Oleh :
BANYUWANGI
2019- 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
( ) ( )
Kepala Ruang
( )
LEMBAR KONSULTASI
A. KONSEP TEORI
1. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi Pankreas
1. Diabetes Mellitus
a. DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses
autoimun yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM
yang diturunkan (inherited).
b. DM Tipe II (NIDDM)
Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor
lingkungan. Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita
NIDDM jika orang tuanya adalah penderita DM dan menganut gaya
hidup yang salah.
c. DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam
keluarganya terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor
risikonya adalah kegemukan atau obesitas.
d. DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain
(pancreatitis, kelainan hormonal, dan obat-obatan).
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
5. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus) (Smeltzer
dan Bare, 2014: 1220).
Gambaran klinik yang tampak adalah penderita mengeluh nyeri tungkai
bawah waktu istirahat, kesemutan, cepat lelah, pada perabaan terasa dingin,
pulsasi pembuluh darah kurang kuat dan didapatkan ulkus atau gangren. Adanya
neurophaty perifer akan menyebabkan gangguan sensorik maupun motorik.
Gangguan sensorik akan menyebabkan hilangnya atau menurunnya sensasi nyeri
pada kaki, sehingga penderita akan mengalami trauma tanpa terasa, yang
mengakibatkan terjadinya atropi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu
yang mengakibatkan pula terjadinya ulkus pada kaki. Ulkus yang terjadi pada
kaki diabetik umumnya diakibatkan karena trauma ringan, ulkus ini timbul
didaerah-daerah yang sering mendapat tekanan atau trauma pada telapak kaki,
hal ini paling sering terjadi, didaerah sendi metatarsofalangeal satu dan lima
didaerah ibu jari kaki dan didaerah tumit. Mula-mula inti penebalan hiper
keratotik dikulit telapak kaki, kemudian penebalan tersebut mengalami trauma
disertai dengan infeksi sekunder. Ulkus terjadi makin lama makin dalam
mencapai daerah subkutis dan tampak sebagaii sinus atau kerucut bahkan sampai
ketulang. Infeksi sendiri jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya
gangren. Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai gangren
akibat ischemia dan neuropathy. Ulkus berbentuk bullae, biasanya berdiameter
lebih dari satu sentimeter dan terisi masa, sisa-sisa jaringan tanduk, lemak pus
dan krusta diatas dasar granulomatous. Ulkus berjalan progresif secara kronik,
tidak terasa nyeri tetapi kadang-kadang ada rasa sakit yang berasal dari struktur
jaringan yang lebih dalam atau lebih luar dari luka. Bila krusta dan produk-
produk ulkus dibersihkan maka tampak ulkus yang dalam seperti kerucut, ulkus
ini dapat lebih progresif bila tidak diobati dan dapat terjadi periostitis atau
osteomyelitis oleh infeksi sekunder akibatnya timbul osteoporosis, osteolisis dan
destruktif tulang.
Gejala Umum Penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka
keluhan yang timbul adalah berupa kesemutan atau kram, rasa lemah dan baal
pada tungkai dan nyeri pada waktu istirahat. Akibat dari keluhan ini, maka
apabila penderita mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan.
Luka tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku
kemudian timbul gelembung-gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar
sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga
bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar
dengan cepat (Sutjahyo A, 2014 ). Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh,
bahkan bertambah luas baru penderita menyadari dan mencari pengobatan.
Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan yang makin meluas, rasa
nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah yang makin banyak serta
adanya bau yang makin tajam.
6. Patofisiologi
hiperglikemi
Atelektasisis
Ekstremitas
Nekrosis
GANGREN
Presepsi Reseptor
Nyeri Akut nyeri nyeri Risiko Infeksi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas penderita
Biasanya dengan pasien dm gangren terjadi pada wanita maupun pria yang
berusia di atas 35tahun.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mnegeluh adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai
bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh
dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung. Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutam,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
d. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunya riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti
Infark Miokard, gout.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
f. Pengkajian Pola Kesehatan
1) Pola persepsi – penanganan kesehatan
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita
DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka
takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2014).
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun,
turgor kulit jelek, mual/muntah.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya dieuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan oengeluaran glukosa
pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola aktivitas dan latihan
kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
6) Pola kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan
peran pada keluarga (self esteem).
8) Pola peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Pola seksualitas reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria. Resiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropati (Chin-Hsiao Tseng on
journal, Maret 2014).
10) Pola koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain,
dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping konstruktif / adaptif
11) Pola nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah
tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Gula darah meningkat biasanya > 200 mg/dl
2) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
3) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
5) Alkalosis respiratorik
6) Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
7) Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan
fungsi ginjal.
8) Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
9) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal
sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
10) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
11) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
12) Kultur : kemungkinan infeksi pada luka.
h. pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat
anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi
fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa bius,
setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan, bising
usus, berat badan.
5) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini karena
pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4 dapat
menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki
yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output yang
tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk membuka
jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan
2. Risiko hipovolemia berhubungan dengan puasa sebelum operasi
Intra Operasi
1. Hipotermi berhubungan dengan paparan lingkungan dingin
2. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi ekstremitas
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
Post Operasi
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan peningkatan rangsangan nervus vagus
2. Nyeri akut berhubungan dengan hilangnya pengaruh anastesi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tindakan amputasi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan port the entry kuman
3. Intervensi
1. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien tampak rileks
Kriteria Hasil:
No
Intervensi Rasional
.
Kriteria hasil :
4.
Jelaskan penyebab, periode , dan untuk menambah pengetahuan pasien
pemicu nyeri. tentang nyeri
Kriteria hasil :
kriteria hasil :
kriteria hasil :