BAB I
PENDAHULUAN
Hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh World Health
Organization (WHO) mengatakan bahwa, diseluruh dunia, peningkatan tekanan
darah telah menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian. 4
Pada tahun 2008 WHO mencatat prevalensi individu yang menderita
penyakit hipertensi melebihi dari 1 miliar. Secara global, prevalensi keseluruhan
tekanan darah tinggi, pada orang dewasa berusia 25 tahun atau lebih didapatkan
sekitar 40%.4
Di negara-negara dengan penghasilan tinggi dan kebijakan kesehatan
masyarakat yang kuat dan baik , dengan tindakan preventif multisektoral dan
diagnosis yang tersedia secara luas dan pengobatan yang optimal, telah
menyebabkan penurunan prevalensi tekanan darah tinggi. Sebaliknya di banyak
negara sedang berkembang beban penyakit yang disebabkan tekanan darah tinggi
meningkat selama dekade terakhir.4
Di antara semua daerah WHO, prevalensi peningkatatn tekanan darah
tertinggi di dapatkan di daerah Afrika sebesar 46%, prevalensi terendah ada di
wilayah Amerika yang berjumlah 35%. Di wilayah Asia tenggara didapatkan
sebanyak 36% orang mengalami hipertensi.4
Prevalensi hipertensi meningkat sangat pesat seiring dengan bertambahnya
usia, maka prevalensi hipertensi didapatkan lebih besar pada kaum lansia
dibanding dengan usia dewasa muda. Dari data yang diperoleh dari World Health
Organization tertulis penderita hipertensi usia muda hanya 9,3% laki-laki dan
2,1% perempuan, sedangkan pada lansia didapatkan sejumlah 68,1% pada lansia
laki-laki dan 84,0% pada lansia perempuan menderita hipertensi.4
Hipertensi merupakan salah suatu masalah yang harus dikhawatirkan,
karena mempunyai peranan yang sangat besar sebagai faktor risiko untuk
terjadinya kerusakan fungsi multiorgan, paling utama adalah jantung, otak, dan
ginjal. Hipertensi berperan pada gangguan sistem kardiovasculer, serebrovaskuler
dan penyakit ginjal.5,6
Berdasarkan data dari WHO didapatkan 17 juta kematian per tahun
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Dari jumlah tersebut, komplikasi dari
penyakit hipertensi didapatkan sebanyak 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor faktor risiko mana yang berperan
sangat erat atas kejadian penyakit hipertensi pada setiap pasien hipertensi
yang berkunjung untuk melakukan kontrol tekanan darahnya di Bairo-Pite
Clinic Timor-Leste, serta prevalensi dari setiap faktor risiko yang sudah
ditetapkan peneliti.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor-faktor utama yang dibawa oleh masing-masing pasien
hipertensi yang datang berkunjung untuk melakukan kontrol tekanan darah
di Bairo_pite Clinic Timor-Leste;
2. Mendapatkan prevalensi faktor risiko mengkonsumsi garam berlebih pada
pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
3. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko mengkonsumsi minuman
berkafein tinggi pada pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
4. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko alkoholis pada pasien hipertensi
di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
5. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko merokok pada pasien hipertensi
di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste;
6. Mendapatkan prevalensi dari faktor risiko indeks massa tubuh yang lebi
dari normal atau obes pada pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-
Leste.
b. Bagi Akademik
c. Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi ;
2. Membantu pasien hipertensi untuk merubah kebiasaan mengenai faktor-faktor
risiko yang berkaitan dengan kejadian hipertensi dan komplikasinya;
3. Menghasilkan penurunan angka prevalensi penderita hipertensi serta
komplikasi yang dialami;
BAB II
LANDASAN TEORI
akhirnya suatu saat akan memberi dampak yang merugikan pasien hingga bersifat
fatal.2,3 Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka morbiditas
dan angka mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah
menjadi naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah istirahat. Di
dapatkan desakan yang berlebihan di pembuluh darah pada penderita hipertensi,
dan dimana desakan tersebut hampir tidak konstan.10
2.2 Etiologi
Lebih dari 90% - 95% dari individu penderita hipertensi memiliki
hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu mereka tidak memiliki etiologi
teridentifikasi untuk tekanan tinggi mereka. Penelitian saat ini telah menunjukkan
bahwa sebagian besar akibat hipertensi esensial tersebut berinteraksi dengan
sejumlah besar faktor fisiologis dan faktor lingkungan.9,11
Hipertensi primer atau hipertensi esensial sampai sekarang masih tidak
diketahui pasti penyebabnya, namun diyakini bahwa faktor genetik dan
lingkungan ikut berperan. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang didapatkan
sebagai komplikasi dari penyakit sistemik lain, seperti gangguan ginjal, diabetes
mellitus, gangguan endokrin, dan lain-lainnya, sehingga penyebab dari hipertensi
sekunder ini jelas diketahui.1,3,5
Semua jenis hipertensi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat di
modifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor kejadian hipertensi yang
tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan
etnis.
Kejadian hipertensi, khususnya hipertensi primer, sangat dipengaruhi oleh
faktor riwayat keluarga, faktor keturunan ini berkaitan dengan metabolisme
regulasi natrium dan renin dalam tubuh.11
Risiko hipertensi juga meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Seseorang rentan mengalami hipertensi pada umur 30 50 tahun, dimana
hipertensi yang biasa dialami adalah hipertensi primer.11 Diketahui 50 60%
pasien, berumur diatas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 140 / 90
mmHg. Isolated systolic hypertension biasanya terjadi pada umur diatas 50 tahun.
Hipertensi pada individu berusia kurang dari 35 tahun berpotensi pada kenaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.11-13
Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian hipertensi, dimana didapatkan laki-laki berisiko lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan perempuan pada usia dibawah 55 tahun. Hormon
hormon yang dihasilkan oleh perempuan membantunya dalam melawan penyakit
jantung. Selain itu, pekerjaan dan perilaku perempuan dianggap lebih tidak terlalu
berisiko dan berperilaku sehat dibandingkan dengan laki-laki. Akan tetapi risiko
kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan pada usia di atas 75 tahun
yang salah satunya disebabkan oleh faktor menopause.11,13
Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa tingkat kematian dari terendah
sampai tertinggi pada dewasa akibat hipertensi adalah sebagai berikut, wanita
berkulit putih yaitu 4,7%, selanjutnya laki-laki berkulit putih yaitu 6,3%, laki-laki
berkulit hitam yaitu 22,5% dan perempuan berkulit hitam yaitu 29,3%. Alasan
tingginya prevalensi hipertensi di ras kulit hitam belum diketahui secara jelas,
tetapi peningkatan ini dipengaruhi oleh kadar renin yang rendah sensitivitasnya
terhadap vasopressin yang lebih tinggi, masukan garam yang lebih banyak, dan
stress lingkungan yang lebih tinggi.11,13
Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi
dipengaruhi pula oleh faktor yang dapat dimodifikasi. Tingkat kejadian hipertensi
dapat diturunkan dengan mengendalikan faktor ini. Faktor risiko hipertensi yang
dapat dimodifikasi ini terdiri dari stress, obesitas, nutrisi, konsumsi zat berbahaya,
dan aktifitas fisik.11,13
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian
hipertensi. Seseorang yang mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita
hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi. Seseorang yang
berada dalam kondisi stress telah menjadi proses fisiologis dimana system saraf
simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimuli pengeluaran hormon
adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis ini menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah.5,11,13
Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini berpedoman pada The Seventh
Report of joint national Committee on Prevention, detection, evaluation and the
Treatment of High Blood Pressure, dapat dilihat pada table 2.2.
2.6 Patofisiologi
Hipertensi esensial pada tingkat dasar harus berhubungan dengan
meningkatnya curah jantung primer akibat berkurangnya eskresi natrium oleh
ginjal, atau dengan meningkatnya tahanan perifer akibat meningkatnya pelepasan
zat vasokonstriktor, meningkatnya sensitivitas sel otot polos vaskuler atau faktor
neurogen, namun bisa disebabkan karena dua-duanya. Pada kebanyakan penderita
kemungkinan berbagai faktor ikut berperan. Salah satu faktor genetik penyebab
hipertensi berhubungan dengan kelainan mekanisme ginjal yang meregulasi
tekanan darah, termasuk (1) sistem renin-angiotensin, (2) hemostasis natrium, dan
(3) produksi zat vasodepressor yang terlibat dalam pathogenesis hipertensi.
Penelitian baru-baru ini mengingatkan kecenderungan hipertensi pada individu
dengan varian molekuler spesifik dari gen yang mengkode angiotensin, substrat
fisiologik untuk renin.22
Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifik dapat
diketahui. Penderita hipertensi sekunder didapatkan kurang lebih 10% dari
seluruh penderita hipertensi. Pada jenis hipertensi ini penyebab dan
patofisiologinya sudah diketahui sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan
atau pembedahan. Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah adanya
kelainan dan keadaan dari sistem organ lain sepertu ginjal, kelainan endokrin,
serta bisa diakibatkan oleh pengguna obat-obatan seperti kortikosteroid dan
hormon.22
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting Enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.22,23
Awalnya darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi oleh organ
hati. Selanjutnya oleh hormon renin, yang diproduski di ginjal, akan diubah
menjadi angiotensin I. Kemudian ACE yang terdapat diparu-paru, akan mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.22,23
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus, oleh kelenjar pituitari, dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang dieskresikan ke luar tubuh, antidiuresis, sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
eksresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.23
Gagal jantung terjadi oleh karna tekanan darah tinggi memicu otot jantung
untuk bekerja lebih berat untuk memompa darah. Sehingga otot jantung akan
menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat
terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda adanya komplikasi
yaitu sesak napas, napas putus-putus atau napas pendek, dan terjadi
pembengkakkan pada tungkai bawah serta kaki.1,12,13
Gagal ginjal adalah salah satu komplikasi yang timbulkan oleh penyakit
hipertensi, disebabkan karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Kerusakan membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.13
Kerusakan otak atau disebut ensefalopati terjadi terutama pada hipertensi
yang bersifat maligna, hipertensi yang meningkat dengan cepat. Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron
neuron di sekitarnya akan kolaps dan terjadi koma serta kematian.13
2.8 Penatalakasanaan
a. Terapi Non Farmakologi
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karna itu, modifikasi gaya
hidup merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan mengontrol hipertensi.14,16
Table 2.3 Modifikasi Gaya Hidup untuk menangani tekanan darah tinggi menurut JNC ke-7.25
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis berupa obat obatan antihipertensi. Terdapat
9 kelas obat antihipertensi, dimana masing masing obat antihipertensi
memliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. Diuretik,
penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACE Inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin ( ARB), dan antagonis kalsium dianggap
sebagai obat antihipertensi utama. Sedangkan penyekat alfa, agonis alfa 2
sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat
alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
b. Sample
Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quota Sample.
Teknik ini merupakan salah satu bentuk dari non-random atau non-probability.27
Jumlah sampel dari Metode quota sampling ini ditentukan oleh peneliti
berdasarkan determinan yang berhubungan dengan penelitian.27 Partisipan atau
jumlah kuota yang peneliti akan identifikasi adalah seratus orang penderita
hipertensi, dalam kurung waktu sebulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini jumlah sampel sebesar 100 orang, mereka adalah
pasien yang mengidap hipertensi primer tanpa disertai riwayat penyakit sistemik
yang berhubungan dengan hipertensi sekunder. Dari hasil penelitian subyek
perempuan didapatkan sebanyak 51% dan 49% adalah laki-laki. (bisa dilihat pada
pie charts 4.1. dan lampiran 3). Faktor risiko jenis kelamin pada penelitian ini
menunjukkan bahwa perempuan dan lakilaki tidak ada peRbandingan yang jauh
berbeda.
Laki-Laki
Perempuan 49%
51%
90%
Konsumsi Konsumsi kopi,
garam 81%
80% berlebih, 76%
70%
60%
50% Kebiasaan
merokok, 41%
40% Konsumsi
alkohol, 34%
30%
20%
10% Obesitas, 6%
0%
Obesitas Konsumsi Konsumsi kopi Kebiasaan Konsumsi
garam berlebih merokok alkohol
Gambar 4.2. Grafik Prevalensi Faktor Risiko yang Didapatkan dari subyek
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa dari 100 orang
penderita hipertensi yang berupa subyek peneliti, faktor risiko terbanyak yang
didapatkan adalah kebiasaan meminum kopi. Sedangkan faktor risiko kedua yang
berperan sangat erat dengan subyek hipertensi adalah kebiasaan mengkonsumsi
garam berlebih. Faktor risiko kebiasaan merokok didapatkan sebesar 41 %, dan
konsumsi alkohol terdapat 34 %. Faktor risiko terendah yang didapatkan dari
penelitian ini adalah faktor risiko obesitas, yakni hanya ditemukan sebanyak 6 %
dari total subyek yang diteliti.
4.2 Pembahasan
a. Faktor Risiko Konsumsi Kopi
Tidak heran jika banyak populasi Timor-Leste punya kebiasaan meminum
kopi setiap hari dalam jumlah yang lumayan banyak. Timor-Leste berupa salah
satu negara yang mempunyai kekayaan tanaman berupa kopi, sehingga digunakan
sebagai income negara dengan cara mengekspor ke negara lain. Setiap tahun
Timor-Leste bisa memproduksi kopi lokal sebanyak 5,000 ton, dimana 1,000 ton
dikonsumsi oleh orang lokal dan sisanya di eksport ke luar.28,29
Pada penelitian ini, kriteria mengkonsumsi kopi yang berupa faktor risiko
memicu hipertensi ialah yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi kopi lebih
dari 7 cangkir dalam seminggu. Fakta dari sebuah penelitian yang dilakukan di
Polandia mengatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi kopi lebih dari 7
cangkir dalam seminggu mempunyai faktor risiko lebih tinggi mengenai
hipertensi dibandingkan mereka yang mengkonsumsi kurang dari 7 cangkir atau
yang tidak mengkonsumsi kopi sama sekali.17,18
Kafein mampu menimbulkan peningkatan tekanan darah secara akut
dengan memblokir reseptor adenosin yang berfungsi sebagai vasodilator, dan akan
meningkatkan NE (norepinephrine) plasma. Dari sebuah studi yang dilakukan di
Polandia, di laboratorium dengan sistem kontrol dan pengaturan ketat dilakukan
percobaan konsumsi kafein. Mengkonsumsi kafein sama dengan meminum kopi
sebanyak 2 atau 3 gelas, dimana didapatkan pada studi yang dilakukan
peningkatan tekanan darah akut. Namun, ukuran respon pressor yang ditimbulkan
oleh kafein bervariasi antara studi dan individu, dari 3/4 ke 15/13 mmHg dan
cenderung lebih besar pada penderita hipertensi. Puncak dari efek kafein dalam
meningkatkan tekanan darah adalah satu jam setelah mengkonsumsi kafein lalu
akan kembali ke awal semula setelah empat jam.16-18
individu yang merokok sebatang sehari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25
mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit.31
Individu yang sudah berhenti merokok sekian lama cenderung
mempunyai tekanan darah lebih baik dibanding dengan individu yang masih aktif
merokok, walaupun tidak sebaik dibanding individu yang sama sekali tidak punya
riwayat merokok.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan tentang prevalensi faktor risiko
gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pasien hipertensi yang mengunjungi
Bairo-Pite Clinic Timor-Leste selama bulan Agustus sampai September tahun
2016, diperoleh sebagai berikut:
1. Faktor risiko tertinggi yang ditemukan adalah kebiasaan mengkonsumsi
kopi sebanyak 81% dan mengkonsumsi garam berlebih sebanyak 76%.
2. Faktor risiko terendah yang terdapat pada penderita hipertensi di Bairo-
Pite Clinic Timor-Leste adalah faktor obesitas, yakni hanya didapatkan
6% dari total subyek yang diteiliti. Berhubungan dengan sebuah negara
yang sangat baru dan kebutuhan gizi lengkap pun belum optimal, sehingga
faktor obesitas didapatkan sangat sedikit.
5.2 Saran
1. Disarankan untuk pihak rumah sakit Bairo-Pite Clinic Timor-Leste
melakukan dan menegaskan edukasi mengenai gaya hidup yang benar dan
sehat secara tepat terhadap faktor risiko yang dibawa oleh setiap penderita
hipertensi sebagai upaya pencegahan komplikasi.
2. Setiap pasien hipertensi harus menyadari seberapa penting dan bahayanya
faktor risiko yang dibawa oleh mereka, mengingat hipertensi adalah
penyakit silent killer dan dengan gaya hidup yang tidak benar
membawa risiko kepada penderita terkena komplikasi hipertensi.
3. Pemerintah Timor-Leste diharapkan bisa mengadakan suatu program
penyuluhan tentang pola hidup yang benar dan sehat, dan apa dampak
nya terhadap kesehatan terhadap setiap individu, dan bagaimana cara
mencegah terjadinya hipertensi atau mengontrol tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roger VL, Go As, Llioyd-Jones Dm. Heart disease and stroke statistics
2012 Update: A Report from American Heart Association. Circulation.
2012 Jan 3. 125 (1) : e2 e220
16. Kaplan M. N., Victor G. P., Kaplans clinical hypertension; 11th Ed;
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2010; p99- 115
18. Mesas AE, Leon M, Rodrigues A, Lopez G; The effect of coffee on blood
pressure and cardiovascular disease in hypertensive individuals: a
systematic review and meta-analysis; Epub: 31 August 2011
19. Black & Hawks. Medical surgical mursing clinical management for
positive outcomes; 7th Ed; Philadelphia: Elseivers Saunders; 2004
23. Joseph L. Izzo, Henry Richard Black, Council for high blood pressure
(AHA); Hypertension primer: The essentials of high blood pressure.
Dallas, Texas: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. P93-170
25. U.S Departement of Health and Human Services. Complete Report: The
seventh report of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure; August 2004. P1-64
28. Nicol B. Timor: a nation reborn; 1st Ed. Equinox: 2002. P42-8
29. Hill H. Saldanha JM. East Timor: Development challenges for the worlds
newest nation; Singapore: Institute of southest asian studies. 2001. P 125-
39
Lampiran 1
Kertas Pengumpulan Data
Nomor Responden: ..
Nama:
Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Usia : tahun
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Alamat :
Pendidikan Terakhir : tidak sekolah SD SMP-sederajat
SMA-sederajat Perguruan Tinggi
Pekerjaan :
B. PERTANYAAN KHUSUS
5. Apakah anda peminum minuman beralkohol? (2-3 gelas per hari atau
lebih)
a. ya
b. tidak
Lampiran 2
Lampiran 3
Data subyek, berupa: umur, genre, alamat, berat badan, dan tinggi badan.
Lampiran 4
Distribusi Faktor Risiko yang Dibawa oleh setiap Subyek
Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
1 Obes Iya Iya Tidak Tidak
2 Normal Iya Iya Tidak Tidak
3 Obes Iya Iya Tidak Tidak
4 Normal Iya Iya Tidak Tidak
5 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
6 Normal Iya Tidak Iya Iya
7 Normal Iya Iya Iya Tidak
8 BB Lebih Iya Tidak Iya Tidak
9 Normal Iya Iya Iya Tidak
10 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
11 Normal Iya Iya Tidak Iya
12 Normal Tidak Iya Iya Iya
13 Normal Iya Iya Iya Tidak
14 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
15 Normal Iya Iya Tidak Tidak
16 Normal Iya Iya Tidak Tidak
17 Normal Tidak Tidak Iya Iya
18 Normal Tidak Tidak Iya Iya
19 Normal Iya Iya Iya Iya
20 BB Lebih Tidak Tidak Iya Iya
21 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
22 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
23 Normal Tidak Tidak Iya Iya
24 Normal Iya Iya Iya Iya
25 Normal Tidak Iya Iya Iya
26 Normal Iya Iya Iya Tidak
27 BB Lebih Tidak Iya Iya Iya
28 BB Lebih Iya Tidak Iya Iya
Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
29 Normal Iya Iya Tidak Tidak
30 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
31 Obes Iya Iya Iya Iya
32 Normal Iya Iya Tidak Tidak
33 Normal Iya Iya Tidak Tidak
34 Normal Tidak Iya Iya Iya
35 BB Lebih Iya Iya Tidak Iya
36 BB Lebih Tidak Iya Iya Tidak
37 Normal Tidak Iya Iya Tidak
38 BB Lebih Tidak Iya Tidak Iya
39 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
40 Normal Iya Iya Iya Iya
41 Normal Iya Iya Tidak Tidak
42 Normal Iya Iya Tidak Tidak
43 Normal Iya Iya Tidak Iya
44 Normal Iya Tidak Tidak Iya
45 Obes Iya Iya Tidak Iya
46 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
47 Normal Iya Iya Iya Tidak
48 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
49 BB Kurang Iya Iya Iya Tidak
50 Normal Iya Iya Iya Iya
51 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
52 Normal Iya Iya Tidak Tidak
53 BB Lebih Tidak Iya Iya Iya
54 Normal Iya Iya Tidak Tidak
55 Normal Iya Iya Iya Tidak
56 Normal Tidak Iya Iya Tidak
57 BB Lebih Tidak Iya Iya Iya
58 BB Lebih Tidak Iya Tidak Iya
Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
59 Normal Iya Iya Tidak Tidak
60 Obes Iya Iya Tidak Tidak
61 Normal Iya Iya Tidak Tidak
62 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
63 Normal Iya Iya Tidak Tidak
64 Normal Tidak Iya Iya Iya
65 BB Lebih Iya Iya Iya Tidak
66 BB Kurang Iya Iya Tidak Tidak
67 Normal Iya Iya Tidak Tidak
68 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
69 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
70 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
71 BB Lebih Tidak Iya Iya Tidak
72 BB Lebih Iya Tidak Iya Tidak
73 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
74 Normal Iya Iya Tidak Tidak
75 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
76 Normal Iya Iya Iya Tidak
77 Normal Iya Tidak Iya Tidak
78 Normal Iya Iya Tidak Tidak
79 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
80 Normal Iya Iya Iya Iya
81 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
82 Normal Iya Iya Tidak Iya
83 Normal Iya Iya Tidak Iya
84 Normal Iya Iya Iya Tidak
85 Normal Iya Iya Tidak Iya
86 BB Kurang Iya Iya Iya Iya
87 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
88 Obes Iya Tidak Tidak Iya
Mengkonsumsi
no. IMT kopi merokok alkoholis
garam berlebih
89 Normal Iya Iya Tidak Tidak
90 Normal Tidak Iya Iya Iya
91 Normal Iya Iya Tidak Tidak
92 Normal Iya Iya Iya Iya
93 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
94 Normal Iya Iya Tidak Tidak
95 Normal Iya Tidak Tidak Tidak
96 Normal Tidak Iya Tidak Tidak
97 Normal Tidak Iya Iya Iya
98 BB Lebih Tidak Iya Iya Tidak
99 BB Lebih Iya Tidak Tidak Tidak
100 BB Lebih Iya Iya Tidak Tidak
Lampiran 5
Foto Gerbang masuk Bairo-Pite Clinic Timor-Leste
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8