Anda di halaman 1dari 20

SKILL LAB FAMILY FOLDER

Blok 26

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2014

Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit non infeksi yang masih banyak diderita oleh
masyarakat luas. Baik dari social ekonomi tinggi maupun yang rendah. Hipertensi juga
merupakan penyakit keturunan sehingga sulit pula membasminya walaupun telah diketemukan
berbagai obat untuk mengontrol tekanan darah penderita. Selain itu, banyak komplikasi yang
dihasilkan dari suatu keadaan hipertensi, antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal
jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma. Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Angka kejadian hipertensi masih
memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Berangkat dari latar belakang bahaya dan
banyaknya angka kejadian hipertensi di Indonesia ini,maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut
mengenai hipertensi dilihat dari sisi kesehatan masyarakat. Hipertensi memiliki banyak
komplikasi apabila tidak tertangani dengan baik. Yang menjadi permasalahan ialah adakah
hubungan dari pola hidup keluarga dengan kesehatan pasien hipertensi dipantau dari sisi
kedokteran keluarga. Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien
puskesmas, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai hipertensi yang ada pada kasus di
lapangan. Kasus di lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang
ada, namun dengan sedikit dasar, penanganan terhadap hipertensi ini tidak lagi asing dan
diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi yang semakin meningkat. Dengan
mengetahui kejadian hipertensi di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik
mengenai hipertensi ditinjau dari sisi kemasyarakatannya.
1 | Page

Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit Hipertensi,
yang umumnya terjadi pada usia dewasa. Belakangan penderita Hipertensi didalam masyarakat
meningkat karena faktor pola hidup yang makin memburuk, misalnya saja kurangnya
berolahraga, makan makanan atau minum minuman yang tidak sehat (asin dan berlemak) dan
sebagainya.
Sasaran
Sasaran yang kita tuju adalah pasien yang merupakan penderita Hipertensi, dan juga
sekelompok masyarakat atau komunitas yang harus kita berikan edukasi guna mencegah
peningkatan penderita penyakit Hipertensi.
Tujuan
Kunjungan keluarga pasien dengan pedekatan kedokteran keluarga dibuat :
1. Untuk dapat melihat sendiri kondisi dan situasi yang dialami pasien
2. Untuk memberi penyuluhan kesehatan dan kesadaran kepada pasien tentang penyakit
yang diderita.
Manfaat
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam
melakukan pendekatan kedokteran keluarga langsung kepada pasien.
Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada umumnya dan
pemuka masyarakat pada khususnya.
Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat kuliah.
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang mengalami
hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan.

Pengertian Hipertensi
2 | Page

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. 1 Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.2
Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

KlasifikasiTekanan Darah
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2

TDS (mmHg)
< 120
120 139
140 159
>160

TDD (mmHg)
< 80
80 89
90 99
>100

Epidemiologi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena


dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang.
Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah
penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1%
dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2%.1,2
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada
tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015
dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun
2010.2
Etiologi
3 | Page

Pada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi esensial) yang
sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang kurang aktif, merokok, berat
badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan stress. 1 Pada 5-10% orang (hipertensi
sekunder) mempunyai penyakit lain yang mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan
memerlukan pengobatan segera.2
Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat diubah
dan tidak dapat diubah.
Faktor Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :

Merokok
Kurang aktivitas fisik
Kelebihan berat badan
Diet tinggi lemak
Asupan garam berlebih
Konsumsi alcohol berlebih

Faktor Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

Riwayat keluarga dengan hipertensi


Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita
Etnik / suku bangsa

Patofisiologi

Pengaturan Tekanan Darah


Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu
-

Curah jantung

Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup
ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard.
-

Resistensi vascular
Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding

pembuluh darah dan viskositas darah.


Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf
simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal
berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.3
4 | Page

Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan :
-

Meningkatkan frekuensi denyut jantung,


Memperkuat kontraktilitas miokard
Meningkatkan resistensi pembuluh darah

Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan :
Menurunkan frekuensi denyut jantung.
SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan
perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga
meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA
yang saling memperkuat efek masing-masing.3
Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya
bersifat vasokonstriktor seperti
-

Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifat


vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor yang dikenal dengan
nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12).

Selain itu

jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut

atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator
yang cenderung menurunkan tekanan darah.3
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan
sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan
darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan
meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel,
hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi.4,5
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
5 | Page

angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi
aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan
berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik
regulasi tekanan darah4
Tanda dan Gejala

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada


hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat
berbeda-beda.
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008).
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan
berupa :

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium

Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi

Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler 1,4

Komplikasi

Penyakit Jantung Hipertensi


Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan
darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi
ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi
kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi
akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring
parahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyaki
6 | Page

tarterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri koronaria,
bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah ateri
koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah
kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh
akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi
arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi
kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yangberakibat terjadinya
penyakit arteri koronaria.
Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular.
Mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan
air, atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan. mencari
kerusakan

organ sasaran

(retinopati,

gangguan neurologi, payah

jantung

kongestif,

diseksiaorta).Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh
darah besar, bising jantung dan ronki paru.5,6
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat
sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan
darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <160/100mmHg.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :
7 | Page

Hematologi lengkap
Gula darah
Profil lemak
Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
Gangguan elektrolit : Natrium, kalium
hsCRP
EKG

Diagnosa Hipertensi
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka
140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, terapi diagnosis tidak dapat
ditegakkan hanya berdasarkan 1x pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama tinggi, maka dapat diukur kembali dan kemudian diukur
sebanyak 2x dengan jarak 1 minggu untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran
bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.
Pengumpulan data
Tempat

: Puskesmas Grogol 3
: Jl. Nurdin Raya Rt. 009 / 07, Grogol, Jakarta Barat,

Nomor Register Pasien : 618/14


Pasien
I.Identitas Pasien dan Keluarga
i. Identitas Pasien
Nama

: Hjh. Neni

Umur

: 52 Tahun

Jenis Kelamin

: Wanita

Status perkawinan : Menikah


Alamat

: Jl. Semeru Gg Keramat Jati RT/RW 10/10, Grogol, Jakarta Barat

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sunda

Pendidikan

: Tamat SMP

Pekerjaan

: Pengusaha warteg
8 | Page

ii. Identitas pasangan


Nama

: Hj. Abdul

Umur

: 53 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status perkawinan : Menikah


: Jl. Semeru Gg Keramat Jati RT/RW 10/10, Grogol, Jakarta Barat

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Betawi

Pendidikan

: Tamat SMP

Pekerjaan

: Pengusaha warteg

1.

Alamat

Riwayat Biologis Keluarga


Keadaan kesehatan sekarang
Kebersihan perorangan
Penyakit yang sering diderita
Penyakit keturunan
Penyakit kronis atau menular
Kecacatan anggota keluarga
Pola makan
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga

: Sedang
: Baik
: Hipertensi (Darah tinggi)
: DM
::: Baik (3 x sehari)
: Baik
: 3 orang

2. Psikologis Keluarga
Kebiasaan buruk : Suaminya merokok
Anak merokok
Ibu Neni suka makan makan sate kambing, minum kopi di pagi hari.

Pengambilan keputusan : Keputusan diambil dengan cara dibicarakan terlebih dahulu

dengan suami sebagai kepala keluarga


Ketergantungan obat : Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas
Pola rekreasi : Baik
3. Keadaan Rumah/Lingkungan
Jenis bangunan
: Permanen
Lantai rumah
: Keramik
9 | Page

4.

5.

6.

7.
NO
1

Luas rumah
Penerangan
Kebersihan
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran air
Pemanfaatan pekarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
Spiritual Keluarga
Ketaatan beribadah
Kenyakinan tentang kesehatan
Keadaan Sosial Keluarga
Tingkat pendidikan
Hubungan antar anggota keluarga
Hubungan dengan orang lain
Kegiatan organisasi sosial
Keadaan ekonomi
Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
Lain-lain
Daftar anggota keluarga
Nama

Hub dgn

Bp Abdul

KK
Suami

Umur
53 th

: 2x3x2
: Kurang
: Sedang
: Sedang
: Ada
: Ada
: Air Mineral (gallon)
: Tidak ada
: Tidak
: Ada
: Ada
: Kurang
: Baik
: Baik
: Sedang
: Baik
: Baik
: Sedang
: Sedang
::-

Penddkan

Pekerjaan

Agama Keadaan Keadaan Imunisasi

SMP

Pengusaha

Islam

keshatan
DM

Islam

DT

Baik

Tdk tahu

Islam

Baik

Baik

Lengkap

Ibu Neni

Istri

52 th

SMP

Warteg
Pengusaha

Supri

Anak

30 th

SMA

Warteg
Tukang

Gizi
Baik

Tdk tahu

Ojek
8. Keluhan utama
9. Keluhan tambahan
Riwayat penyakit dahulu
10. Pemeriksaan fisik
11. Diagnosis penyakit
12. Diagnosis Keluarga

: Pusing, kaku kuduk


: Mudah lelah
: Pasien pernah operasi katarak pada mata kiri
: Tekanan darah 140/90
: Hipertensi
: Sehat
10 | P a g e

KB

13. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


Pendekatan Dokter Keluarga
Definisi Dokter keluarga : dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan hanya
berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga , ia tidak hanya memandang penderita
sebagai indivu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara
pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarga.2
Menurut American Board family practice Dokter keluarga merupakan dokter yang
memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta
pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam
satu keluarga, dan apabila berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak
mampu ditanggulangi , meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai.
Sedangkan Praktek dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit pada mana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak di batasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga
tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit. Dokter keluarga mempunyai peranan yang unik dan
terpadu dalam menyelenggarakan peantalaksanaan pasien , penyelesaian masalah , pelayanan
konseling serta dapat bertidank sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh
pelayanan kesehatan.

Prinsip dasar pelayanan Dokter Keluarga(DK):


1. Memberikan pelayanan secara komprehensif
Memberikan pelayanan secara komprehensif atau dengan kata lain adalah pelayanan yang
paripurna. DK menggunakan segenap kemampuan ilmunya, serta sarana dan prasarana
medis yang tersedia untuk sebesar-besarnya kepentingan pasien. Dokter keluarga bukan
hanya menyembuhkan pasien dari sakitnya, tetapi juga menyehatkannya serta menjadi
mitra, konsultan, atau penasihat di kala sakit dan sehat. Jika masalahnya dinilai
11 | P a g e

memerlukan pendapat atau penanganan spesialistis, DK akan mengkonsultasikan atau


bahkan merujuk pasien ke dokter spesialis yang tepat.
2. Memberikan pelayanan secara bersinambung(kontinu).
Pelayanan yang kontinu berarti pasien harus dipantau secara terus menerus, boleh
dikatakan mulai dari konsepsi (pembuahan/dalam rahim) sampai mati dan tentu saja
selama sakit sampai sembuh dan sehat kembali. Wujud kontinuitas pelayanannya itu
berupa pemantauan bersinambung, antara lain melalui penyelenggaraan rekam medis
yang handal dan kerjasama profesional dengan naramedik (medical professionals)
lainnya.
3. Memberikan pelayanan yang koordinatif.
DK akan mengkoordinasikan keperluan pasien dengan DK yang lain, dengan para
spesialis yang diperlukan, dengan paramedik, dengan fasilitas kesehatan yang diperlukan,
dan bahkan dengan keluarganya. Koordinasi ini pun merupakan salah satu bentuk
kesinambungan pelayanannya. Dengan koordinasi yang baik dapat dihindari tumpangtindih penggunaan obat, duplikasi pemeriksaan penunjang, atau perbedaan pendapat
mengenai manajemen pasien.
4. Memberikan pelayanan yang kolaboratif.
Kerjasama dengan para spesialis yang dikoordinasikan oleh DK ini akan menjadikan
kolaborasi saintifik yang handal untuk meningkatkan kepercayaan pasien kepada
pelayanan medis yang disediakan. Dengan demikian terjadi saling kontrol sehingga
efektivitas pengobatan dan efisiensi biaya dapat terwujud.
5. Mengutamakan pencegahan.
Pencegahan di sini berarti luas; DK harus melakukan upaya peningkatan kesehatan
misalnya melalui ceramah kesehatan. Selain itu DK juga akan melakukan upaya
pencegahan penyakit melalui vaksinasiJika pasien datang dalam keadaan sakit, DK harus
dapat membuat diagnosis dini dan memberikan pengobatan yang cepat dan tepat agar
penyakit tidak semakin parah. Jika penyakit sudah parah, DK harus segera bertindak
cepat misalnya dengan segera merujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi dengan
persiapan yang memadai, agar jangan sampai terjadi cacat permanen. Seandainya
diperkirakan akan terjadi cacat, DK harus berusaha agar jangan sampai kecacatan itu
menjadi penghalang besar bagi pasien nantinya. Di sini juga dituntut partisipasi DK

12 | P a g e

untuk membantu upaya rehabilitasi bagi pasien penyandang cacat, baik secara fisik,
psikologik, maupun sosial, agar keterbatasannya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
6. Mempertimbangkan keluarganya.
Sekalipun unit terkecil pasiennya adalah individu, artinya pekerjaan DK berawal dari
keluhan individu setiap pasien, DK tidak pernah mengabaikan bahwa pasien adalah
bagian dari keluarganya.Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya merupakan
salah satu fokus perhatian DK.
7. Evidence Based Medicine
Penerapan pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan
bukti-bukti ilmiah terbaik yang ada. Merupakan keterpaduan antara bukti-bukti ilmiah
yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan keahlian klinis
(clinical expertise) dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values). Suatu
sistem atau cara untuk menyaring semua data dan informasi dalam bidang kesehatan.
Sehingga seorang dokter hanya memperoleh informasi yang sahih dan mutakhir untuk
mengobati pasiennya.
Dokter Bintang Lima adalah Profil Dokter Standar Dunia yang meliputi:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter
sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya.
Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan
rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu
memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari
sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat,
seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat
menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari
sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu,
kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga
merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.

13 | P a g e

5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti


memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di
masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas
dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,
menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap
dokter
Pada prinsipnya, pelayanan dokter keluarga mencakup 4 hal yakni :

Tindakan Promotif
Tindakan Preventif
Tindakan Kuratif
Tindakan Rehabilitatif

PROMOTIF
Promotif merupakan suatu tindakan yang lebih memberikan informasi - informasi sebagai
edukasi mengenai kesehatan, termasuk masalah penyakit, sehingga keluarga mengetahui bahayabahaya dari suatu penyakit dan bagaimana cara menghindari dan mengatasinyatermasuk tindakan
preventifnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan anggota keluarga.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Olah raga teratur


Kurangi makan garam atau daging kambing
Rutin periksa tekanan darah
Hindari stress
Hindari makanan mengandung kolesterol dan lemak tinggi
Kurangi mengkonsumsi kopi susu

PREVENTIF
Tindakan preventif merupakan tindakan atau program yang dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi penyakit.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pola makan sehat


Mengurangi garam
Memelihara berat badan ideal
Aktif secara fisik
Batasi penggunaan maupun minum alkohol
Berhenti merokok
14 | P a g e

KURATIF
Tindakan kuratif adalah mengobati suatu penyakit dan komplikasi.5,6
KASUS : Puskesmas memberikan Catopril mengendalikan tekanan darah.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3. Ciptakan keadaan rileks
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain :
-

Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat

kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
-

Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
-

Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes
melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar
15 | P a g e

gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
-

Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.

Penghambat ensim konversi Angiotensin


Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
16 | P a g e

REHABILITATIF
Tindakan rehabilitatif adalah program untuk meminimalisasi dampak suatu penyakit
dengan menghindari hindari faktor penyebab
PROGNOSIS
Penyakit
Keluarga
Masyarakat

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

Kesimpulan

Kunjungan ke rumah penduduk yang dilakukan pada hari Kamis, 10 July 2014, dengan
pasien Hj Neni. Diagnosis kerja ialah hipertensi. Pasien telah mendapatkan pengobatan yang
teratur dari upaya kesehatan Puskesmas. Karena itu, perlu juga peninjauan pasien dari sisi
keluarga dan lingkungan sekitar dalam menentukan prognosis pasien ini.

Lampiran

17 | P a g e

18 | P a g e

Daftar Pustaka
1. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
2. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan
Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2008
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan Penyakit
Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.

19 | P a g e

5. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan Hipertensi.


Jakarta : InaSH, 2007.
6. Prodia. Pemeriksaan laboratorium untuk penyandang hipertensi. Diunduh dari
http://prodia.co.id/tips-kesehatan/pemeriksaan-laboratorium-untuk-penyandanghipertensi . Depok, 29 Mei 2013.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai