PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebabkan karena kurangnya suplai darah arteri dan vena. Seperti pada
Ulkus kaki pada pasien Diabetes Melitus tidak hanya memberikan dampak
nyeri, dan proses penyembuhan yang panjang ( Ribu & Wahl, 2014).
Menurut World Health Organization (2016), secara global ada sekitar
422 juta orang yang hidup dengan diabetes mellitus. Prevalensi diabetes
mellitus naik dengan cepat, dimana pada tahun 2013 didapatkan data sekitar
ulkus kaki diabeticum di seluruh dunia sekitar 6,3%. Dimana ulkus kaki
10,3 juta.
adalah penderita diabetes mellitus, dimana kota Jambi dan Sungai Penuh
Jambi penderita diabetes mellitus pada tahun 2016 adalah sebanyak 2268
orang dan meningkat menjadi 3696 orang di tahun 2017. Pada pasien
yang adekuat.
sampai 2018:
1. 2016 92
2. 2017 91
only control group design. Hasil yang didapatkan dari perbandingan nilai
mean antara kelompok yang di beri luka vc diberi luka dan bakteri vcs diberi
luka, bakteri dan +dalethyne yang diamati pada hari ke 4 secara berturut –
Dengan begitu fase inflamasi pada area luka akan cepat terhenti dan
pada pasien penderita infeksi nosocomial pasca bedah atau luka bakar.
perawatan luka.
mellitus dengan ulkus kaki diabetic untuk seminar kasus ini kelompok
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan ulkus kaki diabetic di
2. Tujuan Khusus
dengan ulkus kaki diabetic di Ruang Rawat Inap Interne Rumah Sakit
dengan ulkus kaki diabetic di Ruang Rawat Inap Interne Rumah Sakit
ulkus kaki diabetic di Ruang Rawat Inap Interne Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi
dengan ulkus kaki diabetic di Ruang Rawat Inap Interne Rumah Sakit
dengan ulkus kaki diabetic di Ruang Rawat Inap Interne Rumah Sakit
1. Bagi Mahasiswa
diabetic.
A. Tinjauan Teori
1. Anatomi dan Fisiologi Pankreas
a. Anatomi
Menurut Syaifuddin (2009), pankreas adalah suatu alat tubuh yang
berbentuk agak panjang terletak retroperitonial dalam abdomen bagian
atas, didepan vertebra lumbalis I dan II. Kepala pankreas terletak dekat
dengan kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke limpa. Pankreas
mendapat darah dari arteri lienalis dan arteri mesenterika superior. Duktus
pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum.
Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar
eksokrin.
b. Fisiologi
Menurut Syaifudin (2009), fisiologi pankreas adalah :
1) Kelenjar Endokrin
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin yang terdiri atas kelompok
sel yang membentuk pulau-pulau langerhans. Pulau-pulau langerhans
berbentuk oval dan tersebar diseluruh pankreas. Dalam tubuh manusia
terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans yang dibedakan atas granulasi
dan pewarnaan, setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin.
a) Sel-sel A (Alfa) : sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi
faktor hiperglikemik yang dirangsang oleh kadar gula yang rendah,
mempunyai anti insulin like aktif, dan mengandung gelembung
sekretorik dengan granula homogen kepadatan rendah.
b) Sel-sel B (Beta) : sekitar 60-80% fungsinya membuat insulin. Sel
ini lebih banyak mengandung granula. Ciri khasnya dari sel ini
adalah terdapat kristaloid rhomboid yang merupakan penghasil
insulin.
c) Sel-sel C : sekitar 5-15% membuat somatostasin, tidak bergranula,
dan berbentuk poligonal tak teratur.
d) Sel-sel D : sekitar 1% mengandung dan menyekresi pankreatik
polipeptida. Sel ini berjumlah lebih sedikit dan terletak berdekatan
dengan sel A.
2) Kelenjar Eksokrin
Kelenjar eksokrin menghasilkan enzim pencernaan bersama dengan
cairan alkali. Kedua-duanya ini disekresi ke dalam usus halus melalui
saluran eksokrin. Fungsi sekresi dilakukan sebagai respon terhadap
hormon usus halus yang disebut kolesistokinin dan sekretin. Enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin terdiri dari
kimotripsin, tripsin, lipase pankreas, dan amilase pankreas. Enzim
pencernaan sebenarnya diproduksi oleh sel-sel asinar hadir dalam
pankreas eksokrin. Sel yang melapisi saluran pankreas disebut sel
sentroasinar. Sel-sel sentroasinar mengeluarkan larutan kaya isi garam
dan bikarbonat ke dalam usus (Syaifudin, 2009).
2. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah
(Burnner & Suddarth, 2008). Adapun menurut Ernawati (2013) diabetes
mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi klinis berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Sedangkan menurut Bustan (2015), diabetes mellitus merupakan
gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi
insulin.
3. Etiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2008), penyebab Diabetes mellitus
adalah sebagai berikut :
a. Diabetes Tipe 1
1) Faktor – faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetap
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini di temukan pada
individu yang memiliki tipe antigen human leucocyte antigen (HLA)
tertentu.
2) Faktor – faktor imunologi
Terdapat bukti pada diabetes tipe 1 adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara beraksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor – faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor –
faktor eksternal yang dapat memicu distruksi sel beta. Sebagai contoh,
hasil penyidikan yang menyatakan yang menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe 2
Faktor genetik pada DM tipe ini diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor – faktor
resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2.
Faktor – faktor ini adalah :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun).
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik ( di Amerika Serikat, golongan hispanik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk terjadinya diabetes tipe 2 dibandingkan dengan golongan
Afro-Amerika).
4. Klasifikasi
Menurut Ernawati (2013), klasifikasi diabetes adalah sebagai berikut :
a. Tipe 1 (diabetes mellitus tergantung insulin)
1) Awitan terjadi pada segala usia, biasanya pada usia muda yaitu < 30
tahun.
2) Biasanya bertubuh kurus pada saat diagnosis, dengan penurunan berat
badan yang baru saja terjadi.
3) Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau lingkungan misalnya
virus.
4) Sering memiliki antibody sel pulau langerhans.
5) Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen.
6) Sering memilki antibody terhadap insulin sekalipun belum pernah
mendapatkan terapi insulin.
b. Tipe 2 (diabetes mellitus tidak tergantung insulin)
1) Awitan terjadi disegala usia, biasanya diatas 30 tahun.
2) Biasanya bertubuh gemuk (obesitas ) pada saat diagnosa.
3) Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan
4) Tidak ada antibody sel pulau langerhans.
5) Penurunan fungsi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin.
6) Mayoritas penderita obisitas dapat mengendalikan kadar glukosa
darahnya melalui penurunan berat badannya.
6. Manifestasi Klinis
Menurut Bustan (2015) manifestasi klinis penyakit diabetes mellitus
adalah sebagai berikut ;
a. Gejala Klinis
Gejala khas dari diabetes mellitus sebagai berikut :
1) Poliuria (sering kencing)
Efek dari kadar gula darah yang tinggi akan memprngaruhi ginjal
sehingga menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk
mengencerkan glukosa. Akibatnya penderita sering buang air kecil
dalam jumlah yang banyak.
2) Poliphagia (cepat lapar)
Sejumlah besar kalori dari diabetes akan hilang kedalam air kemih.
Untuk mengkonpensasi hal ini, penderita DM sering kali merasa lapar
yang luar biasa sehingga menyebabkan perasaaan lapar.
3) Polidipsia (sering haus)
Banyak kencing membuat penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga mudah merasa haus dan harus banyak minum. Ini akan
terjadi terus-menerus selama terjadi polyuria
4) Lemas
Kekurangan energi dan terganggunya metabolisme karbohidrat
menyebabkan penderita DM menjadi mudah lelah. Salah satu cara
mengembalikan kondisi yang kelelahan adalah dengan tidur.
5) Berat badan menurun
Gejala lain dari diabetes mellitus adalah gatal-gatal, mata kabur, gatal
di kemaluan (wanita), impoten (laki-laki), dan kesemutan.
7. Gambaran Laboratorium
a. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl (gula darah normal 90-200 mg/dl)
b. Atau gula darah puasa > 126 mg/dl (puasa = tidak ada masukan
makanan/kalori sejak 10 jam terakhir ).
c. Atau glukosa plasma 2 jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram.
8. Penatalaksanaan
Menurut Aldo dalam (smallcrab.com, 2013), penatalaksanaan DM
tipe II adalah sebagai berikut :
a. Insulin.
Ada 3 jenis insulin yang penting menurut kerjanya diantaranya adalah:
1) Yang kerja cepat: RI (Regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam
contoh obatnya: actrapid.
2) Yang kerjanya sedang: NPM, dengan masa kerja 6-12 jam.
3) Yang kerja lambat: PZL (Protame Zinc Insulin) masa kerja 18-14 jam.
Menurut Aldo dalam (smallcrab.com, 2013) Dosis pemberian
insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
1) Gula darah < 60 mg % = 0 unit
2) Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
3) Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
4) Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
5) Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
6) Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit
Atau bisa juga dengan : Spuith x Permintaan : Dosis Obat.
b. Diet
1) Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes melitus adalah:
a) Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal.
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d) Meningkatkan kualitas hidup
2) Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:
a) Untuk menentukan diet kita harus kita harus tahu dulu kebutuhan
energi dari penderita.
b) Pertama kita tentukan berat badan ideal pasien dengan rumus
(Tinggi badan – 100) – 10% Kg.
c) Kedua kita tentukan kebutuhan kalori penderita. Wanita BB ideal x
25. Sedangkan laki-laki BB ideal x 30.
d) Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang dikonsumsi
penderita diabetes miletus harus ditekankan adanya serat.
e) Lemak karena prevalensi penyakit jantung koroner pada diabetes
melitus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang di
rumuskan atas dasar interprestasi data yang tersedia. Diagnosa keperawatan
menggambarkan respon manusia pada diri pasien terhadap perubahan-
perubahan dalam dimensi bio-psiko-sosial-spritual (Dinarti, 2009).
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit ke dalam sel tubuh, hipovolemia
c. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangren)
d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes melitus)
e. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan
poliuri
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke
perifer, proses penyakit (DM)
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri dan dehisrasi
h. Keletihan
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang teridentifikasi pada
diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan (Nursalam, 2009).
Perencanaan pada klien dengan Diabetes Mellitus menurut NIC &
NOC yaitu sebagai berikut :
4. Pelaksanaan
Menurut Asmadi (2015), implementasi keperawatan adalah tahap ketika
perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
ditetapkan. Implementasi keperawatan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
a. Independent
Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter
atau tenaga kesehatan lainnya.
b. Interdependent
Suatu kegiatn yang memerlukan kerja sama dari tenaga kesehatan lainnya
(ahli gizi, fisioterapi, bidan, dan dokter).
c. Dependent
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/ instruksi dari
tenaga medis.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan kriteria hasil yang dibuat (Asmadi 2015). Evaluasi terdiri dari dua
bentuk yaitu :
a. Evaluasi formatif
Dilakukan setelah perawat melakukan implementasi rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yaitu SOAP,
yaitu subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data, dan perencanaan tindakan.
b. Evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Asmadi , 2015)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Ruang Kamar : Ruang Interne
NO.Rekam Medis : 905/XXX
Tanggal Masuk/Jam : 10 Januari 2019/ 11.36 WIB
Tanggal Pengkajian/Jam : 10 Januari 2019/ 14.30 WIB
Diagnosa Medis : DM Type II dengan Ulkus Diabetikum
1. Pengkajian
3.1 Identitas Klien dan Penanggung jawab
IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG
JAWAB
Nama : Tn. S Nama : Tn. SS
Umur : 64 tahun Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah Status : Menikah
Agama : Islam Agama : Islam
Suku /Bangs : Jawa/ Indonesia Suku /Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah: RT.05 Maju Jaya Alamat Rumah: RT.05 Maju Jaya
| |
| |
| |
Keterangan : |------------------------------ |
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Klien
Klien anak ke-3 dari 4 bersaudara. Klien mempunyai 1 saudara laki-laki dan 2
saudara perempuan. Klien sudah menikah dan mempunyai 4 anak, 1 anak laki-laki
dan 3 anak perempuan Klien tinggal serumah dengan isteri dan anak-anaknya.
3.3 Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1. Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyebab sakit
diabetes yang dialaminya, dan klien juga mengatakan tidak
mengetahui penyebab kakinya bengkak.
2. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Klien mengatakan jika sakit hanya berobat ke bidan dekat
rumahnya.
3. Faktor-faktor Resiko Sehubungan Dengan Kesehatan
Infeksi pada luka bila dilakukan perawatan luka yang sesuai dengan
SPO.
b. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Sebelum Sakit
Klien adalah seorang petani. Klien mengatakan hampir tidak
pernah berolahraga. Tidak ada masalah dengan gangguan
pergerakan.
2. Selama sakit
Selama dirawat hampir semua aktivitas dan perawatan klien
dibantu oleh keluarga. Uraian tingkat kebutuhan akan aktivitas dan
perawatan diri klien berdasarkan skor kemandirian klien adalah
sebagai berikut :
No Aktivitas Skor Keterangan
1 Makan/Minum 0 Klien makan dan minum
secara mandiri
2 Mandi 2 Mandi klien dibantu oleh
keluarga
3 Berpakaian 2 Klien berpakaian dan
mengganti pakaian
dibantu oleh keluarga
4 Kerapian 2 Dibantu oleh keluarga
5 BAB 3 Dibantu oleh keluarga
6 BAK 1 Dibantu oleh alat
7 Mobilisasi di tempat 2 Dibantu oleh keluarga
tidur
8 Ambulasi 3 Dibantu oleh keluarga
Kesimpulan : Hampir semua aktivitas dan perawatan diri klien
terpenuhi dengan bantuan keluarga dan alat
Keterangan :
Skor 0 : Mandiri
Skor 1 : Bantuan dengan alat
Skor 2 : Bantuan dengan orang
Skor 3 : Bantuan dengan orang dan alat
Skor 4 : Bantuan penuh
5555 5555
4444 5555
11. Genitourinaria
Genital klien tampak cukup bersih, lesi tidak ada, pembengkakan
tidak ada dan tidak ada kelainan pada genitourinaria klien.
12. Sensasi terhadap rangsangan
Klien masih dapat merespon rsa sakit dan sentuhan, panas dan
dingin
13. Integumen/kulit
Warna kulit klien sawo matang, turgor kulit elastis. Akral teraba
hangat, kulit teraba lembab, terdapat luka di daerah pedis ukuran
10cmx5cmx0,5cm yang sudah mnegeluarkan darah dan pus/nanah.
3.5 Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah lengkap tanggal 10 Januari 2019
HB : 12,4gr/dl ( N : 11-16 gr/dl)
WBC : 20.950/mm3 ( N : 4000-11.000/mm3)
Ht : 35,4 % ( N : 35-50 %)
RBC : 432.000/mm3 ( N : 350.000-450.000/mm3)
PLT : 576.000/mel ( N : 100.000-300.000/mel)
Tabel Daftar Glukosa Darah Pasien Perhari
No Hari/Tgl Jam GDS Insulin
1 Kamis/ 10 Januari 2019 08.00 pagi 257 mg/dl Insulin 8 unit
2 Jum’at/ 11 Januari 2019 08.00 pagi 119mg/dl Lantus 10
unit
3 Sabtu/ 12 Januari 2019 08.00 pagi 142 mg/dl Insulin 4 unit
4 Minggu/ 13 Januari 2019 08.00 pagi 152 mg/dl Insulin 4 unit
5 Senin/ 14 Januari 2019 08.00 pagi 130 mg/dl Insulin 4 unit
4444 5555
3 DS : Keterbatasan Kurang
- Klien mengatakan tidak fasilitas pengetahuan
mengetahui tentang kesehatan
penyebab kakinya bengkak ↓
- Klien minum obat DM tidak Kurangnya
teratur informasi
DO :
- Kaki kanan klien edema
- Ada luka pada kaki daerah
pedis yang berukuran 10 x 5
x 0.5 cm mengeluarkan
darah dan pus/nanah
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Karakteristik pasein
Berdasarkan data hasil karakteristik pasien didapatkan pasien
dengan jenis kelamin laki-laki, berumur 45 tahun dengan diagnose
medis ulkus diabetikum pada DM tipe 2. Suyono ( 2009) mengatakan
“ usia> 40 tahun memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan usia
dibawah <40”. Bertambahnya usia dikaitkan dengan penurunan
fungsiyang terjadi sesuai dengan teori penuaan wear and tear yang
menyatakan bahwa “ organ tubuh semakin lama digunakan akan
mengalami kerusakan “ tidak terkecuali dengan fungsi organ
pancreas, fungsi endokrin pancreas dalam menghasilkan insulin akan
semakin menurun seiring bertambahnya usia ( Sujono &
Sukarmin,2008 ).
Peningkatan beban kerja pancreas sering dijelaskan dalam
mekanisme terjadinya sindrom metabolic kaitannya dengan resistensi
insulin. Dalam kondisi normal pamkreas akan menghasilkan insulin
dalam dua fase. Fase pertama untuk terjadi segera setelah ada
rangsangan pada sel beta, kemudian cepat berakhir dan muncullah fase
dua yang akan mensekresi insulin dalam waktu yang lebih lama untuk
mempertahankan kadar insulin agar tetap dalam batas fisiologis tubuh.
Pada seserorang yang mengkonsumsi makanan berlebih, pancreas
iniakan bekerja terus-terusan, awalnya pancreas akan melakukan
kompensasi. Saat terjadi kompensasi ini jumlah insulin yang
dihasilkan akan berlebih, sehingga memungkinkan sel akan
mengalami resistensi terhadap insulin. Jika kondisi ini berlangsung
dalam waktu yang lama pancreas akan mengalami kegagalan dalam
melakukan kompensasi. Akhirnya insulin yang dihasilkan akan sangat
berkurang/insufisiensi. Penatalaksanaan yang tidak efektif
meningkatkan resiko klien mengalami berbagai komplikasi dari DM.
komplikasi akut yang terjadi akibat ketidakseimbangan kadar gula
dalam darah antara lain hipoglikemia, diabetes ketoasidosis, dan
sindrom hiperglikemik hiperesmolar non ketotik ( Smelzer &
Bare,2002 ). Komplikasi yang banyak terjadi adalah terkait
mikrovaskuler yang bermuara pada terjadinya ulkus diabetikum
keadaan tersebut disamping menjadi penyebab terjadinya ulkus juga
mempersulit proses penyembuhan ulkus kaki.
The American diabetes association mengatakan bahwa
seseorang dengan DM memiliki resiko tinggi mengalami ulkus kaki
diabetikum. Adapun factor resiko tersebut antara lain laki-laki, klien
dengan control glukosa yang buruk, sudah mengalami diabetes
mellitus >10 tahun, atau klien DM yang telah mengalami komplikasi
kardiovaskuler, retina,atau ginjal/renal ( Sumpio,Schroeder,&
Blume,2005 ).
Untuk menyelesaikan permaslahan pada pasien dengan ulkus
kaki diabetikum, penulis telah melakukan proses keperawatan
berdasarkan setiap tahapnya yaitu pengkajian,penegakkan diagnose,
merencanakan asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi proses
keperwatan. Penetappan diagnose keperawatan dilakukan berdasarkan
batasan karakteristik NANDA dan rencana asuhan keperawatan dibuat
berdasarkanNursing Outcomes Classification ( NOC ) dan Nursing
Intervention Classification ( NIC ) asuhan keperawatan pada pasien
dilakukan selama 3 hari pada tanggal 11 januari 2019- 14 januari
2019.
C. Pengkajian Keperawatan
Tahap Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pengkajian pada pasien penulis menggunakan metode
wawancara, observasi studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik,
dengan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 10 januari
2019 ( jam 09.00 WIB ) diperoleh data focus pada pasien adalah
adanya ulkus pada kaki kanan klien, dengan ukuran pada kaki kanan
pedis 10 cm dan kedalaman lebih kurang 0,5 cm. dari data tersebut
dapat disimpulkan ada persamaan antara teori dan kasus pada pasien
dengan diabetes mellitus, dimana salah satu komplikasi dari penyakit
diabetes mellitus yaitu bisa mengakibatkan terjadinya ulkus
diabetikum hal ini disebabkan oleh gangguan biokimia yang terjadi
antara lain penimbunan sorbitol pada intima vascular,
hiperlipoproteinnemia dan kelainan pembekuan darah, gangguan
biokimia yang terjadi akan menyebabKan penyumbatan vascular dan
apabila penyumbatan ini terjadi pada pembuluh darah perifer maka
akan terjadi insufisiensi vascular perifer yang akan menyebabkan
gangrene pada ekstremitas ( Price & Wilson,2006 ).
Ulkus pada Tn.S terdapat dikaki kanan bagian pedis yang
berukuran 10 cm X 5 cm X 0,5 cm, keadaan luka tampak memerah.
Berdasarkan hasil rontgen pedis terjadi destruksi tulang MTP pedis.
Tn.S menderita penyakit diabetes mellitus lebih kurang 6 tahun yang
lalu, ibu jari Tn.S juga terkena diabetes mellitus, begitu juga dengan
dua kakak perempuan dari Tn.S jadi dapat disimpulkan bahwa
penyakit diabetes mellitus cenderung diturunkan secara genetic dalam
keluarga ( Maulana,2009 ).
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan dari hasil pengkajian dan
analisis yang telah diurut sesuai prioritas dan bedasarkan hasil
pengkajian pada Tn.S dengan ulkus kaki diabetikum didapatkan
masalah keperawatan prioritas pertama yaitu kerusakan integritas
jaringan, hal ini dikarenakan adanya luka pada kaki kanan Tn.S yang
dialaminya sejak lebih kurang 6 bulan yang lalu yang tidak sembuh-
sembuh dan kaki kanan tampak edema.
Pada pasien diabetes mellitus memang berisiko untuk
terjadinya ulkus hal ini disebabkan oleh gangguan syaraf, kelainan
bentuk kaki, peningkatan tekanan/beban pada kaki, kelainan tulang-
tulang kaki, gangguan pembuluh darah, riwayat luka pada kaki,
kelainan pertumbuhan kuku, tingkat pendidikan dan lingkungan social,
dan pemakain sepatu yang yidak sesuai ( Darmowidjojo,2009 ).
Dua factor penting yang berperan dalam kejadian ulkus kaki
diabetikum antara lain gaya gesekkan dan gaya tekanan. Gaya
gesekkan terjadi akibat adanya sentuhan kulit dengan permukaan
benda seperti sepatu saat berjalan. Sedangkan tekanan terjadi akibat
proporsi berat badan, semakin tinggi berat badan maka tekanan yang
dihasilkan oleh kaki akan semakin tinggi pula. Hal ini ditambah
dengan kelainan-kelainan yang terdapat pada kaki diabetikum seperti
adanya kalus, bentuk kaki yang menonjol, tulang jari kaki atau kaki
yang miring sehingga akan memudahkan untuk terjadi sobekkan pada
permukaan kulit kaki. Tekanan dan gesekkan pada kulit akan merusak
integritas jaringan kulit yang awalnya lesi pra-ulkus ( perdarahan
dalam kalus, kulit melepuh, lecet dll ). Jika hal ini tidak disadari oleh
klien maka luka akan menjadi luas dan melebar sehingga sangat
beresiko untuk terjadinya infeksi sehingga harus diamputasi.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan
perawatan luka selama 3 hari perawatan dari tanggal 11-14 januari
2019.
a. Ganti verban I (11 januari 2019)
Keadaan ulkus kaki diabetikum pada Tn.S sebelum diberikan
+dalethyne
1. Luka berukuran 10cm X 5 cm X 0,5
2. Jaringan kutis disekitar jari ke 5 Luka tampak memutih ,
luka pada punggung dan sisi lateral dan telapak kaki
tampak yang tampak akan menjadi nekrotis terutama pasa
sisi lateral
3. Kaki tampak edema
Gambar 4.1 hari pertama perawatan
b. Ganti verban kedua 13 Januari 2019
Setelah dilakukan perawatan luka dengan menggunakan
+dalethyne, keadaan luka:
1. Kulit disekitar luka tampak memutih ,nektotik dan
mengelupas
2. Pada luka lateral tampak pus
3. Luka berukuran 10cm X 5 cm X 0,5
4. Luka berwarna merah muda dan memutih
Gambar 4.2 Ganti verban ke 2 perawatan luka
GAMBAR
c. Ganti Verban ke tiga 14 Januari 2019
Keadaan luka setelah 3 kali GV dengan menggunkanan +
dalethyne :
1. Jaringan pada punggung kaki sisi lateral dan telapak
tampak kemerahan dan putih
2. Edema berkurang
3. Kedalaman luka bertambah 0,2 cm
4. Produksi pus berkurang
5. Ukuran luka 10cm X 0,5 cm C X 0,7cm
Gambar 4.3 Ganti perban ke 3 perawatan luka
Gambar
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diebetes Mellitus merupakan gangguan metabolic yang ditandai oleh
tingginya kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh
pangkreas,berkurangnya sensitivitas insulin,atau keduanya. Komplikasi Diabetes
Mellitus dapat terjadi baik itu pada tingkat makrovaskuler maupun
mikrovaskuler dapat berupa kelainan pada retina mata,glomerulus ginjal,saraf
dan otot jantung, sedangkan kompliksi makrovaskuler berupa terganggunya
peredaran darah cerebral ,jantung,dan pembuluh drah pada tungkai tidak adekuat
yang berakibat terjadinya masalah-masalah pada kaki penderita diabetes.
Setelah melakukan asuhan keperawtan pada klien dengan ulkus kaki
diabetikum diruang Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi selama 3 hari
disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada saat pengkajian didapatkan data pada klien adanya luka pada kaki
kanan bagian pedis dengan ukuran 10cm x 5cm x 0,5cm selain itu juga klien
mengeluh mual,serta klien tidak mengetahui apa itu penyakit diabetes
mellitus.
b. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada klien adalah kerusakan integritas
jaringan,mual dan kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi yang dialkukan terhadap klien meliputi perawatan luka,melakukan
manajemen mual dan memberikan informasi terkait penyakit klien.
d. Evidence Base Practice yang telah diaplikasikan yaitu perawatan luka
menggunakan + Dalethyne pada ulkus kaki diabetikum.
e. Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari didapatkan evaluasi yaitu
teratasi mual yang dirasakan klien,bertamabah informasi tetang penyakit
diabetes mellitus bagi klien dan adanya kemajuan pada luka pada kaki kanan
klien,dimana luka tersebut mengecil dalam waktu 3 hari.
B. SARAN
1. Bagi Rumah sakit
Saran untuk RS selaku pemberi pelayanan kesehatan dapat
mengimplementasikan hasil penelitian ini di ruang rawat. Serta rumah
sakit dapat memberikan perawatan holistic dengan memberikan
Pendidikan kesehatan kepada klien sesuai dengan kebutuhan.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan ulkus
kaki diabetikum.
DAFTAR PUSTAKA
http://media.neliti.com/.../97138-ID-efektifitas-minyak-zaitun-untuk
pencegahan pdf diunduh 8 januari 2019
http://www.bappenas.go.id/filees/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_in
donesia_2010-2035.pdf diunduh pada 8 Januari 2019
Kaku, K. (2010) Pathophysiology of type 2 diabetes and its treatment policy. Japan
Medical Association of Journal 53 (1) :41-46. 2010
Lipsky, B.A et al. (2012) infectious diseases society of America clinical practice
guideline for the diagnosis and treatment of diabetic foot infections. IDSA
Guideline for diabetic foot infection.CID 2012:54
Singh, S., Pai, D.R & Yuhhui, C.(2013). Diabetic foot ulcer-Diagnosis and
management. Clinical research on foot & ankle 1: 120.
Sumpio, B. E., Schroeder, S.M & Blume, P.A. (2005). Etiologi and management of
foot ulceration dalam The wound management manual oleh Bok Y lee.
Singapura: The McGraw-Hill Companies.
http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No36_Th_2009_ttg_Kesehatan.
pdf.diunduh tanggal 9 Januari 2019