OLEH:
NIM: P07120018120
TINGKAT: 2.4
D-III KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)
1. Definisi/Pengertian BBLSR
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan dibawah kurang dari 1500 gram (Maternity, 2018).
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 1500 gram tanpa menghitung usia gestasi. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR
dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup
bulan. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan antara 1000 sampai 1500 gram (Alimul,
2005). Dari ketiga definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki berat badan antara 1000
gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia gestasi.
3. Patofisiologi
Terjadinya BBLSR disebabkan oleh 3 faktor, yaitu factor ibu,
factor janin, factor plasenta. factor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya
kelahiran bayi belum cukup bulan atau < 37 minggu. Salah satu
penyebabnya adalah lepasnya palsenta terlebih dahulu sebelum kehamilan
cukup bulan atau < 37 minggu karena kelainan yang menyebabkan
ketuban pecah sebelum waktunya. Bayi prematuritas akan mengalami
penurunan daya tahan tubuh yang dapat berisiko terjadinya infeksi. Pada
bayi premature pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna,
kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga produksi
panas berkurang sehingga dapat berisiko terjadi hipotermia. Pada bayi
premature sistem pencernaannya juga belum sempurna, terutama
ketidakadekuatan reflek menelan yang dapat berisiko mengalami defisit
nutrisi.
4. Klasifikasi
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-
2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat
lahir1000-1500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
5. Gejala Klinis
- BB kurang dari 1500 gram
- Panjang badan ≤ 45 cm, lingkar kepala ≤33 cm
- Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
- Lanugo masih banyak
- Jaringan lemak subcutan tipis dan kurang
- Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
- Kulit mengkilap, telapak kaki halus
- Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif
- Vernik kasiosa tidak ada atau sedikit
- Fungsi saraf yang belum matang
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada neonatus dengan BBLSR keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-Tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan membaik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm
berisiko terjadinya hipotermia bila suhu tubuh < 36°C dan berisiko
terjadi hipertermia bila suhu tubuh > 37°C. Sedangkan suhu normal
tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140
kali/menit, respirasi normal antara 40-60 kali/menit, sehingga pada
bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur.
3) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intracranial.
5) Mata
Warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleks terhadap cahaya.
6) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
7) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
9) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
10) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100
kali/menit.
11) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm di bawah arcus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.
12) Umbilicus
Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak, adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
13) Genetalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan
lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
14) Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
15) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.
16) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang.
17) Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun
lapar bayi tidak menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih
malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya
adalah pusat pengatur panas belum berfungsi dengan
sempurna, kurangnya lemak pada jaringan subcutan
akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan
kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
8. Diagnosis
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada BBLSR
menurut (SDKI, 2016) adalah:
1) Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis (mis.
Diabetes militus), efek prosedur invasive, malnutrisi,
peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan
peristaltic, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH,
penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah
sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan
hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, supresi respon
inflamasi, vaksinasi tidak adekuat).
2) Risiko hipotermia dibuktikan dengan berat badan ekstrem,
kerusakan hipotalamus, konsumsi alcohol, kurangnya lapisan
lemak subcutan, suhu lingkungan rendah, malnutrisi,
pemakaian pakaian yang tipis, penurunan laju metabolism,
terapi radiasi, tidak beraktifitas, transfer panas (mis. konduksi,
konveksi, evaporasi, radiasi), trauma, prematuritas, penuaan,
bayi baru lahir, berat badan lahir rendah, kurang terpapar
informasi tentang pencegahan hipotermia, efek agen
farmakologis.
3) Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan
kebutuhan metabolisme, factor ekonomi (mis. finansial tidak
mencukupi), factor psikologis (mis. stres, keengganan untuk
makan).
10. Komplikasi
1) Hipotermia
Tanda dan gejala pada hipotermia pada BBLSR adalah:
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,5°C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan:
a. Kadar glukosa darah <45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke-3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3) Icterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya
fungsi hepar pada bayi premature, bila tidak segera diatasi
dapat menyebabkan kern icterus (kerusakan otak pada bayi,
akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah) yang akan
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin
ditandai dengan:
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, dan
ekstremitas berwarna kuning.
b. Konjungtiva berwarna kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari 10 mg/dl
4) Masalah pemberian minum
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5) Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu
demam sebelum dan selama persalinan, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir.
Tanda terjadinya infeksi pada BBLSR antara lain:
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia.
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit icterus, sklerema
g. Kejang
6) Gangguan pernafasan
a. Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS.
b. Risiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflek batuk,
reflek menghisap dan reflek menelan.
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah.
d. Pernafasan tidak teratur.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Identitas klien dan orang tua
II. Riwayat penyakit (keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat
kelahiran)
III. Riwayat anak (0-6 tahun), tergantung penyakit
IV. Kebutuhan bio – psiko – social – spiritual - kultural dalam
kehidupan sehari-hari
V. Pengawasan kesehatan
VI. Penyakit yang pernah diderita
VII. Kesehatan lingkungan
VIII. Perkembangan anak usia 0-6 tahun
IX. Pemeriksaan fisik
X. Pemeriksaan penunjang
XI. Hasil observasi
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis (mis. diabetes
militus), efek prosedur invasive, malnutrisi, peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer (gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, perubahan
sekresi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban
pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin,
imunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak
adekuat).
2. Risiko hipotermia dibuktikan dengan berat badan ekstrem, kerusakan
hipotalamus, konsumsi alcohol, kurangnya lapisan lemak subcutan,
suhu lingkungan rendah, malnutrisi, pemakaian pakaian yang tipis,
penurunan laju metabolism, terapi radiasi, tidak beraktifitas, transfer
panas (konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi), trauma, prematuritas,
penuaan, bayi baru lahir, berat badan lahir rendah, kurang terpapar
informasi tentang pencegahan hipotermia, efek agen farmakologis.
3. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, factor
ekonomi (finansial tidak mencukupi), factor psikologis (stress,
keengganan untuk makan).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Maternity, dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: ANDI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
ILUSTRASI KASUS:
PENGKAJIAN :
I. IDENTITAS
A. Anak
a. Nama : Bayi Ny. D.
b. Anak yang ke : Pertama
c. Tanggal lahir/umur : 04 Februari 2020 / 2 hari
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Agama : Hindu
B. Orang tua
a) Ayah
a. Nama : Tn. B.
(ayah kandung)
b. Umur : 30 tahun
c. Pekerjaan : Pegawai Swasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Lovina, Singaraja
b) Ibu
a. Nama : Ny. D.
(ibu kandung)
b. Umur : 29 tahun
c. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Lovina, Singaraja
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap
- Hemoglobin : 135 gm/L (145-225)
- Trombosit : 97 x 109/L (150-400)
- Leukosit : 3.1 x 109/L (5-25)
- Netrofil :1.1 x 109/L (1.0-8.5)
- Limfosit : 1.8 x 109/L (2.0-10.0)
XI. HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua : ada
2. Bentuk/arah komunikasi : tidak ada
3. Ambivalensi/kontradiksi perilaku : tidak ada
4. Rasa aman anak : ada