kronik yang melibatkan anggota gerak dan di karakteristikkan dengan rasa nyeri
yang berat dengan gangguan sensorik, otonom, motorik dan tropik.
• Dipicu oleh operasi, trauma dan banyak penyebab lain baik ringan, self-limiting
disease, hingga efek dari proses kronik seperti stroke, lesi spinal ataupun infark
miokard, dan dapat mengganggu aktivitas sehari hari dan kualitas hidup
penderitanya
• CRPS yang terjadi pada anggota gerak atas setelah stroke seringkali disebut
tahapan, yaitu:
• (1) pasien mengeluh rasa terbakar di tangan, yang secara kebetulan baik dingin
dan berkeringat atau dingin, merah, basah, kaku, dan bagian superficial sensitive
terhadap sentuhan atau tekanan;
• (2) tangan memutih, kulit menebal, dan tangan semakin dingin dan kaku;
• (3) tangan memucat dan mengurus, dan terjadi atrofi otot dengan kontraktur
sendi
Definisi
• Shoulder-hand Syndrome merupakan istilah lain dari Complex Regional Pain
Syndrome (CRPS) yang terjadi pada ekstremitas superior dan biasa terjadi
setelah penderita terkena stroke
• Cedera pada otak akibat stroke ini menyebabkan gangguang neurologis
spontan, seperti defisiti motorik dan sensorik, gangguan kognitif atau
berbahasa, bahkan pada kasus yang berat dapat menimbulkan penurunan
kesadaran hingga koma
• Pasien dengan post-stroke CRPS biasanya mengeluh nyeri pada bahu dan
pergelangan tangan dan tidak terlalu mengeluh tentang sendi siku nya
Epidemiologi
• Perkiraan angka kejadian CRPS adalah 6.28 per 100ribu populasi per
tahun dan 5.46 per 100ribu populasi per tahun untuk CRPS tipe 1 /
Shoulder-hand Syndrome.
• Nyeri bahu sendiri merupakan masalah yang umum terjadi pada pasien
pasca-stroke dan 75% pasien stroke mengeluhkan nyeri pada bahu pada
12 bulan awal setelah terkena stroke
Etiologi
• Onset dan tingkat keparahan dari SHS ternyata berhubungan dengan etiologi
dari stroke penyebabnya, tingkat keparahan dan pemulihan dari defisit motorik,
spastisitas dan gangguan sensorik penderita. Subluksasio pada sendi
glenohumeral juga merupakan faktor etiologi penting, hal ini berhubungan
dengan berkurang hingga hilangnya penggunaan sendi ini akibat defisit motorik,
yang ditemukan pada 17%-66% pasien dengan hemiparesis. Peran dari
subluksasio sendi glenohumeral belum jelas, namun diduga merupakan salah
satu penyebab lesi pada saraf perifer ,yang jarang terdeteksi, yaitu pada nervus
sirkumfleksa dan supraskapular yang memiliki peran penting
Patofisiologi
• Inflamasi neurogenik lokal terjadi pada dasar edema, vasodilatasi dan
hiperhidrosis yang ada dalam fase awal CRPS
• Pengeluaran ulang serabut serat C menyebabkan peningkatan rangsang
pada medula
• Reorganisasi sistem saraf pusat yang mempengaruhi korteks
somatosensori primer
• Faktor predominan pada subkelompok pasien CRPS diantaranya adalah
hiperaktivitas saraf simpatis, di mana hal itu berespon positif terhadap
blok simpatis
Patofisiologi
Berhubugan dengan sensitisasi perifer
Sensitisasi sentral
Inflamasi neurogenik
Peran dari sistem saraf simpatik
Disfungsi inhibitor
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Diagnosis
• Kriteria International Associaton for the Study of Pain (IASP) :
– Setidaknya 1 tanda pada saat evaluasi dari setidaknya 2 kategori di bawah ini :
• Sensori :adanya bukti hiperalgesia (dengan peniti), allodynia (dengan sentuhan ringan,
• Vasomotor : Adanya bukti temperatur asimetris (>1Oo C), perubahan warna kulit atau
asimetris
• Sudomotor/ Edema :Adanya bukti edema, perubahan keringat, atau berkeringat yang
asimetris.
– Kaku ekstermitas
epidermal kelenjar keringat dan inervasi serabut saraf pada anggota gerak
yang diamputasi
– Hipoksia jaringan
Pencegahan
Menggerakkan dan resentralisasi sendi bahu seperti
pemakaian axillary support dan elektrostimulasi pada fascia
superior dari otot deltoid dan supraspinatus bila terjadi
subluksasi sendi glenohumeral.
untuk CRPS. 10-17 pasien dengan CRPS selama 2-3 bulan dilaporkan
mengalami perkembangan setelah 4-12 minggu penggunaan kortikosteroid oral
• Kalsium Regulator
Klodronat 300 mg/hari secara intravena dan aledronat baik 7.5mg/hari IV atau
40 mg/hari secara oral terbukti mengurangi nyeri, bengkak, dan ROM pasien
dengan CRPS akut
Penatalaksanaan
• Opioid
– Penggunaan opioid oral masih kontroversi. Digunakan terutama bila obat-obatan lain tidak
memberikan hasil yang memadai. Biasanya dipakai opiat long acting seperti : morphin.
Oxycodon dan methadon
menghambat re uptake serotonin dan nor epineprin pada sinap Anti depresan juga
bermanfaat dalam mencegah kekambuhan. Imipramin dapat di toleransi dengan baik dan
memberikan hasil paling memuaskan dalam menghilangkan gejala nyeri, manifestasi
motorik dan otonomik
Penatalaksanaan
• Sodium Channel Blocking Agents dan Calcium Channel Blocker
• Gabapentin
anak-anak
• Fase Akut
– Dilakukan immobilisasi dan terapi kontralateral. Terapi intensif pada fase akut dapat
• Fase Kronik
– Terapi fisik secara pasif termasuk manipulasi, terapi secara manual, masase dan mobilisasi.
Aspirasi cairan limfatik dapat digunakan untuk mengurangi edema. Pada daerah dengan
tonus kencang direkomendasikan untuk diberikan terapi dengan prinsip : more severe before
less severe, more proximal and medial before pore distally, and laterally located points and the area of
greater accumulation of tender areas is treated first.
• Fase Kronik
syndrome (CRPS) yang terjadi hanya pada ekstremitas superior, umumnya terjadi
setelah stroke dengan paralysis pada satu sisi dan disertai dengan rasa sakit yang
berat. Pada SHS pasca-stroke, biasa pasien mengeluhkan nyeri pada bahu dan
pergelangan tangan dengan siku yang baik. Keluhan ini dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari dan quality of life penderitanya hingga menyebabkan ansietas
dan depresi. Oleh karena itu, pasien-pasien dengan CRPS membutuhkan
bantuan dari berbagai bidang spesialis termasuk ahli bedah ortopedik,
rehabilitasi medik, anestesi, rematologi, dan psikiatri
Terima kasih