Oleh :
KELOMPOK 11
1. RIA SUKMAWATI
2. GALUH NURUL FAJRIAH
3. THENDI SAPUTRA SAKTI
4.ANIL ANANDYA IRAWAN
1. Pendahuluan
Pemberian nutrisi bagi orang sakit sangatlah penting karena menjadi salah satu
faktor terbesar bagi kesembuhan pasien. Nutrisi pada orang sakit dapat diberikan
secara oral, enteral maupun parenteral. Masing-masing cara pemberian asupan
nutrisi memiliki pertimbangan tersendiri, baik mengenai indikasi, manfaat, angka,
waktu pemberian, serta komplikasi yang dapat timbul sebagai akibat pemilihan cara
pemberian asupan nutrisi tersebut. Selama saluran cerna masih berfungsi dengan
baik, nutrisi peroral sebaiknya dijadikan pilihan utama dalam memberikan dukungan
nutrisi pada pasien. Nutrisi peroral memiliki berbagai kelebihan, diantaranya
nutrient yang diberikan akan melalui proses fisiologis yaitu digesti, absorbsi, dan
metabolisme didalam tubuh. Disamping itu, cara ini juga lebih murah dan mampu
menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam saluran cerna. Pada kondisi tertentu
seringkali mulut dan saluran cerna tidak dapat berfungsi secara optimal, misalnya
pada penurunan kesadaran, gangguan neuromuscular, kelainan bedah traktus
gastrointestinal, penyakit peradangan saluran cerna, gangguan malabsorbsi berat,
dan lain-lain. Untuk itu diperlukan alternatif lain dalam memberikan nutrisi pada
anak sesuai masalahnya, yaitu nutrisi enteral dan parenteral. Pemberian nutrisi
enteral (enteral feeding) lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini
memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan sedikit lebih murah.
Tidak semua klien mampu makan secara enteral tetapi bila sistem GI
(gastrointestinal) mampu mencerna dan mengabsorpsi nutrien, maka pemberian
makan dengan cara ini harus digunakan. Enteral feeding dapat diberikan melalui
selang pipa. Indikasi untuk makan dengan selang nasogastrik meliputi klien yang
tidak dapat makan, klien yang tidak ingin makan dan klien yang tidak dapat
mempertahankan nutrisi oral adekuat (misal : klien dengan kanker, sepsis, trauma
atau klien yang koma).
2. Tujuan
3. Sasaran
Pasien di Ruangan 26p RS. Dr. Saiful Anwar Malang
4. Materi
5. Metode.
Praktikum, Diskusi dan Bedside Teaching
6. Media
Persiapan Alat
7. Proses
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Bedside Teaching adalah sebagai
berikut:
PP Tahap Prapelaksanaan
Penetapan Pasien
Proposal
Persiapan pasien:
Informed consent
Hasi pengkajian/intervensi data
Validitas data
Tahap implementasi
pada bed pasien Diskusi karu, PP, perawat
konselor
(..........................................................) (.........................................................)
Mengetahui,
Kepala Ruang …….
RS dr. Saiful Anwar Malang
(...........................................................)
Lampiran Materi
1. Pengertian:
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah
proses memberikan melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT
ke arah lambung.
2. Tujuan:
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
a. Mempertahankan fungsi usus
b. Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna
c. Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran
pencernaan
d. Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
3. Dilakukan pada :
a. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
b. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan
jiwanya, misalnya klien dengan gangguan jiwa.
c. Klien yang muntah terus-menerus
d. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
e. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature
4. Indikasi:
a. Perdarahan GI (Gastrointestinal)
b. Trauma multiple, pada dada dan abdomen
c. Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
d. Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi
abdomen
e. Obstruksi saluran cerna
5. Kontraindikasi:
a. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
b. Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat
operasi)
6. Kemungkinan Komplikasi:
a. Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
b. Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
c. Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat
atau simpul
d. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi
7. Persiapan
a. Persiapan Alat :
1) Hanscoen
2) Spuit dengan ukuran 20-50 cc
3) Bengkok
4) Stetoskop
5) Strip indikator pH (kertas lakmus) jika diperlukan
6) Formula makanan selang yang diresepkan
7) Makanan cair sesuai dengan kebutuhan dalam tempatnya,
dengan ketentuan suhu makanan harus hangat sesuai suhu tubuh.
8) Air matang (Hangat)
9) Bila ada obat yang harus diberikan, dihaluskan terlebih dahulu
dan dicampurkan dalam makanan/ air, diberikan terakhir.
b. Persiapan Klien :
c. Persiapan Perawat :
Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
5. Prosedur
1. Menerangkan prosedur pada klien
2. Mencuci Tangan dan Memasang sarung tangan (Hanscoen)
3. Klien tetap dalam posisi semi fowler tinggi atau dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 30° atau lebih selama 30 menit setelah memberikan
makan melalui selang
4. Cek ketepatan selang di lambung, dengan cara:
a. Buka klem NGT atau spuit NGT dan masukkan selang ke dalam gelas
berisi air. Posisi tepay jika tidak ada gelembung udara
b. Buka klem dan lakukan pengisapan/ aspirasi cairan lambung dengan
menggunakan spuit NG. Cek cairan lambung dengan menggunakan
strip indikator pH. Posisi tepat jika pH < 6.
c. Buka klem dan cek dengan menggunakan stetoskop. Masukkan 30 cc
udara dalam spuit NGT dan masukkan ke dalam lambung dengan
gerakan cepat. Posisi tepat jika terdengar suara udara yang
dimasukkan (seperti gelembung udara yang pecah)
5. Setelah yakin bahwa selang masuk ke lambung, Klem selang NGT
selama pengisian makanan cair ke dalam spuit.
6. Melalui corong masukkan air matang atau air teh sekurang-kurangnya
15 cc. Pada tahap permulaan, corong dimiringkan dan tuangkan
makanan melalui pinggirnya. Setelah penuh, corong ditegakkan
kembali.
7. Klem dibuka perlahan-lahan
8. Alirkan makanan cair dengan perlahan. Atur kecepatan dengan cara
meninggikan spuit. Jika klien merasa tidak nyaman dengan
lambungnya, klem selang NGT beberapa menit.
9. Jika makanan cair akan habis, isi kembali (jangan biarkan udara masuk
ke lambung)
10. Bila klien harus minum obat, obat harus dilarutkan dan diberikan
sebelum makanan habis.
11. Setelah makanan habis, selang dibilas dengan air masak. Kemudian
pangkal selang segera di klem.
12. Rapikan Klien, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula.
13. Mendokumentasikan prosedur: Catat jumlah dan jenis makanan,
pastikan letak selang, patensi selang, respon klien terhadap makanan
dan adanya efek merugikan
14. Cuci tangan
Kewaspadaan Perawat
Beberapa makanan per selang dipesankan dalam periode 24 jam,
sedangkan yang lain dipesankan pada periode intermitten. Dokter
menentukan status klien dan kebutuhan nutrisi bila menulis pesanan nutrisi.
Formula NG harus digantung hanya selama 8 sampai 12 jam pada suhu
ruangan.
EVALUASI KEPERAWATAN
1. Status nutrisi adekuat
2. Berat badan dalam rentang normal
3. Aktifitas klien dapat ditoleransi tubuh
4. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat dan diduga aspirasi, nutrisi
enteral harus langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke dokter
5. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak boleh
> 600cc) dan usahakan mulut lebih kering.
Catatan:
Posisi Fowler: Pasien duduk setengah tegak (45 – 60 derajat), lutut boleh ditekuk
atau lurus.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Indriono, Anik. (2013), Pengkajian Pemeriksaan Fisik. Tersedia di:
http://stikesmuhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/konsep-
pemeriksaan-fisik-dan-proses.html