Sub Modul
Tatalaksana Kedokteran Fisik danRehabilitasi
pada
Kelainan Angulasi Lutut
0
Sub Modul
Tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada
Kelainan Angulasi Lutut
I. Waktu
A. Tujuan umum
Agar peserta didik mampu memberikan tatalaksana KFR yang komprehensif pada
Kelainan Angulasi Lutut.
B. Tujuan Khusus
1
III. Kompetensi
A. Kompetensi kognitif
B. Kompetensi ketrampilan
2
7. Mampu mengenali masalah dan penyulit yang mungkin terjadi serta
melakukan tindakan pencegahan.
8. Mampu mengenali masalah dan penyulit yang ada serta melakukan rujukan
apabila diperlukan.
A. Metoda:
1. Kuliah interaktif
2. Curah pendapat dan diskusi
3. Pendampingan (coaching)
4. Bed side teaching
B. Strategi :
3
Tujuan 3. Mampu menetapkan prognosis fungsional dan tujuan tatalaksana
KFR.
Wajib diketahui:
o Analisis kasus dan data yang diperlukan untuk menetapkan prognosis
fungsional (metoda 1 s/d 4)
o Luaran Fungsional (metoda 1,2)
4
Tujuan 7. Mampu mengenali dan antisipasi komplikasi yang mungkin terjadi
dan melakukan tindakan pencegahan.
Wajib diketahui:
o Komplikasi yang mungkin terjadi pada setiap tahapan rehabilitasi (metoda
1,2)
o Pencegahan komplikasi yang optimal (metoda 1 s/d 4)
Tujuan 8. Mampu mengenali komplikasi yang ada serta melakukan rujukan yang
diperlukan.
Wajib diketahui:
o Penanganan komplikasi secara optimal (metoda 1 s/d 4)
o Keterbatasan sumber daya (metoda 1,2)
o Komplikasi yang perlu segera dirujuk untuk mendapatkan penatalaksanaan
di tempat dengan sumber daya yang lebih sesuai (metoda 1 s/d 4).
V. Persiapan Sesi
5
Pada anak sering didapatkan anomali dan variasi pertumbuhan dari anggota gerak
bawah (AGB), bahkan lebih sering daripada trauma. Beberapa kasus menunjukkan
kelainan yang jelas sampai menimbulkan kecemasan orang tua. Kasus kelainan
angulasi dan torsi ini sering datang ke dokter umum dengan keluhan pola jalan
yang tidak normal ( toeing-in ).
Untuk menangani masalah ini secara efektif, sangat penting pengetahuan untuk
menentukan level deformitas dan terapinya.
A. Diskusi.
1. Foto anggota gerak bawah ( pelvis, sendi hip sampai kaki ) dalam satu film,
proyeksi Anterior-Posterior pada posisi berdiri
2. Bow legs
6
3. Program rehabilitasi yang terstruktur dan komprehensif untuk mencegah
deformitas lebih lanjut.
X. Evaluasi
Kognitif
Pre-test dan Post-test dalam bentuk lisan, essay dan atau MCQ
Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation
Curah pendapat dan diskusi
Contoh Soal
Seorang anak perempuan dengan obesitas, umur 3 th, kedua lututnya bengkok
sejak umur 1,5 th. Pada pemeriksaan didapatkan hipermobilitas sendi hip, lutut
dan pergelangan kaki. TFA ( Tibio Femoral Angle ) : 30 0/300 ( berbaring ) dan
380/400 ( berdiri ). Jarak intercondylar 13 cm. Gambaran radiologi : beaking sign
(+). Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
Jawaban: C
Psikomotor
7
Kognitif dan Psikomotor
OSCE
XI. Instrumen Penilaian
Skor
No. Penuntun Belajar 0 1 2 3
1. Melakukan penyapaan kepada pasien
2. Melakukan anamnesis mengenai:
a. Riwayat penyakit sekarang
- Usia anak saat datang
- Usia anak saat mulai tampak deformitas
- Posisi / kebiasaan dalam melakukan
aktifitas
- Gangguan fungsi yang ditimbulkan oleh
keluhan tersebut
- Riwayat tumbuh-kembang anak
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat kegiatan / olahraga
e. Kemampuan fungsional sebelum sakit
8
f. Riwayat psikososioekonomi
g. Harapan pasien/orang tua
3. Melakukan pemeriksaan umum:
a. Tanda vital
b. Pemeriksaan sistem kardiorespirasi
c. Pemeriksaan sistem neuromuskuloskeletal
d. Status gizi
4. Melakukan pemeriksaan dasar KFR:
a. Lingkup gerak sendi
b. Tonus dan reflex
c. Ketahanan dan kekuatan otot
d. Status psikologi
e. Balans dan kontrol trunk
f. Pengamatan gait
5. Melakukan pemeriksaan khusus:
a. FPA (Foot Progression Angle )
b. TFA ( Tibio-Femoral Angle )
c. Sudut recurvatum
d. Thigh Foot Angle
e. Torsi Tibia
6. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
penunjang untuk mengenali faktor resiko lain
atau adanya penyulit
7. Melakukan pemeriksaan fungsional
8. Menetapkan diagnosis fungsional, klinis dan
etiologis
9. Menetapkan prognosis fungsional dan tujuan
tatalaksana KFR
10. Menetapkan jenis intervensi KFR sesuai kondisi
Kelainan Angulasi Lutut
a. Terapi latihan peregangan
b. Terapi penguatan
c. Ortesa yang tepat
11. Melakukan informasi dan edukasi kepada pasien
a. Mengenai penyakit
b. Faktor resiko dan penyebabnya
9
c. Intervensi KFR yang akan dilakukan
d. Hasil terapi yang diharapkan
12. Melakukan intervensi terapi KFR untuk Kelainan
Angulasi Lutut :
a. Terapi latihan peregangan
b. Terapi latihan penguatan
c. Ortesa yang tepat
13. Melakukan evaluasi hasil terapi KFR terhadap:
a. FPA (Foot Progression Angle )
b. TFA ( Tibio-Femoral Angle )
d. Sudut recurvatum
e. Thigh Foot Angle
f. Torsi Tibia
g. Gait
14. Melakukan tindak lanjut terapi sesuai dengan
hasil evaluasi:
a. Pengulangan terapi latihan
b. Revisi ortesa
c. Pemberian ortesa baru
15. Memberikan program rumah:
a. Latihan peregangan dan penguatan
b. Pemakaian ortesa
c. Perawatan ortesa
16. Mengenali masalah dan penyulit yang ada
dan melakukan penanganan sesuai dengan
kemampuan serta fasilitas yang tersedia, dan atau
melakukan rujukan apabila diperlukan.
Jumlah skor
Keterangan:
0 = Tidak diamati (TD)
1 = Dikerjakan semua tetapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau
tidak dikerjakan
2 = Dikerjakan dengan bantuan
3 = Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar
Skor maksimal : 48
Skor Akhir : Jumlah skor
Lampiran:
1. Tortional Profile
XIII. Daftar tilik
10
Tatalaksana KFR pada Kelainan Angulasi Lutut
Keterangan:
TD = Tidak diamati
Centang pada kolom yang relevan
Hasil : semua kolom harus tercentang kompeten, bila tidak peserta didik harus
mengulang
XIV. Materi Baku
11
Tatalaksana KFR Kelainan Angulasi Lutut
Genu varum adalah deformitas angulasi pada lutut dengan tibia yang
mengalami deviasi ke medial terhadap femur.
Pada umumnya bayi lahir dengan genu varum sedang, dikenal dengan
physiologic genu varum. Istilah fisiologis berarti alignment tersebut normal
untuk usianya.
Salenius berpendapat bahwa bayi mempunyai genu varum 15, yang akan
berkurang sudutnya pada usia 20 bulan. Pada usia 2,5 – 5 tahun, akan
menjadi genu valgum/knock knees 15 dan pada usia 8 tahun angulasi
anggota gerak bawah mencapai 5 - 10 genu valgum. Yang perlu perhatian,
bahwa torsi dari tulang panjang anggota gerak bawah dapat mempengaruhi
angulasi.
Beberapa kasus genu varum yang fisiologis menjadi progresif, apabila
disertai dengan keadaan :
- early walking ( jalan yang terlalu awal )
- infantile obesity ( Anak dengan obesitas )
- increased ITT ( penngkatan torsi tibia )
12
Infantile tibia vara
Late onset ( adolescent ) tibia vara
2. Osteodystrophy :
Vitamin-D resistant rickets
Hypophosphatase
3. Bone Dysplasia :
Achondroplasia
Metaphyseal dysplasia
4. Trauma :
Proximal tibia or distal femoral partial physeal arrest
5. Tumors :
Osteochondroma
Focal fibrocartilagenous dysplasia of distal femur/proximal
tibia
6. Congenital anomalies :
Congenital longitudinal deficiency of the tibia
PROGRAM TERAPI
1. Rehabilitasi Medik :
Bracing ( efektif pada fase awal )
Terapi latihan
2. Bedah Orthopedi :
Osteotomi proksimal tibia dan fibula ( intervensi lebih baik
hasilnya apabila belum terjadi kerusakkan growth plate )
13
Variasi lain yang harus diwaspadai adalah keadaan yang disebut : Late-onset
tibia vara, dimana terjadi genu varum pada dewasa muda dengan obesitas.
1. Osteodystrophy :
Vitamin-D resistant rickets
Renal osteodystrophy
2. Bone Dysplasia :
Pseudoachondroplasia
Multiple epiphyseal dysplasia
Marqulo’s mucopolysacharidosis
3. Trauma :
Proximal tibia medial metaphyseal fracture with malunion /
overgrowth
Proximal tibial or distal femoral partial physeal arrest
4. Tumors :
Osteochondroma
Focal fibrocartilagenous dysplasia of distal femur/proximal
tibia
5. Congenital anomalies :
Congenital femoral hypoplasia
Congenital longitudinal deficiency of the fibula
Congenital or developmental coxa vara
6. Neuromuscular :
Myelomeningocele
Poliomyelitis
Iliotibial band contracture
14
C. Genu Valgus
PROGRAM TERAPI
1. Rehabilitasi Medik
Sepatu dengan medial heel wedge
Bracing ( Long Leg Brace )
2. Bedah Orthopedi
Hemi-epiphysiodesis atau stapling ( hanya dilakukan bila genu valgus
> 150 setelah dewasa )
Genu valgum yang fisiologi, tidak memerlukan terapi ( resolusi spontan ), tetapi
kadang-kadang menjadi progresif dan menimbulkan masalah kosmetik.
D. Genu recurvatum
15
Genu recurvatum adalah keadaan dimana terjadi hiperekstensi lutut akibat
peregangan jaringan lunak di belakang lutut atau oleh karena perubahan
tulang yang struktural dan downward slopping dari anterior tibial plateau.
Sendi lutut merupakan sendi paling besar dalam sistim tulang.
Deformitas ini sering ditemukan pada penderita yang datang ke Poli
Rehabilitasi Medik dengan kelainan muskuloskeletal maupun upper motor
neuron. Pada deformitas ini, terjadi deviasi segmen tulang yang diikuti
laksitas jaringan lunak bagian posterior, postero-medial atau postero-lateral
sendi dan tampak pada saat berdiri. Secara klinis, genu recurvatum dapat
diukur dengan goniometer.
PROGRAM TERAPI
1. Rehabilitasi Medik
KAFO dengan posterior knee strap
Knee brace
2. Bedah Orthopedi
Tenodesis
Memperkuat ligamen collateral
Open up-wedge osteotomy
Pasca operasi memakai long leg cast ( gips ) selama 6 minggu. Setelah
gips dilepas, diproteksi dengan KAFO untuk membatasi ekstensi lutut.
16
1. Staheli L.T : Tortional Deformity. Pediatric Clinic of North America,
1977,24 : 799 – 811.
2. Staheli L.T : Tortional Deformity. Pediatric Clinic of North America,
1986,33 : 1373 – 1383.
3. Stiker S.I & Sama A : Assessment of Angulation and Torsion of Lower
Limbs in Children. International Pediatric 2001,16 : 138 – 143.
4. Fish J.D & Kosta C.S : Genu Recurvatum : Identification of Three
Distinct Mechanical Profiles. Journal of Prosthetics & Orthotics,
1988,10 : 26 – 32 http://www.oandp.org/jpo/library/1998-02-026.asp
5. Renshaw T.S : The Lower Extremity and The Knee in Pediatrics
Orthopedics, 1 st Ed, Canada, W.B. Saunders Comp, 1986, 91 – 122
6. Perrin J.C.S & Saturen P : Skeletal Disorders, Musculoskeletal Pain and
Trauma in Children in Molnar G.E & Alexander M.A ( Ed. ) : Pediatric
Rehabilitation, Third Ed, Philadelphia, Hanley & Belfas, Inc, 1999, 407
409.
7. Study Guide : Lower Extremity Rotational Disorders in Children,
November, 2001
8. Tachdjian M.O : Pediatric Orthopedics, First Ed., Philadelphia, W.B.
Saunders Comp., 1972, 971 – 973.
9. Greene W.B : Pediatric Orthopaedics in Essentials of Musculoskeletal
Care, Second Ed, Illinois, The American Academy of Orthopaedic
Surgeons, 2001, 662-664
XVI. Presentasi: power point
Lampiran 1
17
Tortional Profile
R L
FPA
Int. Rotation
Ext. Rotation
TFA
Foot
18