Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat dan upaya dalam mengoptimalkan kualitas hidup


individu berkaitan dengan keberhasilan pemerintah dalam upaya membangun
perkembangan kesehatan. Perubahan kesehatan memicu transisi epidemiologi
penyakit yaitu penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular. Salah satu
penyakit tidak menular adalah hipertensi.1
Hipertensi di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
maupun diastolik dari nilai normal. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik yang
meningkat dari 140 mm Hg atau lebih, atau tekanan darah diastolik dari 90 mmHg
atau lebih, atau individu yang mengkonsumsi obat anti-hipertensi.1,2
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),
karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala gejalanya
terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala
tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korban terlambat
menyadari akan datangnya penyakit tersebut.1-4
Sampai saat ini hipertensi merupakan suatu masalah yang sangat
membebani dunia kesehatan di seluruh dunia. Hipertensi merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius, karena jika penyakit ini tidak terkendalikan
atau tidak di kontrol maka akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi yang bermasalah
lebih besar seperti, stroke (perdarahan di otak), gagal ginjal, dan yang paling
banyak ialah penyakit jantung.1,3,4
Hipertensi merupakan salah satu faktor utama untuk terjadinya
artherosklerotik pada pembuluh darah jantung, oleh sebab itu dampak
hipertensipun berperan sangat besar akan terjadinya kegagalan organ jantung, atau
penyakit jantung koroner, serta penyakit stroke iskemik maupun hemoragik,
dimana dari komplikasi tersebut bisa berakhir fatal.3

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2

Hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh World Health
Organization (WHO) mengatakan bahwa, diseluruh dunia, peningkatan tekanan
darah telah menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian. 4
Pada tahun 2008 WHO mencatat prevalensi individu yang menderita
penyakit hipertensi melebihi dari 1 miliar. Secara global, prevalensi keseluruhan
tekanan darah tinggi, pada orang dewasa berusia 25 tahun atau lebih didapatkan
sekitar 40%.4
Di negara-negara dengan penghasilan tinggi dan kebijakan kesehatan
masyarakat yang kuat dan baik , dengan tindakan preventif multisektoral dan
diagnosis yang tersedia secara luas dan pengobatan yang optimal, telah
menyebabkan penurunan prevalensi tekanan darah tinggi. Sebaliknya di banyak
negara sedang berkembang beban penyakit yang disebabkan tekanan darah tinggi
meningkat selama dekade terakhir.4
Di antara semua daerah WHO, prevalensi peningkatatn tekanan darah
tertinggi di dapatkan di daerah Afrika sebesar 46%, prevalensi terendah ada di
wilayah Amerika yang berjumlah 35%. Di wilayah Asia tenggara didapatkan
sebanyak 36% orang mengalami hipertensi.4
Prevalensi hipertensi meningkat sangat pesat seiring dengan bertambahnya
usia, maka prevalensi hipertensi didapatkan lebih besar pada kaum lansia
dibanding dengan usia dewasa muda. Dari data yang diperoleh dari World Health
Organization tertulis penderita hipertensi usia muda hanya 9,3% laki-laki dan
2,1% perempuan, sedangkan pada lansia didapatkan sejumlah 68,1% pada lansia
laki-laki dan 84,0% pada lansia perempuan menderita hipertensi.4
Hipertensi merupakan salah suatu masalah yang harus dikhawatirkan,
karena mempunyai peranan yang sangat besar sebagai faktor risiko untuk
terjadinya kerusakan fungsi multiorgan, paling utama adalah jantung, otak, dan
ginjal. Hipertensi berperan pada gangguan sistem kardiovasculer, serebrovaskuler
dan penyakit ginjal.5,6
Berdasarkan data dari WHO didapatkan 17 juta kematian per tahun
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Dari jumlah tersebut, komplikasi dari
penyakit hipertensi didapatkan sebanyak 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


3

tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% dari kematian akibat


penyakit jantung dan 51% dari kematian akibat stroke.7
Apabila angka kejadian penderita hipertensi terus meningkat maka
morbiditas penyakit yang merupakan komplikasi dari hipertensi, seperti penyakit
jantung koroner maupun penyakit pembuluh darah lainnya, akan cenderung terus
bertambah, sehingga tentunya akan mengganggu kesejahteraan penderita maupun
keluarga atau orang sekitar serta kualitas hidup penderita akan menurun.
Penyebab hipertensi sampai saat ini belum dapat dipastikan, namun
dampak dari hipertensi mengakibatkan morbiditas, dimana memerlukan
penanganan serius. Beberapa faktor yang diketahui menyebabkan terjadinya
hipertensi terdiri dari faktor penyebab yang dapat dimodifikasi seperti, diet,
obesitas, merokok, mengkonsumsi garam berlebih, mengkonsumsi kopi atau
kafein, serta ada faktor penyebab yang memang tidak dapat di modifikasikan,
seperti usia, ras, jenis kelamin, etnis dan genetik.6
Prevalensi jumlah penderita hipertensi yang berakhir fatal di dapatkan dari
data WHO 2014, Timor Leste menduduki urutan tertinggi ke - 63 dari seluruh
dunia. Dari total jumlah populasi Timor Leste terdapat 1,43 % penderita
hipertensi.8
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui faktor risiko manakah yang sangat
berperan pada Individu yang menderita hipertensi di Bairo Pite Clinic Timor-
Leste, sehingga diharapkan bisa dilakukan proses preventif setelah mengetahui
faktor terbesar penyebab hipertensi pada penderita hipertensi di daerah yang akan
dilakukan penelitian.
Faktor yang peneliti pusatkan yakni faktor risiko yang berkaitan dengan
gaya hidup, seperti, indeks massa tubuh yang berlebih, mengonsumsi makanan
asin atau garam yang berlebihan, serta faktor konsumsi minuman beralkohol dan
kopi, dan kebiasaan merokok.
Sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian seperti ini,
sehingga penelitian ini menjadi penelitian pertama yang akan dilakukan pada
kelompok populasi di daerah yang sudah ditentukan oleh peneliti.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut:
1. Dari faktor risiko seperti, mengkonsumsi makanan asin atau garam
berlebih, minuman berkafein tinggi, minuman beralkohol, merokok, dan
Indeks Massa Tubuh yang berlebih, manakah yang berperan sangat erat
pada setiap penderita hipertensi yang berkunjung untuk melakukan kontrol
di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste?

2. Tindakan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegah


kenaikan angka penderita hipertensi ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor faktor risiko mana yang berperan
sangat erat atas kejadian penyakit hipertensi pada setiap pasien hipertensi
yang berkunjung untuk melakukan kontrol tekanan darahnya di Bairo-Pite
Clinic Timor-Leste, serta prevalensi dari setiap faktor risiko yang sudah
ditetapkan peneliti.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor-faktor utama yang dibawa oleh masing-masing pasien
hipertensi yang datang berkunjung untuk melakukan kontrol tekanan darah
di Bairo_pite Clinic Timor-Leste;
2. Mendapatkan prevalensi faktor risiko mengkonsumsi garam berlebih pada
pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
3. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko mengkonsumsi minuman
berkafein tinggi pada pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
4. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko alkoholis pada pasien hipertensi
di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
5. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko merokok pada pasien hipertensi
di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


5

6. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko indeks massa tubuh yang lebi
dari normal atau obes pada pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-
Leste.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti
Dengan penelitian yang dilakukan ini dapat menerapkan dan memanfaatkan
ilmu yang didapatkan selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah. Serta menambah pengetahuan
peneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

b. Bagi Akademik

Dengan penelitian yang dilakukan ini dapat menerapkan dan memanfaatkan


ilmu yang didapatkan selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah dan menambah pengetahuan
peneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

c. Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi ;
2. Membantu pasien hipertensi untuk merubah kebiasaan mengenai faktor-faktor
risiko yang berkaitan dengan kejadian hipertensi dan komplikasinya;
3. Menghasilkan penurunan angka prevalensi penderita hipertensi serta
komplikasi yang dialami;

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


6

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Hipertensi


Tekanan darah adalah kekuatan darah menekan dinding pembuluh darah.
Setiap kali berdetak (sekitar 60 70 kali per menit dalam keadaan istirahat),
jantung akan memompa darah melewati pembuluh darah. Tekanan darah terbesar
terjadi ketika jantung memompa darah (dalam keadaan kontraksi), dan ini disebut
dengan tekanan sistolik. Ketika jantung beristirahat (dalam keadaan dilatasi),
tkanan darah berkurang disebut tekanan darah diastolik.9
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah dibagian
dalam arteri saat dipompa keseluruh sistem sirkulasi darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan, tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik,
menyesuaikan diri dengan kondisi pada saat itu.10
Hipertensi didefinisikan oleh tekanan darah yang meningkat, yaitu tekanan
sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama atau
lebih dari 90 mmHg, berdasarkan hasil rata rata dari dua pengukuran atau lebih
yang dilakukan pada kunjungan pasien ke dokter sejak pertama kali
didapatkan.1,2,9 Bila data yang didapatkan adalah kunjungan yang pertama kali,
bisa dibilang terdapat hipertensi hanya jika, tekanan darah sistolik atau diastolik
nyata dan meningkat secara signifikan, terutama jika disertai dengan gejala.
Namun, ketinggian tekanan darah dapat pula terjadi secara sementara, selama
didapatkan adanya stress atau penyakit akut. Tekanan darah lebih dari 135 / 85
mmHg dianggap tinggi, dimana kelompok tingkat ini diistilahkan sebagai
prehipertensi, diciptakan untuk menggambarkan pasien dengan tekanan darah
dalam kisaran 120 139 mmHg sistolik atau 80 89 mmHg diastolik. Pasien
tersebut adalah target yang jelas untuk intervensi pola gaya hidup yang baik
sehingga bisa mencegah atau menunda timbulnya hipertensi.9
Hipertensi sering dinamakan sebagai silent killer, karena termasuk
penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu
sebagai tanda peringatan bagi korbannya, sehingga penyakit ini berkelanjutan
untuk jangka waktu yang cukup lama di tubuh pasien atau penderita sampai

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


7

akhirnya suatu saat akan memberi dampak yang merugikan pasien hingga bersifat
fatal.2,3 Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka morbiditas
dan angka mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah
menjadi naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah istirahat. Di
dapatkan desakan yang berlebihan di pembuluh darah pada penderita hipertensi,
dan dimana desakan tersebut hampir tidak konstan.10

2.2 Etiologi
Lebih dari 90% - 95% dari individu penderita hipertensi memiliki
hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu mereka tidak memiliki etiologi
teridentifikasi untuk tekanan tinggi mereka. Penelitian saat ini telah menunjukkan
bahwa sebagian besar akibat hipertensi esensial tersebut berinteraksi dengan
sejumlah besar faktor fisiologis dan faktor lingkungan.9,11
Hipertensi primer atau hipertensi esensial sampai sekarang masih tidak
diketahui pasti penyebabnya, namun diyakini bahwa faktor genetik dan
lingkungan ikut berperan. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang didapatkan
sebagai komplikasi dari penyakit sistemik lain, seperti gangguan ginjal, diabetes
mellitus, gangguan endokrin, dan lain-lainnya, sehingga penyebab dari hipertensi
sekunder ini jelas diketahui.1,3,5
Semua jenis hipertensi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat di
modifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor kejadian hipertensi yang
tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan
etnis.
Kejadian hipertensi, khususnya hipertensi primer, sangat dipengaruhi oleh
faktor riwayat keluarga, faktor keturunan ini berkaitan dengan metabolisme
regulasi natrium dan renin dalam tubuh.11
Risiko hipertensi juga meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Seseorang rentan mengalami hipertensi pada umur 30 50 tahun, dimana
hipertensi yang biasa dialami adalah hipertensi primer.11 Diketahui 50 60%
pasien, berumur diatas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 140 / 90

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


8

mmHg. Isolated systolic hypertension biasanya terjadi pada umur diatas 50 tahun.
Hipertensi pada individu berusia kurang dari 35 tahun berpotensi pada kenaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.11-13
Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian hipertensi, dimana didapatkan laki-laki berisiko lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan perempuan pada usia dibawah 55 tahun. Hormon
hormon yang dihasilkan oleh perempuan membantunya dalam melawan penyakit
jantung. Selain itu, pekerjaan dan perilaku perempuan dianggap lebih tidak terlalu
berisiko dan berperilaku sehat dibandingkan dengan laki-laki. Akan tetapi risiko
kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan pada usia di atas 75 tahun
yang salah satunya disebabkan oleh faktor menopause.11,13
Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa tingkat kematian dari terendah
sampai tertinggi pada dewasa akibat hipertensi adalah sebagai berikut, wanita
berkulit putih yaitu 4,7%, selanjutnya laki-laki berkulit putih yaitu 6,3%, laki-laki
berkulit hitam yaitu 22,5% dan perempuan berkulit hitam yaitu 29,3%. Alasan
tingginya prevalensi hipertensi di ras kulit hitam belum diketahui secara jelas,
tetapi peningkatan ini dipengaruhi oleh kadar renin yang rendah sensitivitasnya
terhadap vasopressin yang lebih tinggi, masukan garam yang lebih banyak, dan
stress lingkungan yang lebih tinggi.11,13
Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi
dipengaruhi pula oleh faktor yang dapat dimodifikasi. Tingkat kejadian hipertensi
dapat diturunkan dengan mengendalikan faktor ini. Faktor risiko hipertensi yang
dapat dimodifikasi ini terdiri dari stress, obesitas, nutrisi, konsumsi zat berbahaya,
dan aktifitas fisik.11,13
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian
hipertensi. Seseorang yang mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi. Seseorang yang
berada dalam kondisi stress telah menjadi proses fisiologis dimana system saraf
simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimuli pengeluaran hormon
adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis ini menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah.5,11,13

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


9

Nutrisi juga merupakan faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi


untuk mengendalikan kejadian hipertensi. Pola makan yang tinggi kalori, natrium
dan lemak, tetapi rendah protein dapat meningkatkan tekanan darah. Diet natrium
akan menstimulasi pengeluaran hormon natriuretik dan mekanisme vasopressor
dalam sistem saraf pusat, yang akan berkontribusi pada peningkatan tekanan
darah. Fakta menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi
makanan asin berisiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan orang yang
tidak terbiasa mengonsumsi makanan asin.11
Faktor lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi dan dapat
dimodifikasi adalah obesitas. Obesitas adalah presentase lemak abnormal yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu perbandingan antara berat
badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Peningkatan
IMT berkaitan erat dengan peningkatan tekanan darah baik laki-laki maupun
perempuan. Individu yang mengalami obesitas berisiko menderita hipertensi
dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.12,14.
Konsumsi zat berbahaya merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian
hipertensi dan dapat dimodifikasi. Konsumsi zat berbahaya ini meliputi rokok,
konsumsi alkohol berlebih, dan obat obatan terlarang. Penggunaan substansi ini
secara terus menerus dapat membuat tekanan darah cenderung tinggi.14,15
Rokok adalah determinan independen yang menyebabkan penebalan
pembuluh darah arteri karotis, yang disebabkan karena peningkatan koagulabilitas
viskositas darah, kadar fibrinogen, agregasi platelet, dan meningkatkan tekanan
darah.12 Selain itu, nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
vasokontriksi perifer, yang akan meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka
waktu pendek, selama dan setelah merokok. Orang yang sudah berhenti merokok
sekian lama cenderung mempunyai tekanan darah lebih baik dibanding dengan
individu yang masih aktif merokok, walaupun tidak sebaik dibanding individu
yang sama sekali tidak punya riwayat merokok . Untuk laki-laki usia < 65 tahun,
risiko kardiovaskuler akibat rokok menyebabkan kematian dua kali lipat. Saat pria
berusia 85 tahun atau lebih risiko tersebut meningkat 20 %. Berhenti merokok,
mengurangi risiko mendapat serangan hipertensi sebanyak 30% sampai 40%.11

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


10

Alkohol termasuk salah satu substansi berbahaya yang jika dikonsumsi


secara berlebihan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Konsumsi alkohol
dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi, penurunan sensitivitas tubuh
terhadap obat anti-hipertensi, dan menjadi hipertensi yang sulit disembuhkan.
Penurunan konsumsi alkohol dapat menurunkan 4-8mmhg tekanan darah systole
dan sedikit tekanan darah diastole.14,16
Kopi mengandung kafein yang dapat menyebabkan peningkatan akut
namun dramatis dalam tekanan darah. Kafein mampu menimbulkan peningkatan
tekanan darah secara akut dengan memblokir reseptor adenosine yang berfungsi
sebagai vasodilator, dan akan meningkatkan NE (norepinephrine) plasma. Dari
sebuah studi yang dilakukan di Polandia, di laboratorium dengan sistem kontrol
dan pengaturan ketat dilakukan percobaan konsumsi kafein. Mengkonsumsi
kafein sama dengan meminum kopi sebanyak 2 atau 3 gelas, dimana didapatkan
pada studi yang dilakukan peningkatan tekanan darah akut. Namun, ukuran respon
pressor yang ditimbulkan oleh kafein bervariasi antara studi dan individu, dari
3/4 ke 15/13 mmHg dan cenderung lebih besar pada penderita hipertensi. Puncak
dari efek kafein dalam meningkatkan tekanan darah adalah satu jam setelah
mengkonsumsi kafein lalu akan kembali ke awal semula setelah empat jam.14,16-18
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa banyak faktor yang
menyebabkan hipertensi. Meskipun demikian, segala faktor ini dapat dikendalikan
untuk mengontrol tekanan darah berada dalam rentang normal.

2.3 Klasifikasi Hipertensi


Batas tekanan darah yang menentukan seseorang tergolong ke dalam
kategori hipertensi tertentu. Klasifikasi hipertensi menurut The Sixth Report of
joint national Committee on Prevention, detection, evaluation and the Treatment
of High Blood Pressure, dapat dilihat pada tabel 2.1.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


11

Tabel 2.1. klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 614,16


Category SBP / DBP (mmHg)
Optimal < 120/80
Normal 120129 / 80-84
Borderline 130139 / 85-89
Hypertension 140/90
Stage 1 140-159 / 90-99
Stage 2 160-179 / 100-109
Stage 3 180 / 110

Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini berpedoman pada The Seventh
Report of joint national Committee on Prevention, detection, evaluation and the
Treatment of High Blood Pressure, dapat dilihat pada table 2.2.

Tabel 2.2 klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-714,16

Category SBP / DBP


Optimal < 120 / 80
Pre-hypertension 120139 / 80-89
Hypertension 140/90
Stage 1 140-159 / 90-99
Stage 2 >160/100

2.4 Jenis Hipertensi


Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial atau
idiopatik. Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktorial yang masing-masing
akan saling berinteraksi mengganggu homeostasis secara bersama, sehingga
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik akan mengalami peningkatan.19 Pada
kasus ini terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah
tepi. Hipertensi jenis ini mempunyai kecenderungan genetik yang kuat dan
dipengaruhi oleh faktor kontribusi, seperti obesitas, konsumsi garam berlebih,
konsumsi kopi, merokok, konsumsi alkohol.20

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


12

Hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan sistem lain, misalnya


sistem vaskuler (arteriosklerosis), sistem renal (stenosis arteri renal), sistem
endokrin (hipertiroidisme) dan sistem neuron (peningkatan tekanan intrakranial).
Kehamilan juga dapat menyebabkan hipertensi sekunder.21

2.5 Manifestasi Klinik


Pada individu yang mengidap hipertensi awal, tidak menunjukkan gejala
apapun mengenai tekanan darah tinggi. Namun, bisa saja mendapatkan riwayat
hipertensi dari keluarga. Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Pada anamnesis terhadap pasien sangatlah penting kita
menanyakan faktor faktor yang berperan berhubungan dengan kejadian
hipertensi sekunder, sehingga kita bisa memastikan termasuk tipe hipertensi apa
yang dialami pasien. Pastikan tidak ada penyakit sistemik lainnya yang
mempunyai komplikasi sebagai hipertensi.3-5,7
Apabila pasien hipertensi bergejala, gejala tersebut mencerminkan sudah
mulai terjadinya kerusakan organ target, seperti, target jantung maka, akan terasa
nyeri dada dan dispneu, apabila mengenai sistem neurologis pasien akan bergejala
sakit kepala, kebingungan, mati rasa, dan kelemahan. Gejala nyeri dada dan
klaudikasio terjadi bila organ targetnya adalah aorta dan pembuluh darah perifer.
Perubahan visual pada ocular bisa terjadi.11 Terjadi edema perifer bila komplikasi
sudah menyebabkan nephrosis atau gagal jantung.11 Hipertensi yang sudah
berjangka waktu lama akan berdampak pada jantung, artherosklerosis aorta dan
pembuluh darah perifer, penyakit serebrovaskular, maupun gagal ginjal. Gejala
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, emosi, telinga berdengung, sukar
tidur, mata berkunang-kunang dan bersin. Selain gejala tersebut, gejala lain yang
bisa terjadi juga adalah mimisan, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, dan rasa
mudah lelah.3,5

2.6 Patofisiologi
Hipertensi esensial pada tingkat dasar harus berhubungan dengan
meningkatnya curah jantung primer akibat berkurangnya eskresi natrium oleh
ginjal, atau dengan meningkatnya tahanan perifer akibat meningkatnya pelepasan

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


13

zat vasokonstriktor, meningkatnya sensitivitas sel otot polos vaskuler atau faktor
neurogen, namun bisa disebabkan karena dua-duanya. Pada kebanyakan penderita
kemungkinan berbagai faktor ikut berperan. Salah satu faktor genetik penyebab
hipertensi berhubungan dengan kelainan mekanisme ginjal yang meregulasi
tekanan darah, termasuk (1) sistem renin-angiotensin, (2) hemostasis natrium, dan
(3) produksi zat vasodepressor yang terlibat dalam pathogenesis hipertensi.
Penelitian baru-baru ini mengingatkan kecenderungan hipertensi pada individu
dengan varian molekuler spesifik dari gen yang mengkode angiotensin, substrat
fisiologik untuk renin.22
Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifik dapat
diketahui. Penderita hipertensi sekunder didapatkan kurang lebih 10% dari
seluruh penderita hipertensi. Pada jenis hipertensi ini penyebab dan
patofisiologinya sudah diketahui sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan
atau pembedahan. Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah adanya
kelainan dan keadaan dari sistem organ lain sepertu ginjal, kelainan endokrin,
serta bisa diakibatkan oleh pengguna obat-obatan seperti kortikosteroid dan
hormon.22
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting Enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.22,23
Awalnya darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi oleh organ
hati. Selanjutnya oleh hormon renin, yang diproduski di ginjal, akan diubah
menjadi angiotensin I. Kemudian ACE yang terdapat diparu-paru, akan mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.22,23
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus, oleh kelenjar pituitari, dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang dieskresikan ke luar tubuh, antidiuresis, sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang menyebabkan meningkatnya tekanan

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


14

darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
eksresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.23

2.7 Komplikasi Pada Hipertensi


Komplikasi hipertensi berupa stroke hemoragik maupun iskemik, infark
miokard atau gagal jantung, penyakit jantung coroner, ensefalopati atau kerusakan
otak.2,3,10
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh yang bukan di otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik, apabila arteri- arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerha yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisme.1,11
Infark miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
tidak terpenuhi sehingga terjadi iskemia jantung yang menyebabkan terjadinya
infark miokardium. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan resiko pembetukan bekuan.1,13
Penyakit jantung koroner sebagai akibat terjadinya pengapuran pada
dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Oleh
karna otot jantung tidak mendapati suplai darah maka akan menimbulkan
gangguan pada kerja otot jantung dan beserta rasa nyeri di dada.1,12,13

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


15

Gagal jantung terjadi oleh karna tekanan darah tinggi memicu otot jantung
untuk bekerja lebih berat untuk memompa darah. Sehingga otot jantung akan
menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat
terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda adanya komplikasi
yaitu sesak napas, napas putus-putus atau napas pendek, dan terjadi
pembengkakkan pada tungkai bawah serta kaki.1,12,13
Gagal ginjal adalah salah satu komplikasi yang timbulkan oleh penyakit
hipertensi, disebabkan karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Kerusakan membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.13
Kerusakan otak atau disebut ensefalopati terjadi terutama pada hipertensi
yang bersifat maligna, hipertensi yang meningkat dengan cepat. Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron
neuron di sekitarnya akan kolaps dan terjadi koma serta kematian.13

2.8 Penatalakasanaan
a. Terapi Non Farmakologi

Diketahui bahwa banyak faktor yang menyebabkan hipertensi. Meskipun


demikian, faktor ini dapat di kendalikan untuk mengontrol tekanan darah berada
dalam rentang normal. Hipertensi adalah penyakit yang seharusnya dikontrol
bukan diobati. Terapi non farmakologi merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan antihipertensi. Salah satu cara untuk mengontrol tekanan
darah adalah dengan modifikasi gaya hidup dan mengontrol faktor risiko.
Pengendalian faktor risiko yang berupa non-farmakologi bisa berupa: (1)
modifikasi gaya hidup; (2) penurunan berat badan; (3) pengurangan asupan
sodium; (4) aktifitas fisik; (5) pengurangan konsumsi alkohol; (7) pengurangan
asupan kopi; (8) berhenti merokok. Pada pasien hipertensi yang terkontrol dengan
bantuan farmakologi, pendekatan non farmakologi ini dapat membantu

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


16

pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karna itu, modifikasi gaya
hidup merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan mengontrol hipertensi.14,16

Pasien hipertensi harus mengupayakan untuk mencapai berat badan ideal.


Berat badan ideal dapat diukur dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT),
yang dapat dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter yang telah dikuadratkan. Nilai IMT 27 atau lebih cenderung
mempunyai tekanan darah yang tinggi (klasifikasi IMT ada di lampiran 2).
Seseorang dengan berat badan 10% lebih dari ideal harus menurunkan berat
badannya sebesar 5 kg untuk menurunkan tekanan darah.14,16,19

Sebagian besar penderita hipertensi adalah individu yang sensitif terhadap


sodium, yaitu sekitar 40 % subyek. Pengurangan konsumsi sodium 2,3g sodium
atau 6 g garam dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi
tingkat 1. Penurunan konsumsi sodium menurunkan kadar potassium yang akan
mendukung terapi diuretic. Salah satu perencanaan yang ditemukan bisa
mengontrol tekanan darah adalah perencanaan makan menggunakan DASH,
Dietary Approach to Stop Hypertension. Rencana makan DASH terdiri dari
komposisi makanan yang rendah kadar garam dan sodium karena menu makan ini
didominasi oleh sayur dan buah.24 Perencanaan makan menurut DASh bisa dilihat
pada table 2.3.24,25

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


17

Table 2.3 Modifikasi Gaya Hidup untuk menangani tekanan darah tinggi menurut JNC ke-7.25

Modifikasi Rekomendasi Perkiraan


Penurunan tekanan
diastol yang terjadi
Penurunan berat Pengaturan berat badan normal 5-20 mmHg /
badan penurunan 10 Kg
Adaptasi pengaturan Konsumsi makanan yang banyak mengandung 8 - 14 mmHg
pola makan buah sayur serta mengurangi asupan lemak atau
berdasarkan DASH yang menandung lemak
Diet rendah garam Penurunan konsumsi garam tidak lebih dari 6 2 - 8 mmHg
gram natrium klorida
Aktifitas fisik Aktifitas olahraga aerobik ( jogging sekitar 30 4 - 9 mmHg
menit setiap hari, atau lebih dari sekali dalam
seminggu )
Pengurangan alkohol Tidak lebih dari dua jenis minuman beralkohol 2 - 4 mmHg
atau bahkan penghentian penggunaan alkohol

b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis berupa obat obatan antihipertensi. Terdapat
9 kelas obat antihipertensi, dimana masing masing obat antihipertensi
memliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. Diuretik,
penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACE Inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin ( ARB), dan antagonis kalsium dianggap
sebagai obat antihipertensi utama. Sedangkan penyekat alfa, agonis alfa 2
sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat
alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.26

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dimana peneliti akan
mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan kertas
pengumpulan data, data akan diisi oleh peneliti secara wawancara dengan subyek
yang mengunjungi Bairo-Pite Clinic Timor-Leste, personal atau face-to-face
interview.27 Pada personal interview peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang terstruktur dengan baik, sehingga semua partisipan dari
penelitian ini akan mendapatkan pertanyaan yang sama. Cross-Sectional berupa
metode yang digunakan dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada
satu titik waktu. Penelitian akan melakukan determinasi terhadap paparan dan
hasil secara simultan pada setiap subyek penelitian. Exposure dan Outcome atau
Cause dan Effect dilihat pada waktu yang sama atau dikenal juga dengan snapshot
of the population.27

3.2 Tempat dan Waktu penelitian


Tempat penelitian adalah Bairo-Pite Clinic Timor-Leste. Waktu Penelitian
bulan Agustus dan September pada tahun 2016.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang sudah terdiagnosis
menderita hipertensi dan sedang meminum obat antihipertensi dan datang untuk
melakukan kontrol tekanan darah di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste.

b. Sample
Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quota Sample.
Teknik ini merupakan salah satu bentuk dari non-random atau non-probability.27
Jumlah sampel dari Metode quota sampling ini ditentukan oleh peneliti
berdasarkan determinan yang berhubungan dengan penelitian.27 Partisipan atau

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


19

jumlah kuota yang peneliti akan identifikasi adalah seratus orang penderita
hipertensi, dalam kurung waktu sebulan.

3.4 Bahan dan Alat Pengambilan Data


a. Bahan Pengambilan Data
Data akan dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan kertas
pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan seperti identitas dan
kebiasaan subyek yang berupa faktor risiko penyakit hipertensi. Peneliti sudah
menyusunnya dengan rapi dan terstruktur, sudah matang sehingga pada saat
wawancara responden dan interviewer tinggal memberikan jawaban pada
pertanyaan yang tertulis di kertas tersebut sebagai pelengkap data.

b. Alat Pengambilan Data


Alat yang dipakai pada penelitian ini berupa timbangan untuk mengukur
berat badan, dan meteran untuk mengukur tinggi badan. Keduanya bertujuan
untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh dari setiap subyek.

3.5 Cara Pengambilan Data


1. Meminta persetujuan dengan pihak yang bertanggung jawab atas Bairo-
Pite Clinic Timor-Leste atas penelitian yang akan dilakukan;
2. Mencari sampel berupa pasien dengan hipertensi primer, yang datang
berkunjung ke Bairo-Pite Clinic Timor-Leste untuk melakukan kontrol
tekanan darahnya;
3. Meminta persetujuan subyek dengan cara lisan;
4. Berdasarkan jawaban responden peneliti mengisi kertas pengumpulan data
dari setiap subyek dengan bertanya secara face-to-face interview;
5. Penulisan dan pembahasan laporan penelitian;
6. Pelaporan hasil penelitian.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


20

3.6 Dana Penelitian

Fotokopi lembar kertas pengumpulan data (120 Lembar) Rp.150.000,-


Timbangan Rp. 50,000,-
Meteran Rp. 20.000,-
Transportasi pulang pergi selama sebulan (taxi) Rp. 600.000,-

TOTAL Rp. 820.000,-

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste, terletak di ibu
kota Timor-Leste, Dili. Sebuah klinik atau lebih tepatnya sebuah puskesmas
dimana berfungsi untuk membantu masyarakat Timor-Leste tanpa memungut
biaya apapun dari pasien. Didirikan oleh dr.Dan Murphy yang berwarga negara
America sejak tahun 1998. (lihat lampiran 5 dan 6)

b. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini jumlah sampel sebesar 100 orang, mereka adalah
pasien yang mengidap hipertensi primer tanpa disertai riwayat penyakit sistemik
yang berhubungan dengan hipertensi sekunder. Dari hasil penelitian subyek
perempuan didapatkan sebanyak 51% dan 49% adalah laki-laki. (bisa dilihat pada
pie charts 4.1. dan lampiran 3). Faktor risiko jenis kelamin pada penelitian ini
menunjukkan bahwa perempuan dan lakilaki tidak ada peRbandingan yang jauh
berbeda.

Laki-Laki
Perempuan 49%
51%

Gambar 4.1. Diagram Prevalensi Karakteristik Subyek Penelitian

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


22

c. Prevalensi Faktor Risiko yang Didapatkan dari subyek


Pada penelitian ini factor risiko yang dibahas adalah faktor risiko yang
berhubungan dengan gaya hidup penderita hipertensi, seperti, Indeks Massa
Tubuh (IMT) yang berlebih atau obes, kebiasaan mengkonsumsi garam berlebih,
mengkonsumsi kopi, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan
merokok.

Table 4.1. Prevalensi Faktor Risiko yang Didapatkan dari subyek


Faktor Risiko Gaya Hidup Prevalensi ( % ) dari 100 orang
Obesitas 6%
Konsumsi garam berlebih 76 %
Konsumsi kopi 81 %
Kebiasaan merokok 41 %
Konsumsi alkohol 34 %

90%
Konsumsi Konsumsi kopi,
garam 81%
80% berlebih, 76%

70%

60%

50% Kebiasaan
merokok, 41%
40% Konsumsi
alkohol, 34%

30%

20%

10% Obesitas, 6%

0%
Obesitas Konsumsi Konsumsi kopi Kebiasaan Konsumsi
garam berlebih merokok alkohol

Gambar 4.2. Grafik Prevalensi Faktor Risiko yang Didapatkan dari subyek

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


23

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa dari 100 orang
penderita hipertensi yang berupa subyek peneliti, faktor risiko terbanyak yang
didapatkan adalah kebiasaan meminum kopi. Sedangkan faktor risiko kedua yang
berperan sangat erat dengan subyek hipertensi adalah kebiasaan mengkonsumsi
garam berlebih. Faktor risiko kebiasaan merokok didapatkan sebesar 41 %, dan
konsumsi alkohol terdapat 34 %. Faktor risiko terendah yang didapatkan dari
penelitian ini adalah faktor risiko obesitas, yakni hanya ditemukan sebanyak 6 %
dari total subyek yang diteliti.

4.2 Pembahasan
a. Faktor Risiko Konsumsi Kopi
Tidak heran jika banyak populasi Timor-Leste punya kebiasaan meminum
kopi setiap hari dalam jumlah yang lumayan banyak. Timor-Leste berupa salah
satu negara yang mempunyai kekayaan tanaman berupa kopi, sehingga digunakan
sebagai income negara dengan cara mengekspor ke negara lain. Setiap tahun
Timor-Leste bisa memproduksi kopi lokal sebanyak 5,000 ton, dimana 1,000 ton
dikonsumsi oleh orang lokal dan sisanya di eksport ke luar.28,29
Pada penelitian ini, kriteria mengkonsumsi kopi yang berupa faktor risiko
memicu hipertensi ialah yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kopi lebih
dari 7 cangkir dalam seminggu. Fakta dari sebuah penelitian yang dilakukan di
Polandia mengatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi kopi lebih dari 7
cangkir dalam seminggu mempunyai faktor risiko lebih tinggi mengenai
hipertensi dibandingkan mereka yang mengkonsumsi kurang dari 7 cangkir atau
yang tidak mengkonsumsi kopi sama sekali.17,18
Kafein mampu menimbulkan peningkatan tekanan darah secara akut
dengan memblokir reseptor adenosin yang berfungsi sebagai vasodilator, dan akan
meningkatkan NE (norepinephrine) plasma. Dari sebuah studi yang dilakukan di
Polandia, di laboratorium dengan sistem kontrol dan pengaturan ketat dilakukan
percobaan konsumsi kafein. Mengkonsumsi kafein sama dengan meminum kopi
sebanyak 2 atau 3 gelas, dimana didapatkan pada studi yang dilakukan
peningkatan tekanan darah akut. Namun, ukuran respon pressor yang ditimbulkan
oleh kafein bervariasi antara studi dan individu, dari 3/4 ke 15/13 mmHg dan

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


24

cenderung lebih besar pada penderita hipertensi. Puncak dari efek kafein dalam
meningkatkan tekanan darah adalah satu jam setelah mengkonsumsi kafein lalu
akan kembali ke awal semula setelah empat jam.16-18

b. Faktor Risiko Konsumsi Garam Berlebih


Sebuah negara yang sangat baru dan muda, dimana sedang pada tahap
perkembangan, tentunya masih banyak masyarakat lokal melakukan segala
sesuatu secara tradisional. Timor-Leste adalah sebuah negara kecil yang
dikelilingi oleh laut pasifik, dimana sangatlah mudah untuk masyarakat
mengakses ke pantai.28 Salah satu tradisi yang sampai sekarang masih dilakukan
oleh masyarakat Timor-Leste ialah memproduksi garam laut sendiri secara
manual, terutama pada daerah-daerah selain ibu kota Dili.
Prevalensi konsumsi garam berlebih mencapai 76% dari 100 orang
penderita hipertensi yang di teliti. Kriteria mengkonsumsi garam berlebih yang
termasuk pada faktor risiko hipertensi ialah mereka yang mempunyai kebiasaan
selalu menaruh garam dapur disetiap masakan yang akan dimakan.24
Fakta menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi
makanan dengan garam berlebih berisiko menderita hipertensi 3,95 kali
dibandingkan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi makanan asin.25

c. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok


Walaupun fakta menunjukkan sebagian besar masyarakat Timor-Leste
adalah perokok, namun faktor risiko berupa kebiasaan merokok didapatkan tidak
terlalu mendominasi terhadap penyakit hipertensi, presentase yang didapatkan
adalah 41%. Timor-leste, seperti yang disebut sebelumnya, berupa masyarakat
yang masih mempraktekkan hal-hal bersifat tradisional dan bersumber alami.
Tembakau menjadi bahan dasar mereka untuk merokok, sehingga banyak juga
yang menggunakan tembakau untuk proses dagang.
Toksisitas dari sebuah rokok sebenarnya ditemukan pada rokok yang dari
pabrik atau rokok sigaret. Dua zat penting dari 4000 lainnya yang terdapat di
dalam rokok sigaret adalah nikotin dan karbon monoxide, dimana mempunyai
efek toksik terhadap jantung serta pembuluh darah.30 Fakta mengatakan bahwa

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


25

individu yang merokok sebatang sehari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25
mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit.31
Individu yang sudah berhenti merokok sekian lama cenderung
mempunyai tekanan darah lebih baik dibanding dengan individu yang masih aktif
merokok, walaupun tidak sebaik dibanding individu yang sama sekali tidak punya
riwayat merokok.

d. Faktor Risiko Konsumsi Alkohol


Prevalensi faktor risiko konsumsi alcohol didapatkan tidak terlalu tinggi,
yaitu 34 %. Diketahui bahwa hanya peminum alkohol berat, dengan dua atau tiga
gelas per hari, akan meningkatkan tekanan darah secara progresif.16

e. Faktor Risiko Obesitas


Prevalensi faktor risiko obesitas menduduki faktor terendah yang berperan
pada kejadian penyakit hipertensi pada pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic
Timor-Leste. Hanya di dapatkan sebanyak 6% dari total jumlah subyek yang
diteliti. Mengingat bahwa Timor-Leste berupa suatu negara baru yang sedang
berkembang sehingga faktor nutrisi dan asupan gizipun masih belum optimal.
Sehingga faktor obesitas ini ditemukan sangat rendah dalam hubungannya dengan
kejadian hipertensi.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan tentang prevalensi faktor risiko
gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pasien hipertensi yang mengunjungi
Bairo-Pite Clinic Timor-Leste selama bulan Agustus sampai September tahun
2016, diperoleh sebagai berikut:
1. Faktor risiko tertinggi yang ditemukan adalah kebiasaan mengkonsumsi
kopi sebanyak 81% dan mengkonsumsi garam berlebih sebanyak 76%.
2. Faktor risiko terendah yang terdapat pada penderita hipertensi di Bairo-
Pite Clinic Timor-Leste adalah faktor obesitas, yakni hanya didapatkan
6% dari total subyek yang diteiliti. Berhubungan dengan sebuah negara
yang sangat baru dan kebutuhan gizi lengkap pun belum optimal, sehingga
faktor obesitas didapatkan sangat sedikit.

5.2 Saran
1. Disarankan untuk pihak rumah sakit Bairo-Pite Clinic Timor-Leste
melakukan dan menegaskan edukasi mengenai gaya hidup yang benar dan
sehat secara tepat terhadap faktor risiko yang dibawa oleh setiap penderita
hipertensi sebagai upaya pencegahan komplikasi.
2. Setiap pasien hipertensi harus menyadari seberapa penting dan bahayanya
faktor risiko yang dibawa oleh mereka, mengingat hipertensi adalah
penyakit silent killer dan dengan gaya hidup yang tidak benar
membawa risiko kepada penderita terkena komplikasi hipertensi.
3. Pemerintah Timor-Leste diharapkan bisa mengadakan suatu program
penyuluhan tentang pola hidup yang benar dan sehat, dan apa dampak
nya terhadap kesehatan terhadap setiap individu, dan bagaimana cara
mencegah terjadinya hipertensi atau mengontrol tekanan darah.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


27

DAFTAR PUSTAKA

1. Roger VL, Go As, Llioyd-Jones Dm. Heart disease and stroke statistics
2012 Update: A Report from American Heart Association. Circulation.
2012 Jan 3. 125 (1) : e2 e220

2. Brashers L. Valentina. Clinical applications of pathophisiology: An


evidence-based approach. 3rd Ed. Virginia, USA: Elsevier. 2006. P1-7

3. Houston C. Mrk. Handbook of hypertension. USA: Wiley-Blackwell, a


John Wiley and Sons Ltd Publication. 2009.

4. WHO. Noncommunicable disease in south-east asia region: Situation and


response 2011. New Delhi, World Health Organization 2011

5. Kunnamo I. Evidence-based medicine guidelines. Finland: Duodecim


Medical Publications Ltd. 2005. P87 101

6. Mohler R. Emile, Townsend R. Raymond. Advanced therapy in


hypertension and vascular disease. Columbia: B.C Decker Inc. 2006. P36-
46

7. WHO. A global brief onhHypertension: Silent killer, Global Public Health


Crisis. 2013

8. Health profile: Timor-Leste:


http://www.worldlifeexpectancy.com/country-health-profile/timor-leste di
ambil pada 30 Juli 2016

9. Vita Health. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006. P 1 98

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


28

10. Kenneth H. Cooper. Overcoming hypertension: Preventive medicine


program; Sydney: random house publishing; 1 Feb 2012

11. Black, Hawks; Medical-surgical nursing; Vol 1; Philadelphia: Elseivers


Saunders, 2005; p914-1140

12. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta; Buku Kedokteran


EGC. 2000; p 94 108

13. Gareth D. Beveers, Gregory Y.H. Lip, Eoin T Obrien; ABC of


hypertension; 5th Ed; New York: Blackwell, BMJ; 2007; p1-68

14. Kaplan M. Norman, weber A. Michael. Hypertension essentials. 2nd Ed.


United States of America: Jones & Barlett Publishers, 2010. P2 95

15. Henry R. Black, William Elliot. Hypertension : A companion to


Braunwalds disease; 2nd Ed; Philadelphia: Elseiver Health Sciences. 1
Agt 2012; p1-425

16. Kaplan M. N., Victor G. P., Kaplans clinical hypertension; 11th Ed;
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2010; p99- 115

17. Wierzejska R. Coffe cosumption and cardiovascular disease Has the


times comes to change dietary advice? A mini review; 2016. Vol 66.

18. Mesas AE, Leon M, Rodrigues A, Lopez G; The effect of coffee on blood
pressure and cardiovascular disease in hypertensive individuals: a
systematic review and meta-analysis; Epub: 31 August 2011

19. Black & Hawks. Medical surgical mursing clinical management for
positive outcomes; 7th Ed; Philadelphia: Elseivers Saunders; 2004

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


29

20. Lauralee S. Human fisiology: From cells to systems; 8th Ed ; USA:


Brooks/Cole, Cengage Learning, 1 January 2012; p 380-5

21. Matthew R. Weir; Evidence-based management of hypertension; UK: tfm;


1 september 2010; p1- 242

22. Robbins, Cotran, Kumar; Robbins: Dasar patologi penyakit. Edisi 5;


penerjema: Prof. dr. Achmad Tjarta, Prof. dr. Sutistna Himawan, dr. A. N.
Kurniawan; Jakarta: EGC; 1999. P293-4

23. Joseph L. Izzo, Henry Richard Black, Council for high blood pressure
(AHA); Hypertension primer: The essentials of high blood pressure.
Dallas, Texas: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. P93-170

24. AHA. Diet lifestyle recommendations revision.a Scientific Statement


From the American Heart Association Nutrition Committee. 4 july, 2006
July 4;114(1): e27

25. U.S Departement of Health and Human Services. Complete Report: The
seventh report of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure; August 2004. P1-64

26. Abdul M. Pharmaceutical care untuk hipertensi; Departemen Kesehatan,


2006, p3-53

27. Swarjana K. Metodologi penelitian kesehatan. 1st Ed; Yogyakarta, ANDI;


2012, p50-186

28. Nicol B. Timor: a nation reborn; 1st Ed. Equinox: 2002. P42-8

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


30

29. Hill H. Saldanha JM. East Timor: Development challenges for the worlds
newest nation; Singapore: Institute of southest asian studies. 2001. P 125-
39

30. Leone A. Smoking and Hypertension. Journal of Cardiology & current


Reasearch. Vol. 2. 2015

31. Jatmika S, Maulana M. Perilaku merokok pada penderita hipertensi di


desa sidokarto kecamatan godean, sleman, Yogyakarta. Vol9 No.1, Maret
2015 pp53-60

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


31

Lampiran 1
Kertas Pengumpulan Data

Nomor Responden: ..
Nama:
Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Usia : tahun
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Alamat :

Pendidikan Terakhir : tidak sekolah SD SMP-sederajat
SMA-sederajat Perguruan Tinggi
Pekerjaan :

B. PERTANYAAN KHUSUS

1. Apa ada riwayat penyakit sistemik ?


a. Ya, sebutkan apa..
b. Tidak

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


32

2. Termasuk golongan apakah massa tubuh subyek dalam IMT (Indeks


Massa Tubuh)?
a. Underweight
b. Normal
c. Overweight
d. Obest
Rumus menghitung IMT:
IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan(m))2

3. Apakah Anda punya kebiasaan menyukai makanan yang asin? (selalu


menaruh garam setiap kali memasak)
a. Iya
b. tidak

4. Punya kebiasaan merokok? (lebih dari satu batang perhari)


a. Iya
b. tidak

5. Apakah anda peminum minuman beralkohol? (2-3 gelas per hari atau
lebih)
a. ya
b. tidak

6. Apakah sering/suka meminum kopi? (>7 cangkir dalam seminggu)


a. Iya
b. tidak

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


33

Lampiran 2

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO

Kategori IMT (kg/m2)


Berat badan kurang < 18.5
Kisaran normal 18.5 - 24.9
Berat badan lebih > 25
Pra-obes 25.0 29.9
Obes tingkat I 30.0 34.9
Obes tingkat II 35 39.0
Obes tingkat III > 40

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Asia Pasifik

Kategori IMT (kg/m2)


Berat badan kurang < 18.5
Kisaran normal 18.5 - 22.9
Berat badan lebih > 23
beresiko 23.0 24.9
Obes tingkat I 25.0 29.9
Obes tingkat II 30.0

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


34

Lampiran 3
Data subyek, berupa: umur, genre, alamat, berat badan, dan tinggi badan.

No. Umur (thn) Sex Alamat BB (kg) TB (cm)


1 65 F Delta III 75 150
2 46 F Delta III 50 160
3 54 M Metiaut 105 160
4 59 M Taibessi 56 150
5 59 F Becora 75 160
6 59 M Lahane Ocidental 46 150
7 47 M Comoro 52 159
8 52 M Delta III 71 161
9 51 M Taibessi 43 151
10 49 M Palpasu 44 159
11 80 M Kaikoli 50 161
12 50 M Kampung Alor 50 149
13 59 M Fatuhada 62 165
14 51 M Aimutin 80 168
15 48 F Comoro 50 160
16 45 F Comoro 60 165
17 52 M Fatuhada 70 168
18 60 F Metinaro 56 160
19 60 M Aimutin 72 170
20 63 M Bairo Pite 65 155
21 56 F Bebonuk 64 158
22 45 F Surik-Mas 57 160
23 78 M Comoro 48 161
24 59 M Taibessi 45 155
25 46 M Fomento I 69 168
26 66 M Zumalai 65 160
27 55 M Delta III 79 170
28 58 M Comoro 78 170
29 53 F Bemori 67 165
30 53 F Delta II 52 150
31 68 M Bidau 52 110
32 72 M Surik-Mas 55 151
33 70 F Aitarak-Laran 54 152
34 59 M Manleunana 65 165
35 48 M Ai-mutin 63 153
36 68 M Comoro 72 164
37 45 M Akait 50 152

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


35

No. Umur (thn) Sex Alamat BB (kg) TB (cm)


38 83 M Ailok-laran 65 150
39 50 F Kuluhun 46 160
40 57 F Bairo Central 65 170
41 50 F Mandarin 60 159
42 49 F Bidau 53 149
43 49 F Bairro-Pite 54 157
44 49 F Fomento 64 165
45 51 F Tibar 78 151
46 43 F Pantai Kelapa 67 149
47 52 M Fomento I 65 165
48 55 F Audian 36 146
49 75 M Aitarak-Laran 33 152
50 47 M Fatuhada 55 157
51 60 F Manleuana 49 137
52 65 F Vila Verde 56 159
53 45 M Fatuhada 76 165
54 46 F Bidau 60 155
55 45 F Bairo Pite 63 159
56 47 M Aimutin 55 157
57 43 M Palpasu 73 169
58 53 M Bebora 59 152
59 46 F Bairo Pite 63 159
60 48 F Surik-Mas 87 137
61 50 F Aimutin 52 149
62 55 F Becora 61 160
63 41 F Lahane Ocidental 56 156
64 43 M Pantai Kelapa 64 170
65 44 M Santa Cruz 80 167
66 41 F Liquica Kaitehu 45 160
67 40 F Manleuana 47 147
68 44 F Fatuhada 66 165
69 48 F Comoro 53 145
70 49 F Taibessi 46 150
71 48 M Bairo Pite 76 167
72 55 M Fomento I 80 165
73 48 F Lahane 64 169
74 58 F Tuana Laran 61 159
75 49 F Bairo Pite 48 144
76 56 M Comoro 46 156
77 66 M Aitarak Laran 58 166
78 44 F Beto 49 152

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


36

No. Umur (thn) Sex Alamat BB (kg) TB (cm)


79 40 F Fatuhada 48 151
80 64 M Becora 63 170
81 47 M Fatuhada 61 156
82 53 F Quintal Bot 48 142
83 75 F Comoro 32 130
84 46 M Fomento I 62 164
85 50 M Hera 60 162
86 57 M Taibessi 50 175
87 45 F Metiaut 55 160
88 48 M Delta III 90 150
89 42 M Comoro 68 165
90 44 M Fatuhada 70 170
91 42 F Bairo Pite 50 158
92 46 M Delta II 58 161
93 40 F Comoro 70 159
94 45 F Santa Cruz 63 165
95 76 M Surik-Mas 69 170
96 55 F Bemori 50 157
97 45 M Bemori 60 159
98 55 F Comoro 66 150
99 45 F Bairo Pite 66 156
100 38 F Fomento II 64 154

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


37

Lampiran 4
Distribusi Faktor Risiko yang Dibawa oleh setiap Subyek
Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
1 Obes Iya Iya Tidak Tidak
2 Normal Iya Iya Tidak Tidak
3 Obes Iya Iya Tidak Tidak
4 Normal Iya Iya Tidak Tidak
5 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
6 Normal Iya Tidak Iya Iya
7 Normal Iya Iya Iya Tidak
8 BB Lebih Iya Tidak Iya Tidak
9 Normal Iya Iya Iya Tidak
10 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
11 Normal Iya Iya Tidak Iya
12 Normal Tidak Iya Iya Iya
13 Normal Iya Iya Iya Tidak
14 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
15 Normal Iya Iya Tidak Tidak
16 Normal Iya Iya Tidak Tidak
17 Normal Tidak Tidak Iya Iya
18 Normal Tidak Tidak Iya Iya
19 Normal Iya Iya Iya Iya
20 BB Lebih Tidak Tidak Iya Iya
21 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
22 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
23 Normal Tidak Tidak Iya Iya
24 Normal Iya Iya Iya Iya
25 Normal Tidak Iya Iya Iya
26 Normal Iya Iya Iya Tidak
27 BB Lebih Tidak Iya Iya Iya
28 BB Lebih Iya Tidak Iya Iya

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


38

Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
29 Normal Iya Iya Tidak Tidak
30 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
31 Obes Iya Iya Iya Iya
32 Normal Iya Iya Tidak Tidak
33 Normal Iya Iya Tidak Tidak
34 Normal Tidak Iya Iya Iya
35 BB Lebih Iya Iya Tidak Iya
36 BB Lebih Tidak Iya Iya Tidak
37 Normal Tidak Iya Iya Tidak
38 BB Lebih Tidak Iya Tidak Iya
39 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
40 Normal Iya Iya Iya Iya
41 Normal Iya Iya Tidak Tidak
42 Normal Iya Iya Tidak Tidak
43 Normal Iya Iya Tidak Iya
44 Normal Iya Tidak Tidak Iya
45 Obes Iya Iya Tidak Iya
46 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
47 Normal Iya Iya Iya Tidak
48 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
49 BB Kurang Iya Iya Iya Tidak
50 Normal Iya Iya Iya Iya
51 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
52 Normal Iya Iya Tidak Tidak
53 BB Lebih Tidak Iya Iya Iya
54 Normal Iya Iya Tidak Tidak
55 Normal Iya Iya Iya Tidak
56 Normal Tidak Iya Iya Tidak
57 BB Lebih Tidak Iya Iya Iya
58 BB Lebih Tidak Iya Tidak Iya

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


39

Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
59 Normal Iya Iya Tidak Tidak
60 Obes Iya Iya Tidak Tidak
61 Normal Iya Iya Tidak Tidak
62 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
63 Normal Iya Iya Tidak Tidak
64 Normal Tidak Iya Iya Iya
65 BB Lebih Iya Iya Iya Tidak
66 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
67 Normal Iya Iya Tidak Tidak
68 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
69 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
70 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
71 BB Lebih Tidak Iya Iya Tidak
72 BB Lebih Iya Tidak Iya Tidak
73 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
74 Normal Iya Iya Tidak Tidak
75 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
76 Normal Iya Iya Iya Tidak
77 Normal Iya Tidak Iya Tidak
78 Normal Iya Iya Tidak Tidak
79 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
80 Normal Iya Iya Iya Iya
81 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
82 Normal Iya Iya Tidak Iya
83 Normal Iya Iya Tidak Iya
84 Normal Iya Iya Iya Tidak
85 Normal Iya Iya Tidak Iya
86 BB Kurang Iya Iya Iya Iya
87 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
88 Obes Iya Tidak Tidak Iya

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


40

Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
89 Normal Iya Iya Tidak Tidak
90 Normal Tidak Iya Iya Iya
91 Normal Iya Iya Tidak Tidak
92 Normal Iya Iya Iya Iya
93 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
94 Normal Iya Iya Tidak Tidak
95 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
96 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
97 Normal Tidak Iya Iya Iya
98 BB Lebih Tidak Iya Iya Tidak
99 BB Lebih Iya Tidak Tidak Tidak
100 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


41

Lampiran 5
Foto Gerbang masuk Bairo-Pite Clinic Timor-Leste

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


42

Lampiran 6

Foto Dr.Dan Murphy. Pendiri Bairo-Pite Clinic Timor-Leste

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


43

Lampiran 7

Peneliti melakukan pengukuran tensi pada pasien hipertensi sekalian melakukan


interview face-to-face untuk mengumpulkan data penelitian.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


44

Lampiran 8

Peneliti foto bersama dr.Dan Murphy, International volunteers Doctors &


medical students, serta sebagian tenaga medis bairo-pite clinic Timor-Leste.

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Anda mungkin juga menyukai