Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN ARTRITIS RHEUMATHOID

Oleh:

Moch. Nur Kholis Maulana Alhadad

NIM. 201204047

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES PEMKAB JOMBANG

PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN
Artritis Rheumathoid

A. Pengertian
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik,
progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar
Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling
sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40
hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan
perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada
tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta
pergelangan tangan.  (Muttaqin, 2006)
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron,
yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara
harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis
adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
B. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti
walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.
penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan
faktor genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan
genetik bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang
berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995),
keturunan (Price, 1995; Noer S, 1996), dan lingkungan (Noer S,
1996).
7Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat
dipastikan, tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor
lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999). Namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen –
antibodi), factor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008).
C. Pathway
Reaksi Faktor R dengan antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan
kecenderungan fisik
Nyeri Reaksi peradangan

informasi tntg proses penyakit Sinovial Menebal

Panus Nodul Deformitas sendi Gg body image

kurangnya pengetahuan Infiltrasi ke dlm os. subcondria

Hambatan nutrisi pd kartilago artikularis


Kerusakan kartilago & tulang
Kartilago nekrosis
Tendon & ligamen melemah
Erosi kartilago
Mudah luksasi
& subluksasi
Hilangnya kekuatan otot Adhesi pd permukaan sendi

Resiko cidera Ankilosis fibrosa ankilosis tulang

Kekuatan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Gg mobilitas fisik Defisit self care


D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti
edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan
tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas
maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa
atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

E. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki,
sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris.
Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis
reumatoid mono-artikular. (Chairuddin, 2003).
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan
pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-
kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang
dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu
interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak
mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak
(symmetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang
atau permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam
observasi seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor
rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan
hasil positif kurang dari 5% kelompok control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada
pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan
tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi
tulang  yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan
dengan sendi.

Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-


kurangnya terpenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4
harus terdapat minimal selama 6 minggu. (Mansjoer, 2001).

F. Tanda Dan Gejala

1. Tanda dan gejala setempat


a) Sakit persendian disertai kaku dan gerakan terbatas
b) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c) Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan
tangan, siku, rahang dan bahu
2. Tanda dan gejala sistemik
a) Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia
(Mansjoer, 2001)
G. Komplikasi
1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah
perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama
pada artitis reumatoid.
2. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler)
dapat menyebabkan trombosis dan infark.
3. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup
jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan
jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus
yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
4. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari , depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi
penyakit. (Corwin, 2009).
5. Osteoporosis
6. Nekrosis sendi panggul.
7. Deformitaas sendi.
8. Kontraktur jaringan lunak.
9. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboraturium terdapat:
1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien
artritis reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai
pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis
infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan
sarkoidosis.
2. Protein C-reaktif biasanya positif.
3. LED meningkat.
4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkaT
Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi
sakroiliaka jugasering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan
jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian
terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi. (Mansjoer, 2001).

I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan
meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat
membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap
menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek
analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih
efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang
terdapat dalam minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu
untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk menurunkan
kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.Hindari makanan yang
banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol,
ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena
dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA,
2013).
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi
peradangan pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis
rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin
dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan
setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2
½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75%
dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah
mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan
arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join
replacement untuk mengganti sendi.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang
memburuk dengan stress pada sendi; kekakuan sendi pada pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan.
Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala        : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat
intermitten, sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal.
c. Integritas Ego
Gejala        : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial.
Keputusasaan dan ketidak berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain, dan
perubahan bentuk anggota tubuh.
d. Makanan/Cairan
Gejala        : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makan/cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda        : Penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.
e. Hiegiene
Gejala        : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.

f. Neurosensori
Gejala        : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda        : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala        : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai
pembengkakan jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari).
h. Keamanan
Gejala        : Kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membran
mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala        : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran, isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
(Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan
kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan
mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak
atau depresi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan pada klien artritis reumatoid di bawah ini,
disusun berdasarkan diagnosis keperawatan , tindakan keperawatan, dan
rasionalasis ( Doenges, 2000).
a. Diagnosis keperawatan       : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi
sendi.
Tujuan                                 : Nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil                      :
-          klien melaporkan penurunan nyeri.
-          menunjukkan perilaku yang lebih relaks.
-          memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari
dengan peningkatan keberhasilan.
-          Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta Membantu dalam menentukan
catat lokasi dan intensitas, faktor - faktor kebutuhan manajemen nyeri
yang mempercepat, dan respons rasa dan efektivitas program.
sakit nonverbal.
2. Biarkan klien mengambil posisi yang Pada penyakit yang berat/
nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. eksaserbasi, tirah baring
Tingkatkan istirahat di tempat tidur mungkin diperlukan untuk
sesuai indikasi. membatasi nyeri/cedera.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah Mencegah terjadinya kelelahan
5 posisi. Bantu klien untuk bergerak di umum dan kekakuan sendi.
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di Menstabilkan sendi,
atas dan di bawah, serta hindari gerakan mengurangi gerakan/rasa sakit
yang menyentak. pada sendi.
4. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Meningkatkan relaksasi otot
6 Sediakan waslap hangat untuk kompres dan mobilitas, menurunkan rasa
sendi yang sakit. Pantau suhu air sakit, dan menghilangkan
kompres, air mandi, dan sebagainya. kekakuan pada pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
5. Berikan masase yang lembut. Meningkatkan relaksasi/
7 mengurangi tegangan otot.

b. Diagnosa Keperawatan      : Gangguan mobilitas fisik berhubungan


dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi
terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
Tujuan                                 : Klien mampu melaksanakan aktivitas
fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil                      :
-          Klien dapat ikut serta dalam program latihan.
-          Tidak terjadi kontraktur sendi.
-          Bertambahnya kekukatan otot.
-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas,
mempertahankan koordinasi mobilitas sesuai tingkat optimal.

No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Evaluasi/ lanjutan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada tergantung dari perkembangan
sendi. resolusi proses inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat sistemik dianjurkan
duduk jika diperlukan. Buat jadwal selama eksaserbasi akut dan
aktivitas yang sesuai dengan seluruh fase penyakit yang penting,
toleransi untuk memberikan untuk mencegah kelelahan, dan
periode istirahat yang terus- mempertahankan kekuatan.
menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu.
3. Bantu klien latihan rentang gerak Mempertahankan/ meningkatkan
pasif/ aktif, demikian juga latihan fungsi sendi, kekuatan otot, dan
resistif dan isometrik jika stamina umum. Latihan yang tidak
memungkinkan. adekuat dapat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam Menghilangkan tekanan pada
dengan bantuan personel yang jaringan dan meningkatkan
cukup. Demonstrasikan/ bantu sirkulasi. Mempermudah
teknik pemindahan dan perawatan diri dan kemandirian
penggunaan bantuan mobilitas. klien. Teknik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan Meningkatkan stabilitas jaringan
bantal, kantung pasir, gulung (mengurangi risiko cedera) dan
trokanter, bebat, dan brace. mempertahankan posisi sendi yang
diperlukandan dan kesejajaran
tubuh serta dapat mengurangi
kontraktur.

c. Diagnosa Keperawatan      : Gangguan citra tubuh / perubahan


penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas.
Tujuan                                 : Klien mampu mengimplementasikan pola
koping yang baru dan mengungkapkan serta menunjukkan terhadap
penampilan.
Kriteria Hasil                      :
-          Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
-          Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
-          Klien menerima perunbahan citra tubuh.
-          Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
Dorong klien mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk
perasaannya mengenai proses mengidentifikasi rasa
penyakit dan harapan masa depan. takut/kesalahan konsep dan mampu
menghadapi masalah secara
langsung.

2. Diskusikan arti dari kehilangan/ Mengidentifikasi bagaimana


perubahan pada klien/ orang penyakit memengaruhi persepsi diri
terdekat. Pastikan bagaimana dan interaksi dengan orang lain
pendangan pribadi klien dalam akan menentukan kebutuhan
berfungsi dalam gaya hidup terhadap intervensi/konseling lebih
sehari-hari, termasuk aspek-aspek lanjut.
seksual.
3. Diskusikan persepsi klien Isyarat verbal/nonverbal orang
menganai bagaimana orang terdekat dapat memengaruhi
terdekat menerima keterbatasan bagaimana klien memandang
klien. dirinya sendiri.
4. Akui dan terima perasaan berduka, Nyeri konstan akan melelahkan,
bermusuhan, serta ketergantungan. perasaan marah, dan bermusuhan
umum terjadi.
5. Observasi perilaku klien terhadap Dapat menunjukkan emosional atau
kemungkinan menarik diri, metode koping maladaftif,
menyangkal atau terlalu membutuhkan intervensi lebih
memperhatikan perubahan tubuh. lanjut/dukungan psikologis.

d. Diagnosa Keperawatan    : Defisit perawatan diri berhubungan dengan


kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat
bergerak atau depresi.
Tujuan                              : Klien dapat melakukan perawatan diri sesuai
kemampuannya.
Kriteria Hasil                    :
-          Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.
-          Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
-          Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
No INTERVENSI RASIONAL
.
1. Mandiri
Diskusikan dengan klien tingkat Klien mungkin dapat melanjutkan
fungsional umum sebelum aktivitas umum dengan
timbulnya/eksaserbasi penyakit melakukan adaptasi yang
dan resiko perubahan yang diperlukan pada keterbatasan saat
diantisipasi. ini.
2. Pertahankan mobilitas, control Mendukung kemandirian
terhadap nyeri, dan program fisik/emosional klien.
latihan.
3. Kaji hambatan klien dalam Menyiapkan klien untuk
partisipasi perawatan diri. meningkatkan kemandirian, yang
Identifikasi/buat rencana untuk akan meningkatkan harga diri.
modifikasi lingkungan.
4. Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi Berguna dalam menentukan alat
okupasi. bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual, missal memasang
kancing, menggunakan alat bantu,
emmakai sepatu, atau
menggantungkan pgangan untuk
mandi pancuran.
5. Mengatur evaluasi kesehatan di Mengidentifikasi masalah-masalah
rumah sebelum dan setelah yang mungkin dihadapi karena
pemulangan. tingkat ketidakmampuan actual.
Memberikan lebih banyak
keberhasilan usaha tim dengan
orang lan yang ikut serta dalam
perawatan, missal tim terapi
okupasi.

e. Diagnosa Keperawatan    : Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar


mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
Tujuan                              : Klien mampu memahami/menjelaskan
mengenai penyakit, prognosis dan perawatannya.
Kriteria Hasil                    :
-          Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
-          Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk
modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.
No INTERVENSI RASIONAL
.
1. Mandiri
Tinjau proses penyakit, prognosis, Memberikan pengetahuan di mana
dan harapan masa depan. klien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi yang
disampaikan.
2. Diskusikan kebiasaan klien dalam Tujuan control penyakit adalh
penatalaksanaan proses sakit untuk menekan inflamasi
melalui diet, obat-obatan, serta sendi/jaringan lain guna
program diet seimbang, latihan, mempertahankan fungsi sendi dan
dan istirahat. mencegah deformitas.
3. Bantu klien dalam merencanakan Memberikan striuktur dan
jadwal aktivitas yang realistis, megurangi ansietas pada waktu
periode istirahat, perawatan diri, menangani proses penyakit kronis
pemberian obat-obatan, terapi yang kompleks.
fisik, dan menajemen stress.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan Keuntungan dari terapi obat-
manajemen farmakoteraupeutik. obatan tergantung ketepatan dosis.

Daftar Pustaka

Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165


Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999
Codenurman.blogspot.com)/2013/01/norman
Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008

Anda mungkin juga menyukai