Anda di halaman 1dari 33

MALAKAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN : ILEUS OBSTRUKTIF

Disusun oleh kelompok 6


1. Johanes Paolus P. NIM : 111711009
2. Merin Krisdo Monic NIM : 111711018
3. Natasya Triastuti NIM : 111711020
4. Wanda Sulistyowati NIM : 111711033
5. Yuvianur NIM : 111711037
6. Zulaihatin NIM : 111711038

Dosen Pembimbing:
Devy Kurniawati, S. Kep, Ns

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
TA 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif” sebagai
tugas di mata kuliah keperawatan medikal bedah empat.
Selama proses penyusunan makalah ini, kelompok mengalami berbagai
kendala, namun berkat bantuan dari beberapa pihak, maka makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu kelompok ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Heri Priatna,, SSt. FT,SKM,S. Sos, MM,Sp.F.OM, selaku ketua
Stikes Hangtuah Tanjungpinang.
2. Yusnaini Siagian, S. Kep, Ns,. M. Kep, selaku waket satu Stikes Hang
tuah Tanjungpinang.
3. Zakiah Rahman, S. Kep, Ns,. M. Kep, selaku Ka. Prodi dan
Koordinator mata kuliah KMB 4.
4. Devy Kurniawati, S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Tanjungpinang, 16 Februari 2020

Kelompok enam

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.............................................................................2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep Dasar Ileus Obstruktif
A. Definisi...................................................................................................3
B. Klasifikasi .............................................................................................4
C. Etiologi ..................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis .................................................................................6
E. Patofisiologi ..........................................................................................6
F. Pathway .................................................................................................8
G. Komplikasi ............................................................................................9
H. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................9
I. Penatalaksanaan ..................................................................................10
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian ..........................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................13
C. Intervensi Keperawatan ......................................................................14
D. Implementasi Keperawatan ................................................................15
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................15
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.............................................................................................17
B. Diangnosa Keperawatan........................................................................24
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................25
D. Implementasi Keperawatan...................................................................25

iii
E. Evaluasi Keperawatan............................................................................25
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................28
B. Saran ...................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus adalah gangguan atau hambatan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya osbtruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu
jalannya isi usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari
segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006).
Berdasarkan data statistik dibeberapa negara, salah satunya di Amerika
Serikat, kasus ileus obstruktif diperkirakan memiliki insidensi sebesar 0,13%.
Selain itu, laporan data dari Nepal tahun 2007 didapatkan jumlah penderita
ileus obstruktif dan paralitik dari tahun 2005 -2006 adalah 1.053 kasus
(5,32%). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia di
diagnosis ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000
menderita ileus setiap tahunnya.
Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan
obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan
(Deparetemen Kesehatan RI, 2010).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu, “Bagaimana Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif ?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang Asuhan
Keperawatam Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif.

1
2. Tujuan khusus.
a. Memahami Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Pencernaan : Ileus Obstruktif mulai dari definisi sampai dengan
pencegahan.
b. Memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus
Obstruktif.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Kelompok
Sebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hangtuah Tanjungpinang mengenai Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif.
2. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa
lain dan kepada masyarakat tentang Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 Bab, yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II Tinjauan
Teoritis, BAB III Tinjauan Kasus, BAB IV Penutup. Masing-masing bab
memiliki subbab dengan garis besar isinya sebagai berikut,yaitu :
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan
Sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis. Pada bab ini berisi, Definisi, Anatomi, Klasifikasi,
Etiologi, Manifestasi, Patofisiologi, Pathway,
Pemeriksaan Penunjang, Farmakologi, Pencegahan.
BAB III Asuhan Keperawatan
BAB IV Penutup. Pada bab ini berisi Kesimpulan dan Saran

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar Ileus Obstruktif


A. Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan atau hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat, 2008).
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan atau hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen
usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut
(Mansjoer, 2011).
Ileus obstruktif adalah sebuah penyakit saluran cerna yang disebabkan
karena adanya sumbatan di dalam usus sehingga pergerakan isi usus pun
terhambat menuju distal. Ileus obstruktif juga biasa disebut dengan obstruksi
usus atau ileus mekanik. Penyakit ileus obstruktif berbeda dengan ileus
paralitik. Pada ileus paralitik, hambatan pergerakan isi usus terjadi karena
terhentinya gerak peristaltik usus dan bukan karena adanya sumbatan di
dalam usus. Obstruksi usus atau ileus obstruktif bisa terjadi di usus halus
maupun usus besar. Perjalanan penyakit ileus obstruktif bisa menjadi akut
karena dampak kronis dari penyakit tertentu di dalam tubuh
(Doktersehat.com, 2018).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, obstruksi usus adalah
gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat
pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

3
B. Klasifikasi
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruksi dibagi atas 2 tingkatan, yaitu:
a. Obstruksi biasa (Simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain
karena atresia usus dan neoplasma.
b. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi,
intususepsi, adhesi, dan volvulus (Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
a. Obstruksi sebagian, obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
b. Obstruksi sederhana, sumbatan yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah (tidak disertau gangguan aliran darah)
c. Obstruksi strangulasi, obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh
darah sehingga terjadi iskemia yang akan berahir dengan nekrosis
atau gangren ( Indrayani, 2013).

C. Etiologi
Secara etiologi, penyebab ileus obstruktif terbagi menjadi tiga jenis. Ketiga
jenis penyebab ileus obstruktif tersebut, yaitu lesi ekstrinsik, lesi intrinsik,
dan obturasi. Akan tetapi, ada pula kasus ileus obstruktif tertentu yang baru
bisa diketahui penyebabnya setelah melakukan operasi.

4
Berikut ini adalah penjelasan lebih dalam mengenai tiga jenis penyebab ileus
obstruktif secara etiologi:
1. Lesi ekstrinsik
Contoh dari lesi ekstrinsik yang menyebabkan ileus obstruktif adalah
hernia, volvulus (pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus
sepanjang aksis longitudinal usus sendiri), adhesi (pita fibrosis dari
jaringan ikat menjepit usus). Di antara itu, adhesi adalah penyebab ileus
obstruktif yang paling sering terjadi pada usus halus tetapi jarang terjadi
pada usus besar. Selain itu, ada beberapa penyebab ileus obstruktif yang
menyebabkan lesi ekstrinsik, yaitu abses, hematoma, aneurisma,
endometriosis, dan tumor maligna.
2. Lesi intrinsik
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan lesi intrinsik di
antaranya adalah tumor, intususepsi, dan proses inflamasi atau iskemik.
Beberapa contoh tumor yaitu limfoma, tumor karsinoid dan
adenokarsinoma. Proses inflamasi atau iskemik juga dapat menyebabkan
disfungsi otot, striktur lumen, dan membuat masa transit pada usus
mengalami gangguan. Ada beberapa penyakit yang bisa memicu lesi
instrinsik, yaitu tuberkulosis gastrointestinal, penyakit Crohn, penyakit
Hirschsprug, divertikulitis, iskemia, trombositopenia, dan lainnya.
3. Obturasi
Penyebab ileus obstruktif yang ketiga adalah obturasi. Salah satu contoh
obturasi adalah impaksi tinja. Impaksi tinja terjadi karena beberapa hal
seperti konstipasi kronik berat, penggunaan narkotik atau antipsikotik,
divertikulitis, dan karsinoma kolon. Ada pula beberapa hal yang bisa
menimbulkan obturasi usus, seperti ileus mekonium, impaksi barium,
ileus batu empedu, dan tertelannya benda asing yang biasa terjadi pada
anak-anak.

5
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain :
1. Nyeri abdomen. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala
yang dominan adalah nyeri abdomen
2. Mual, muntah. Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak
tinggi
3. Perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Distensi
abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal
usus menjadi sangat dilatasi.
4. Dehidrasi, haus terus menerus, malaise umum, mengantuk serta
membrane mukosa menjadi pecah-pecah.

E. Patofisiologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis, dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan
neoplasma, hernia, benda asing, volvulus. Adanya penyebab tersebut dapat
mengakibatkan passage usus terganggu sehingga akumulasi gas dan cairan
dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat meneyebabkan gangguan
absorbsi H2O dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan
H2O dan natrium. Selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan
ekstraseluler sehingga terjadi syok hypovolemik, penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan , hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga
timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan
kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Retensi juga dapat menekan
diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernapas.
Selain itu distensi juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, rupture
dan perforasi, sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan
toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.

6
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang perstaltik dapat berbalik
arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut . keadaan ini akan
menimbulkan muntah-muntah yang akan yang akan menyebabkan dehidrasi.
Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebakan kehilangan ionhidrogen
dan kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah.
Berdasarkan penjelasan diatas masalah keperawatan yang muncul yaitu
nyeri akut, pola napas tidak efektif, retensi urine, perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, resiko kekurangan volume cairan.

F. Pathway

Predisposisi pascaoperatif
Redisposisi sistemik: bedah abdominal
sepsis, obatan, gg
elektrolit dan metabolik,
pneumonia, trauma, 7
ILEUS
cedera kepala, dll
Hipomotilitas (kelumpuhan)
intestinal

Ketidakmampuan Hilangnya kemampuan Gangguan


absorpsi air intestinal dalam pasase gastrointestinal
material feses

Penurunan intake Mual, muntah,


cairan kembung, anoreksi

M.K : Kekurangan
Penurunan volume
volume cairan
cairan intra sel

Kehilangan cairan dan Asupan nutrisi


M.K : Resiko syok elektrolit tidak adekuat
(hipovolemik)
M.K : Resiko M.K :
ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
elektrolit nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Respon psikologis
misintrepretasi Respons lokal saraf
perawatan dan thdp inflamasi
Kecemasan
Distensi abdomen
pemenuhan kebutuhan
informasi
M.K : Ansietas M.K : Nyeri

G. Komplikasi

8
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya
bakteri dalam darah (bakterimia).
2. Syok hypovolemia terjadi akibat terjadi dehidrasi dan kekurangan
volume cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebococran isi usus kedalam
rongga perut, Kebococran ini dapat meneybabkan peritonitis.
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus.
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Gangguan elektrolit. Trefluk muntah dapat terjadi akibat distensi
abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium
dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam
darah (Dermawan, dkk.2010.).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia).
3. Pemeriksaan sinar x : Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah
darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan
volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus.
6. Pemerikan CT-Scan
Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT-Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya

9
kelainan pada dinding usus (ostruksi komplet, abses, keganasan),
kelainan mesenterikus, dan peritoneum. Pada pemeriksaan ini dapat
diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

I. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Perawatan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis
dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi
Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut, obat analgetik untuk mengurangi
rasa nyeri.
3. Tindakan Bedah :
a. Kolostomi : kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma
(pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin
dilakukan sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang
tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan
udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu
memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan
kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam kantong tertutup.
Tinja mungkin berair, tergantung pada bagian mana dari usus
besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma mungkin
ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
b. Stent : stent adalah suatu tabung logam kecil yang
memperluas daerah usus yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent
ke dalam usus menggunakan ruang lingkup (tabung,

10
panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk
membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga
untuk membantu mengurangi gejala sebelum operasi.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Anamnesa

11
a. Identitas Klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Keluhan utama
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomennya tegang
dan kaku.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini biasanya klien mengeluhkan anoreksia
dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekauan abdomen
kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal,
peningkatan bisisng usus (awal obstruksi), penurunan bisisng usus
selanjutnya, retensi perkemihan, dan leukositosis. .
b. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah dioperasi sebelumnya, apakah ada
riwayat tumor, kanker
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama dengan klien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu
meningkat(39o C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi
meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg).

b. Pemeriksaan

12
1) Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak
ada oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II
terdengar normal
2) Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada
normal, dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing
dan tidak ada ronchi
3) Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.
4) Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc
5) Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri
6) Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun,
tidak ada sianosis, pucat
7) Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba
keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt,
distensi abdomen.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d distensi abdominal
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d keluarnya cairan tubuh dari
muntah
3. Kekurangan volumen cairan b.d output berlebihan, mual dan muntah
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
absorbsi nutrisi
5. Resiko syok (hipovolemik) b.d penurunan volume darah, penurunan
hidrasi
6. Konstipasi b.d hipomotilitas atau kelumpuhan intestinal

C. Intervensi Keperawatan

13
Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b.d 1. Mampu mengontrol 1. Lakukan pengkajian


distensi abdominal nyeri (tahu nyeri secara
penyebab nyeri, komprehensif termasuk
mampu lokasi, karakteristik,
menggunakan durasi, frekuensi,
tehnik kualitas dan faktor
nonfarmakologi presipitasi
untuk mengurangi 2. Observasi reaksi
nyeri, mencari nonverbal dari
bantuan) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa 3. Gunakan teknik
nyeri berkurang komunikasi terapeutik
dengan untuk mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri klien
manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang
3. Mampu mengenali mempengaruhi respon
nyeri (skala, klien
intensitas, 5. Evaluasi pengalam
frekuensi dan tanda nyeri masa
nyeri) 6. Ajarkan tentang teknik
4. Menyatakan rasa non farmakologi: napas
nyaman setelah dala, relaksasi,
nyeri berkurang distraksi, kompres
5. Tanda vital dalam hangat atau dingin
rentang normal 7. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
8. Tingkatkan istirahat
Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

2. Kekurangan volumen 1. Mempertahankan 1. Timbang popok atau


cairan b.d output urine output sesuai pembalut jika diperlukan

14
berlebihan, mual dan dengan usia dan 2. Pertahankan catatan
muntah BB, BJ urine intake dan output yang
normal, HT normal akurat
2. Tekanan darah, 3. Monitor status hidrasi
nadi, suhu tubuh (kelembaban membran
dalam batas normal mukosa, nadi adekuat,
3. Tidak ada tanda tekanan darah ortostatik),
tanda dehidrasi, jika diperlukan
Elastisitas turgor 4. Monitor vital sign
kulit baik, 5. Monitor masukan
membran mukosa makanan atau cairan dan
lembab, tidak ada hitung intake kalori
rasa haus yang harian
berlebihan 6. Lakukan terapi IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai
hasil efektif. Dalam pelaksanaan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan
harus dimiliki oleh setiap perawat supaya memberikan pelayanan yang
bermutu. Dengan demikian tujuan dapat tercapai.

E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan sesuai diagnosa keperawatan
2. Tidak ada atau nyeri abdomen berkurang
3. Menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan elektrolit
4. Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan
ketetapan jumlah dan konsistensi
5. Mendapat nutrisi yang optimal
6. Tidur atau istirahat tidak ada gangguan

15
7. Tidak mengalami komplikasi dengan suhu batas normal
8. Menunjukkan rileks dan tidak cemas
9. Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien

16
Nama : Ny. F
Umur : 47 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Status : menikah
Agama : islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. MR :474520
Tgl Masuk RS :17 Juni 2017
Tgl Pengkajian :19 Juni 2017

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. R
Umur : 28 tahun
Hub. Keluarga : Anak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Alasan Masuk
Klien masuk kiriman atau rujukan dari Rumah Sakit Adnan wd
payakumbuh melalui IGD dengan keluhan klien mengatakan perutnya
sakit sejak 13 hari yang lalu, terasa nyeri di perut. Klien mengatakan
tidak ada flatus, Klien mengatakan perutnya kembung, tidak ada BAB
sejak 10 hari yang lalu. Klien juga mengatakan mual muntah (+), kepala
pusing.

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

17
Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 19 juni 2017 pukul 09:00
wib klien mengatakan nyeri pada abdomen, skala nyeri 5 dengan
penilaian PQRST yaitu :
P (provokatif) : Klien mengatakan timbul nyeri karena klien tidak
ada BAB.
Q (quality) : klien mengatakan nyeri terasa ditusuk-tusuk setiap
ingin menggerakkan perutnya
R (radiation) : Klien mengatakan nyeri disekitar abdomen
S (severity) : klien meringis, skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan
klien di sertai nafas dan nadi cepat, klien
mengatakan merasa tidak nyaman apabila nyeri
datang
T (time): klien mengatakan nyeri yang dirasakan klien hilang timbul,
nyeri dirasakan saat klien bergerak
Klien mengatakan susah untuk tidur saat malam hari karena nyeri
pada bagian abdomen, klien hanya tidur 4 jam dan sering terbangun
karena sakit pada bagian perut, Skala nyeri 5.Klien mengatakan
hidungnya terasa sakit karena terpasang NGT, klien mengatakan
keadaannya cemas karena terpasang infus di tangan kiri dan kanan,
terpasang kateter, cemas dengan keadaannya sekarang ini karena
takut penyakitnya tidak sembuh. klien mengatakan selama dia masuk
Rumah Sakit belum ada mandi, klien mengatakan belum di izinkan
oleh dokter ke kamar mandi karena keadaan yang belum
memungkinkan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan dahulu pernah menderita penyakit magh. Klien
mengatakan tidak ada menderita penyakit seperti ini sebelumnya,
klien mengatakan dahulu tidak ada mengalami BAB berdarah dan
berlendir , klien mengatakan tidak pernah operasi pada abdomen
sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit hipertensi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

18
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan
klien. Klien hanya mengatakan ada riwayat penyakit magh yang
diderita oleh ibu dan adek laki-laki. klien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit Jantung, tidak ada riwayat penyakit hipertensi

Genogram

X
X X X

Kett :

X
/ X
: Meninggal

: Perempuan

: Laki – laki

: Tinggal Serumah

: klien

5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum : Sedang

19
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 M=6 V=5 E=4
BB / TB : 55 kg / 155 cm
b. Tanda Vital :
TD : 110 / 70 mmHg
Nafas : 20 x/i
Nadi : 80 x/i
Suhu : 37,3 c
c. Kepala
Rambut klien tampak kotor, berminyak, tidak ada ketombe, rambut
tidak beruban, rambut klien tampak di ikat, dan rambut klien
tampak tidak rapi
d. Leher
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo mata
Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
e. Abdomen
Ins: Perut tampak membuncit karena tidak ada BAB, tidak ada
bekas operasi
Aus : Bising usus klien dengan ileus obstruksi parsial tidak ada
Pl: Terdapat nyeri tekan, skala nyeri 5
Pk : Terdengar bunyi Tympani pada anterior bawah kiri
f. Integumen
Turgor kulit kering, warna kulit sawo matang, tidak ada jejas, tidak
ada oedema, tidak ada luka, tidak ada luka bakar, capilary refil : 3
detik
6. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 19 juni 2017
• Pemeriksaan kimia klinik
- Kalium: 3.47 mEg/dl ( 3.5 – 5.5 mEg/dl )
- Natrium : 142.2 mEg/dl ( 135 – 147 mEg/dl )
- Khlorida : 109.9 mEg/dl ( 100 – 106 mEg/dl )

20
• Pemeriksaan Laboratorium
- HGB : 14.4 [ g/dl ] P 13.0 – 16.0
W 12.0 – 14.0
- RBC : 4.81 [ 10^6/Ul ] P 4.5 – 5.5
W 4.0 – 5.0
- HCT : 39.9 [ % ] P 40.0 – 48.0
W 37.0 – 43.0

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

21
1 DS : Distensi abdomen Nyeri akut
- Klien mengatakan susah
untuk tidur saat malam hari
karena nyeri pada bagian
abdomen
- Klien mengatakan hanya
tidur 4 jam dan sering
terbangun karena sakit pada
bagian perut
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegang
perutnya karena sakit
- Skala nyeri 5
Dengan penilaian PQRST :
P= provokatif (penyebab)
Nyeri klien timbul karena
klien tidak ada BAB
Q= Quality (kualitas)
Nyeri yang dirasakan
klien seperti ditusuk-
tusuk setiap ingin
menggerakkan
abdomennya
R=Radiation (penyebab)
Nyeri dirasakan
disekitar abdomen
S= Severity (tanda dan
gejala) Klien meringis,
skala nyeri 5, nyeri
dirasakan klien disertai

22
nafas dan nadi agak
cepat, klien merasa
tidak nyaman

T=time (waktu timbulnya)


Nyeri dirasakan klien
hilang timbul, nyeri
dirasakan saat klien
bergerak

- TTV
TD : 130 / 70 mmHg
nadi : 110 x/i
pernafasan : 25x/i

2. DS : Intoleransi aktifitas Defisit perawatan


- Klien mengatakan selama diri
dia masuk Rumah Sakit
belum ada mandi
- Klien mengatakan belum di
izinkan ke kamar mandi
karena keadaan yang belum
memungkinkan
DO :
- Badan klien tampak kotor
- Badan klien bau
- Rambut klien tampak kusut
- Rambut klien berminyak
- Klien tampak belum mandi
3. DS : Disfungsi motilitas Gangguan pola
- Klien mengatakan BAB usus eliminasi
nya tidak teratur konstipasi.
- Klien mengatakan sudah

23
10 hari tidak BAB
DO :
- Abdomen terlihat buncit
ketika dilakukan inspeksi
- Bising usus klien dengan
ileus obstruksi parsial
tidak ada
- BB / TB : 55 kg /
155 cm

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d distensi abdomen.
2. Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas
3. Gangguan pola eliminasi konstipasi b.d disfungsi motilitas usus

24
C. Dokumentasi Keperawatan
TNGGL DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATA KEPERAWATAN KEPERAWATAN
N
Senin, Nyeri akut b.d Kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian 08.45 1. Melakukan pengkajian S :
19 juni kram abdomen - Mampu nyeri secara nyeri secara - klien
2017 sekunder terhadap mengontrol nyeri komprehensif komprehensif termasuk mengatakan
distensi dinding (tahu penyebab 2. Observasi reaksi lokasi, karakteristik, masih nyeri
usus nyeri, mampu nonverbal dari durasi, frekuensi, kualitas pada bagian
menggunakan ketidaknyamanan dan faktor presipitasi, abdomen.
tehnik 3. Ajarkan tentang teknik Mengobservasi reaksi - Klien
nonfarmakologi non farmakologi: napas nonverbal dari mengatakan
- Melaporkan bahwa dala, relaksasi, ketidaknyamanan nyeri kadang
nyeri berkurang distraksi, kompres 2. Membantu pasien dan hilang timbul
dengan hangat atau dingin keluarga untuk mencari - Klien
menggunakan 4. Kolaborasi dalam dan menemukan mengatakan
manajemen nyeri pemberian analgetik dukungan mulai paham
- Mampu mengenali 5. Tingkatkan istirahat 3. Mengontrol lingkungan cara teknik
nyeri 6. Berikan informasi yang dapat relaksasi nafas
- Menyatakan rasa tentang nyeri seperti mempengaruhi nyeri dalam
nyaman setelah penyebab nyeri, berapa seperti suhu ruangan, O:

25
nyeri berkurang lama nyeri akan pencahayaan dan - Klien tampak
- Tanda vital dalam berkurang kebisingan meringis
rentang normal 7. Monitor vital sign 4. Mengurangi faktor - Klien tampak
sebelum dan sesudah presipitasi nyeri memegang
pemberian analgesik 5. Mengkaji tipe dan perutnya karena
pertama kali sumber nyeri untuk sakit
menentukan intervensi - Klien sudah
6. Mengjarkan tentang diberikan obat
teknik relaksasi analgetik
7. Berkolaborasi dalam - Skala nyeri 5
pemberian analgetik - TTV :
Ditemukan : OMZ 2x20 TD : 130 / 70
mg/hari mmHg
8. Tingkatkan istirahat Suhu : 37,3 c
9. Berikan informasi A:
tentang nyeri Monitor Masalah nyeri akut
vital sign sebelum dan belum teratasi
sesudah pemberian P :
analgesik Intervensi
dilanjutkan

26
TNGGL DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATA KEPERAWATAN KEPERAWATAN
N
Senin, Defisit perawatan Kriteria hasil : 1. Kaji kemampuan untuk 10:08 1. Mengobservasi S:
19 Juni diri b.d intoleransi - Menunjukkan melakukan alat bantu kemampuan klien untuk - klien mengatakan
2017 aktivitas perawatan diri: 2. Kaji membrane mukosa melakukan alat bantu sedikit nyaman
aktivitas sehari- oral dan kebersihan 2. Mengobservasi - klien mengatakan
hari tubuh setiap hari membrane mukosa oral segar setelah
3. Kaji kondisi kulit saat dan kebersihan tubuh mandi
mandi 3. Mengobservasi kondisi O :
4. Kaji adanya perubahan kulit saat mandi - klien tampak
kemampuan fungsi 4. Mengobservasi adanya bersih
5. Bantu perawatan diri : perubahan kemampuan - klien tampak
mandi atau hygine fungsi segar
6. Beri dukungan klien 5. Membantu perawatan A :
mandi dalam diri : mandi/hygine klien Masalah teratasi
melakukan mandi 6. Memberikan dukungan P :
klien untuk mandi mandi Intervensi
atau hygine dihentikan

27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intstinal. Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada
gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus kedepan, tetapi
peristaltiknya normal. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan (Darmawan, dkk, 2010).

B. Saran
1. Saran bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa disarankan dengan adanya makalah ini dapat
meningkatkan kembali pengetahuan terkait ileus obstruktif dan Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus
Obstruktif.
2. Saran bagi Perguruan Tinggi
Bagi perguruan tinggi disarankan untuk menjadikan makalah ini sebagai
bahan ajar dalam meningkatkan pengetahuan terkait materi di atas.
3. Saran bagi Pasien dan Perawat
a. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan
pengetahuan pasien mengenai ileus obstruktif dan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruktif.
b. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Pencernaan : Ileus Obstruktif.

28
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesi.

Indrayani MN. 2013. Diagnosis dan tatalaksana ileus obstruksi [Internet]. e-Jurnal
Medika Udayana.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius :


Jakarta

Pasaribu N. 2012. Karakteristik penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di


RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2010 [skripsi]. Medan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
Rahayu, Atika. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. F Dengan Ileus
Obstruksi Parsial Di Ruang Rawat Inap Bedah Wanita RSUD
DR.Achmad Mochtar Bukit Tinggi (KTI). Padang. STIkes Perintis.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta.

Doktersehat.com. 2018. https://doktersehat.com/ileus-obstruktif/. Diakses Pada


Tanggal 10 Februari 2020 pukul 20.05.

29

Anda mungkin juga menyukai