Oleh:
Alifia Ramadhani Herida
G991903003
.
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah dan menetap di atas dari batas
yang disepakati. Batasan tekanan darah normal, apabila tekanan darah sitolik kurang
dari 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah di atas nilai normal yang ditentukan merupakan salah satu faktor risiko
dalam proses terjadinya penyakit pembuluh darah seperti stroke, infark miokard,
kematian kardiovaskular, dan semua penyebab kematian yang berhubungan dengan
naiknya tekanan darah.1
Hipertensi seringkali disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa
disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital. Penyakit ini
menyebabkan tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka
kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan penggunaan obat jangka panjang.2
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam
praktik kedokteran primer dan telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab
terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar yang menunjukkan hipertensi merupakan penyebab kematian di
Indonesia sebanyak 25,8% dan sebagian besar 63,2% kasus hipertensi di masyarakat
tidak terdiagnosis. Berdasarkan wawancara pada penderita hipertensi (apakah pernah
didiagnosis hipertensi dan minum obat hipertensi) dari 7,6 % pasien tahun 2007
menjadi 9,5 % pasien tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi hipertensi. Prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), %), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).3
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara
linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Apabila penyakit ini
tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan
bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali
lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali
lebih besar terkena serangan jantung.4
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan
berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar
terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan pola hidup (life
style) yang tidak sehat. Faktor sosial budaya masyarakat Indonesia berbeda dengan
sosial budaya masyarakat di negara maju, sehingga faktor yang berhubungan dengan
terjadinya hipertensi di Indonesia kemungkinan berbeda pula. Selain itu pemilihan
terapi medikamentosa menjadi sangat perlu diperhatikan memperhitungkan kebutuhan
pasien termasuk derajat hipertensi dan penyakit penyulit yang menyertai.5
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Pengontrolan penyakit ini masih belum adekuat, meskipun obat-obatan yang efektif
banyak tersedia.6 Rasionalitas pengobatan merupakan masalah yang terus terjadi di
masyarakat Indonesia yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketidaktepatan peresepan terjadi di banyak negara
terutama negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Ini telah menjadi perhatian
serius sebagai indikator dari kualitas suatu proses pengobatan.7
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, yaitu peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan/atau trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol
HDL dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit kardiovaskuler.8
Terapi pada dislipidemia terdiri atas dua terapi yaitu terapi farmakologis dan
non farmakologis. Terapi non farmakologis terdiri atas diet rendah kolesterol, aktifitas
fisik atau olahraga, penurunan berat badan dan berhenti merokok. Terapi farmakologis
terdiri atas terapi yang menggunakan obat-obat penurun kolesterol seperti obat pada
golongan statin, Inhibitor absorpsi kolesterol, Bile acid sequestrant, Fibrat, Asam
nikotinat (niasin) dan Inhibitor CETP (Erwinanto, 2013).10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada
pemeriksaan yang berulang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai.11
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua
golongan yang terdiri dari hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer atau hipertensi esensial didefinisikan sebagai hipertensi
yang penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi primer terdapat sekitar 90%
- 95% kasus. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor,
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan terhdap natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas pembuluh
darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin, dan lain-lain. Sedangkan
yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stres
emosi, obesitas, dan lain-lain. Hipertensi sekunder adalah hipertensi dengan
sebab yang diketahui. Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari
adanya penyakit lain (terdapat sekitar 5% - 10% kasus) penyebabnya antara
lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin,
kelainan saraf pusat, obat-obatan, dan lain-lain.12
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi
kelompok Normotensi, Prahipertensi, Hipertensi Derajat 1, Hipertensi
derajat 2 (Tabel 1). 13
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
2. Epidemiologi
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sesesar 25,8%. Sebagian besar orang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi, hal tersebut disebabkan karena
gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan
yang serius. Di samping itu pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun
obat-obatan yang efektif banyak tersedia..14
1. Manifestasi klinis
2. Pemeriksaan penunjang
3. Diagnosis
4. Patogenesis
e. Substansi vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam
mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin
merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin
dapat meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta
mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide
merupakan hormon yang diproduksi di atrium jantung dalam merespon
peningkatan volum darah. Hal ini dapat meningkatkan ekskresi garam dan
air dari ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan dan
hipertensi. 19
f. Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding
pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),
ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga
hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang
semakin lama akan semakin parah dan merusak organ target. Beberapa
keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi. 19
g. Disfungsi diastolik
Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat
ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan
tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel. 19
5. Penatalaksanaan
Penurunan berat Jaga berat badan ideal (IMT = 18,5 5-20 mmHg/ 10 kg
badan – 22,9 kg/m2)
Dietary Approach Diet tinggi serat dan rendah lemak 8-14 mmHg
to Stop
Hypertension
(DASH)
Pembatasan intake Kurangi hingga < 100 mmol per hari 2-8 mmHg
natrium ( 2,0 g natrium atau 6,5 g natrium
klorida atau 1 sendok teh garam per
hari )
7. Terapi Farmakologis
B. DISLIPIDEMIA
1. DEFINISI
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, yaitu peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan/atau trigliserida, serta penurunan kadar
kolesterol HDL dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko
utama aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dislipidemia adalah salah satu
komponen dalam trias sindrom metabolik selain diabetes dan hipertensi.8
2. EPIDEMIOLOGI
Data di Indonesia berdasarkan Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun
2007 menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol
total >200 mg/dL adalah 39,8%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe
Aceh, Sumatra Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai prevalensi
dislipidemia ≥50%. Data prevalensi pada umumnya menggunakan data populasi
negara barat atau negara di Asia.
3. ETIOLOGI
Etiologi dari dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari
hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan
hormon seks pria (testosteron) mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan
hormon seks wanita (estrogen) mempunyai efek perlindungan terhadap
aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause mempunyai risiko lebih besar
terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun,
begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan
dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih
tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak
perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan meningkat
kekerapannya pada usia 30 tahun.
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya dislipidemia.
Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat tertentu (spesific
– trait) diturunkan secara berpasangan yaitu kita memerlukan satu gen dari ibu dan
satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dapat diakibatkan oleh
faktor dislipidemia primer karena faktor kelainan genetik.
4. Faktor Kegemukan
Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah komplikasi
yang dapat terjadi sendiri – sendiri atau bersamaan. Kegemukan disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara energi yang masuk bersama makanan, dengan energi
yang dipakai. Kelebihan energi ini ditimbun dalam sel lemak yang membesar. Pada
orang yang kegemukan menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi
dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan
dalam sirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan
HDL mengalami lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas
ini secara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.
7. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
aterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol total dan LDL sehingga mempunyai risiko terjadinya dislipidemia.
4. PATOFISIOLOGI
a. Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol.
Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol
dari hati yang diekstresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus
yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen.
Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa
usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol
sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi
menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi
kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apoloprotein akan
membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus
torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel
menjadi asam lemak bebas free tatty acid (FFA) non-esterified fatty acid (NEFA).
Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali dijaringan lemak
(adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil
oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah
kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang
mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati.8
Kadar kolesterol – HDL, makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat
protektif terhadap oksidasi LDL.8
Gambar 4. Jalur Metabolisme Endogen
5. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala dislipidemia adalah berat badan dan IMT yang
termasuk diatas normal, dan selain itu kadang gejala tidak terlihat, oleh karena itu
untuk mengetahui adanya tanda dislipidemia harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menilai apakah kadar kolesterol seseorang tinggi atau rendah,
semuanya harus mengacu pada pedoman umum yang telah disepakati dan
digunakan diseluruh dunia yaitu pedoman dari NCEP ATP III (National cholesterol
Education Program, Adult Panel Treatment III), yang antara lain menetapkan
bahwa:
1. Total Kolesterol :
Nilai Normal < 200 mg/dl
Perbatasan tinggi 200 – 239 mg/dl
Tinggi > 240 mg/dl
2. LDL Kolesterol :
Optimal < 100 mg/dl
Mendekati optimal 100 – 129 mg/dl
Perbatasan tinggi 130 – 159 mg/dl
Tinggi 160 – 189 mg/dl
Sangat tinggi > 190 mg/dl
3. HDL Kolesterol :
Rendah < 40 mg/dl
Tinggi 60 mg/dl
4. Trigliserida
Normal < 150 mg/dl
Perbatasan tinggi 150 -199 mg/dl
Tinggi 200 – 499 mg/dl
Sangat tinggi > 499 mg/dl
7. DIAGNOSIS
Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang pada
pasien. Diagnosis ini mengacu pada pedoman dari NCEP ATP III (National
cholesterol Education Program, Adult Panel Treatment III). Familial Combined
Hyperlipidemia ditandai oleh peningkatan konsentrasi kolesterol LDL, TG, atau
keduanya. Dalam praktik klinis, identifikasi pasien dengan FCH dilakukan dengan
mengidentifikasi adanya kombinasi apoB >120 mg/dL dan TG >133 mg/dL pada
pasien dengan riwayat PJK prematur dalam keluarga. Kelainan ini merupakan
hiperlipidemia genetik yang tersering dijumpai di populasi dengan perkiraan
prevalensi 0,5%-2%.
I Kilomikron
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk seorang individu dengan diagnosis dislipidemia perlu di
sesuaikan dengan tingkat risiko mengidap penyakit kardiovaskuler. Terdapat empat
tingkat risiko penyakit kardiovaskuler yaitu risiko sangat tinggi, risiko tinggi, risiko
menengah dan risiko rendah. Kriteria tiap-tiap tingkat risiko adalah sebagai berikut :
Tingkat risiko:
b. sindrom metabolik
2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maximal ( 220 – umur ) selama 20-30 menit .
Medikamentosa
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat dipakai dalam
penatalaksanaan dislipidemia, diantaranya adalah :
1. Statin
Statin adalah obat penurun lipid paling efektif untuk menurunkan
kolesterol LDL dan terbukti aman tanpa efek samping yang berarti. Statin
merupakan obat pilihan bagi pasien dengan Dislipidemia Familial. Selain
berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga mempunyai efek
meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan TG. Berbagai jenis statin dapat
menurunkan kolesterol LDL 18-55%, meningkatkan kolesterol HDL 5-15%,
dan menurunkan TG 7-30%. Cara kerja statin adalah dengan menghambat kerja
HMG-CoA reduktase. Efeknya dalam regulasi CETP menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL. Di hepar, statin meningkatkan regulasi
reseptor kolesterol LDL sehingga meningkatkan pembersihan kolesterol LDL.
Dalam keadaan hipertrigliseridemia (tidak berlaku bagi normotrigliseridemia),
statin membersihkan kolesterol VLDL. Mekanisme yang bertanggungjawab
terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol HDL oleh statin sampai sekarang
belum jelas. Studi awal yang menggunakan statin untuk menurunkan kolesterol
LDL menunjukkan penurunan laju PJK dan mortalitas total serta berkurangnya
infark miokard, prosedur revaskularisasi, stroke, dan penyakit vaskular perifer.
Statin hendaknya diresepkan sampai dosis maksimal yang direkomendasikan
atau yang dapat ditoleransi untuk mencapai target kolesterol LDL. Selain
simvastatin, obat yang termasuk dalam golongan statin adalah lovastatin,
pravastatin, simvastatin, fluvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, pitavastatin.9
6. Inhibitor CETP
7. Terapi kombinasi
9. PENCEGAHAN
a. Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah diet
asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak
jenuh. Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar
dibandingkan dengan diet MUFA atau diet rendah karbohidrat. PUFA omega-3
tidak mempunyai efek hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan
mengonsumsi ikan (mengandung banyak PUFA omega-3) berhubungan dengan
reduksi risiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma.
Konsumsi PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2 gram/hari) mempunyai
efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi konsentrasi TG.
Konsumsi PUFA omega-3, PUFA omega-6 dan MUFA berhubungan dengan
peningkatan konsentrasi kolesterol HDL sampai 5% dan penurunan TG sebesar 10-
15%.
Diet kaya karbohidrat (>60% kalori total) berhubungan dengan penurunan
konsentrasi kolesterol HDL dan peningkatan konsentrasi TG. Oleh karena itu,
asupan karbohidrat dianjurkan kurang dari 60% kalori total. Asupan lebih rendah
dianjurkan bagi pasien dengan peningkatan konsentrasi TG dan konsentrasi
kolesterol HDL rendah seperti yang ditemukan pada pasien sindrom metabolik.
Diet karbohidrat yang kaya serat dianggap diet optimal pengganti lemak jenuh yang
tujuannya meningkatkan efek diet pada konsentrasi kolesterol LDL dan
mengurangi efek yang tidak dikehendaki dari diet kaya karbohidrat pada
lipoprotein lain. Diet makanan tinggi serat seperti kacang kacangan, buah, sayur
dan sereal memiliki efek hipokolesterolemik langsung.
b. Aktivitas fisik
10. PROGNOSIS
Apabila dislipidemia disebabkan karena kelainan genetik dan bawaan,
pasien mempunyai resiko lebih tinggi menderita aterosklerosis dan komplikasi
penyakit kardiovaskular lainnya, selain itu komplikasi tersebut dapat terjadi di
umur lebih muda daripada pasien dislipidemia lainnya. Sehingga prognosis pada
pasien tersebut adalah dubia ad malam. Sedangkan untuk pasien dislipidemia
dengan penyebab selain genetik, dengan melakukan prinsip terapi dislipidemia
seperti perubahan pola hidup yang merugikan, upaya farmakologis, serta terapi
untuk penyakit yang mendasari terjadinya dislipidemia, hal tersebut dapat
menurunkan resiko terjadinya komplikasi dari dislipidemia sehingga prognosis
pasien dapat menjadi dubia ad bonam.10
BAB III
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Sukoharjo
Agama : Islam
Berat badan : 75 kg
Tinggi Badan : 165 cm
1. Keluhan Utama : Kaku pada tengkuk hingga leher dan mudah lelah jika
beraktivitas berat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sering kaku di daerah tengkuk sampai ke
leher, terutama sejak 5 hari yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul, terasa
lebih berat bila terlalu capek atau terlalu banyak pikiran. Keluhan dirasa hilang
saat pasien tidur dan istirahat. Pasien merasa keluhan cukup mengganggu
aktivitasnya. Pasien mengaku tekanan darah biasanya berkisar 130-140/90
mmHg tetapi pasien tidak pernah minum obat hipertensi sebelumnya. Pasien
mengatakan beberapa hari terakhir banyak pikiran karena mendengar rumor
akan dilakukan PHK secara massal di perusahaannya.
Pasien juga mengeluhkan mudah lelah jika beraktivitas berat seperti naik
tangga. Pasien mengaku jarang berolahraga. Pasien merupakan seorang
karyawan swasta di sebuah perusahaan sehingga sehari-hari pasien lebih
banyak duduk di depan komputer.
Pasien memiliki kebiasaan sering makan makanan yang asin, sering
mengkonsumsi kopi, makanan yang bersantan, gorengan, serta makanan siap
saji dari restoran. Pasien juga mempunyai kebiasaan merokok sejak 5 tahun
terakhir. Pasien menyangkal sedang memiliki masalah kesehatan dan tidak
sedang meminum obat apapun. Riwayat nyeri dada disangkal (-), riwayat sesak
napas disangkal (-), riwayat sering terbangun pada malam hari karena sesak
napas disangkal (-). Ayah pasien meninggal pada usia 52 tahun karena penyakit
jantung koroner. Pasien memiliki 2 saudara, yakni 1 kakak laki-laki dan 1 kakak
perempuan. Seluruh saudara pasien, termasuk pasien menderita kegemukan.
Kedua saudaranya memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat penyakit serupa : disangkal
2. Riwayat sakit gula : disangkal
3. Riwayat darah tinggi : disangkal
4. Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
6. Riwayat sakit ginjal : disangkal
7. Riwayat mondok : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Ayah pasien meninggal karena Penyakit
Jantung Koroner
Riwayat DM : disangkal
Riwayat kadar kolesterol tinggi : Kedua saudara memiliki kadar
kolesterol tinggi
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat konsumsi obat-obatan bebas : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
c. Riwayat merokok : (+) sejak 5 tahun yang lalu
d. Riwayat makan makanan asin : sering
e. Riwayat makan makanan bersantan : sering
f. Riwayat minum kopi : sering
g. Riwayat olahraga : sangat jarang
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 47 tahun, dengan status menikah.
Pasien bekerja sebagai karyawan di perusahaan asing. Pasien berobat
menggunakan asuransi BPJS.
7. Anamnesis Sistem
8. Keluhan utama: Kaku pada tengkuk hingga leher dan mudah lelah jika
beraktivitas berat
a. Kulit : normal
b. Kepala : kaku di tengkuk hingga leher
c. Mata : normal
d. Hidung : normal
e. Telinga : normal
f. Mulut : normal
g. Tenggorokan : normal
h. Sistem respirasi : normal
i. Sistem kardiovaskuler : normal
j. Sistem gastrointestinal : normal
k. Sistem muskuloskeletal : mudah lelah jika beraktivitas berat
l. Sistem genitouterina : normal
m. Ekstremitas : normal
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : kompos mentis, kesan sakit sedang, gizi kesan lebih.
Berat badan : 75 kg
Tinggi badan : 165 cm
Indeks Massa Tubuh: 27,55 kg/m2 (obese I WHO criteria)
2. Tanda vital
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 85 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup, simetris
Napas : 20 x/menit, kussmaul (-)
Suhu : 36,60C per axiller
3. Kulit : warna sawo matang
4. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut
5. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor (3 mm/3 mm), bulat, di tengah, mata
cekung (-/-)
6. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
7. Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa basah (+)
8. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)
9. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1–T1
10. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar, Jugular Venous
Pressure (JVP) tidak meningkat
11. Thorax : Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan=kiri,
retraksi intercostal (-), pernafasan torakoabdominal, sela-sela
iga melebar (-/-), pembesaran KGB axilla (-/-)
12. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis, iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal, konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 86 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni, intensitas
normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi jantung I > Bunyi
jantung II, di SIC V 1 cm medial linea medioklavikula sinistra
dan SIC IV linea parasternal sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi
jantung I di SIC II linea parasternal dextra et sinistra.
13. Pulmo
Inspeksi : Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (-).
Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar, retraksi
intercostal (-)
Palpasi : Simetris. Pergerakan dada kanan = kiri, peranjakan dada kanan
= kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus
basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
14. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra
(-)
15. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
16. Ekstremitas
Edema (-), kaku (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas
(-), ikterik (-), petechi (-), flat nail (-), spoon nail (-), kuku pucat (-), clubing
finger (-), hiperpigmentasi (-).
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Pemeriksaan Hasil Satuan
Kolesterol total 300 mg/dl
Trigliserida 350 mg/dl
HDL 30 mg%
LDL 224 mg%
GDS 160 mg/dl
HbA1c 6 %
D. RESUME
Pasien datang dengan keluhan sering kaku di daerah tengkuk sampai ke leher,
terutama sejak 5 hari yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul, terasa lebih berat bila
terlalu capek atau terlalu banyak pikiran. Keluhan dirasa hilang saat pasien tidur dan
istirahat. Pasien merasa keluhan cukup mengganggu aktivitasnya. Pasien mengaku
tekanan darah biasanya berkisar 130-140/90 mmHg tetapi pasien tidak pernah minum
obat hipertensi sebelumnya. Pasien mengatakan beberapa hari terakhir banyak pikiran
karena mendengar rumor akan dilakukan PHK secara massal di perusahaannya.
Pasien juga mengeluhkan mudah lelah jika beraktivitas berat seperti naik
tangga. Pasien mengaku jarang berolahraga. Pasien merupakan seorang karyawan
swasta di sebuah perusahaan sehingga sehari-hari pasien lebih banyak duduk di depan
komputer.
Pengukuran berat badan didapatkan 75 kg, tinggi badan165 cm, tekanan darah
150/90 mmHg, nadi 85 x/menit, reguler, respirasi 20 x/menit, dan suhu 36,6ºC (per
axiller). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kolesterol total 300 mg/dl,
trigliserid 350 mg/dl, HDL 30 mg%, LDL 224 mg%, GDS 160 mg/dL, HbA1c 6%.
E. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi stage I dan dislipidemia kombinasi familial
F. TUJUAN TERAPI
1. Terapi hipertensi
a. Menurunkan tekanan darah sampai <140/90 mmHg. Dilakukan dengan:
Modifikasi gaya hidup
Obat antihipertensi, diberikan 1 obat hipertensi:
ACE inhibitor, captopril dengan dosis 25 mg diberikan 2 kali sehari.
b. Mencegah terjadinya komplikas dan menurunkan morbiditas dan mortilitas,
dilakukan dengan mempertahankan tekanan darah normal dengan
melakukan pengobatan dan kontrol rutin.
2. Terapi dislipidemia
a. Untuk menurunkan kadar kolesterol pasien
b. Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
G. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
Ad sanam : Dubia Ad Bonam
H. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan faktor risiko yang
dimilikinya.
b. Memelihara dan menjaga kesehatan jasmani, dengan berolahraga ringan,
seperti berjalan, atau bersepeda di sekitar kompleks rumah selama 30-45
menit, tiga kali dalam seminggu.
Alamat : Sukoharjo
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
A. OBAT HIPERTENSI
Berdasarkan pedoman dari JNC VIII, pada populasi umum <60 tahun
terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan jika
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target tekanan darah <90 mmHg. Pada
populasi non kulit hitam umum, terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup
golongan tiazid atau Calcium Canal Blocker (CCB) atau ACE Inhibitor atau
Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Jika target tekanan darah tidak tercapai
dalam 1 bulan perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua
dari salah satu golongan yang direkomendasikan. Jika target tekanan darah tidak
dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari golongan yang
direkomendasikan.23
Pada kasus diatas dimana pasien dengan diabetes mellitus, menurut
Perkeni pilihan obat untuk pasien diabetes mellitus dengan hipertensi adalah ACE
inhibitor. Di mana ACE inhibitor menunjukkan efek positif terhadap lipid darah
dan mengurangi resistensi insulin sehingga sangat baik untuk hipertensi pada
diabetes, dislipidemia, dann obesitas. Obat ini juga mempunyai efek nefroprotektif
dan sering digunakan untuk mengurangi proteinuria pada pasien diabetes mellitus
dengan komplikasi nefropati. ACE inhibitor juga ddapat memperbaiki kinerja
kardiovaskuler.
Berdasar JNC 8, golongan ACE Inhibitor yang direkomendasikan
adalah captopril dengan dosis awal harian 50 mg, diberikan dua kali perhari. Terapi
diberikan selama 1 bulan, jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu
golongan yang direkomendasikan. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari golongan yang
direkomendasikan. Menurut Perkeni, pengobatan hipertensi harus diteruskan
walaupun target sudah tercapai, bila tekanan darah yang terkendali setelah 1 tahun
pengobatan, dapat dicoba menurunkan dosis secara bertahap.
Kaptopril merupakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor yaitu
dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu, degradasi
bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan
berperan dalam efek vasodilatasi ACE inhibitor. Vasodilatasi secara langsung akan
menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan
menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi kalium. Terapi nonfarmakologis
juga harus diberikan pada pasien agar keberhasilan target terapi tercapai. 24
Captopril
1. Farmakodinamik
Kaptopril merupakan turunan prolin yang efektif meniadakan pembentukan
Angiotensin Converting Enzym (ACE) II yaitu vasodilatasi dan berkurangnya
retensi garam dan air. Kaptopril merupakan obat antihipertensi yang
menghambat ACE. Zat ini tidak menimbulkan udema dan digunakan pada
hipertensi ringan sampai berat. Kaptopril tersedia dalam bentuk tablet 12,5 mg
dan 25 mg, dan 50 mg.
2. Farkamokinetik
Setelah pemberian secara oral kaptopril secara cepat diabsorpsi dan adanya
makanan dalam saluran gastrointestinal berkurang 30-40%. Dalam periode 24
jam lebih dari 95% dosis yang diabsorpsi dieliminasi ke dalam urin dan 40-
50%nya dalam bentuk tidak berubah. Resorpsinya dari usus cepat untuk ca
(75%), efeknya sudah maksimal setelah 1,5 jam dan bertahan 12-24 jam
tergantung pada dosis. PP-nya 25-30%, plasma-t½-nya 2-3 jam. Ekskresinya
lewat kemih, sparuhnya sebagai metaboli inaktif dan separuh utuh.
3. Indikasi
Pengobatan hipertensi sedang hingga berat dapat digunakan sendiri atau
dikombinasi dengan obat hipertensi lain, terutama diurotic tipe tiazid
Pengobatan kepada pasien dengan gagal jantung yang tidak cukup atau tidak
dapat diobati dengan terapi konvensional. Captopril dapat digunakan dengan
diuretic dan digitalis.
4. Dosis
Captopril sebaiknya diminum 1 (satu) jam sebelum makan.
Dewasa: Hipertensi: dosis awal 12,5 mg, 3x sehari. Jika setelah 1-2 minggu
penurunan tekanan darah sebelum tercapai, dosis dinaikkan 25-50 mg, 2-3x
sehari. Jika setelah 2 minggu penurunan tekanan darah yang diinginkan belum
tercapai, dapat ditambahkan dengan diuretic tipe Tiazid (misal
hidroklorotiazid) 25 mg/hari, dosis dapat dinaikkan dengan interval waktu 1-2
minggu sampai dosis tercapai atau bila penderita sebelumnya sudah mendapat
terapi dengan diuretic, pengobatan harus dibawah pengawasan dokter. Dosis
dapat dinaikkan sampai 100 mg, 2-3x sehari dan bila benar-benar dibutuhkan
dosis dapat diberikan sampai 150 mg, 2-3x sehari. Dosis biasanya 25-150 mg,
2-3x sehari, dosis maksimum sehari tidak lebih dari 450 mg/hari. Gagal
jantung: Dosis awal: 6,25 mg atau 12,5 mg, 3x sehari (untuk meminimalkan
lama dan besarnya efek hipotesif). Pada kebanyakan penderita dosis awal
umumnya 25 mg, 3x sehari. Setelah mencapai dosis 50 mg, 3x sehari,
kenaikkan dosis ditunda paling sedikit 2 minggu untuk menentukan
kemungkinan respon yang memuaskan terjadi. Sebagian besar penderita
menunjukkan perbaikkan klinis pada 50 atau 100 mg, 3x sehari. Dosis
maksimum adalah 450 mg/hari. Penderita gagal ginjal:
Bila efek terapi yang telah diinginkan tercapai maka maksimum dosis perhari
harus diturunkan atau interval pemberian dapat tercapi.
5. Efek samping
Efek samping yang sering terjadi ialah hilangnya rasa (kadang-kadang juga
pencium, batuk kering, dan exanthema. Efeknya dapat ditiadakan oleh
indometasin dan NSAID lainnya.
6. Interaksi obat
Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan
preparat kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya
hiperkalemia. Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat
menghambat efek kaptopril. Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi
pada pasien yang diberi kaptopril dan simetidin. Kombinasi kaptopril dengan
allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal kronik.
B. OBAT DISLIPIDEMIA
Terapi yang diberikan pada kasus ini terdiri atas terapi medikamentosa
dan non medikamentosa. Terapi medikamentosa pada kasus ini adalah
simvastatin tablet 10 mg. Simvastatin sendiri adalah obat yang termasuk dalam
golongan statin (inhibitor HMG-CoA reduktase). Statin adalah obat penurun
lipid paling efektif untuk menurunkan kolesterol LDL dan terbukti aman tanpa
efek samping yang berarti. Statin merupakan obat pilihan bagi pasien dengan
Dislipidemia Familial. Selain berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL,
statin juga mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan
TG. Berbagai jenis statin dapat menurunkan kolesterol LDL 18-55%,
meningkatkan kolesterol HDL 5-15%, dan menurunkan TG 7-30%. Cara kerja
statin adalah dengan menghambat kerja HMG-CoA reduktase. Efeknya dalam
regulasi CETP menyebabkan penurunan konsentrasi kolesterol LDL dan
VLDL. Di hepar, statin meningkatkan regulasi reseptor kolesterol LDL
sehingga meningkatkan pembersihan kolesterol LDL. Dalam keadaan
hipertrigliseridemia (tidak berlaku bagi normotrigliseridemia), statin
membersihkan kolesterol VLDL. Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap
peningkatan konsentrasi kolesterol HDL oleh statin sampai sekarang belum
jelas. Studi awal yang menggunakan statin untuk menurunkan kolesterol LDL
menunjukkan penurunan laju PJK dan mortalitas total serta berkurangnya
infark miokard, prosedur revaskularisasi, stroke, dan penyakit vaskular perifer.
Statin hendaknya diresepkan sampai dosis maksimal yang direkomendasikan
atau yang dapat ditoleransi untuk mencapai target kolesterol LDL. Selain
simvastatin, obat yang termasuk dalam golongan statin adalah lovastatin,
pravastatin, simvastatin, fluvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, pitavastatin
(Barter et al., 2010)
Target terapi pengobatan statin adalah menurunkan konsentrasi
kolesterol LDL minimal 50% atau sesuai dengan tingkat risiko
kardiovaskularnya. Kombinasi statin dengan ezetimibe direkomendasikan bagi
pasien yang target kolesterolnya LDL tidak tercapai dengan statin dosis
maksimal. Ezetimibe monoterapi direkomendasikan bagi pasien yang tidak
toleran atau mempunyai indikasi kontra terhadap statin. Terapi dengan bile acid
sequestrant, asam nikotinat, atau fibrat dapat dipertimbangkan bagi pasien yang
tidak toleran terhadap statin dan ezetimibe (Erwinanto, 2013).
Semua statin kecuali pravastatin, rosuvastatin, dan pitavastatin
mengalami metabolisme di hati melalui isoenzim sitokrom P450 sehingga akan
berinteraksi dengan obat yang dimetabolisme melalui enzim tersebut.
Peningkatan enzim hepar terjadi pada 0,5-2% pengguna statin terutama pada
dosis tinggi. Setiap pasien hendaknya diperiksa enzim heparnya sebelum
memulai terapi statin dan sesuai indikasi sesudahnya. Terapi statin hendaknya
dihentikan pada pasien dengan jejas hepar serius yang disertai keluhan klinis
dan/atau hiperbilirubinemia atau ikterus. Kenaikan transaminase lebih dari 3x
batas atas normal merupakan indikasi untuk menghentikan terapi statin. Terapi
statin dapat dilanjutkan jika konsentrasi transaminase sudah turun kurang dari
3x batas atas normal.
Data dari studi pencegahan sekunder menunjukkan bahwa terapi statin
menurunkan risiko kardiovaskular lebih besar pada subyek usia ≥65 tahun
daripada usia lebih muda. Sebuah studi pencegahan primer dan sekunder pada
subyek usia rerata 75 tahun dengan risiko kardiovaskular tinggi menunjukkan
bahwa terapi statin selama 3 tahun berhubungan dengan penurunan kejadian
kardiovaskular tanpa mempengaruhi mortalitas total dan disfungsi kognitif.
Simvastatin
Simvastatin tablet 10 mg (1 box berisi 5 strip).
1. Farmakologi
Simvastatin merupakan obat yang termasuk dalam golongan statin (inhibitor
HMG-CoA reduktase). Selain berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL,
statin juga mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan
TG.
2. Indikasi
Menunurunkan kadar LDL dan kolesterol total pada penderita
hiperkolesterolemia primer, mengurangi peningkatan kadar kolesterol pada
pada penderita hiperkolesterolemia yang disertai hipertrigliseridemia.
3. Kontraindikasi
Penyakit pada hepar atau peningkatan transaminase serum yang menetap dan
tidak jelas penyebabnya. Hamil dan laktasi.
4. Dosis
Awal 5-10 mg/hari dosis tunggal, pada malam hari. Pada penderita
hiperkolesterolemia ringan sampai dengan sedang Awal 5mg/hari. Pengaturan
dosis dilakukan dengan intervensi 4 minggu sampai dengan maksimal
40mg/hari, diberikan pada malam hari. Kadar lipid harus diukur dengan interval
minimal 4 minggu. Bila kadar LDL turun di bawah 75 mg.dL atau kadar
kolesterol plasma turun di bawah 140 mg.dl, perlu dipertimbangkan untuk
mengurangi dosis.
5. Peringatan dan perhatian
Anak dan remaja. Tidak diindikasikan pada pasien hiperlipidemia tipe I, IV, V.
Lakukan tes fungsi hati sebelum pengobatan., 6 dan 12 minggu setelah terapi
pertama, dan selanjutnya periodik. Hati-hati pada alkoholisme atau pada
riwayat penyakit hati.
6. Interaksi obat
Derivat kumarin, warfarin, imunosupresan, gemfibrosil, niasin, eritromisin,
antipirin, propanolol dan digoksin.
7. Efek samping obat
Disfungsi saraf kranial, tremor, vertigo, kehilangan memori, parestesia,
neuropati perifer, kelumpuhan saraf perifer, sakit kepala, reaksi
hipersensitivitas, nyeri perut, konstipasi, kembung, pankreatitis, anoreksia,
muntah, alopesia, ginekomastia, libido berkurang, disfungsi ereksi,
progestivitas katarak, oftalmoplegia, asthenia, miopati, reabdomiolisis, edema
angioneurotik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
> 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada pemeriksaan yang
berulang.
2. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, yaitu peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan/atau trigliserida, serta penurunan kadar
kolesterol HDL dalam darah.
3. Terapi pada hipertensi dan dislipidemia terdiri atas dua terapi yaitu terapi
farmakologis dan non farmakologis..
B. SARAN
1. Menyarankan pada pasien untuk memelihara dan menjaga kesehatan jasmani,
dengan berolahraga ringan secara rutin, menghentikan konsumsi rokok,
mengurangi konsumsi makanan asin, berlemak, minum kopi dan menjalani diet
sehat dan mengkonsumsi obat pemberian dokter secara teratur dan tidak
menghentikan pengobatan secara tiba-tiba tanpa seizin dokter.