Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan penyakit maag

merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering kita dengar dalam

kehidupan sehari-hari. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau

perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronis. Gejala

gastritis antara lain adalah rasa terbakar diperut bagian atas, kembung, sering

bersendawa, mual-mual dan muntah (Islami, 2016).

Gastritis merupakan inflamasi dari lapisan mukosa dan submukosa

gaster atau lambung, keluhan lainnya adalah mual, muntah, kembung, rasa

penuh atau terbakar di perut bagian atas (Andri dkk, 2011). Gastritis adalah

suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh

faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat

makan, makan terlalu banyak, suka mengonsumsi makanan yang berbumbu

merangsang, asam, dan pedas (Suparyanto, 2012).

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap

beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian

diseluruh dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada

35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8 - 2,1 juta

dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara

sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevelensi gastritris


yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di barat berkisar 4,1% dan

bersifat asimptomatik (Lin et al, 2013).

Presentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO

tahun 2009 adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di

Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa

penduduk. Menurut Maulidiyah (2006), di kota Surabaya angka kejadian

gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian

infeksi cukup tinggi yaitu sebesar 91,6%.

Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah

penderita gastritis terbanyak setelah Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu 430

juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari

jumlah penduduk setiap tahunnya. (Kemenkes RI, 2008). Menurut Departemen

Kesehatan RI angka kejadian gastritis di Indonesia tinggi mencapai 91,6% yaitu

di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti di Surabaya 31,2%,

Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,7%.

Beberapa hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat.

Penatalaksanaan penyakit gastritis dapat dilakukan secara farmakologis dan

non farmakologis yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan

kualitas hidup pasien gastritis agar dapat hidup normal tanpa hambatan aktivitas

sehari-hari. Secara farmakologis biasanya dilakukan pengobatan jangka panjang

dan pengobatan cepat atau quick relief sebagai pereda gejala yang

dikombinasikan sesuai kebutuhan (Melastuti, 2015).


Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi

dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu

lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan

dan kesejahteraan lebih tinggi (Purwanto, 2006). Relaksasi Benson yaitu suatu

tehnik pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur) atau

kecemasan. Cara pengobatan ini merupakan bagian pengobatan spiritual. Pada

tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan mentor,

bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini merupakan upaya untuk memusatkan

perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan

menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Tehnik pengobatan ini dapat

dilakukan setengah jam dua kali sehari.

Solehati (2015) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam

adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik

stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan

kecemasan serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic.

B. Tujuan Studi Kasus

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Gastritis

b. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami konsep dasar teoritis gastritis.

b. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gastritis.


c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan gastritis.

d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gastritis.

e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan teknik terapi

benson terhadap insensitas nyeri pada klien dengan gastritis.

f. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan

gastritis.

g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORIRITIS
A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Gastritis adalah suatu inflamasi mukosa lambung yang bersifat akut atau

kronis. Gastritis akut, penyakit lambung yang paling umum, menyebabkan

kemerahan pada mukosa, edema, hemoragik dan erosi. Gastritis kronis bisa

terjadi pada lansia dan pasien yang menderita anemia pernisiosa

(Stockslager, 2008).

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang besifat

akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh

diperut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun,

2010 dalam Ardiyansyah, 2012).

Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung,

yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri

atau bahan iritan lain (Sarif, 2012). Gastritis merupakan gangguan sistem

pencernaan yang dikarenakan kadar asam lambung meningkat. Penyakit ini

biasanya disebabkan pola makan yang kurang teratur (Sarwadi, 2014).

Gastritis adalah inflamasi pada mukosa lambung yang diakibatkan oleh pola

makan yang tidak teratur dan disebabkan oleh bakteri.


2. Anatomi dan Fisiologi

Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan

osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan

pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

Secara anatomis lambung terdiri dari:

a. Fundus Fentrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri

osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

b. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian

bawah kurvantura minor.

c. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot

yang tebal membentuk spinter pilorus.

d. Kurvatura Minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari

osteum lkardiak sampai ke pilorus.


e. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari pada kurvantura minor terbentang

dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus fentrikuli menuju ke

kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang

dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.

f. Osteum Kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian

abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik

(Setiadi, 2014).

Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limfa

menempel pada sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung dilindungi

oleh sfingter yang mengatur pemasukan dan pengeluaran. Sfingter

kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk

kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki

esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia

dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum

berelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika

berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus

halus ke dalam lambung. Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang

penting karena dapat mengalami stenosis (penyempitan pilorus yang

menyumbat) sebagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Stenosis

pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat otot disekelilingnya

mengalami hipertropi atau spasme sehingga sfingter gagal berelaksasi

untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum.


Lambung terdiri atas empat bagian yaitu:

1) Tunika serosa atau lapisan luar

Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan

peritonium viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung

dan duodenum dan terus memanjang kearah hati, membentuk

omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari satu

organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum.

Omentum minor terdiri atas ligamentum hepatogastrikum dan

hepatoduodenalis, menyokong lambung sepanjang kurvatura

minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor, peritonium terus

ke bawah membentuk omentum mayus, yang menutupi usus

halus dari depan seperti apron besar. Sakus omentum minus

adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan

(pseudokista pankreatikum) akibat komplikasi pankreatitis

akut.

2) Lapisan berotot (Muskularis)

Tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu:

a. Lapisan longitudinal, yang paling luar terbentang dari

esofagus ke bawah dan terutama melewati kurvatura

minor dan mayor.


b. Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan

yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk

otot sfingter dan berada dibawah lapisan pertama.

c. Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan

lanjutan lapisan otot sirkuler esofagus dan paling tebal

pada daerah fundus dan terbentang sampai pilorus.

d. Lapisan submukosa Terdiri dari jaringan areolar jarang

yang menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan

muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak

bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini mengandung

pleksus saraf dan saluran limfe.

e. Lapisan mukosa Lapisan dalam lambung tersusun dari

lipatan-lipatan longitudinal yang disebut rugae.

Fisiologi

Saluran gastrointestinal (GI) merupakan serangkaian organ muskular

berongga yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir). Tujuan kerja

organ ini adalah mengabsorbsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk

diabsorbsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, serta menyediakan tempat

penyimpanan feses sementara. Saluran GI mengabsorbsi dalam jumlah besar

sehingga fungsi utama sistem GI adalah membuat keseimbangan cairan, selain

menelan cairan dan makanan, saluran GI juga menerima banyak sekresi dari

organ-organ, seperti kandung empedu dan pankreas. Setiap kondisi yang serius
mengganggu absorbsi atau sekresi normal cairan GI, dapat menyebabkan

ketidakseimbangan cairan.

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai

berikut:

a. Mulut

Mulut (Oris) merupakan organ yang pertama kali dari saluran

pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu

perbatasan antara mulut dengan faring.

b. Gigi

Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari tulang

maksiladan mandubula. Gigi mempunyai satu akar sedangkan

geraham mempunyai 2-3 akar. Akar gigi ditutupi oleh semen yang

merupakan bagian tebesar dari gigi yang dilapisi oleh email.

Menguyah makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil

yang dapat ditelan tampa menimbulkan tersedak. Proses ini

merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada

waktu lincinkan, dan membasahi makanan yang kering dengan saliva

serta mengaduk makanan sampai rata.

c. Lidah

Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat

lintang kasa dilengkapi dengang mukosa. Lidah berperan dalam

proses mekanisme pencernaan di mulut dengan mengerakan makanan

kesegala arah.
d. Faring

Faring terbentang lurus antara basis kranii setinggi vertebrae

servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring

terbentuk dari jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut kerongkongan

panjangya (kira –kira 12 cm).

e. Esofagus

Esofagus (kerongkongan) merupakan saluran pencernaan setelah

mulut dan faring. Panjangnya kira –kira 25 cm, Posisi vertikel dimulai

dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah rongga

dada di belakang trakea. Esophagus merupakan struktur organ

pencernaan setelah mulut yang memiliki fungsi.

f. Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling

banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas

fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,

terletak di bawah diafragmadi depan pankreas dan limpa, menempel di

sebelah kiri fundus uteri.

Fisiologi lambung
1) Fungsi penampungan makanan yang masuk melalui esophagus,

menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan dengan

gerakan peristaltic lambung dan getah lambung.

2) Membantu proses pembentukan eritosit: lambung menghasilkan

zat faktor intrinsic bersama dengan faktor ekstrinsik dari

makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik yang berguna

untuk pertukaran eritrosit yang disempan dalam hati.

g. Usus Halus

Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan

yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya

kira-kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling panjang

dari tempat proses pencernaan dan absorsip pencernaan. bentuk dan

susunannya berupa lipatan melingkar.

Fisiologi usus halus

Fungsi usus halus:

1) Menyekresikan cairan usus: untuk menyempurnakan

pengolahan zat makanan di usus halus.

2) Menerima cairan empedu dan pangreas melalui duktus

kholedukus dan duktus pankreatikus.


3) Mencerna makanan: Getah usus dan pangkreas mengandung

enzim pengubah protein menjadi asam amino, karbohidrat

menjadi glukosa, lemak menjadi asam lemak gliserol.

4) Mengabsobsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk

asam amino, karbohidrat dalam bentuk monoksida. Makanan

tersebut dikumpulkan dalam vena-vena halus lalu

dikumpulkan dalam vena besar bermuara ke dalam vena porta

langsung.

h. Usus Besar

Usus besar merupakan saluran pencernaan merupakan usus

berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira

1,5 -1,7 meter dan penampangan 5-5 cm. Lanjutan usus halus yang

tersusun seperti huruf U terbalik mengililinggi usus halus terbentang

dari valvula ilosekalis sampai ke anus.

Fisiologi usus besar

1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa

membentuk massa yang lembek yang disebut feses.

2) Menyimpan bahan feses.

3) Tempat tinggal bakteri koli.

i. Rektum

Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan berakir

di anus. Organ ini berfungsi sebagai penyimpanan sementara fases.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih
tinggi yaitu pada kolon sehingga pada kolon penuh maka dari itu

terjadinya BAB.

c. Etiologi

Penyebab terjadinya gastritis menurut Ardiansyah (2012), antara lain:

a. Konsumsi obat-obatan kimia digitalus (asetaminofen/aspirin, steroid

kortikosteroid). Aseteminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan

iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (non steroid anti inflamasi drugs)

dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin, sehingga sekresi

HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat

asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung.

b. Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.

c. Terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat

menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta

perdarahan

d. Kondisi stres atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi dan

kerusakan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.

e. Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacteri pylori, Eschericia coli,

salmonella dan lain-lain.


f. Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, dicurigai turut

mempengaruhi penularan kuman dikomunitas, karena antibiotik tersebut

mampu mengeradikasi infeksi Helicobacteri pylori, walaupun persentasi

keberhasilannya sangat rendah.

a. Jamur dari sepsis Candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan

Mukosaceace dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien

immunocompromezed. Pada pasien yang sistem imunnya baik, biasanya

tidak dapat terinfeksi oleh jamur, sama dengan jamur, mukosa lambung

bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit.

d. Klasifikasi

Klasifikasi gastritis menurut Smeltzer dan Brenda (2015) terdiri dari 2,

yaitu:

1) Grastitis akut

Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung sering akibat

diet yang semberono. Individu ini terlalu banyak makan terlalu cepat,

makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dari gastritis akut

mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Bentuk

terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asama atau alkali

kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.

Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi

pylorus. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik

akut.
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik

(kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi

superfisial. Bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang

mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi

superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragik. Pasien dapat

mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual dan anoreksia,

sering disertai dengan muntah dan cegukan. Mukosa lambung mampu

memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang

hemoragik memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak

dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare.

Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan

mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.

2) Gastritis Kornis

Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan

oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau bekteri Helicobacter

pylory (H. pylory).

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Tipe A (Gastritis autoimun), diakibatkan dari perubahan sel parietal,

yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan

dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada

fundus atau korpus dari lambung.

b) Tipe B (Gastritis H. pylory), mempengaruhi antrum dan pylorus

(ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan


bakteri H. pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas,

penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus

kedalam lambung. Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik

kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B

terdapat keluhan anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati

setelah makan, kembung, rasa asam di mulut atau mual dan muntah.

e. Manifestasi
Manifestasi klinis dari gangguan ini cukup bervariasi mulai dari keluhan

ringan hingga muncul perdarahan pada saluran cerna bagian atas. Pada

beberapa pasien, gangguan ini tidak menimbulkan gejala yang khas.

Menurut sarif & ardiansyah (2012) tanda dan gejala gastritis secara

umum antara lain:

1) Hilangnya nafsu makan

2) Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah

3) Perih rasa sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat

menjadi lebih baikatau buruk ketika makan.

4) Kehilangan berat badan

5) Mual dan muntah

6) Pendarahan saluran cerna

7) Anemia ( tanda lebuh lanjut)

f. Patofisiologi
Lambung memproses dan menyimpan makanan secara bertahap

melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam

esofagus dan lambung (esophangeal sphincter) akan membuka dan

membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk ke lambung

cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat.

Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai

menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjer-kelenjer

yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan

lambung (termasuk enzimenzim dan asam lambung) untuk lebih

menghancurkan makanan tersebut.

Suatu komponen cairan lambung adalah asam ini sangat korosif sehingga

paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh

mukosa-mukosa bikarbonat (sebuah lapisan penyangga yang mengelurkan

ion bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam

lambung) sehingga tehindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari

lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak

merusak dinding lambung.

Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah lambung yang

terkena paparan baik oleh bakteri, obat-obatan anti nyeri yang berlebihan,

infeksi bakteri atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel-epitel sawar

pada lambung. Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel

sawar yang dihancurkan tadi maka akan terjadi penghancuran sel mukosa.

Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak
berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa di control sehingga terjadi

peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ketika mengenai di dinding

lambung yang inflamasi tersebut, masalah keperawatan yang muncul adalah

nyeri akut.

Dalam penghancuran sel mukosa tadi oleh asam maka mengakibatkan

peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap

protein meningkat, kemudian plasma bocor ke intestinum terjadi edema dan

akhirnya plasma bocor ke dalam lambung sehingga terjadi perdarahan

(hematemesis dan melena).

Ketika terjadi peningkatan hidroklorida akan merangsang kolinergik

sehingga potilitas (sekresi) pepsinogen meningkat, yang kemudian akan

diubah menjadi pepsin dan berakibat akan menurunkan fungsi sawar,

kemudian terjadi hancurnya vena-vena kecil dan kapiler kemudian terjadi

perdarahan. Masalah keperawatan yang muncul seperti perfusi jaringan tidak

efektif, keseimbangan nutrisi terkait pasien merasa perih lambung sehingga

merasa tidak nafsu untuk makan, kemudian bila diserta output cairan yang

berlebihan akan muncul resiko kekurangan volume cairan ataupun bahkan

bisa muncul masalah kekurangan volume cairan.


g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik gastritis menurut Sarif (2012) terdiri dari:

1) Pemeriksaaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H. pylori dalam

darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak

dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak

menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan

lambung akibat gastritis.

2) Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori atau tidak. Tes hasil yang

positif mengidentifikasikan terjadi infeksi. Dengan hasil pemerikasaan

seperti berikut warna feses merah kehitam-hitaman, bau sedikit amis,

konsistensinya lembek tetapi ada juga keras terdapat lendir. Pemeriksaan

juga dilakukan terdapat adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan

adanya perdarahan pada lambung.

3) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna

bagian atas yang memungkinkan tidak terlihat oleh sinar X. Tes ini

dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel

(endoskopi) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan

bagian usus kecil. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat

mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari

jaringan tersebut. Kemudian sampel tersebut akan dibawa kelaboratorium


untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20-30 menit. Pasien

biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai tes ini, tetapi harus

menunnggu sampai efek dari anastesinya menghilang, karena kurang lebih

satu atau dua jam hampir tidak ada resiko akibat test ini, komplikasi yang

sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan

endoskopi.

4) Rongen Saluran Cerna

Test ini melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan

lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan barium terlebih

dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna

dan akan terlihat lebih jelas ketika di rotgen

5) Pemeriksaan serum vitamin b12 yang bertujuan untuk mengetahui adanya

defisiensi vitamin b12.

6) Analisa gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL

lambung.

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Ardiansyah (2012), yaitu:

1) Farmakologi

a) Pemasangan infus untuk mempertahankan cairan tubuh.

b) Pemberian antasida untuk mengatasi perasaan begah dan tidak enak di

abdomen serta untuk menetralisir asam lambung.


c) Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidin) mampu

menurunkan sekresi asam lambung.

d) Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh Helicobacter

pylori.

2) Non farmakologi

a) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien yakni diet makan lunak

yang diberikan dalam porsi sedikit tapi sering.

b) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan merokok.

c) Olah raga secara rutin.

d) Kendalikan stress.

i. Komplikasi

Komplikasi dari gastritis menurut Ardiyansyah (2012), terdiri dari:

1) Gastritis Akut

Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah perdarahan

saluran cerna bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena,

yang berakhir dengan syok hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering

juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi perforasi.

2) Gastritis kronis

Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah

gangguan penyerapan vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin

B12 ini, menyebabkan timbulnya anemia pernesiosa, gangguan

penyerapan zat besi dan penyempitan darah pylorus (pelepasan dari


lambung ke usus dua belas jari). Jika dibiarkan tidak terawat gastritis

akan dapat mengakibatkan peptik ulcer dan perdarahan pada lambung.

Beberapa bentuk gastritis kronis dapat mengakibatkan resiko kanker

lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada

dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding lambung.

Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula

pada sel-sel kelenjer dalam mukosa. Kanker lain yang terkait dengan

infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mukosa associated lympoihoid

tissue), Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada

jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat

disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan komputeratik untuk mengumpulkan data

dan menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien terserbut

berhasil atau tidaknya suatu asuhan keperawatan sangat tergantung dari data atau

hasil pengkajian.

Adapun data yang dikumpulkan pada klien dengan gastritis adalah:

a) Biodata klien dan Penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk

rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur,

pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.

1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan paling berat oleh pasien.

2) Riwayat penyakit sekarang

Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana kejadiannya

dan apa saja upaya untuk mengatasi penyakitnya.

3) Riwayat penyakit dahulu

Bagaimana kesehatan klien sebelumnya, apakah pernah mengalami

penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan jika ada.

4) Riwayat penyakit keluarga

Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara anggota

keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama.

5) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

Dalam pengkajian kebiasaan sehari-hari/kebutuhan dasar, penulis

menggunakan konsep dasar menurut Virginia Handerson yaitu:

1) Pola Respirasi

Pada pola pernafasan yang perlu diperhatikan adalah frekwensi,

pernafasan, gerak dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah anak

merasa sesak, pada anak dengan gastritis mengalami gangguan pada

sistem pencernaan.

2) Pola Nutrisi

Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah nafsu makan, Diet khusus,

supplement yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, jumlah cairan

dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah dan
kesulitan menelan. Pada gastritis mengalami gangguan atau perubahan

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, anak mengalami penurunan nafsu

makan sehingga mengalami penurunan berat badan.

3) Pola Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan

defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia,

kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria, nokturia, urgensi, hematuria,

retensi dan inkontinenisia.

4) Pola Aktivitas

Pada aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk

mengurangi sesak, anak dengan peyakit pneumonia akan mengalami

gangguan gerak atau aktifitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan

atau akibat dari sesak, apabila anak melakukan gerakan yang berlebihan

pada saat sakit atau dalam keadaan lemah maka anak akan mengalami

sesak.

5) Kebutuhan istirahat tidur

Pengkajian pada kebutuhan tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah

jam tidur pada malam hari, pagi dan siang, merasa tenang setelah tidur,

masalah selama tidur. Pada anak dengan gastritis biasanya mengalami

masalah dalam istirahat tidurnya karena sakit pada ulu hati.


6) Mempertahankan temperature tubuhnya

Pada anak dengan gastritis mengalami gangguan dalam pengaturan

suhu tubuh, anak biasanya mengalami hipertermia.

7) Kebutuhan personal hygiene

Pada anak dengan gastritis kemungkinan kebutuhan personal

hygienenya tidak terpenuhi, tergantung ibu dan keluarga dalam menjaga

personal hygenenya.

8) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Pada anak dengan gastritis biasanya akan ditemukan gangguan rasa

aman dan nyaman, karena rasa nyeri akan timbul jika anak melakukan

aktivitas, dalam kebutuhan rasa aman ini perlu ditanyakan apakah anak

tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Anak biasanya

rewel dan gelisah. Anak akan merasa nyaman didekat ibunya.

9) Berkomunikasi dengan orang lain

Bagaimana hubungan anak dengan keluarga serta bagaimana anak

berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

10) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada pengumpulan data ini, hal yang perlu diperhatikan adalah

halhal apa saja yang membuat anak merasa tenang dan senang,

biasanya tidak dapat terpenuhi karena anak harus istirahat yang cukup.
11) Kebutuhan Berpakaian

Tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan

berpakaian, pada anak dengan gastritis kebutuhan berpakaian biasa

dilakukan oleh ibu atau keluarga.

12) Kebutuhan Belajar

Kebutuhan anak dalam memperoleh ilmu pengetahuan

13) Kebutuhan spiritual

Kepercayaan dan keyakinan dalam beragama.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam

lambung bikarbonat yang naik turun.

b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan

muntah.

c.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kurangnya intake makanan.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

e.Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi.

f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman


BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama/initial : Ny. I

Umur : 42 Th

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan :IRT

Pendidikan : SLTA
: Koto Baru
Alamat

Penanggung Jawab

Nama : Tn. T

Umur : 18 th

Hub. Keluarga : Anak

Pekerjaan : SMA
II. ALASAN MASUK

Klien masuk ke puskesmas pada tanggal 6 Juli 2018 dengan keluhan nyeri ulu

hati dan klien mengatakan setiap pagi setelah bangun tidur sering merasa sakit pada

perut sebelah kiri seperti diremas juga terasa panas klien juga tampak gelisah.

III. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan datang dan diantar keluarga ke BP, klien mengatakan


nyeri dihulu hati, mual dan muntah

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya. Klien tidak pernah

punya riwayat penyakit menular.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit

keturunan seperti penyakit DM dan Hipertensi. Serta penyakit menular seperti

hepatitis dan TBC

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : CM
BB/TB : 52 kg / 155 cm
TD : 120/90 mmHG
N : 80 x/i
S : 36,5
RR : 20
1. Kepala
• Rambut : Rambut terlihat bersih dan tidak beruban

• Mata : simetris kiri dan kanan kunjung tiva tidak anemis,


skelera tidak ictris

• Telinga : Daun telinga simetris, pendengaran baik

• Hidung : tidak ada secret

• Mulut dan gigi : Mukosa bibir kering

2. Leher

Tidak ada pembesaran CVP kelenjer tyroid


3. Thorak

Paru-paru

I : simetris kiri dan kanan

P : vocal Premitus kiri dan kanan

P : bunyinya sonor

A : suara nafas vesikuler

Jantung

I : ictus cordius tidak terlihat

P :ictus cordius teraba

P :ditemukan batas-batas jantung


: BJ 1 dan 2 teratur, tidak ada bunyi
A tambahan
4. Abdomen

I : Simetris kiri dan kananwarna kulit sawo matang


A : bising usus (+) 15x menit
P : tympani
P : Perut terasa nyeri saat ditekan, skala nyeri 5 ( nyeri sedang )
5. Punggung

Bentuk panggul android, tidak ada keluhan nyeri panggul.


6. Ekstremitas

Atas : ekstremitas tidak ada masalah pergerakan normal

Bawah : Tidak ada kelainan

7. Genitalia

Genetalia bersih dan tidak terpasang keteter.


8. Integumen

Kulit berwarna sawo matang, tugor kulit elastis

9. Nervus

1. Nervus olfaktorius : Klien mampu melakukan persepsi penciuman

2. Nervus optikus : Klien mampu melakukan dalam penglihatan

3. Nervus okolumotrus : Klien mampu untuk melakukan pergerakan bola


mata

4. Nervus troliereal : Klien mampu untuk melakukan pergerakan bola


Ke atas ke bawah

5. Nervus trigeminus : Klien mampu untuk melakukan mengunyah

6. Nervus abdusens : Klien mampu untuk melakukan memutar mata


kearah luar dan dalam
V.DATA BIOLOGIS

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT


1. Makanan dan
Minuman/Nutrisi Makan
 Menu 1 porsi 1/4 porsi (cair)
 Porsi Suka asam dan
makanan
 Makanan Kesukaan pedas Jangan makan
 Pantangan Tidak ada pedas-pedas
 Cemilan Tidak ada. dan asam-
 Jumlah 5 gelas asam
Minuman -3 gelas
 Minuman Kesukaan
fanta, sprit
2.
Eliminasi BAB
2 x sehari 1 x sehari
• Frekuensi
Kuning Kuning
• Warna
Khas Khas
• Bau
Lembek Cair
• Konsistensi
• Kesulitan

BAK 5 x sehari 3 x sehari


 Frekuensi Kuning jernih Kuning jernih
Khas Khas
 Warna
Cair Cair
 Bau
 Konsistensi
 Kesulitan 09.00 WIB 5 Jam
3.
Istirahat dan Tidur 8 Jam
 Waktu Tidur
 Lama Tidur
 Hal Yang Tidak ada Tidak ada
Mempermudah Tidur
4.  Kesulitan Tidur 2 x sehari 1 x sehari
Personal Hygiene 1 x sehari 1 x seminggu
 Mandi 2 x sehari 1 x sehari
 cuci rambut 2 x seminggu 1 x seminggu
 Gosok gigi
5.  Potong kuku
Rekresi
 Hobby
 Minat khusus
 Penggunaan waktu
6. senggang
Ketergantungan Tidak Ada
 Merokok -
 Minuman Tidak Ada -
 Obat-obatan -

VI. RIWAYAT ALERGI

Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-oabatan.

VII. DATA PSIKOLOGIS

1. Perilaku non verbal

Klien mampu berperilaku secara non verbal.

2. Perilaku verbal

 Cara menjawab : klien menjawab dengan kooperatif

 Cara memberi informasi : klien memberikan informasi yang jelas.

3. Emosi

Klien emosinya stabil.

4. Persepsi penyakit

Klien Tidak mengerti tentang penyakitnya.

5. Konsep diri

Klien mengerti dan memahami tentang apa yang terjadi pada dirinya.

6. Adaptasi

Klien mampu beradaptasi di lingkungannya.

7. Mekanisme pertahanan diri

Baik.
VIII. DATA SOSIAL EKONOMI

1. Pola komunikasi

Klien mampu berkomunikasi secara verbal.

2. Orang yang dapat memberi rasa nyaman Suami klien.

3. Orang yang paling berharga bagi pasien Keluarga klien

4. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat Baik

IX. DATA SPIRITUAL

1. Keyakinan : klien beragama Islam

2. Ketaatan beribadah : Klien taat beribadah

3. Keyakinan terhadap penyembuhan Klien percaya dan yakin bahwa dia


bisa sembuh.

X. DATA PENUNJANG

a. Diagnosa medis : Gastritis


b. Pemeriksaan diagnostik : tidak ada
XI. DATA PENGOBATAN

Ranitidin 150 mg 3x1 tablet, Antasida 500 mg 3x1 tablet (kunyah), Lansoprazol

30 mg 2x1 tablet

XII. DATA FOKUS


A. Data Subjektif
- Klien mengatakan nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk dan nyeri hilang
timbul
- Klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas
- Klien mengatakan daerah ulu hati terasa panas
- Klien mengatakan nyeri saat ditekan
- Klien mengatakan sering merasa mual dan muntah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
B. Data Objektif

- Klien tampak meringis, sambil memegang perutnya


- Klien tampak lemas
- Klien tampak bingung dengan penyakit nya

- Klien terlihat kurang paham akan penyakitnya sekarang

-Sakla nyeri (5) sedang

Analisa Data Fokus


N DATA MASALAH ETIOLOGI
O
1 Data Subjectif Nyeri akut Mukosa lambung teriritasi
• Klien mengeluh nyeri di
ulu hati.
• Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul.
• Klien mengatakan
nyeri saat ditekan

Data Objectif
• Klien tampak meringis,
sambil memegang
perutnya
• Klien tampak lemas
• Skala nyeri 5 ( lima)
sedang
TD : 120/80 S : 36,5
N : 90 x/i
2 Data Subjectif : Gangguan Intake yang tidak ade kuat.
• Klien mengatakan tidak pemenuhan
nafsu makan kebutuhan
• Pasien mengatakan sulit nutrisi
untuk menghabiskan
makanan yang diberikan
Data objectif :
• Klien tampak lemas
• Makanan klien habis
Cuma
½ porsi
• Klien mengatakan
sering
3 • merasa mual dan
muntah Kurangnya Informasi tentang
penyakitnya
Data Subjectif Kurang
• Klien mengatakan Pengetahuan
cemas terhadap penyakit yang
sedang di deritanya
• Klien mengatakan tidak
paham dengan
penyakitnya
Data objectif
• Klien sering bertanya
akan penyakitnya  Klien
tampak cemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan masukan nutrisi yang

tidak adekuat.

3. Kurangnya Pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai