Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI BEBERAPA FAKTOR RISIKO TERHADAP INSIDENSI HIPERTENSI PADA


USIA 35 65 TAHUN DI DESA X, KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG

BAB I
Pendahuluan

I.1. Latar Belakang


Berdasarkan kriteria hipertensi WHO 1968 (tekanan darah 160/95 mmHg),
prevalensi hipertensi di dunia sekitar 5-18%. Dan prevalensi hipertensi di Indonesia tidak
jauh berbeda, yakni 6-15%. Demikian pula prevalensi hipertensi di Jawa Timur juga
hampir sama yaitu : Sumber pucung (1976) 10%, Lawang (1987) 11%, Kampak (1987)
17% (Budi Susetyo Pikir, 2003). Dengan demikian prevalensi penyakit hipertensi
termasuk kategori yang cukup tinggi.
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit kronik yang sampai saat ini masih
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi di Indonesia.
Dari angka kejadian hipertensi yang cukup tinggi tersebut, lebih dari 90%
merupakan hipertensi essensial yang tidak ada penyebab spesifiknya yang dapat
diidentifikasi. Dan selebihnya merupakan hipertensi sekunder yang diantaranya
disebabkan oleh penyakit ginjal, kelainan endokrin, kelainan neurologi, kelainan
psikogenik, dan sebagainya. Jadi, banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit
hipertensi ini, baik dari segi perilaku, lingkungan, faktor keturunan maupun layanan
kesehatan.
Seseorang yang telah mengidap penyakit hipertensi, sudah menjadi kewajiban
untuk terus mengkonsumsi obat seumur hidup agar tekanan darah terus terkontrol dalam
batasan rentang normal sehingga sering menimbulkan rasa keterpaksaan pada diri
penderita demi menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Selain itu, penyakit hipertensi
dapat menyebabkan beberapa komplikasi berat antara lain : retinopati pada mata, stroke
yang mengakibatkan kerusakan otak, gagal ginjal, gagal jantung dan penyakit pembuluh
darah. Oleh karena itu tidak sedikit masyarakat yang takut terhadap penyakit ini akibat
risiko komplikasinya yang cukup membahayakan.
Melihat kebiasaan penduduk pedesaan yang tidak sedikit mengkonsumsi rokok
yang pada umumnya juga dibarengi dengan mengkonsumsi kopi yang menurut mereka
adalah pasangannya. Telah diketahui pula bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko
terjadinya penyakit hipertensi, namun konsumsi kopi masih menjadi perdebatan.
Berdasarkan penelitian dari Medical College of Georgia in Augusta yang memeriksa
faktor makanan termasuk di dalamnya konsumsi kafein dapat menyebabkan peningkatan
hipertensi pada remaja. Namun beberapa studi juga mengatakan bahwa orang yang rutin
mengkonsumsi kafein akan toleran terhadap peningkatan tekanan darah. Jadi, kafein tidak
memiliki efek jangka panjang pada tekanan darahnya. Dan telah diketahui pula bahwa
kopi mengandung kafein dengan kadar yang tidak sedikit. Oleh karena itu dalam hal ini
kopi dapat diasumsikan sebagai kafein dengan kadar yang nantinya dikonfersikan.
Dan beberapa peneliti luar negeri mengira bahwa kafein dapat menyempitkan
pembuluh darah (vasokonstriksi) dengan menghambat efek adenosine, hormone yang
dapat menyebabkan vasodilatasi dan juga menstimulasi kelenjar adrenal untuk
melepaskan kortisol dan adrenalin yang dapat meningkatkan tekanan darah.

I.2 Rumusan Masalah


I.2.1 Apakah faktor risiko jenis kelamin, keturunan, rokok dan kopi mempengaruhi
terjadinya hipertensi pada usia 35 65 tahun?
I.2.2 Apakah faktor risiko terbesar yang menyebabkan hipertensi?

I.3. Tujuan Penelitian


I.3.1. Tujuan Umum
Mempelajari beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi
pada usia 35 - 65 tahun
I.3.2. Tujuan Khusus
Mempelajari insiden hipertensi di desa X, kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
Mempelajari pengaruh jenis kelamin terhadap risiko terjadinya hipertensi
Mempelajari pengaruh keturunan terhadap risiko terjadinya hipertensi
Mempelajari pengaruh rokok terhadap risiko terjadinya hipertensi
Mempelajari pengaruh kopi terhadap risiko terjadinya hipertensi

I.4. Manfaat Penelitian


I.4.1. Bagi Peneliti
Sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan penelitian khususnya di bidang
kesehatan
Sebagai wahana untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh
Mengetahui pengaruh jenis kelamin, keturunan, rokok dan kopi terhadap risiko
terjadinya hipertensi
Sebagai upaya pencarian kasus hipertensi di masyarakat
I.4.2. Bagi Institusi
Sebagai data studi epidemiologi
Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat program-program kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pola hidup sehat
I.4.3. Bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan tentang hipertensi
Sebagai pengetahuan tentang pengaruh jenis kelamin, keturunan, rokok dan kopi
terhadap hipertensi
Adanya peningkatan kesadaran tentang pola hidup sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan tekanan arteri merupakan masalah kesehatan public yang sangat diperhitungkan
di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena gejalanya yang umum, mudah
dideteksi, dan biasanya mudah diatasi, serta sering mengarah pada komplikasi yang
mematikan bila dibiarkan tidak diterapi. Angka prevalensi yang tinggi serta akibat jangka
panjang yang ditimbulkannya merupakan sebab mengapa masalah ini perlu diperhatikan
terutama oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer, yang
tidak diketahui sebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 95% dari seluruh
pasien hipertensi dan 5% yang lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Pada hipertensi
sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui, 90% kasus hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit ginjal. Karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih
mendapatkan prioritas lebih banyak.
Batasan hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan aliran tekanan darah diastolic
diatas 90 mmHg pada individu tanpa menggunakan obat hipertensi.
Pada Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII Report) 2003 tekanan darah pada dewasa (18
tahun atau lebih) dibagi menjadi beberapa klasifikasi, ditunjukkan pada tabel 1. Pembagian ini
berdasarkan pada data rata-rata pada dua pengukuran dengan dudukatau lebih pada dua
kali kunjungan yang berbeda.Pasien dengan prehipertensi memiliki kemungkinan lebih besar
untuk berubah menjadi hipertensi;mereka yang mempunyai tekanan darah diantara 130-
139/80-89 mmHg mempunyai risiko dua kali lipat untukberkembang menjadi hipertensi jika
dibandingkan dengan tekanan darahnya lebih rendah.
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Tekanan Darah menurut Joint National Committee VII 2003
Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre hipertensi 120 - 139 atau 80 89
Hipertensi
Stage 1 140 159 atau 90 99
Stage 2 160 atau 100
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab spesifik,
melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara factor genetic, lingkungan serta factor
lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan tahanan
perifer. Meningkatnya curah jantung dan atau tahanan perifer akan meningkatkan tekanan
darah. Retensi sodium turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya aktivitas saraf simpatis,
meningkatnya aktivitas rennin angiotensin aldosteron, perubahan membrane sel,
hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa factor yang terlibat dalam
mekanisme hipertensi. Dengan perubahan gaya hidup dan pemakaian obat-obat anti
hipertensi, control atas hipertensi dapat dilakukan dengan manipulasi factor-faktor diatas.
Pertimbangan Genetik
Faktor genetic sejak lama telah diperkirakan mempunyai peranan penting pada terjadinya
hipertensi. Defek monogenik (contohnya: glukokortikoid-remediable aldosteronism dan
Liddles syndrome) serta susceptibilitas gen (contohnya: angiotensinogen dan gen adducing)
dilaporkan dapat meningkatkan yekanan intra arteri.
Pertimbangan Usia
Risiko tekanan darah 140/90 mmHg pada golongan umur 35-44 tahun 2,4 kali, dan pada
golongan umur 45-64 tahun risiko menjadi 5,5 kali dibandingkan dengan golongan umur 25-
34 tahun.
Lingkungan

Sejumlah faktor lingkungan berhubungan dengan berkembangnya hipertensi, diantaranya


asupan garam, obesitas, pekerjaan, intake alkohol, jumlah keluarga, dan kepadatan populasi.
Sensitivitas terhadap garam

Faktor lingkungan yang menjadi salah satu perhatian utama adalah asupan garam. Meskipun
dipengaruhi oleh banyak faktor, 60% hipertensi responsif terhadap asupan garam.
Penyebabnya bervariasi antara lain aldosteronisme primer, stenosis renal artery bilateral, renal
parenchymal disease, dan hipertensi rendah-renin essensial pada separuh jumlah pasien.
Sisanya masih belum diketahui secara pasti, tetapi yang telah diungkapkan berpengaruh
adalah intake klorida, intake kalsium, defek membran sel menyeluruh, dan resistensi terhadap
insulin.

RAA system
Salah satu mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati.
Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

Tabel 2. Faktor resiko untuk prognosis yang lebih (buruk) dalam hipertensi
Kulit hitam
Muda
Laki-laki
Tekanan darah diastolik 115 mmHg yang menetap
Perokok
Diabetes mellitus
Hypercholesterolemia
Obesitas
Konsumsi alkohol berlebihan
Bukti kerusakan end organ
1. Jantung
a. Pembesaran jantung
b. Tanda EKG : iskemia atau regangan ventrikel kiri
c. Infark Myocard
d. Congestive heart failure
2. Mata
a. Retinal exudates dan perdarahan
b. Papilledema
3. Ginjal : impaired renal function
4. SSP : cerebrovascular accident

Prosedur Diagnosis

Anamnesis
Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama baian belakang, sewaktu bangun
tidur pagi atau kapan saja terutama setelah mengalami ketegangan
Keluhan sistem kardiovaskuler (berdebar, dada terasa berat, atau sesak terutama
sewaktu melakukan aktivitas isometrik)
Keluhan sistem serebrovaskuler (susah konsentrasi, sukar tidur, migrain, mudah
tersinggung, dll.)
Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan
Lamanya menderita hipertensi, obat anti hipertensi yang digunakan, bagaimana
hasilnya dan apakah ada efek samping yang ditimbulkannya
Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya atau
mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid, analgetik anti inflamasi, obat
flu yang mengandung pseudo efedrin atau kafein, dll), pemakaian obat kontrasepsi,
analeptik, dll.
Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan kedua ovarium atau
menopause.
Faktor resiko penyakit kardiovaskuler atau kebiasaan buruk ( merokok, DM, Obesitas,
stress psikososial, makanan asin dan berlemak)
Riwayat keluarga untuk hipertensi, DM, dislipidemia, PJK, stroke atau penyakit ginjal
Pemeriksaan fisik


Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan berhubung variabilitas tekanan
darah, kecuali bila tekanan 160-170/105-110 mmHg. Posisi terlentang, duduk atau
berdiri di lengan kanan dan kiri.

Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body mass Index) yaitu berat dalam
kg dibagi tinggi dalam m2

Pemeriksaan sistim kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti adanya gagal
jantung, irama gallop, penyakit arteri karotis, renal dan perifer lain serta koarktasio
aorta, perabaan denyut nadi di arteri karotis dan femoralis

Denyut nadi di extremitas, adanya paresis atau paralisis

Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal

Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme,

Pemeriksaan fundus optikus dan sistim syaraf untuk mengetahui kemungkinan adanya
kerusakan serebro-vaskuler.

Pengukuran Tekanan Darah :

Karena adanya variasi yang besar TD, diagnosis hipertensi harus berdasarkan
beberapa kali pengukuran yang diambil pada beberapa kesempatan (waktu) yang
terpisah.
TD biasanya diukur secara tak langsung dengan sphygmo-manometer air raksa atau
alat noninvasif lainnya pada posisi duduk atau telentang.
sebelum pengukuran penderita istirahat 5 menit diruangan yang tenang
ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukuran lebih kecil pada anak-anak
dan lebih besar pada penderita gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan)
diperiksa pada fosa kubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV)
TD dapat diukur pada keadaan duduk atau telentang, pada JNC VII dianjurkan pada
posisi duduk
TD dinaikkan sampai 30 mmHg (4.0 kPa) diatas tekanan sistolik (palpasi), kemudian
diturunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik) dan dimonitor dgn stetoskop diatas a.
brakhialis.
tekanan sistolik ialah tekanan pada saat terdengar suara Korotkoff I sedangkan tekanan
diastolik pada saat Korotkoff V menghilang. Bila suara tetap terdengar, dipakai
patokan Korotkoff IV (muffling sound).
pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat
penyakit pembuluh darah perifer.
kadang perlu pengukuran pada posisi duduk/telentang dan berdiri untuk mengetahui
ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan
keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut (pemberian penyekat alfa).

BAB III
Kerangka Konsep dan Hipotesa Penelitian

III.1. Kerangka Konsep

Minum Kopi Minum Alkohol


Riwayat Penyakit

Genetik
Perilaku HIPERTENSI Obesitas

Jenis Kelamin

Merokok Makan Berlemak usia

Olah Raga
: Yang diteliti

III.2. Hipotesis
Hubungan antara jenis kelamin dengan risiko terjadinya hipertensi pada usia 35 65
tahun.
Ho : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan risiko terjadinya
hipertensi pada usia 35 65 tahun.
H1 : Ada hubungan antara jenis kelamin dengan risiko terjadinya hipertensi pada
usia 35 65 tahun.
Hubungan antara keturunan dengan risiko terjadinya hipertensi pada usia 35 65 tahun.
Ho : Tidak ada hubungan antara keturunan dengan risiko terjadinya hipertensi
pada usia 35 65 tahun.
H1 : Ada hubungan antara keturunan dengan risiko terjadinya hipertensi pada
usia 35 65 tahun.

Hubungan antara rokok dengan risiko terjadinya hipertensi pada usia 35 65 tahun.
Ho : Tidak ada hubungan antara rokok dengan risiko terjadinya hipertensi pada
usia 35 65 tahun.
H1 : Ada hubungan antara rokok dengan risiko terjadinya hipertensi pada usia 35
65 tahun.
Hubungan antara kopi dengan risiko terjadinya hipertensi pada usia 35 65 tahun.
Ho : Tidak ada hubungan antara kopi dengan risiko terjadinya hipertensi pada
usia 35 65 tahun.
H1 : Ada hubungan antara kopi dengan risiko terjadinya hipertensi pada usia 35
65 tahun.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. Jenis Penelitian


Ditinjau dari segi pengambilan data, penelitian ini bersifat Analitik
Observasional dengan pendekatan Case Control, yakni penelitian ini menelaah
hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko
tertentu. Desain penelitian case control dapat digunakan untuk menilai seberapa besar
faktor risiko dalam kejadian penyakit.

IV.2. Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa X, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang

IV.3. Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan mulai tanggal 25-30 Oktober 2004

IV.4. Populasi dan Sampel Penelitian


IV.4.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah penduduk desa X, kecamatan Lawang, kabupaten
Malang pada usia 35 65 tahun.
IV.4.2.1. Sampel
Sampel adalah populasi yang secara random terpilih menjadi sampel
penelitian, kemudian dibagi dalam sampel kasus dan sampel kontrol.
IV.4.2.2. Besar Sampel
Besar sampel untuk studi case-control menggunakan rumus :

n= Z [1/ (q1.p1 + 1/q2.p2)]

ln (1-e)
Keterangan :
n : besar sampel
P1 : proporsi kasus
P2 : proporsi control
OR = P1 x (1 - P2)
P2 x (1 - P1)
q : 100% - P
Z : nilai standar normal yang besarnya bila = 0,1 maka Z = 1,96

e : tingkat ketetapan relative yang dikehendaki = 0,20


Untuk estimasi interval kepercayaan odds rasio, maka digunakan ketentuan :
Perkiraan proporsi control, P1 (dari pustaka)
Odds rasio yang dianggap bermakna (clinical judgment = 2)
Tingkat ketepatan relative yang dikehendaki, e (ditetapkan oleh peneliti)
Tingkat kemaknaan, (ditentukan oleh peneliti)

IV.4.2.3. Cara Penentuan Sampel


Kasus
Semua orang pada usia 35-65 tahun yang menderita hipertensi
Kontrol
Diambil secara acak dari populasi orang pada usia 35-65 tahun yang tidak menderita
hipertensi
Dengan menggunakan simple random sampling yaitu mengambil sampel langsung
secara acak sehingga semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel
Pada rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan control, dengan memilih control
lebih banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah control diambil c
kali, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c

IV.4.3. Alat-alat
Tensimeter
Stetoskop
Rumusan Pertanyaan Wawancara
IV.5. Variabel yang Diteliti dan Definisi Operasional
IV.5.1. Variabel yang Diteliti
Variabel bebas :
Jenis kelamin
Keturunan
Rokok
Kopi
Variabel terikat : tekanan darah
IV.5.2. Definisi Operasional
Jenis kelamin : perempuan dan laki-laki
Keturunan : E+, jika terdapat keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi . E-, jika tidak terdapat keluarga yang memiliki
riwayat penyakit hipertensi.
Rokok : E+, jika mengkonsumsi rokok minimal 10 batang per hari
selama 1 tahun. E-, jika tidak mengkonsumsi rokok atau
mengkonsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari.
Kopi : E+, jika mengkonsumsi kopi minimal 1 gelas per hari selama 1
tahun. E-, jika tidak mengkonsumsi kopi atau mengkonsumsi
kopi kurang dari 3 gelas per minggu.
Hipertensi : D+, jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik 90 mmHg. D-, jika tekanan darah sistolik <
140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg. Kriteria
ini didasarkan pada klasifikasi tekanan darah pada seorang
berumur 18 tahun dan lebih menurut definisi hipertensi JNC
VII sebagai berikut :
Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre hipertensi 120 - 139 atau 80 89
Hipertensi
Stage 1 140 159 atau 90 99
Stage 2 160 atau 100

IV.6. Cara Pengumpulan Data


Wawancara dan pemeriksaan tekanan darah dari rumah ke rumah ( Active Case
Finding ). Wawancara berdasarkan checklist.
IV.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul, diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode statistic
Chi-Square dengan tingkat derajat kesalahan = 5%, jika p < harga tabel maka Ho diterima,
yang artinya faktor risiko tersebut tidak mempengaruhi kejadian hipertensi.
Rumus dasar Chi-Square adalah:
2 = (fo fh)2/fh
Dimana:
2 = Chi-Square
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Syarat-syarat menggunakan Chi-Square tes :
Jumlah sampel harus cukup besar untuk meyakinkan kita bahwa terdapat kesamaan
antara distribusi teoritis dengan distribusi sampling chi-square.
Pengamatan harus bersifat independent (unpaired). Ini berarti bahwa jawaban satu
subyek tidak berpengaruh terhadap jawaban subyek lain atau satu subyek hanya satu
kali digunakan dalam analisis.
Pengujian chi-square hanya dapat digunakan pada data deskrit (data frekuensi atau
data kategori) atau data kontinyu yang telah dikelompokkan menjadi kategori.
Jumlah frekuensi yang diharapkan harus sama dengan jumlah frekuensi yang diamati.
Pada derajat kebebasan yang sama dengan 1 (tabel 2x2) tidak boleh ada nilai expectasi
yang sangat kecil. Secara umum, bila nilai yang diharapkan terletak dalam satu sel
terlalu kecil (kurang dari 5) sebaiknya chi-square tidak digunakan karena dapat
menimbulkan taksiran yang berlebihan (over estimate) sehingga banyak hipotesis
yang ditolak, kecuali dengan koreksi dari Yates.
DAFTAR PUSTAKA

Ghazali, Muhammad Vinci dkk.2002.Penelitian Kasus Kontrol dalam Dasar-Dasar


Metodologi Penelitian Klinis.edisi ke-2.Jakarta:Sagung Seto.hlm 110-126
Madiyono, Bambang dkk.2002.Perkiraan Besar Sampel dalam Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis.edisi ke-2.Jakarta:Sagung Seto.hlm 259-286
Budiarto, Eko.2002.Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan
Masyarakat.Jakarta:EGC.hlm 212-224
Sugiyono.2004.Statistika untuk Penelitian.Bandung:CV Alfabeta.hlm 104-108
Williams, Gordon H.2001.Hypertensive Vascular Disease in Harrisons Principle of Internal
Medicine.15th edition.McGraw-Hill Companies
______, 2003, What is High Blood Pressure? http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?
identifier=2112
Association of Womens Health, Obstetric, and Neonatal Nurses, 2002, Caffein and Womens
Health, www.awhonn.org

Anda mungkin juga menyukai