Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kematian Ibu di Indonesia masih sangat tinggi. Tingginya angka
kematian ibu dapat dijadikan indicator derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas.4 AKI di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 305
per 100.000 kelahiran hidup. Data tersebut dapat memberikan arti bahwa target
penurunan Angka kematian ibu pada era MDGs, belum mencapai target sebesar
102 per kelahiran hidup.
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang
kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah
yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk
menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari
laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong
tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan Negara
-negara ASEAN lainnya. Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami
penurunan menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut
didapatkan penurunan angka kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab
kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan
pervaginam.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 1


B. Tujuan
a.     Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post partum.
b.    Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami definisi post partum.
2) Untuk mengetahui dan memahami etiologi post partum.
3) Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi post partum.
4) Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari post partum.
5) Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan post
partum.
6) Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan post
partum

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar
rahim bayi baru lahir. Dengan factor - faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004). Post partum
adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah
melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (mitayani, 2009). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berahir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari)setelah itu, dalam bahasa latin, waktu mulai
tertentu setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium yaitu dari kata puer yang
artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50%
kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca
persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011).

B. Tanda dan gejala


Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-
kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 3


1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya
11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular
dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 4


d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik.
Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri
dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari
setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri.
Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol
pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 5


b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggipada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 6


6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan
pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum
bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan,
dan hangat jika di raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume
darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal
cairan tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat.
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tiba- tiba kembali ke sirkulasi umum.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 7


c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan.
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup
hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya

C. Etiologi
Post partum dibagi 2:
a.       Post partum dini
1)      atonia uteri
2)      laserasi jalan lahir;robekan jalan lahir
3)      hematoma
b.      Post partum lambat
1)      tertinggalnya sebagian plasenta
2)      subinvolusi di daerah insersi plasenta

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 8


3)      dari luka bekas secsio sesaria

D. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr
1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu
minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama
hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat
kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit
dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 9


hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3
fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-halbaru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilaibagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan
kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 10


E. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup
(Moctar, 1998). Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur
perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta
lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir,
selanjutnya dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan
perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan Sebelah dalam/proksimal
ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam
kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada
perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera
dijahit dengan menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan
cara angka delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika
ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih
dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut
kemudian selaput lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-
putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak
robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 11


d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding
depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang
terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian
dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan
perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat
Ruptur Perineum Menurut Mochtar (1998) persalinan yang salah
merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur perineum . Menurut Buku
Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008) kerjasama dengan ibu dan
penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala,
bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau
meminimalkan robekan pada perineum.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan
berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress,
atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan
darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 12


4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum (Hamilton, 1995)

F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama
pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan
tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika
cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan
therapy yang mungkin

G. Pengkajian
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b) Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 13


3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan
c) Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a) Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b) Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a) Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b) Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c) Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuhnya saat ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 14


4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid

H. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pemberian asi berhubungn dengan kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agensi cidera fisik di tandai dengan puting
kemerahan..
3. Ansietas berhubungan dengan respon terhadap rangsangan berasal dari
luar.

I. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ibu dapat mengetahui
teknik menyusui dengan benar.
Kriteria Hasil :

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 15


a. Kemantapan Ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusu
dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama
pemberian ASI.
b. Pengetahuan pemberian ASI: tingkat pemahaman yang ditunjukan
mengenai laktasi dan pemberian makan bayi melalui proses pemberian
ASI, Ibu mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera ibu
mengidentifikasi kepuasan terhadap pemberian ASI, mengenali tanda-
tanda penurunan suplai ASI.
Intervensi :
a.
 Pantau ketrampilan ibu dalam menempelkan mulut bayi ke puting ibu.
 Pantau integritas kulit puting ibu.
 Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar susu dan mastitis.
 Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti payudara yang benar.
b.
 Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa (secara manual
atau dengan pompa elektrik), cara mengumpulkan dan menyimpan ASI.
 Lakukan konseling tentang informasi pemberian ASI.
 Demonstrasikan latihan menghisap, jika perlu.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agensi cidera fisik di tandai dengan puting
kemerahan..
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat teratasi dan
puting dapat sembuh.
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik non farmakologi untuk mnegurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen
nyeri.

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 16


c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
d. Evaluasi pengalaman nyei
3. Ansietas berhubungan dengan respon terhadap rangsangan berasal dari luar.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
mengontrol cemasnya.
Kriteria hasil :
a. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
b. Mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Pasien mampu mengekspresikan dan menunjukan kurangnya kecemasan.
Intervensi:
a. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
b. Identifikasi tingkat kecemasan
c. Bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
d. Intruksi pasien untuk menggunakan teknik relaksasi

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 17


BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu
sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (mitayani, 2009). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berahir ketika alat – alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah
melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)setelah itu, dalam bahasa
latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium yaitu
dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti
masa setelah melahirkan bayi.

B. Saran
Laporan pendahuluan ini mampu menjadi refeensi bagipembaca

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 18


DAFTAR PUSTAKA

1. Pusdatin kemenkes RI. Info Datin SituasiKesehatan ibu 2014. (2014).


2. Kementrian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. (2015).
3. Kementrian Kesehatan. Kesehatan Dalam Kerangka SDGs (Sustainable Development
Goals). (2015).
4. Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria
A. Jakarta: EGC.
5. Beaty A.N, 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: 55283.
6. Asuhan Keperawatan post partum.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-
babii.pdf

Asuhan Keperawatan Post Partum SpontanPage 19

Anda mungkin juga menyukai