Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang cukup serius di seluruh dunia. Disamping
angka kejadiannya yang meningkat secara terus-menerus, hipertensi juga dapat menyebabkan
beberapa komplikasi yang yang berakibat fatal dari menurunkan kualitas hidup penderita
hingga dapat menyebabkan kematian. Menurut World Health Organization, hipertensi
merupakan faktor risiko dari tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di seluruh
dunia.1
Secara global, tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi penyebab 7,1 juta kematian
atau sekitar 13% dari kesuluruhan penyebab kematian. Sekitar 62% penyakit serebrovaskular
dan 49% penyakit jantung iskemik disebabkan oleh hipertensi. Bahkan di dunia, hipertensi
menjadi beban finansial yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun sistem kesehatan
dan menghabiskan banyak sumber daya.
Hingga saat ini, angka kejadian hipertensi di seluruh dunia cukup tinggi, dan memiliki
kecenderungan untuk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1980 jumlah
penderita hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta penderita dan mengalami peningkatan
menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Laporan statistik kesehatan dunia
2012 menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Pada tahun 2007 prevalensi kejadiannya meningakat menjadi satu dari tiga orang berusia
di atas 18 tahun mengalami hipertensi. Presentase kejadian hipertensi di Indonesia adalah
sebesar 31,7% dari penduduk Indonesia, dan diketahui bahwah 76,1% dari keseluruhan
penderita hipertensi tidak menyadari mengalami hipertensi.2
Kejadian hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian yang
dilakukan, melaporkan bahwa faktor yang menyebabkan hipertensi adalah umur karena
semakin lanjut usia semakin berisiko terkena hipertensi. Faktor lain yang berpengaruh adalah
faktor genetik, obesitas dan kebiasaan merokok. Sedangkan dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Ade dkk (2009), melaporkan bahwa kejadian hipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: usia >45 tahun (89,1%), berjenis kelamin wanita (56,5%), faktor
keturunan (65,2%), merokok (56,5%), dan pola asupan garam (65,2%).
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi
kejadian hipertensi ini antaranya adalah mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi
dini hipertensi secara aktif (skrining), meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
deteksi dini melalui kegiatan posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM), meningkatkan akses
pasien terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian
PTM. Upaya menurunkan konsekuensi timbulnya penyakit hipertensi di butuhkan deteksi
awal dan manajemen kesehatan yang efektif. Kegiatan identifikasi faktor risiko diharapkan
mampu mendeteksi kasus hipertensi secara efektif.3
Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan Puskesmas dalam menanggulangi kasus
PTM di masyarakat terutama kasus hipertensi, penulis bermaksud melaksanakan mini project
mengenai program SIGAPORI. Melalui upaya tersebut diaharapkan Puskesmas menjadi
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat serta melakukan pelayanan yang lebih
holistik terutama terhadap kasus-kasus hipertensi dalam masyarakat melalui program
pemberdayaan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Kasus hipertensi di Indonesia melalui hasil RISKESDAS tahun 2013 masih tinggi
dan termasuk lima besar penyakit terbanyak yang diderita.
b. Pemerintah berupaya menurunkan angka kasus hipertensi dengan berbagai program
yang ditekankan pada revitalisasi peran Puskesmas dan pemberdayaan masyrakat.
c. Puskesmas Porto Haria belum memiliki program yang secara khusus ditujukan untuk
kasus hipertensi secara menyeluruh.

1.3 Tujuan
a. Meningkatkan pelayanan dan kepatuhan berobat pasien hipertensi
b. Menekan angka komplikasi pada pasien hipertensi dengan edukasi perubahan gaya
hidup dan kepatuhan minum obat
c. Membuat program khusus hipertensi yang terintegrasi dengan program lain yang
sudah berjalan di puskesmas/posbindu.
d. Meningkatkan akses penderita hipertensi terhadap pengobatan hipertensi melalui
revalitasi pengendalian penyakit hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Definisi Hipertensi
Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah masalah kesehatan
masyarakat yang mendunia. Dimana hipertensi dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit
jantung, stroke, gagal ginjal kronik, kematian premature, dan kecacatan.1
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luarnegeri,
menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik =
140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik = 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah
satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi.4

2.2 Klasifikasi Hipertensi


2.2.1 Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), Hipertensi primer atau
esensial adalah jenis yang paling umum dari hipertensi. Jenis hipertensi ini cenderung terjadi
pada seseorang selama bertahun-tahun seumur hidupnya.5
Hipertensi esensial didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
hipertensi esensial sendiri merupakan 95%dari seluruh kasus hipertensi (Yogiantaro,2010).
Hipertensi esensial dapat diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna. Hipertensi
benigna bersifat progresif lambat, sedangkan hipertensi maligna adalah suatu keadaan klinis
dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan
kerusakan berat pada berbagai organ. Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak,
ginjal, mata. Hipertensi maligna bisa diartikan sebagai hipertensi berat dengan tekanan diastolic
lebih tinggi dari 120 mmHg.6
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain atau penggunaan obat-obatan
tertentu. Jenis ini biasanya sembuh setelah penyebabnya diobati atau dihilangkan.5
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau kelainan
organik yang jelas diketahui dan meliputi 2-10% dari seluruh penderita hipertensi. Jenis
hipertensi sekunder sering sekali dapat diobati. Peningkatan curah jantung sering sekali di sertai
penambahan volume darah dan aktivasi neurohumonal di jantung.4
Hipertensi sekunder sudah diketahui penyebabnya seperti disebabkan oleh penyakit ginjal
(parenkim ginjal), renovaskular, endoktrin (gangguan aldosteronisme primer), kehamilan
(preeklampsia), sleep apnea, dan obat-obatan (Widyanto dan Triwibowo, 2013).

2.2.2 Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD)
Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National Committee onPrevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) tahun 2004 klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, pra-hipertensi, hipertensi
derajat 1 dan derajat 2.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

2.3 Gejala Klinis Hipertensi


Sebagian besar penderita hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali, ada kesalahan
pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan
gejala penyakit, tetapi kenyataanya adalah justru kebanyakan penderita hipertensi tidak
merasakan adanya gejala penyakit sama sekali. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti
sakit kepala, sesak napas,pusing, nyeri dada, palpitasi, dan pendarahan di hidung. Gejala-gejala
tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan pertanda pasti dari penyakit
hipertensi. Hipertensi merupakan tanda peringatan yang serius dimana dibutuhkan perubahan
gaya hidup. Hipertensi dapat membunuh secara diam- diam(silent killer) dan sangat penting bagi
semua orang untuk mengetahui tekanan darahnya.1
2.4 Epidemiologi Hipertensi
2.4.1 Distribusi dan Frekuensi
a. Berdasarkan Orang
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besarakan bertambah, dimana baik
hipertensi sistolik maupun kombinasi hiperten sisistolik dan diastolik sering timbul pada lebih
dari separuh orang berusia > 65tahun.7
Berdasarkan data Health, United States (HUS), 2014, dimana dariseluruh warga USA
pada 2009- 2012, orang dewasa berusia ≥ 20 tahun dengan hipertensi (didiagnosis dan tidak
terdiagnosis) 47,4% penderita hipertensi berlanjut menderita tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol. Didapatkan data penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin, pada laki-laki 62,0%
danpada perempuan 44,7% (HUS, 2015). Berdasarkan Centers for Disease Control and
Prevention (CDC),penderita Hipertensi di USA menurut data karakteristik umur dengan
kasustertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun yaitu 66,7% laki-laki dan 78,5% perempuan dan
kasus terendah pada kelompok umur 20- 34 tahun yaitu 11,1% laki-laki dan 6,8% perempuan
(CDC, 2015). Dan didapatkan data penderita hipertensi berdasarkan ras dan etnis di USA,sebagai
berikut :8
Tabel 2.2 Hipertensi Berdasarkan Ras dan Etnis Di USA

Di Asia, kawasan Asia Tenggara, pada tahun 2010 terdapat 36% orang dewasa yang
menderita hipertensi (Yuliantari, 2014). Penelitian di Taiwan olehLu FH pada tahun 2000
menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia diatas65 tahun 60,4% (laki-laki 59,1% dan
perempuan 61,9%) yang sebelumnya 31,1 %(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%) dan yang
telah terdiagnosis adalah 29,3%(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%) (Kuswardhani,2007).
Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang pernah didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur≥18 tahun sebagian besar (63,2%) kasus
hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Penderita Hipertensi di Indonesia menurut data
karakteristik kelompok umur dengan kasus tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun yaitu63,8%
dan kasus terendah pada kelompok umur 15- 24 tahun yaitu 8,7%. Berdasarkan data di
Indonesia, penderita hipertensi tertinggi pada perempuan(28,8%) dibandingkan dengan laki- laki
(22,8%).3
b. Berdasarkan Tempat
Hipertensi menyerang baik populasi dari negara yang berpendapatan rendah dan negara
yang berpendapatan menengah dimana sistem penanganan kesehatannya lemah. Pada tahun 2008
di seluruh dunia kurang lebih 40% dariorang dewasa berusia ≥ 25 tahun telah didiagnosis
menderita hipertensi. Diketahui penderita hipertensi yang berusia ≥ 25 tahun tertinggi di daerah
Afrika dengan prevalensi 46% , sedangkan prevalensi terendah di Amerika 35%. Secara
keseluruhan, negara-negara berpendapatan tinggi memiliki prevalensi penderita hipertensi yang
lebih rendah.1
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur
≥ 18 pada tahun 2007 di Indonesia menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat(20,1%). Sedangkan pada tahun 2013
prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8%)
(Kemenkes, 2014). Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, prevalensi hipertensi lebih tinggi
diperkotaan (26,1%), dibandingkan di perdesaan (25,5%).3
c. Berdasarkan Waktu
Penderita penyakit hipertensi berdasarkan waktu berbeda setiap tahunnya. Berdasarkan
data orang dewasa berusia ≥ 20 tahun prevalensi penderita hipertensi di USA pada jenis kelamin
laki-laki dan perempuan tahun 1999- 2002(30,0%), meningkat di tahun 2003- 2006 (31,3%), dan
menurun kembali di tahun2009-2012 (30,0%).8
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur
18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.Sedangkan jika dibandingkan
dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9%(dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini
bisa terjadi karena berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda dan
masyarakat yang sudah mulaisadar akan bahaya penyakit hipertensi.2
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi
a. Umur
Usia cenderung menjadi faktor risiko yang sangat kuat. Angka kejadian (prevalensi)
hipertensi pada orang usia muda masa kuliah berkisar 2-3%, sementara prevalensi hipertensi
pada manula berkisar 65% atau lebih (Townsend,2010). Tekanan darah cenderung naik seiring
bertambahnya usia, risiko untuk meningkatnya penyakit hipertensi akan lebih tinggi juga seiring
bertambahnya usia.9
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi
berbagai factor, dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah
umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diastolikmeningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut
terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu
refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang.10
b. Kurang Olahraga / Aktivitas Fisik
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan yang memberikan banyak keuntungan seperti
berkurangnya berat badan, tekanan darah, kolesterol sertapenyakit jantung. Dalam kaitannya
dengan Hipertensi, olahraga teratur dapatmengurangi kekakuan pembuluh darah dan
meningkatkan daya tahan jantung danparu-paru sehingga dapat menurunkan tekanan darah.10
c. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi faktor genetik
dan lingkungan. Pengaruh genetik ini sangat bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi
tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya. Peranan faktor genetik pada etiologi
hipertensi didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa hipertensi terjadi di antara
keluarga terdekat walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Dibuktikan pula bahwa
kecenderungan hipertensi lebih besar pada kembar monozigot dibandingan dizigot. Demikian
juga dalam keluarga, hubungan antara tekanan darah orang tua lebih erat dengan anak biologis
dibandingkan anak adopsi. Dibandingkan subyek yang tanpa riwayat hipertensi, subjek dengan
dua atau lebih anak turunan pertama (firstdegree relatives) mempunyai kecenderungan
mengalami hipertensi empat kali pada umur 40 tahun, tiga kali pada umur sebelum 50 tahun, dan
dua kali padaumur sebelum 60 tahun, sedangkan Hipertensi yang terjadi pada umur 70
tahunbiasanya tidak mempunyai komponen genetic.11
d. Berat Badan / Obesitas
Seseorang lebih berisiko mengalami pra-hipertensi maupun menderita hipertensi jika
memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Istilah “berat badan berlebih” dan "obesitas"
merujuk pada berat badan yang lebih besar dari apa yangdianggap sehat untuk tinggi badan
tertentu.5
Hubungan antara pengurangan berat badan dan pengurangan tekanan darah tampaknya
saling berhubungan. Pengurangan 1 kg berat badan dapatmengurangi tekanan darah sebesar 2
atau 1 mmHg. Penurununan tekanan darah karena penurunan berat badan terkait juga dengan
penurunan massa lemak visceral. Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada
jantung untuk memompa darah. Berat badan berlebihan menyebabkan bertambahnya volume
darah dan perluasan sistem sirkulasi. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah
yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan
volume darah yang beredar melalui pembuluh darahakan meningkat sehingga tekanan pada
dinding arteri menjadi lebih besar.11
e. Asupan Natrium
Diet yang terlalu tinggi natrium dan terlalu rendah kalium dapat meningkatkan risiko
terserang hipertensi. Makan terlalu banyak unsur natrium dalam garam dapat meningkatkan
tekanan darah. Sebagian besar natrium kita dapatkan berasal dari makanan olahan dan makanan
restoran. Tidak cukup makan kalium juga bisa meningkatkan tekanan darah. Zat kalium dapat
ditemukan pada makanan seperti pisang, kentang, kacang-kacangan, dan yogurt.9

f. Konsumsi Alkohol (Minuman Keras) dan Merokok


Hipertensi akan meninggi jika meminum alkohol lebih dari tiga kali dalam sehari. Dan
mengkonsumsi alkohol sedang (moderate) diperkirakan punya efekprotektif.13
Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasaan merokok
dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung, dan stroke.Karena itu, kebiasaan merokok
yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat
berbahaya yang akan memicu penyakit- penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.14
g. Stress
Stress terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik,
emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada suatu saat akan mempengaruhi
kesehatan fisik seseorang. Hubungan stress dengan hipertensi, diduga terjadi melalui saraf
simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
h. Jenis Kelamin
Sebelum usia 55 tahun laki- laki lebih mungkin menderita hipertensi dibandingkan
perempuan. Setelah usia 55 tahun, perempuan lebih mungkinmenderita hipertensi dibandingkan
laki- laki.5
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Rasio terjadinya hipertensi antara pria dan perempuan sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah
sistol dan 3,6 untuk kenaikan tekanan darah diastole. Laki- laki cenderung memiliki gaya hidup
yang dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan perempuan. Tekanan darah laki- laki
mulai meningkat ketika usianya berada pada rentang 35- 50 tahun. Kecenderungan seorang
perempuan terkena hipertensi terjadi pada saat menopause karena faktor hormonal (Widyanto
dan Triwibowo, 2013).

i. Suku
Orang berkulit hitam lebih sering menderita hipertensi daripada orang berkulit putih,
hispanik, orang Asia, orang kepulauan Pasifik, orang Indian, dan orang Alaska (CDC,2015).
Orang kulit hitam (black) lebih banyak dari pada kulit putih (white), sementara itu ditemukan
variasi antar suku di Indonesia; terendah di lembah Baliem Jaya, Papua (0,6%), dan tertinggi di
Suka bumi (suku Sunda), Jawa Barat(28,6%).13
2.5 Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardio vascular melalui system saraf termasuk system
control yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.6
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit
substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi
lainnya dalam lapisan pembuluh darah pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan
plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau
bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif local yaitu
molekul oksidanitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endothelium banyak terjadi
pada kasus hipertensi primer.
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus, dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh (anti
diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra
seluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh dara

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah


2.6 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umumditemui pada pasien hipertensi adalah:
penyakit jantung, penyakit menyerang otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan
retinopati (Yogiantoro, 2010).

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena stroke, enam kali lebih besar terkena
congestive heart failure, dan tiga kali lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng dan
Tuminah, 2009).
Hipertensi dapat meyebabkan komplikasi lain seperti DM, kolesterol yang tinggi,
kelebihan berat badan atau obesitas, dan gangguan kognitif lain.1
a. Penyakit Jantung
Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah secara terus- menerus
meningkat. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah semakin sulit untuk jantung
memompa darah ke dalam pembuluh darah. Jika dibiarkan tidak terkendali, hipertensi bisa
menyebabkan serangan jantung dan pembengkakan jantung yang pada akhirnya menjadi
penyakit gagal jantung.1
Hipertensi dapat mengganggu saluran pernapasan sehingga menyebabkan beberapa
penyakit saluran pernapasan sering disebut dengan hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal
terjadi ketika tekanan di dalam pembuluh darah yang menuju jantung ke paru-paru terlalu tinggi.
Jantung memompa darah dari ventrikel kananke paru-paru untuk mendapatkan oksigen. Karena
darah tidak melakukan perjalanan yang jauh, tekanan di sisi jantung dan di arteri membawa
darah dariventrikel kanan ke paru-paru biasanya rendah dan jauh lebih rendah dari tekanan darah
sistolik atau diastolik. Ketika tekanan dalam arteri ini terlalu tinggi, arteri paru-paru dapat
mempersempit pembuluh darah dan kemudian darah tidak mengalir sehingga menghasilkan
darah yang kurang banyak mengandung oksigen.9
b. Gangguan Pada Otak (Stroke)
Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh sulit meregang
sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya initerjadi secara mendadak dan
menyebabkan kerusakan otak. Gangguan penyakityang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak
sementara (transient ischaemicattack). Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa
menyebabkan darahmerembes keluar dan masuk ke dalam otak. Hal itu dapat menyebabkan
stroke.1
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Dikemukakan bahwa penderita
dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko duakali lebih besar untuk
terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanandiastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan
kenaikan sistolik lebih dari 180mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik
dibandingkan merekayang bertekanan darah kurang dari 140 mmHg.13
c. Gangguan Pada Ginjal
Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi hipertensi berat.
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal menyempit dan akhirnya
menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsikerja ginjal menurun hingga dapat
mengalami penyakit gagal ginjal. Diketahuibahwa diabetes dan hipertensi bertanggung jawab
terhadap proporsi ESRD (endstagerenal disease) yang paling besar.6
d. Gangguan Pada Mata
Komplikasi hipertensi pada mata dapat berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan, diantaranya adalah oklusi arteriretina cabang, oklusi vena retina
cabang, oklusi vena retina sentral, oklusi arteriretina sentral, dan terjadinya makroaneurisma
pada arteri. Iskemik sekunder oklusi vena retina cabang dapat menyebabkan neovaskularisasi
dari retina, pre retinaldan perdarahan vitreus, pembentukan epiretinal membran, dan tractional
retinaldetachment. hipertensi dan diabetes melitus secara bersamaan dapat menyebabkan
retinopati yang lebih berat (Skuta et al, 2010).
e. Diabetes Mellitus (DM)
DM adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Salah satu faktor
risiko penyakit DM terutama DM tipe 2 adalah penyakit hipertensi. Dua pertiga penderita DM
menderita hipertensi.13
2.6 Manajemen Pengendalian Hipertensi
2.6.1 Menurut Level Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan hipertensi perlu dilakukan secara komprehensif, mulai dari upaya
primordial hingga rehabilitasi, yaitu pencegahan primordial, promosi kesehatan, proteksi spesifik
(kurangi konsumsi garam sebagai salah satu factor risiko), diagnosis dini (pemeriksaan check-
up), pengobatan tepat, dan rehabilitasi(upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa
diobati.13

2.6.2 Terapi Non Farmakologis


Terapi non farmakologis dalam mengatasi hipertensi ditekankan pada berbagai upaya
berikut (Widyanto dan Triwibowo, 2013) :
a. Mengatasi obesitas dengan menurunkan berat badan berlebih.
b. latihan fisik (olahraga) secara teratur.
c. Pemberian kalium dalam bentuk makanan dengan konsumsi buah dan sayur.
d. Mengurangi asupan garam dan lemak jenuh.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol.
f. Menciptakan keadaan rileks.

Diet untuk hipertensi. Salah satu bentuk diet untuk hipertensi yang terkenal adalah DASH
( Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang terutama berisi komponen gizi berserat tinggi
(sayur dan buah).
DASH merupakan salah satu rencana pola makanan sehat yang terbukti membantu orang
menurunkan tekanan darah yang dimilikinya, dengan mengonsumsi makanan rendah garam
(natrium) dan tinggi kalium dapat menurunkan tekanan darah yang kita miliki (CDC, 2014).
Pada dasarnya komponen DASH sama dengan makan sehat lainnya, hanya saja DASH
ditandai dengan proporsi yang tinggi sayur dan buah- buahan, lemak yang rendah, protein tanpa
lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan berat badan, jika obesitas akan dikurangi kalorinya.
Selain itu dianjurkan juga penurunan masukan kadar natrium. Penurunan rata- rata natrium
masyarakat dari 3.300 mgke 2.300 mg per hari dapat mengurangi kasus Hipertensi13

2.6.3 Terapi Farmakologis


Terapi farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat anti hipertensi. Dan secara
khusus diharapkan mempunyai biovailabilitas yang tinggi dan konsisten sehingga efektivitasnya
dapat diperkirakan (predict-able), mempunyai waktu paruh (plasma elimination half-life) yang
panjang sehingga diharapkan mempunyai efek pengendalian tekanan darah yang panjang pula,
dan meningkatkan survival dengan meurunkan risiko gagal jantung dan mengurangi serangan
balik (recurrent) infark miokard (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
Obat anti Hipertensi : Diuretika, penyekat Beta (Beta-blocker), Antagoniskalium,
Inhibitor ACE (Anti Converting Enzym), obat anti hipertensi sentral(simpatokolitika), obat
penyekat Alpha (Alpha-blocker), dan Vasodilatator.13
BAB III

I. Target kegiatan
Pencapaian target kegiatan ini adalah agar kelompok masyarakat yang menderita
hipertensi mampu mengendalikan penyakit hipertensi sehingga tidak terjadi
komplikasi, serta menurunkan angka kejadian hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Porto Haria.
II. Sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan diperuntukan untuk masyarakat khususnya yang menderita
penyakit hipertensi di wilayah kerja puskesmas Porto Haria.

III. Rincian kegiatan


CEKATAN (cek kesehatan secara rutin dan atasi penyakit hipertensi dengan pengobatan
teratur) merupakan pemberian kartu kendali berobat untuk pasien, mengingkatkan pasien
pada satu hari sebelum jadwal kontrol, pemberian lembar informasi kesehatan berupa leaflet
dan penyuluhan hipertensi.

1. Setiap pasien hipertensi akan diberikan kartu kendali berobat yang berisi tanggal
kunjungan, identitas pasien, tekanan darah, terapi yang diberikan, KIE, tanggal
kembali kontrol, tanda tangan.
2. Pasien yang sudah mendapatkan kartu berobat akan mendapatkan SMS dari petugas
puskesmas POHAR pada H-1 jadwal kontrol.
3. Pada setiap pasien yang datang kontrol di puskesmas wajib membawa kartu berobat
4. Petugas pemeriksaan ( dokter atau perawat ) wajib mengisi kartu berobat pasien
5. Jika dalam beberapa kali pasien rutin kontrol, patuh minum obat sesuai denagn
anjuran dokter dan tekanan darah terkontrol maka pasien akan mendapatkan rewards
berupa pemeriksaan gratis ( kolestrol dan gula darah ) pada pasien yang memiliki
kartu KIS maupun yang tidak memiliki kartu KIS pada kunjungan sekarang atau
kunjungan berikutnya.
6. Beberapa pasien hipertensi dijadwalkan dalam waktu yang bersamaan setiap hari
kamis pertegahan bulan tujuannya agar mendapatkan penyuluhan dari petugas dan
senam hipertensi (1 bulan sekali )

IV. Perincian biaya kegiatan


Uraian Kegiatan :
1. Kegiatan dilakukan sebulan sekali di Puskesmas POHAR
2. Pelaksana kegiatan adalah tenaga kesehatan Puskesmas POHAR.
3. Bentuk kegiatan adalah
- Pendaftaran dan pencatatan pada buku Hipertensi
- Pengukuran TB dan timbang BB
- Pengukuran Tekanan darah dan nadi oleh petugas
- Pengobatan dan pemberian resep oleh dokter
- Edukasi dan konseling oleh dokter dan paramedis
- Senam Hipertensi
- Rewards pada pada pasien yang rutin kontrol, patuh mnium obat berupa
pemeriksaan gratis ( kolestrol, gula darah ).
4. Biaya kegiatan : -
o pembuatan buku Hipertensi 20.000 x 226= 4.520.000
o Instruktur senam Hipertensi 50.000 x 12bulan = 600.000
o Speaker salon 50.000 x 12= 600.000
o Strip gula darah dan kolestrol
Gula darah 36botol x 1.95.000 = 7.020.000
Kolestrol 90botol x 2.45.000 = 22.050.000
Total = 34.790.000
BAB IV

KESIMPULAN
KARTU KONTROL TEKANAN DARAH

PUSKESMAS PORTO HARIA

Jl. Ternate, Negeri Porto, Telp: (0913) 2211157

Nomor kartu :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat/no. tlp :

BB,TB, TD Kontrol
Jumlah Pemeriksaan Tanda tangan
Tanggal Keluhan kembali
(mmHg) obat penunjang
tanggal
pemeriksa
Kontrol
BB,TB, TD Jumlah Pemeriksaan Tanda tangan
Tanggal Keluhan kembali
(mmHg) obat penunjang pemeriksa
tanggal

*jika kartu ini habis dikembalikan dan akan diganti dengan kartu yang baru

*setiap kontrol ke puskesmas/pelayanan kesehatan kartu harus selalu dibawa

Anda mungkin juga menyukai