Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN LANSI DENGAN VERTIGO

Disusun Oleh :

Taupik Muslim, S.Kep (2014901040)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep Ns. Asmawati, M.Kep

Pembimbing Klinik

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI LANSIA

1. Konsep Dasar Lansia

Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang


berumur 60 tahun atau lebih. Data WHO menunjukan pada tahun 2013 usia
harapan hiup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2015 naik menjadi 70
tahun dan pada tahun 2018 menjadi 71 tahun.
Lanjut Usia Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual, karena faktor
tertentu Lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani maupun sosial.
Seseorang dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau
lebih, Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan
(Nugroho, 2015).

2. Klasifikasi Lansia

1. Pralansia Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.


2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2013)
4. Lansia potensial.
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2013)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2013)

3. Karakteristik Lansia

Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai


berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

B. DEFINISI VERTIGO
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak sistem atau organ
tubuh yang ikut terlibat mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh
kita. Keseimbangan diatur oleh integritasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita Vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban
Tobing. S.M, 2013).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2012).

C. ETIOLOGI
1. Otologi 24-61% kasus.
 Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).
 Meniere Desease
 Parese N VIII Uni/bilateral.
2. Otitis Media.
 Neurologik 23-30% kasus.
 Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum.
 Ataksia karena neuropati.
 Gangguan visus.
 Gangguan serebelum.
 Gangguan sirkulasi LCS.
 Multiple sclerosis.
 Vertigo servikal.
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler.
 Tekanan darah naik turun.

 Aritmia kordis.

 Penyakit coroner.

 Infeksi.

 Glikemia.

 Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax, d)  Psikiatrik >


50% kasus.

4. Depresi.
5. Fobia
6. Anxietas.

D. PATOFISIOLOGI
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII,
dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo.
Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah
ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan paresen
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan
darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti
diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis(Smeltzer & Bare,
20012).
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi
pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti
secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya
dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak
sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus

posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar,


baik dirinya sendiri atau lingkungan.
2. Merasakan mual yang luar biasa.
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual.
4. Gerakan mata yang abnormal.
5. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan
berputar.

G. PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Pemeriksaan  CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
2. Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan aliran
darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang menuju ke otak
3. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
4. Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
5. Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik, otologik,
pemeriksaan fisik umum (Kang 2004).

H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis. Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :
a. Terapi kausa
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitatif
2. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :
a. Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
b. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
c. Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
d. Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak tidur
e. Hindari  posisi membungkuk bila mengangkat barang.
f. Gerakkan kepala secara hati-hati.

J. KOMPLIKASI
a. Cidera Fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

b. Kelemahan Otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
VERTIGO PADA LANSIA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa.
 Identitas Klien: Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat,
pendidikan, agama, pekerjaan, dll.
 Keluhan Utama: Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan
pengkajian. Biasanya pada pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu
nyeri kepala hebat serta pusing.
 Riwayat Penyakit Sekarang: Riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap
atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat
memicu vertigo.
 Riwayat Penyakit Dahulu: Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi
dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat
vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
 Riwayat Penyakit keluarga: Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh
anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun
tidak.
 Riwayat Psikososial: Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri,
interaksi klien terhadap keluarga dan data spiritual klien.
 Pola-Pola fungsi Kesehatan
- Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan: Adakah kecemasan yang dia
lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pengobatan dan prognosa
- Pola nutrisi dan metabolism: Adakah nausea dan muntah
- Pola eliminasi: Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak.
- Pola tidur dan istirahat: Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau
tidak, berapa lama tidur klien, pada pasien vertigo biasanya pasien
mengalami gangguan tidur.
- Aktivitas: Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien
sering mengalami Letih, lemah, Keterbatasan gerak, Ketegangan
mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari dengan
disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur
tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
- Pola hubungan peran: Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar

b. Pemeriksaan Fisik.
1. Gambaran Umum
 Kesadaran: Compos mentis, apatis, somnolen, stupor atau koma.
 Penampilan: Tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit
berat.

2. TPRS: Meliputi BB, TB, Tekanan darah, suhu, nadi RR 2.  Secara
sistemik dari kepala sampai kelamin.

3. Sistem integument
- Inspeksi : Di lihat warna kulit.
- Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit (normalnya kembali dalam
  2detik)

4. Kepala.
- Inspeksi : Bentuk kepala, warna rambut,
- Palpasi : kekuatan rambut (rontok/tidak), ada nyeri tekan. d. 
Leher.
- Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar
tyroid atau tidak.

5. Muka
- Inspeksi :Bentuk muka, ekspresi muka

6. Mata.
- Inspeksi : Biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

7. Telinga.
- Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tida
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak.

8. Hidung
- Inspeksi: Bentuk hidung, adanya secret atau tidak.
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak.

9. Mulut dan Faring.


- Inspeksi : mulut simetris atau tidak, kebersihannya.
- Palpasi : ada nyeri tekan tidak, ada benjolan tidak.

10. Thorax.
- Inspeksi : ada retraksi dinding dada atau tidak
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris atau tidak.
- Perkusi : bagaimana suara ketukannya
- Auskultrasi :bagaimana suara nafas
11.Paru.
- Inspeksi : simetris atau tidak. Palpasi : ada benjolan atau tidak.
- Auskultasi : biasanya pada pasien vertigo Tidak ada weezing,
rhonki.
12. Jantung.
- Auskultasi : Pada pasien vertigo S1 dan S2 tunggal.

13. Abdomen.

- Inspeksi : Dilihat bentuk abdomen,

- Palpasi : pembesaran hati dan limpanya di kaji

- Auskultasi : bising usus

14. Sistem Neurologi


c. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Radiologi.
X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto vertebra
servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).

2. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG

3. Pemeriksaan lain-lain

4. Pemeriksaan audiologi: tes garpu tala, audiometrik nada murni,


audiometrik nada tutur, SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri, reflek
stapedius, dan apabila ada fasilitas dapat dilakukan BERA (atas
indikasi). Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan


2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NIC NOC
O
1 Risiko jatuh NOC NIC
         Trauma Risk For Fall Prevention
Definisi : Pen         Injury risk for 1. Mengidentifikasi defisit
ingkatan kognitif atau fisik pasien
kerentanan Kriteria Hasil : yang dapat meningkatkan
untuk jatuh  Keseimbangan : potensi jatuh dalam
yang dapat kemampuan untuk lingkungan tertent
menyebabkan mempertahankan 2. Mengidentifikasi perilaku
bahaya fisik ekuilibrium dan faktor yang
 Gerakan terkoordinasi : mempengaruhi risiko
kemampuan otot untuk jatuh
bekerja sama secara 3. Mengidentifikasi
volunter untuk melakukan karakteristik lingkungan
gerakan yang bertujuan yang dapat meningkatkan
 ·Perilaku pencegahan potensi untuk jatuh
jatuh : tindakan individu (misalnya, lantai yang
atau pemberi asuhan untuk licin dan tangga terbuka)
meminimalkan faktor 4. Sarankan perubahan
resiko yang dapat memicu dalam gaya berjalan
jatuh dilingkungan kepada pasie
individu 5. Mendorong pasien untuk

 Kejadian jatuh : tidak ada menggunakan tongkat

kejadian jatuh atau alat pembantu


berjalan
 Pengetahuan : pemahaman 6. Kunci roda dari kursi
pencegahan jatuh roda, tempat tidur, atau
 Pengetahuan : brankar selama transfer
keselamatan anak fisik pasien
 Pengetahuan : keamanan 7. Tempat artikel mudah
pribadi dijangkau dari pasien

 Pelanggaran perlindungan 8. Ajarkan pasien

tingkat kebingungan Akut bagaimana jatuh untuk


meminimalkan cedera
9. Memantau kemampuan
untuk mentransfer dari
tempat tidur ke kursi dan
demikian pula sebaliknya
10. Gunakan teknik yang
tepat untuk mentransfer
pasien ke dan dari kursi
roda, tempat tidur, toilet,
dan
Sebagainya
11. Menyediakan toilet
ditinggikan untuk
memudahkan, transfer
12. ·         Menyediakan kursi
dari ketinggian yang
tepat, dengan sandaran
dan sandaran tangan
untuk memudahkan
transfer
13. ·         Menyediakan
tempat tidur kasur dengan
tepi yang erat untuk
memudahkan transfer
14. ·         Gunakan rel sisi
panjang yang sesuai dan
tinggi untuk mencegat
jatuh dari tempat tidur,
sesuai kebutuhan
15. Memberikan pasien
tergantung dengan sarana
bantuan pemanggilan
(misalnya, bel atau
cahaya panggilan) ketika
pengasuh tidak hadir
16. ·Membantu ke toilet
seringkali, interval
dijadwalkan
17. Menandai ambang pintu
dan tepi langkah, sesuai
kebutuhan

2 Intoleransi NOC NIC


aktivitas          Energy conservation Activity Therapy
Definisi : Ket
         Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan
idakcukupan         Self Care : ADLs tenaga rehabilitasi medik
energi dalam merencanakan
psikologis Kriteria Hasil : program terapi yang
atau 1. Berpartisipasi dalam tepat
fisiologis aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
untuk disertai peningkatan mengidentifikasi
melanjutkan tekanan darah, nadi dan aktivitas yang mampu
atau RR dilakukan
menyelesaika 2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk memilih
n aktivitas sehari-hari aktivitas konsisten yang
aktifitas (ADLs) secara mandiri sesuai dengan
kehidupan 3. Tanda-tanda vital normal kemampuan fisik,
sehari-hari 4. Energy psikomotor psikologi dan social
yang harus 5. Level kelemahan 4. Bantu untuk
atau yang 6. Mampu berpindah: mengidentifikasi dan
ingin dengan atau tanpa mendapatkan sumber
dilakukan. bantuan alat yang diperlukan untuk
7. Status kardiopulmunari aktivitas yang diinginkan
adekuat 5. Bantu untuk
8. Sirkulasi status baik mendapatkan alat
9. Status respirasi : bantuan aktivitas seperti
pertukaran gas dan kursi roda, krek
ventilasi adekuat 6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

3 Ketidakseim NOC NIC


bangan        Nutritional Status : Nutrition Management
nutrisi        Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi
kurang dari Fluid Intake makanan
kebutuhan        Nutritional Status: nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli
tubuh Intake gizi untuk menentukan
       Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Asu yang dibutuhkan pasien.
pan nutrisi Kriteria Hasil : 3. Anjurkan pasien untuk
tidak cukup 1. Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe
untuk badan sesuai dengan 4. Anjurkan pasien untuk
memenuhi tujuan meningkatkan protein dan
kebutuhan 2. Berat badan ideal sesuai vitamin C
metabolik dengan tinggi badan 5. Berikan substansi gula
3. Mampu mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
4. Tidak ada tanda-tanda tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
5. Menunjukkan peningkatan 7. Berikan makanan yang
fungsi pengecapan dan terpilih (sudah
menelan dikonsultasikan dengan
6. Tidak terjadi penurunan ahli gizi)
berat badan yang berarti 8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
12. Nutrition Monitoring
13. BB pasien dalam batas
normal
14. ·Monitor adanya
penurunan berat badan
15. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
16. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
17. Monitor lingkungan
selama makan
DAFTAR PUSTAKA

 Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2012. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung
tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumbantobing, SM. Vertigo Tujuh Keliling. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta 2013

Santosa, Budi.2015.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih


bahasa.Jakarta : Prima Medika

 Wilkinson, Judith M.2017.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Pitriono Zinbe.2013. Asuhan Keperawatan Vertigo

Anda mungkin juga menyukai