Disusun Oleh :
Pembimbing Klinik
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI LANSIA
2. Klasifikasi Lansia
3. Karakteristik Lansia
1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
B. DEFINISI VERTIGO
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak sistem atau organ
tubuh yang ikut terlibat mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh
kita. Keseimbangan diatur oleh integritasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita Vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban
Tobing. S.M, 2013).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2012).
C. ETIOLOGI
1. Otologi 24-61% kasus.
Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).
Meniere Desease
Parese N VIII Uni/bilateral.
2. Otitis Media.
Neurologik 23-30% kasus.
Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum.
Ataksia karena neuropati.
Gangguan visus.
Gangguan serebelum.
Gangguan sirkulasi LCS.
Multiple sclerosis.
Vertigo servikal.
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler.
Tekanan darah naik turun.
Aritmia kordis.
Penyakit coroner.
Infeksi.
Glikemia.
4. Depresi.
5. Fobia
6. Anxietas.
D. PATOFISIOLOGI
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII,
dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo.
Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah
ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan paresen
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan
darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti
diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis(Smeltzer & Bare,
20012).
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi
pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti
secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya
dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak
sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus
G. PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan aliran
darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang menuju ke otak
3. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
4. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
5. Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik, otologik,
pemeriksaan fisik umum (Kang 2004).
H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis. Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :
a. Terapi kausa
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitatif
2. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :
a. Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
b. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
c. Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
d. Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak tidur
e. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
f. Gerakkan kepala secara hati-hati.
J. KOMPLIKASI
a. Cidera Fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan Otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
VERTIGO PADA LANSIA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa.
Identitas Klien: Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat,
pendidikan, agama, pekerjaan, dll.
Keluhan Utama: Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan
pengkajian. Biasanya pada pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu
nyeri kepala hebat serta pusing.
Riwayat Penyakit Sekarang: Riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap
atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat
memicu vertigo.
Riwayat Penyakit Dahulu: Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi
dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat
vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
Riwayat Penyakit keluarga: Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh
anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun
tidak.
Riwayat Psikososial: Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri,
interaksi klien terhadap keluarga dan data spiritual klien.
Pola-Pola fungsi Kesehatan
- Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan: Adakah kecemasan yang dia
lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pengobatan dan prognosa
- Pola nutrisi dan metabolism: Adakah nausea dan muntah
- Pola eliminasi: Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak.
- Pola tidur dan istirahat: Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau
tidak, berapa lama tidur klien, pada pasien vertigo biasanya pasien
mengalami gangguan tidur.
- Aktivitas: Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien
sering mengalami Letih, lemah, Keterbatasan gerak, Ketegangan
mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari dengan
disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur
tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
- Pola hubungan peran: Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar
b. Pemeriksaan Fisik.
1. Gambaran Umum
Kesadaran: Compos mentis, apatis, somnolen, stupor atau koma.
Penampilan: Tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit
berat.
2. TPRS: Meliputi BB, TB, Tekanan darah, suhu, nadi RR 2. Secara
sistemik dari kepala sampai kelamin.
3. Sistem integument
- Inspeksi : Di lihat warna kulit.
- Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit (normalnya kembali dalam
2detik)
4. Kepala.
- Inspeksi : Bentuk kepala, warna rambut,
- Palpasi : kekuatan rambut (rontok/tidak), ada nyeri tekan. d.
Leher.
- Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar
tyroid atau tidak.
5. Muka
- Inspeksi :Bentuk muka, ekspresi muka
6. Mata.
- Inspeksi : Biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
7. Telinga.
- Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tida
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak.
8. Hidung
- Inspeksi: Bentuk hidung, adanya secret atau tidak.
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak.
10. Thorax.
- Inspeksi : ada retraksi dinding dada atau tidak
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris atau tidak.
- Perkusi : bagaimana suara ketukannya
- Auskultrasi :bagaimana suara nafas
11.Paru.
- Inspeksi : simetris atau tidak. Palpasi : ada benjolan atau tidak.
- Auskultasi : biasanya pada pasien vertigo Tidak ada weezing,
rhonki.
12. Jantung.
- Auskultasi : Pada pasien vertigo S1 dan S2 tunggal.
13. Abdomen.
1. Pemeriksaan Radiologi.
X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto vertebra
servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).
3. Pemeriksaan lain-lain
2. Diagnosa Keperawatan
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2012. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung
tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru