Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN KESEMUTAN


(PARESTESIA)
DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

OLEH
KOMANG INTAN DEWANGGAYASTUTI
P07120018033
TINGKAT 2.1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KESEMUTAN (PARESTESIA)
A. Pengertian
Parestesia adalah sensasi kesemutan, menggelitik, menusuk-nusuk, atau
pembakaran kulit seseorang tanpa efek fisik jangka panjang yang jelas.
Manifestasi dari parestesia mungkin bersifat sementara atau kronis. Yang paling
familiar dari jenis parestesia adalah sensasi yang dikenal sebagai "kesemutan" atau
anggota tubuh "tertidur". Gejala sejenis parestesia lainnya yang kurang terkenal
tetapi masih cukup umum adalah formikasi.

B. Tanda dan Gejala


Adapun tanda gejala yang ditimbulkan jika seseorang menderita parestesia antara lain:
1. Kecemasan
2. Sering buang air kecil
3. Paresthesia makin terasa bila berjalan atau menggerakkan anggota badan
4. Kaku otot
5. Nyeri pada tubuh
6. Merah pada lokasi paresthesia
7. Sensitif bila disentuh pada lokasi paresthesia
C. Patofisiologi

Tekanan pada saraf

Saraf akan terjepit sehingga menghimpit pembuluh darah

Penurunan penerimaan O2 yang terkandung dalam darah yang dibawa oleh jantung

Pesan sonsorik saraf terblokir

Tubuh mati rasa

Nyeri akut

D. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Terdiri dari nama pasien, tangga lahir, umur, jenis kelamin, alamat, no telepon,
pekerjaan, dan bahasa sehari-hari.
2. Keluhan utama dan riwayat penyakit
Kaji keluhan yang dirasakan pasien saat ini sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari
3. Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh
perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke
bagian perawatan kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara
menyeluruh atau diukur satu persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data
dasar dari tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin merupakan control terhadap
kejadian yang akan datang.
4. Pemeriksaan per sistem tubuh
Melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien sesuai dengan sistem tubuh.
sistem tubuh yang dlakukan pemeriksaan antara lain:
 Sistem pernafasan
 Sistem kardiovaskular
 Sistem pencernaan
 Sistem integument
 Sistem musculoskeletal
 Sistem penglihatan dan pendengaran
 Sistem neurologis
 Sistem perkemihan
 Sistem reproduksi
 Nutrisi dan activity daily living
 Pola istirahat
 Psiko-sosial-spiritual
5. Pemeriksaan penunjang
Kaji data penunjang apabila ada seperti kadar gula darah, kolesterol, asam urat
6. Pemeriksaan skala nyeri dan tingkat kecemasan
1. Skala Nyeri
a) Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
b) Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin
memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
c) Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung
berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun
Anda masih bisa bereaksi untuk beradaptasi.
d) Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah.
Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat diabaikan
untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda
sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari,
tapi itu cukup mengganggu.
e) Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari beberapa
menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau
berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
f) Pada Skala 6 (Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan
tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu
aktivitas normal sehari-hari. Kesulitan berkonsentrasi.
g) Pada Skala 7 (Sangat Intens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi
indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak
mampu melakukan perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra
Anda dan secara signifikan membatasi kemampuan Anda untuk melakukan
aktivitas normal sehari-hari atau mempertahankan hubungan sosial. Bahkan
mengganggu tidur.
h) Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan
membutuhkan usaha yang besar.
i) Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya,
tidak peduli apa efek samping atau risikonya. Sakit luar biasa. Tidak dapat
berkomunikasi. Menangis dan atau mengerang tak terkendali.
j) Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri
begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin
mengigau. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini.
Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan
hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah.

Pengelompokan:
Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa
ditahan, aktivitas tak terganggu)
Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (mengganggu
aktivitas fisik)
Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri)

2. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
a) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu
akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b) Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c) Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/tuntutan.
d) Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak
dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun
sudah diberi pengarahan/tuntunan.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
F. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan/ kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
Nyeri akut Setelah diberikan Akupresure Akupresure
asuhan - Pijat pasien pada - Agar kesemutan
keperawatan . titik : BL-61, ST- yang dirasakan
...x.... jam 35, BL 57, PC 6, pasien dapat
diharapkan LT 11, HT 7, LI 4, berkurang
tingkat nyeri LI 10 - Rajin berolahraga
menurun - Anjurkan pasien dapat
dengan untuk rajin memperlancar
kriteria hasil : berolahraga peredaran darah
- Keluhan nyeri - Anjurkan pasien sehingga jarang
menurun untuk rutin kesemutan
- Tekanan mengontrol kadar - Untuk mengetahui
darah kolesterol, asam kadar kolesterol,
membaik urat, dan gula asam urat, dan
- Ketegangan darah pasien gula darah pasien
otot menurun yang mungkin
merupakan
penyebab dari
kesemutan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Indra K. Muhtadi. 2011. Topik ke-60: “Paresthesia”. Dikutip dari


http://www.indramuhtadi.com/blog-articles-2011/topik-ke-60-paresthesia pada
tanggal 6 Februari 2019
dr. Yuniati Situmorang, M.kes dkk. 2012. Materi Pembelajaran Orientasi Akupresure
Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Garisto, G; Gaffen, A, Lawrence, H, Tenenbaum, H, Haas, D (Jul 2010). "Occurrence
of Paresthesia After Dental Local Anesthetic Administration in the United
States". The Journal of the American Dental Association 141 (7): 836–844.
(dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Parestesia pada tanggal 6 Februari
2019)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
definisi dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai