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
KlasifikasiTekanan Darah
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
TDS (mmHg)
< 120
120 139
140 159
>160
TDD (mmHg)
< 80
80 89
90 99
>100
Epidemiologi
Pada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi esensial) yang
sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang kurang aktif, merokok, berat
badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan stress. 1 Pada 5-10% orang (hipertensi
sekunder) mempunyai penyakit lain yang mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan
memerlukan pengobatan segera.2
Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat diubah
dan tidak dapat diubah.
Faktor Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :
Merokok
Kurang aktivitas fisik
Kelebihan berat badan
Diet tinggi lemak
Asupan garam berlebih
Konsumsi alcohol berlebih
Patofisiologi
Curah jantung
Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup
ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard.
-
Resistensi vascular
Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan :
-
Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan :
Menurunkan frekuensi denyut jantung.
SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan
perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga
meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA
yang saling memperkuat efek masing-masing.3
Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya
bersifat vasokonstriktor seperti
-
Selain itu
atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator
yang cenderung menurunkan tekanan darah.3
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan
sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan
darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan
meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel,
hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi.4,5
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
5 | Page
angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi
aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan
berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik
regulasi tekanan darah4
Tanda dan Gejala
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
Komplikasi
tarterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri koronaria,
bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah ateri
koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah
kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh
akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi
arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi
kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yangberakibat terjadinya
penyakit arteri koronaria.
Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular.
Mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan
air, atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan. mencari
kerusakan
organ sasaran
(retinopati,
jantung
kongestif,
diseksiaorta).Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh
darah besar, bising jantung dan ronki paru.5,6
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat
sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan
darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <160/100mmHg.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :
7 | Page
Hematologi lengkap
Gula darah
Profil lemak
Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
Gangguan elektrolit : Natrium, kalium
hsCRP
EKG
Diagnosa Hipertensi
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka
140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, terapi diagnosis tidak dapat
ditegakkan hanya berdasarkan 1x pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama tinggi, maka dapat diukur kembali dan kemudian diukur
sebanyak 2x dengan jarak 1 minggu untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran
bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.
Pengumpulan data
Tempat
: Puskesmas Grogol 3
: Jl. Nurdin Raya Rt. 009 / 07, Grogol, Jakarta Barat,
: Hjh. Neni
Umur
: 52 Tahun
Jenis Kelamin
: Wanita
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Sunda
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
: Pengusaha warteg
8 | Page
: Hj. Abdul
Umur
: 53 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Betawi
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
: Pengusaha warteg
1.
Alamat
: Sedang
: Baik
: Hipertensi (Darah tinggi)
: DM
::: Baik (3 x sehari)
: Baik
: 3 orang
2. Psikologis Keluarga
Kebiasaan buruk : Suaminya merokok
Anak merokok
Ibu Neni suka makan makan sate kambing, minum kopi di pagi hari.
4.
5.
6.
7.
NO
1
Luas rumah
Penerangan
Kebersihan
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran air
Pemanfaatan pekarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
Spiritual Keluarga
Ketaatan beribadah
Kenyakinan tentang kesehatan
Keadaan Sosial Keluarga
Tingkat pendidikan
Hubungan antar anggota keluarga
Hubungan dengan orang lain
Kegiatan organisasi sosial
Keadaan ekonomi
Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
Lain-lain
Daftar anggota keluarga
Nama
Hub dgn
Bp Abdul
KK
Suami
Umur
53 th
: 2x3x2
: Kurang
: Sedang
: Sedang
: Ada
: Ada
: Air Mineral (gallon)
: Tidak ada
: Tidak
: Ada
: Ada
: Kurang
: Baik
: Baik
: Sedang
: Baik
: Baik
: Sedang
: Sedang
::-
Penddkan
Pekerjaan
SMP
Pengusaha
Islam
keshatan
DM
Islam
DT
Baik
Tdk tahu
Islam
Baik
Baik
Lengkap
Ibu Neni
Istri
52 th
SMP
Warteg
Pengusaha
Supri
Anak
30 th
SMA
Warteg
Tukang
Gizi
Baik
Tdk tahu
Ojek
8. Keluhan utama
9. Keluhan tambahan
Riwayat penyakit dahulu
10. Pemeriksaan fisik
11. Diagnosis penyakit
12. Diagnosis Keluarga
KB
12 | P a g e
untuk membantu upaya rehabilitasi bagi pasien penyandang cacat, baik secara fisik,
psikologik, maupun sosial, agar keterbatasannya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
6. Mempertimbangkan keluarganya.
Sekalipun unit terkecil pasiennya adalah individu, artinya pekerjaan DK berawal dari
keluhan individu setiap pasien, DK tidak pernah mengabaikan bahwa pasien adalah
bagian dari keluarganya.Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya merupakan
salah satu fokus perhatian DK.
7. Evidence Based Medicine
Penerapan pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan
bukti-bukti ilmiah terbaik yang ada. Merupakan keterpaduan antara bukti-bukti ilmiah
yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan keahlian klinis
(clinical expertise) dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values). Suatu
sistem atau cara untuk menyaring semua data dan informasi dalam bidang kesehatan.
Sehingga seorang dokter hanya memperoleh informasi yang sahih dan mutakhir untuk
mengobati pasiennya.
Dokter Bintang Lima adalah Profil Dokter Standar Dunia yang meliputi:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter
sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya.
Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan
rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu
memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari
sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat,
seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat
menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari
sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu,
kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga
merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.
13 | P a g e
Tindakan Promotif
Tindakan Preventif
Tindakan Kuratif
Tindakan Rehabilitatif
PROMOTIF
Promotif merupakan suatu tindakan yang lebih memberikan informasi - informasi sebagai
edukasi mengenai kesehatan, termasuk masalah penyakit, sehingga keluarga mengetahui bahayabahaya dari suatu penyakit dan bagaimana cara menghindari dan mengatasinyatermasuk tindakan
preventifnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan anggota keluarga.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PREVENTIF
Tindakan preventif merupakan tindakan atau program yang dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi penyakit.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KURATIF
Tindakan kuratif adalah mengobati suatu penyakit dan komplikasi.5,6
KASUS : Puskesmas memberikan Catopril mengendalikan tekanan darah.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3. Ciptakan keadaan rileks
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain :
-
Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
-
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
-
Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes
melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar
15 | P a g e
gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
-
Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.
REHABILITATIF
Tindakan rehabilitatif adalah program untuk meminimalisasi dampak suatu penyakit
dengan menghindari hindari faktor penyebab
PROGNOSIS
Penyakit
Keluarga
Masyarakat
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Kesimpulan
Kunjungan ke rumah penduduk yang dilakukan pada hari Kamis, 10 July 2014, dengan
pasien Hj Neni. Diagnosis kerja ialah hipertensi. Pasien telah mendapatkan pengobatan yang
teratur dari upaya kesehatan Puskesmas. Karena itu, perlu juga peninjauan pasien dari sisi
keluarga dan lingkungan sekitar dalam menentukan prognosis pasien ini.
Lampiran
17 | P a g e
18 | P a g e
Daftar Pustaka
1. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
2. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan
Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2008
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan Penyakit
Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.
19 | P a g e
20 | P a g e