Adriadhie Selanno
PO715241202001
ADRIADHIE SELANNO
PO715241202001
Dengan Judul :
Periode 2 tanggal 30 – 26 Desember 2020 di RSUD. HAJI PROV. SULSEL telah disetujui
oleh Pembimbing Lahan/Clinical Educator.
Makassar, ……………………….
Clinical Educator,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
report mengenai “Manajemen Fisioterapi Pada kasus Triger Finger Akibat Tendinitis’’.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan klinik ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun, agar
dalam penyusunan laporan ini selanjutnya dapat lebih baik dan mudah-mudahan laporan
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................3
1. Anatomi....................................................................................................................3
2. Biomekanik............................................................................................................10
1. Definisi...................................................................................................................13
2. Etiologi...................................................................................................................14
4. Gambaran klinis.....................................................................................................17
3. Tranverse Friction..................................................................................................21
4. Hold relax...............................................................................................................21
BAB III.................................................................................................................................19
A. Data Medis................................................................................................................19
iii
B. Identitas pasien.........................................................................................................19
C. History Taking..........................................................................................................19
D. Inspeksi.....................................................................................................................19
F. Pemeriksaan Gerak..................................................................................................20
G. Pemeriksaan Spesifik...............................................................................................20
H. Pengukuran Fisioterapi...........................................................................................20
I. Algorhitma Assessment...........................................................................................21
J. Diagnose Fisioterapi.................................................................................................21
K. Problematik Fisioterapi...........................................................................................21
BAB IV.................................................................................................................................23
E. Evaluasi.....................................................................................................................25
BAB V...................................................................................................................................27
1. History Taking........................................................................................................27
2. Observasi/Inspeks...................................................................................................27
4. Pemeriksaan Gerak.................................................................................................28
5. Pemeriksaan spesifik..............................................................................................30
4. Transver friction.....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jari-jari tangan merupakan bagian organ tubuh manusia yang penting untuk
melakukan aktifitas sehari-hari. Region ini paling aktif dan rawan mengalami cedera.
Banyak kasus yang mengenai pada pergelangan tangan seperti trigger finger,de
Pada kasus trigger finger apabila jari tangan ditekuk akan mengalami kesulitan
saat akan diluruskan kembali dan akan berbunyi klik pada saat diluruskan. Menurut
(Sondang, 2011) biasanya trigger finger terjadi dikarenakan proses penuaan pada
manusia. Dengan jumlah manula di indonesia sekitar 20 persen dari jumlah penduduk
3%, dengan wanita lebih sering terkena dari pada pria. Resiko tertinggi 10%
diantaranya penderita diabetes melitus. Jari manis dan ibu jari yang sering terganggu
(Ballard & Kozlow, 2016). Gejala yang dirasakan rasa sakit (nyeri), berbuyi klik dan
hilangnya gerakan jari. Fungsional limitation dapat mencakup keterbatasan gerak jari
tangan, seperti memasak, mencuci, menjahit, memotong dan dapat menyebabkan jari
Saat ini jumlah manula di Indonesia sekitar 20 persen dari jumlah penduduk
Trigger finger didefinisikan sebagai jari yang terlihat patah atau gerakan yang tidak rata
1
pada gerakan menekuk dan meluruskan jari tangan. Pasien juga mungkin mengeluhkan
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Anatomi
1) Karpal
ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang
2) Metakarpal
membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana
yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari
metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
3) Phalangs
3
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs
Gambar 2.1. Tulang dan Sendi Tangan (Paulsen dan Waschke, 2012)
kapsul sendi . Sebuah kapsul sendi adalah kantung kedap air yang
mengelilingi sendi dan berisi cairan pelumas yang disebut cairan sinovial.
Pada pergelangan tangan, delapan tulang karpal dikelilingi dan didukung oleh
kapsul sendi. Dua ligamen penting mendukung sisi pergelangan tangan. Ini
4
adalah ligamen agunan. Ada jaminan ligamen yang menghubungkan dua
ulnaris pergelangan tangan. Melintasi tepi ulnaris (sisi yang jauh dari ibu jari)
pergelangan tangan (di sisi jauh dari ibu jari) di mana ulna memenuhi
pergelangan tangan.Ada dua bagian untuk kabel berbentuk UCL. Salah satu
bagian terhubung ke berbentuk kacang (salah satu tulang karpal kecil) dan ke
untuk disk kecil dari tulang rawan di mana ulna bertemu pergelangan tangan.
secara lebih rinci di bawah ini. UCL menstabilkan TFCC dan menjaga
pergelangan tangan dari membungkuk terlalu jauh ke samping (ke arah ibu
jari).
Ligamen kolateral radial (RCL) adalah pada sisi ibu jari pergelangan
tangan. Ini dimulai pada tepi luar dari jari-jari pada benjolan kecil yang
jauh ke samping (jauh dari ibu jari). Seperti ada banyak tulang yang
5
menyebabkan ligamen ini untuk meregangkan atau merobek akhirnya dapat
otot dengan tulang. Dimana tulang merupakan bagian tubuh yang menyokong
jaringan yang terdapat pada seluruh tubuh manusia yang berguna untuk
pergerakan. Tulang dan otot tersebut dilekatkan oleh jaringan kuat yang
bernama tendon.
menjadi rusak, tendon bisa memakan waktu yang lama untuk sembuh.
yang berlebihan, luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-
tiba. Sebagian besar tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut,
Tendinitis juga terjadi pada usia muda karena olahraga yangberlebihan atau
6
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan tendinitis, diantaranya
Orang dengan penyakit gout ada kristal asam urat yang nampak pada
kolesterol darah yang sangat tinggi juga dapat berhubungan dengan kondisi
ini.
anatomi yang terkait. Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot
pada tulang. Pertemuan tulang bersama dengan otot membentuk sendi. Ketika
sendi.
Sebagaimana kita ketahui trigger finger adalah suatu bentuk cedera akibat
aktivitas berlebihan yang berulang-ulang dengan gejala mulai dari tanpa rasa
parah dan rasa sakit dengan jari terus terkunci dalam posisi menekuk ke
7
c. Persarafan pada Tangan
meliputi tiga saraf utama mulai bersama di bahu: saraf radial , saraf median ,
dan saraf ulnaris. Saraf ini membawa sinyal dari otak ke otot-otot yang
menggerakkan lengan, tangan, jari, dan ibu jari. Saraf juga membawa sinyal
kembali ke otak tentang sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan suhu. Saraf
radialis berjalan di sepanjang tepi jempol-sisi lengan bawah. Ini wraps sekitar
bagian belakang tangan dari ibu jari ke jari ketiga. Hal ini juga pergi ke
belakang ibu jari dan hanya di luar buku jari utama dari permukaan belakang
cincin dan jari tengah. Saraf median perjalanan melalui sebuah terowongan
8
sensasi ke sisi telapak ibu jari, jari telunjuk, jari panjang, dan setengah dari
jari manis. Ini juga mengirimkan cabang saraf untuk mengontrol otot-otot
Guyon. Terowongan ini dibentuk oleh dua tulang karpal (yang berbentuk
perasaan ke jari kelingking dan setengah jari manis. Cabang-cabang saraf ini
juga memasok otot kecil di telapak dan otot yang menarik ibu jari ke arah
tangan dan jari dapat menyebabkan iritasi atau tekanan pada saraf di dalam
9
Gambar 2.3. Persarafan Pada Tangan
2. Biomekanik
1) Flexi Wrist : Flexor carpi radialis, Flexor carpi Ulnaris, Palmaris longus,
Longus.
10
2) Extensi Wrist : Extensor carpi radialis longus, Extensor carpi radialis
Brevis.
Digiti minimi.
11
d. Range Of Motion (ROM)
a) Flexi : 0-75o
b) Extensi : 0-75o
e) Pronasi : 0-75o
f) Supinasi : 0-80o
12
1. Definisi
pada jari tangan, yang disebabkan oleh inflamasi sehingga terjadi penebalan
selubung tendon fleksor dan penyempitan pada celah selubung retinakulum. Hal ini
menyebabkan nyeri, bunyi klik (clicking sound) saat jari fleksi dan ekstensi, serta
Trigger finger merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh inflamasi dan
penyempitan pada pulley A1. Trigger finger dapat ditandai dengan adanya rasa
nyeri, bunyi “klik”, dan hilangnya gerakan jari yang terkena. Trigger finger
merupakan suatu kondisi gertakan atau terkuncinya pada jari saat jari difleksi dan
pulley saat terdapat perbedaan pada diameter tendon fleksor dan selubungnya pada
tingkat metakarpal. Ibu jari (33%) dan jari manis (27%) merupakan yang paing
sering terkena pada orang dewasa, tetapi 90% trigger finger pada anak-anak
melibatkan ibu jari dan 25% nya bilateral. Trigger finger adalah gangguan umum
yang sering terjadi dan ditandai dimana jari yang dibengkokkan tiba-tiba tidak dapat
diluruskan kembali serta berhubungan dengan disfungsi dan nyeri yang disebabkan
penebalan setempat pada suatu tendo fleksor, dalam kombinasi dengan adanya
13
Gambar 2.1 pembentukan nodul pada tendon dan penebalan pembungkus
tendon. Sumber : www.mychhs.colostate.edu
2. Etiologi
Trigger finger primer biasanya idiopatik dan lebih sering didapat pada wanita
Pergerakan jari terus menerus dan adanya trauma lokal pada jari diduga menjadi
etiologi yang tepat belum jelas. Seperti yang dapat diketahui, gerakan jari yang
berulang dan trauma lokal, stress, dan penyakit degeneratif turut berpartisipasi
dalam peningkatan insidensi trigger finger pada tangan yang dominan. Etiologi
trigger finger secara umum disebabkan oleh pembentukan nodul pada tendon atau
14
Trigger finger terdapat pada pasien yang memiliki gejala triggering pada jari-
jari atau ibu jari. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara volume selubung
retinakulum dengan isinya. Pada saat tendon fleksor bergerak ke arah selaput yang
stenosis, maka tendon akan terperangkap, menyebabkan jari-jari tidak mampu untuk
fleksi atau ekstensi. Pada kasus yang lebih berat, jari dapat terkunci pada posisi
fleksi sehingga memerlukan manipulasi pasif pada jari untuk menjadi ekstensi.
saat mengenggam maupun saat gerakan normal. Gesekan berulang akibat gerakan
gesekan yang terus menerus dapat menyababkan timbulnya nodul pada permukaan
tendon. Hal ini akan mengakibatkan penyempitan pada celah selubung retinakulum
dan secara progresif akan membatasi gerakan tendon fleksor. Bila kondisi ini
berlanjut maka jari yang terkena akan kehilangan gerak atau terkunci (locking).
15
Gambar 2.2 Nodul tersangkut pada mulut terowongan pembungkus tendon saat jari akan diluruskan
sumber : www.physioclinic.com
Pada trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon
yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya
membentuk sistem pulley yang terdiri dari serangkaian sistem yang berfungsi untuk
memaksimal kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal. Nodul
mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon terjebak di
tepi proksimal pulley ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga
menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat untuk
meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari atau
dengan tangan lain), trigger finger yang terkunci tadi terbuka dengan menimbulkan
rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal
digit. Hal yang kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak pada distal
meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur yang melewati pulley.
Jika nodul terdapat pada distal pulley, maka jari dapat macet dalam posisi yang
lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari pulley, maka jari
pasien dapat macet dalam posisi tertekuk. Setelah ditemukan sonoelstografi, teknik
assesmen kuantitatif untuk kekakuan jaringan lunak, jari macet pada trigger finger
16
Gambar 2.3 Peradangan pada synovium
4. Gambaran klinis
Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari pada satu waktu, meskipun
biasanya lebih sering terjadi pada ibu jari, tengah, atau jari manis. Trigger finger
biasanya ditandai dengan adanya bengkak dan kaku pada jari terutama pada pagi
hari, atau saat memegang obyek dengan kuat. Gejala ini muncul biasanya dimulai
tanpa adanya cedera. Gejala-gejala ini termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di
telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan
bertambah jika pasien tidak melakukan aktifitas, misalnya saat anda bangun pagi.
Dan kadang kekakuan akan berkurang saat melakukan aktifitas. Kadang-kadang jika
tendon terasa bebas bisa bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi
"dislokasi" / pergeseran sendi. Pasien juga sering mengeluhkan jari terkunci pada
saat melakukan gerakan volunter yang dipaksakan atau bahkan gerakan pasif. Pada
kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan bantuan. Pasien dengan
17
C. Tinjauan Tentan Intervensi Fisioterapi
dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang
12,25 cm. Efek fisiologis yang ditimbulkan dari Microwave Diathermy adalah
Consensual efek menyebabkan timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari
segmen yang sama. Pada jaringan ikat dapat meningkatkan elastisitas jaringan ikat
lebih baik seperti jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligamen, dan kapsul sendi
tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak kedalamannya ± 3 cm. Pada jaringan
otot dapat meningkatkan elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus melalui
rangsang saraf.
jaringan secara fisiologis. Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek
18
sedatif, serta perbaikan metabolisme. Dengan peningkatan elastisitas jaringan
TENS adalah alat yang berfungsi menurunkan rasa nyeri yang dirasakan
pasien dengan teori gate control, Central Biasing Theory (descending pain control
telah digunakan secara luas untuk menangani nyeri yang dirasakan pada pasien
melalui elektrode yang langsung kontak dengan kulit area nyeri yang dirasakan.
efek menurunkan rasa nyeri yang dirasakan. Teori Gate Control Theory Melzack
dan Wall pada tahun 1965 mengemukakan mengenai teori “ Gate Control”, dengan
yaitu serabut A-delta yang mengirimkan rasa nyeri yang bersifat cepat dan serabut
gelatinosa yang berada di dorsal horn pada medulla spinalis. b) Sistem pada batang
otak yang bersifat sebagai penghambat rasa atau sensasi nyeri. Pada prinsip pintu
gerbang yang digambarkan, bahwa serabut saraf mana yang lebih dominan akan
menentukan apakah gerbang nyeri tersebut akan terbuka atau tertutup. Apabila
serabut-serabut kecil yang teraktifasi akibat adanya rangsangan yang nantinya akan
menimbulkan rasa nyeri lebih banyak dibanding A-beta maka gerbang akan
terbuka dan rangsangan tersebut diteruskan ke otak dan pasien akan merasakan
19
nyeri. Apabila serabut berdiameter besar (A-beta) yang lebih banyak maka gerbang
akan tertutup, rangsang nyeri tidak diteruskan ke otak atau hanya sebagian dan
pasien tidak merasakan nyeri atau penurunan sensasi nyeri. Pengaktifan serabut-
serabut sensorik yang berdiameter besar dapat menurunkan persepsi nyeri yang
ekstrasegmental. Mekanisme perifer, terjadi apabila arus listrik yang salurkan oleh
alat terapi TENS menghasilkan impuls saraf yang berjalan 2 arah sepanjang dari
masih disertai keluhan nyeri, kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang
partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon transverse, kondisi
keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan, kondisi
panas. Pasien yang memiliki respons alergi terhadap elektroda, Pasien dengan alat
pacu jantung tidak boleh diobati secara rutin dengan TENS meskipun dalam
kondisi yang terkontrol dengan hati-hati, alat ini dapat diterapkan dengan aman.
Disarankan bahwa aplikasi TENS rutin untuk pasien dengan alat pacu jantung atau
3. Tranverse Friction
20
Tranverse friction merupakan suatu teknik manipulasi yang bertujuan untuk
yaitu inflamasi, proliferasi (granulasi), dan remodelling. Proses ini terjadi secara
4. Hold relax
Hold Relax Exercise gerakan yang dihasilkan dari gerakan diri sendiri da
nada tahanan dari orang lain tetapi di pertengahan gerakan diberikan kontraksi.
Pengulangan berulang- ualang dari hold relax terdapat jaringan lunak yang
serabut saraf afferent pada otot antagonis dan menyebabkan relaksasi pada
komponen otot agonis dan antagonis dan menghambat aktifitas noxe sehingga
spasme otot menurun, tetapi mekanisme otot dan absorbs “p” substance semakin
21
5. Free Active Exercise
Active Exercise suatu gerakan yang dihasilkan oleh diri sendiri tanpa
bantuan dari luar. Gerakan yang terjadi karena adanya kontraksi otot dan mampu
22
BAB III
A. Data Medis
B. Identitas pasien
1. Nama : Ny. N
2. Usia : 56 Tahun
C. History Taking
Nyeri pada jari telunjuk tangan sebelah kiri yang dirasakan tiba-tiba, nyeri dirasakan ±
2 bulan lalu. Nyeri dan kaku lebih dirasa saat bangun pagi. Dan terdapat bunyi klik
D. Inspeksi
1. Statis :
2. Dinamis :
19
E. Regional Screening Test
F. Pemeriksaan Gerak
- Gerakan fleksi jari ke-2 pada akir ROM ada nada bunyi klik pada persendian
- Feksi-ekstensi : Terdapat bunyi klik dan nyeri pada sendi PIP jari ke-2
G. Pemeriksaan Spesifik
1. Palpasi :
2. VAS
H. Pengukuran Fisioterapi
20
I. Algorhitma Assessment
History Taking :
Nyeri saat pada jari 2 tangan kiri. Terdapat bunyi
klik/ sulit melakukan gerakan ekstensi pada sendi
PIP 2 sinistra
Inspeksi :
Tidak tampak oedema, tidak tampak deformitas,
tidak tampak tanda-tanda radang.
Pemerikasaan Fisik :
Diagnose ICF :
Gangguan Fungsional jari tangan kiri Et Causa Trigger Finger
J. Diagnose Fisioterapi
K. Problematik Fisioterapi
21
a. Nyeri Pengukuran Vas
b. Keterbatasan gerak PFGD
e. spasme Palpasi
f. kelemahan otot MMT
2. Activity limitation
Kesulitan Menggenggam Anamnesis
Kesulitan mengetik Anamnesis
3 Participation Restriction
Keterbatasan bekerja di kantor Anamnesis
22
BAB IV
a. Menurunkan nyeri
c. Menghilangkan spasme
1 Impairment
2 Activity limitation
23
3 Participation Restriction
MWD
Keterbatasan bekerja di Mengembalikan TENS
kantor aktivitas bekerja Transver Friction Free
tanpa keluhan Active Exercise
Hold relax
1. MWD
3. Transfer Friction
24
- Posisi pasien : pasien dalam posisi duduk di samping bed dengan
meletakan tangan di atas bed senyeman mungkin
- Teknik pelaksanaan : lakukan friction dengan menggunakan jempol
kearah transfersal dari tendon
4. Hold Relax
Tujuan dari latihan adalah untuk rileksasi otot dan meningkatkan elastisitas
jaringan. Pasien tidur terlentang dengan terapis berada di samping bed. Salah satu
tangan terapis fiksasi atau menahan pergelangan tangan kiri pasie kemudian pasien
disuruh melakukan gerakan fleksi dan ekstensi wrist dan terapis melakukan tahanan
terhadap gerakan tersuebut. Tahan 6-8 detik kemudian relax. ulang 5-8 kali.
Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kekuatan otot. Posisi pasien
duduk di samping bed dengan meletakan tangan di atas bed senyeman mungkin,
pasien diminta menggerakan jari jari tangan membuka dan menggenggam. Ulangi 8
1. Edukasi
Pasien diminta kompres hangat pada pagi hari dan malam hari untuk membantu
mengurangi kekakuan.
2. Home program
Adapun home program yang diberikan kepada pasien terkait penyakitnya ialah
E. Evaluasi
25
Tanggal Intervensi Evaluasi
01/12/2020 1. MWD nyeri terlokalisir (40mm)
2. TENS Spasme otot berkurang
3. Transfer Peningkatan kekuatan
Frictio otot(4)
4. Free active ROM dalam batas normal
exercise
5. Aktif
Resisted ex
26
BAB V
PEMBAHASAN
1. History Taking
oleh pasien melalui tanya jawab, yang disusun secara kronologis yang
mendapatkan history taking yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar dan
penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Cara pengambilan history taking dapat
yang dideritanya.
Dari history taking pada pasien dengan kondisi trigger finger, pemeriksa
dapat mengetahui penyebab terjadinya trigger finger. Pada hisroty taking, pasien
merasakan nyeri ketika melakukan gerakan pada jari 2 tangan kiri. Pasien juga
merasakan kekakuan dan terdapat bunyi klik saat meluruskan jari tersebut.
2. Observasi/Inspeks
27
Untuk melengkapi data suatu pemeriksaan fisioterapi, diperlukan
- Ketika dilakukan observasi pada pasien dengan kondisi trigger finger, tidak
Tidak tampak oedema, Tidak tampak deformitas, Tidak tampak tanda- tanda
radang.
Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan regional pada daerah wrist, PIP dan
DIP,. Hasil yang didapatkan pada kasus ini ialah untuk wrist dan DIP dalam batas
normal.
4. Pemeriksaan Gerak
dengan cara melakukan gerekan fungsional dasar pada region tertentu untuk
a. Gerak Aktif
Gerak aktif adalah suatu gerakan pemeriksaan yang dilakukan sendiri oleh
1) Koordinasi gerak
28
2) Pola gerak
3) Nyeri
4) ROM aktif
sinistra.
b. Gerak Pasif
region yang akan digerakkan dalam keadaan rileks dan pada saat digerakkan
keluhan penderita, sehingga pada satu sisi akan terjadi penguluran dan pada
1) ROM Pasif
2) Stabilitas sendi
3) Rasa nyeri
4) End feel
5) Capsular pattern
29
Ketika dilakukan pemeriksaan gerak pasif, pasien dengan kondisi ini
tanpa terjadi gerakan yang merubah posisi ROM sendi pada regio yang
5. Pemeriksaan spesifik
a. Palpasi
Hasil yang didapat pada kasus ini ialah adanya nyeri tekan pada daerah
b. VAS
30
VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas
Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil pada nilai
skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi
penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan
skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang
Hasil vas yang didapatkan pasien ini ialah 40 mm untuk nyeri gerak yang
bermakna nyeri berat, nyeri tekan 60 mm yang bermakna nyeri sedang, dan
1. Microwave Diathermy
31
Microwave Diathermy dapat menerapkan energi elektromagnetik
meningkatkan aliran darah, mempercepat metabolisme, dan laju difusi ion yang
dan perbaikan otot sejalan dengan problematik yang dialami pada pasien dengan
microwave diathermy. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
elektroda (Ayu & Yuspita, 2016). TENS merupakan teknik analgesic non
invansif yang sederhana. TENS akan mengaktifkan serat raba berdiameter besar
terlokasilir pada dermatom pada system saraf pusat ke saraf perifer untuk
32
Hold Relax Exercise merupakan salah satu dari beberapa terapi
lingkup gerak sendi. Penguluran dengan adanya kontraksi isometrik oto agonis
maka otot-otot menjadi rilek tidak terjadi perubahan panjang otot, sehingga
tidak menstimulus muscle spindle organs otot antagonis. Gerakan kearah agonis
menjadi lebih mudah dilakukan dan dapat mengulur secara optimal untuk
4. Transver friction
Dr. James Cyriax untuk kondisi nyeri dan inflamasi muskuloskeletal (Brosseau
tekanan pada kedalaman lesi tertentu yang dianggap menjadi penyebab rasa
fibrosa yang abnormal (cyriax dalam Doley dkk., 2013). Deep transverse
besar serat Aβ. Serat berdiameter besar ini memiliki efek pada sel-sel di tanduk
sakit dengan produksi pusat encephalin (Boyling dalam Doley dkk., 2013).
33
Sehingga akan meningkatkan sirkulasi darah dalam jaringan lunak, akhirnya
meningkatkan ekskresi laktat atau zat inflamasi dan memfasilitasi sekresi opiat
endogen, sehingga nyeri akan berkurang (Yoon dalam Doley dkk., 2013).
Active Exercise merupakan salah satu dari beberapa terapi latihan yang dapat
sendi. Peningkatan kekuatan otot dipengaruhi oleh jumlah fibril otot, semakin
banyak fibril otot berkerja maka kekuatan otot semakin besar, peningkatan
kekuatan otot juga bisa disebabkan perubahan biokimia otot yaitu meningkatnya
34
DAFTAR PUSTAKA
Arovah, N. I. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Yogyakarta Benjamin,
C. 2013. Dupuytren's Contracture. Diakses 12 April 2015 dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001233.htm
Bolner, N. 2015. Exercises to Improve Hand Mobility. Tombal Chicopractic Spine and
Rehab Center. Diakses 26 April dari 2015 dari
http://www.tomballchiro.com/exercises-to-improve-hand-mobility/
Draper W.O dan Prentice W.E. 2011. Therapeutic Modalities in Rehabilitation, Fourth
Edition. The McGraw: Hill Companies.
Ester. 2013. Waspadai Rematik pada Anak dan Ibu Hamil. Diakses tanggal 27 Maret 2015
dari http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Wanita/Waspadai-Rematikpada-
Anak-dan-Ibu-Hamil/
Hansen, R. L dan Jeppe L. 2013. Surgery Versus Ultrasound-guided Steroid Injections for
Trigger Finger Disease: Protocol of a Randomized Controlled trial. Danish Medical
Journal. Diakses 27 November 2014 dari http://www.danmedj.dk/portal/pls/portal/!
portal.wwpob_page.show?_docn ame=10026989.pdf
Makkouk A.H., Oetgen M.E., Swigart C.R., dan Dodds S.D. 2008. Trigger Finger:
etiology, evaluation, and treatment. Curr Rev Musculoskelet Med.; 1:92–96.
Narayanan, S. L. 2005. Textbook of Therapeutic Exercises. 1St Ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd. Pearce, E. C. 2009. Anatomi Dan Fisiologi
Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purwanto, T. P. 2011. Jari Macet, Waspadai Trigger Finger. Diakses 18 April 2015 dari
http://www.edisicetak.joglosemar.co/berita/jari-macet-waspadaitrigger-finger-
47483.html
35
Rasajad. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta: PT.Yarsif Watampone.
Sondang, E. 2011. Saat Rehat untuk Jari. Diakses 15 April 2015 dari
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/Saat-Rehat-untukJari/
Suroto, Heri. 2012. Penanganan Operatif Dan Non Operatif Boutonniere Deformity Paska
Trauma. Diakses 18 April 2015 dari
http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Penanganan%20Operatif%20da n%20Non
%20Operatif%20Boutonniere%20Deformity%20paska%20Trau ma_4046_2710
36