Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP TEORI

1.1 Pengertian

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian
dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit,
nyeri, dan meradang . (Haryani and Misniarti 2020).

Gout arthritis merupakan penyakit yang diakibatkan karena gangguan


metabolisme purin dan ditandai dengan hiperurisemia. Gangguan ini dikaitkan
dengan penumpukan kristal urat monohidrat monosodium serta degenerasi tulang
rawan sendi akan terjadi apabila sudah memasuki tahap lanjut. Gout Arthritis di
Indonesia berada pada posisi kedua diatas penyakit rematik orteoarthritis
(Tamher, 2016).

Menurut Amerikan Collage of Rheumatology (2017), gout adalah suatu


penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal
sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu
sendi. Gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan
kadang di jaringan lunak dan tendon.

Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein (terutama dari daging, hati,ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti
kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan
dibuang melalui ginjal,feses, atau keringat. Asam urat merupakan salah satu dari
beberapa penyakit yang sangat membahayakan, karena bukan hanya
mengganggu kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik.
(Haryani and Misniarti 2020). Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6
mg/dl, dan pada pria : 3 – 7 mg/dl (Marlinda and Putri 2019)
Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal
dari tubuh makhluk hidup. Gout artritis ditandai dengan peningkatan kadar asam
urat, serangan berulang-ulang dari artritis yang akut, kadang-kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat besar yang ditemukan topus, deformitas, sendi
dan cedera pada ginjal .(Şenocak 2019) Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%,
terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria
daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian pergelangan
kaki. (Şenocak 2019)

Jadi dapat disimpulkan gout artritis adalah suatu penyakit gangguan


metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi
penumpukkan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

1.2 Tanda Dan Gejala

Tanda dan Gejala Menurut (Sapti 2019b), tanda dan gejala yang biasa
dialami oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:

a) Kesemutan dan linu.


b) Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.
c) Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan, panas,
dan nyeri luar biasa.
d) Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari,
gejalanya menghilang secara bertahap dimana sendi kembali berfungsi
dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
e) Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki
(padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,
pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
f) Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang
pagi. beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang.
g) Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung
berdenyut dengan cepat.

Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan
berwarna merah atau kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat digerakkan
serta muncul benjolan pada sendi (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit
di atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala
lainnya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh
kulit di atas sendi yang terserang gout bisa memicu rasa nyeri yang luar biasa.
Rasa nyeri ini akan berlangsung selama
1.3 Pohon Masalah

Makanan Yang Tinggi Purin

Gangguan metabolisme purin

Gout Artritis (Asam Urat)

Terjadi peradangan pada sendi

Leukosit menekan Kristal urat Kurangnya pengetahuan


tentang purin

Mekanisme peradangan
Gangguan fungsi kognitif

Vasodilatasi dari kapiler


Kekeliruan mengikuti
anjuran
Terjadi eritma, nyeri,
Gejala muncul pada malam
panas, dan kaku pada kaki
sampai pagi hari
Diet makanan yang salah

Nyeri Akut
Menimbulkan rasa
ketidaknyamanan Terjadi peradangan yang
semakin parah

Kurang tidur malam


Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
Gangguan Pola Tidur
1.4 Pemeriksaan Diagnostic

1. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :
a. Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl
b. Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl

1.5 Penatalaksanaan Medis

Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi,


pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif) dengan pemberian
akupresur. Hindari makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai
biologik yang tinggi seperti, hati, ampela ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi.
Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba,
babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish seperti lobster,
tiram, kerang, udang, kepiting, tiram, skalop). Alkohol dalam bentuk bir, wiski
dan fortified wine meningkatkan risiko serangan gout. Demikian pula dengan
fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis pada minuman ringan dan
jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara konsumsi
vitamin C, dairy product rendah lemak seperti susu dan yogurt rendah lemak,
cherry dan kopi menurunkan risiko serangan gout.
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Kartu Keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala
atau masalah – masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga.
Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga terkait dengan
kesehatan.
g. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
h. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki
oleh keluarga.
i. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala – kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)
Menjelaskan mengenai karakterik dari tetangga dan komunitas
setempat, meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.

4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit,
sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
1. Berapa jumlah anak?
2. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
3. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?

6. Fungsi ekonomi
a. Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga :
1. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan?
2. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?

7. Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. kemampuan
keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap stressor.
b. Strategi koping yang digunakan
1 Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga apabila menghadapi
permasalahan atau stres
2 Strategi adaptasi disfungsional
3 Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan atau stress.

8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang diunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

9. Harapan keluarga
Ada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
kepada keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons


seserang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Tujuan pencatatan diagnosis keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi
tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan merupakan
tanggung jawab seseorang perawat terhadap masalah yang di identifikasi
berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi
keperawatan (PPNI, 2017). Berdasarkan (PPNI 2018) diagnosis keperawatan
keluarga yang muncul pada klien dengan gout artritis adalah:
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
3 Manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan kompleksitas
pelayanan kesehatan

2.3 intervensi keperawatan

No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi


. keperawatan
1. Nyeri akut Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
PPNI (2019) kriteria Intervensi pada nyeri akut adalah
hasil yang didapatkan
Manajemen Nyeri (I. 08238)
adalah

- Observasi
Tingkat Nyeri
(L.08066) 1. lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan durasi, frekuensi,
tindakan keperawatan kualitas, intensitas nyeri
diharapkan tingkat 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan 3. Identifikasi respon nyeri
kriteria hasil: non verbal
1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang
menuntaskan memperberat dan
aktivitas meningkat memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang
3. Meringis menurun nyeri
4. Sikap protektif 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
5. Gelisah menurun nyeri
6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas hidup
7. Menarik diri 8. Monitor keberhasilan
menurun terapi komplementer
8. Berfokus pada diri
sendiri menurun yang sudah diberikan
9. Diaphoresis 9. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
10. Depresi menurun
- Terapeutik
11. Perasaan takut
menurun
1. Berikan teknik
12. Anoreksia menurun
nonfarmakologis untuk
13. Perineum merasa
mengurangi rasa nyeri
tertekan menurun
(mis. TENS, hypnosis,
14. Uterus teraba
akupresur, terapi musik,
membulat menurun
biofeedback, terapi pijat,
15. Ketegangan otot
aroma terapi, teknik
menurun
imajinasi terbimbing,
16. Pupil dilatasi
kompres hangat/dingin,
menurun
terapi bermain)
17. Muntah menurun
2. Control lingkungan yang
18. Mual menurun
memperberat rasa nyeri
19. Frekuensi nadi
(mis. Suhu ruangan,
membaik
pencahayaan,
20. Pola napas
kebisingan)
membaik
3. Fasilitasi istirahat dan
21. Tekanan darah
tidur
membaik
4. Pertimbangkan jenis dan
22. Proses berfikir
sumber nyeri dalam
membaik
pemilihan strategi
23. Focus membaik
meredakan nyeri
24. Fungsi berkemih
membaik - Edukasi
25. Perilaku membaik
1. Jelaskan penyebab,
26. Nafsu makan
periode, dan pemicu
membaik
nyeri
27. Pola tidur membaik
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

- Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
2 Gangguan Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
pola tidur PPNI (2019) kriteria Intervensi pada gangguan pola tidur
hasil yang didapatkan adalah
adalah Dukungan Tidur (I.05174)
- Observasi
Pola Tidur (L.09093) 1. Identifikasi pola aktivitas
Setelah dilakukan tidur
tindakan keperawatan 2. Identifikasi factor penggangu
diharapkan pola tidur tidur (fisik atau psikologis)
membaik dengan 3. Identifikasi makanan dan
kriteria hasil: minuman yang menggangu
1. Keluhan sulit tidur
tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
2. Keluhan sering dikonsumsi
terjaga menurun - Terapeutik
3. Keluhan tidak 1. Modifikasi lingkungan
puas tidur 2. Batasi tidur siang jika perlu
menurun 3. Fasilitasi menghilangkan
4. Keluhan pola stress sebeum tidur
tidur berubah 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
menurun 5. Lakukan prosedur untuk
5. Keluhan meningkatkan kenyamanan
istirahat tidak 6. Sesuaikan jadwal pemberian
cukup menurun obat atau tindakan untuk
6. Kemampuan menunjang siklus tidur
beraktivitas terjaga
meningkat - Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan atau minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur

- kolaborasi
1. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara non
farmakologi lainnya

3 Manajemen Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


kesehatan PPNI (2019) kriteria Intervensi pada manajemen
keluarga tidak hasil yang didapatkan kesehatan keluarga tidak efektif
efektif adalah adalah

Manajemen Dukungan Keluarga

Kesehatan Keluarga Merencanakan Keperawatan


(L.08066) (I. 13477)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan tingkat
- Observasi
managemen kesehatan
1. Identifikasi kebutuhan dan
keluarga meningkat
harapan keluarga tentang
dengan kriteria hasil
kesehatan
1. Kemampuan
2. Identifikasi konsekuensi tidak
menjelaskan
melakukan tindakan bersama
masalah
keluarga
kesehatan yang
3. Identifikasi sumber sumber
dialami
yang dimiliki keluarga
meningkat
4. Identifikasi tindakan yang
2. Aktivitas
dapat dilakukan oleh keluarga
keluarga
mengatasi
- Terapeutik
masalah
1. Motivasi pengembangan sikap
kesehatan yang
dan emosi yang mendukung
tepat meningkat
upaya kesehatan
3. Tindakan untuk
2. Gunakan sarana dan fasilitas
mengurangi
yang ada dalam keluarga
factor resiko
3. Ciptakan perubahan
masalah
lingkungan rumah secara
kesehatan yang
optimal
dialami
- Edukasi
meningkat
1. Informasikan fasilitas
4. Verbalisasi
kesehatan yang ada di
kesulitan
lingkungan keluarga
menjalankan
2. Anjurkan menggunakan
perawatan yang
fasilitas kesehatan yang ada
ditetapkan
3. Ajarkan cara perawatan yang
menurun
bisa dilakukan oleh keluarga
5. Gejala penyakit
anggota
keluarga
menurun
DAFTAR PUSTAKA

American College of Rheumatology. (2017). Rheumatoid Arthritis.


https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/Diseases-
Conditions/Rheumatoid-Arthritis. (diakses pada Agustus 2022)
Haryani, Sri and Misniarti. 2020. “Efektifitas Akupresur Dalam Menurunkan
Skala Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas.”
Jurnal Keperawatan Raflesia 2(1):21–30.
Marlinda, Roza and Putri Dafriani. 2019. “Pengaruh Pemberian Air Rebusan
Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis Gout.”
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 2(1):62–70.
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Sapti, Mujiyem. 2019a. “Gambaran Kadar Asam Urat Pada Lansia. Kemampuan
Koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi)
53(9):1689–99.
Şenocak, Gulşah. 2019. “Konsep Gout Artritis.” 5–7.
Tamher. (2016). Herbal untuk Asam Urat. Jakarta: Penebar swadaya.

Anda mungkin juga menyukai