BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilihat kekurangan sebagai sesuatu hal yang tidak baik oleh orang lain dari
buruk (Dozela & Eva, 2016). Body shaming adalah perilaku dengan tujuan
terhadap tubuh atau fisik orang lain. Body shaming juga dapat dikatakan
penampilan fisik atau tubuh yang dinilai cukup berbeda dari masyarakat
pada umumnya dan memiliki tubuh yang tidak proposional. Contoh body
shaming sendiri yaitu seperti mengejek gendut, hitam, pesek, kurus, pipi
tembam, mata sipit ataupun mata yang besar. Body shaming sering
dilakukan pada era jaman modern ini, meskipun tidak secara kontak fisik
tetapi melalui secara verbal atau melalui kata-kata. Body shaming itu
sendiri merupakan suatu kritikan atau komentar yang bersifat negatif dan
memberi dampak kepada korban. Komentar itu diberikan baik untuk diri
dengan apa adanya. Dari pengertian tersebut hingga kini menjadi sebuah
tubuh mereka sendiri dan juga tubuh orang lain tanpa adanya pandangan
adanya data menurut Brigitta Anggraeni Steavany Putri, dkk (2018) dalam
diagnosis Binge Eating Disorse (BED) atau gangguan makan 78% peserta
menjawab dari rasa malu pada tubuh dapat memberikan efek negatif
dapat menyebabkan rasa tidak percaya diri, tidak menarik, tidak layak
dalam kelompok sosial dan 22% menjawab biasa saja ketika ada yang
mengejek mereka dan menganggap itu sebagai motivasi bagi mereka untuk
yang akan berdampak pada munculnya rasa cemas dan malu. Perasaan
malu timbul dari penilaian diri yang disebabkan perasaan cemas atas
tahun 2019 sebanyak 68% kasus body shaming setiap tahunnya terus
body shaming sebanyak 206 kemudian terus meningkat menjadi 966 kasus
pada tahun 2018. Sepanjang tahun 2018 polisi dapat menyelesaikan kasus
body shaming sebanyak 374 kasus dari 966 kasus yang ada, sisanya hingga
selain itu sering mengalami sakit diare dan sakit kepala. Rasa malu yang
dan sisanya tidak memiliki efek yang signifikan. Penelitian lain yang
bunuh diri sebesar 12%. Menurut Dalley (2019) selain resiko bunuh diri,
mengalami depresi.
remaja atau wanita mereka melakukan apa saja untuk menjaga agar
memiliki tampilan fisik sesuai yang menjadi standar masyarakat atau agar
masyarakat.
makanan yang telah dimakannya) yang banyak dialami remaja pun tidak
5
dialami para remaja. Mereka melakukan apa saja untuk menjaga agar
memiliki tampilan fisik sesuai yang menjadi standar masyarakat atau agar
masyarakat.
korban body shaming mengalami perasaan malu akan salah satu bentuk
bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak
sesuai dengan diri ideal yang diharapkan individu (Damanik 2018). Selain
harga diri yang rendah (APA dictionary dalam Chairani 2018). Dalam
beberapa kasus efek dari body shaming banyak wanita yang mengalami
transisi dari anak-anak menjadi dewasa, transisi tersebut diawali pada usia
12 tahun dan berakhir pada usia awal 20-an tahun (Papalia, 2014). Masa
masa ini remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman
dirinya, hal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui self esteem (harga
diri) yang dimiliki apakah bersifat positif atau negatif. Body shaming
didepan cermin dan akan lebih khawatir dengan make up dan baju yang
tidak percaya diri dihadapan orang lain (Brennan, Lalonde & Bain, 2010)
membuat self esteem yang dimilikinya menjadi negatif (Baron & Byrne,
2004).
diri atau jati diri. Menurut Alwisol, (2014) Tugas pada masa remaja adalah
dan dipersepsi orang lain mengenai dirinya (Cooley & Claudia, 2016). Hal
cara melihat penampilan dirinya secara fisik. Bahwa tiga proses utama
yaitu penilaian terhadap refleksi diri, timbal balik pada penampilan fisik,
maka akan menghasilkan konsep diri remaja yang negatif. Oleh karena itu,
keselarasan yang akan terus berubah dan banyak dipengaruhi oleh banyak
sosial dengan teman sebayanya, dengan teman di atas usianya dan teman
diri pada dirinya, contoh seperti faktor internal yang meliputi: fisik dan
faktor eksternal (Argiati, 2010). Hal tersebut membuat pelaku atau seorang
yang merasa memiliki kekuasaan atau kekuatan yang lebih mudah dan
(SEJIWA, 2008).
yang memiliki konsep diri negatif akan memandang dan meyakini bahwa
dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten,
gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik
dirinya sendiri saat berinteraksi sosial kepada orang lain. Konsep diri pada
membentuk konsep diri dan tidak dapat melalui proses tersebut dengan
korban body shaming biasanya memiliki konsep diri yang negatif. Konsep
9
diri negatif yang dimiliki oleh remaja yang kurang memiliki kepercayaan
diri, rendah diri dan sering menarik diri dari interaksi sosial di sekitarnya.
menyelesaikan dan keluar dari masalah tersebut maka remaja tersebut akan
pernah mengalami tindakan body shaming yang dilakukan orang lain. Dari
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kepulauan Riau.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat aplikasi
c. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
orang lain. Body shaming yaitu penghinaan bentuk fisik orang lain
1) Fat Shaming
2) Thin Shaming
3) Short Shaming
kebanyakan orang.
5) Warna Kulit
pucat atau terlalu gelap. Warna kulit disini merupakan hal yang
temannya.
orang lain. Ini bukan berarti baik karena rasa percaya diri
sebagai berikut:
1) Kultur Patron
body shaming.
2) Patriaki
3) Kurangnya pengetahuan
4) Post Kolonial
buruk.
yang terjadi pada para korban body shaming sangatlah luas dan
2) Resiko depresi
4) Bunuh diri.
5) Gangguan Makan
22
bergaul dengan orang yang layak dijadikan teman baru. Hal ini
Jika kita tidak menghargai diri kita sendiri, maka orang lain
Salah satu hal yang kita bisa lakukan dalam mengisi hari-
lagi tentunya.
2. Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
usia 12-13 tahun sampai dengan 17-18 tahun adalah remaja awal,
dan usia 17-18 tahun sampai dengan 21-22 tahun adalah remaja
(Asrori, 2016).
b. Tahapan remaja
yaitu:
tahu harus memilih yang mana. Pada fase ini mulai timbul
lagi.
sendiri).
27
masyarakat.
1) Kegelisahan
2) Pertentangan
lain.
3) Mengkhayal
direalisasikan.
4) Aktivitas Berkelompok
Soekanto, 2015).
3. Konsep Diri
lakunya.
3) Stabil
yang lain merasa bahwa tidak layak dan merasa rendah jika
make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
berubah
6) Mengungkapkan keputusaaan
7) Mengungkapkan ketakutan
2) Ideal Diri
36
(Keluarga, budaya).
sukar dicapai dan tidak realitis ideal diri yang samar dan tidak
kemampuannya.
kelompok teman.
3) Harga diri
4) Peran Diri
stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran
sama lain.
menyelesaikan.
5) Identitas Diri
38
dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
1) Pengetahuan
2) Harapan
3) Penilaian
rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai diri sendiri.
penerimaan diri.
yang ada.
1) Orang tua
oleh orang tua pada anak akan lebih melekat daripada informasi
2) Kawan Sebaya
3) Masyarakat
4) Proses Belajar
tepat.
dari konsep diri remaja yang dapat dilihat adalah seperti remaja
yang di idamankan.
2) Differentiated
diri.
6) Social Comparison
7) Self-Conscious
mereka.
47
8) Self-protective
diri mereka.
9) Unconscious
10) Self-integration
E. Kerangka Teori
A. Faktor yang
mempengaruhi Menurut Pratiwi, 2019.
body shaming.
Dampak body shaming
1. Kultur patron
2. Patriaki 1. Tidak percaya diri
3. Kurangnya 2. Resiko depresi
pengetahuan 3. Melakukan hal ekstrem
4. Post kolonial untuk memperbaiki diri.
5. Masalah psikis 4. Bunuh diri
atau pernah 5. Gangguan makanan
menjadi korban
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,
atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang
variabel (baik variabel yang di teliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka
teori (Nursalam,2017).
dependen.
G. Hipotesis Penelitian
shaming dan konsep diri. Artinya semakin positif body shaming maka
konsep diri akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin negatif
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Waktu Penelitian
a. Tahap persiapan
April 2021. Kegiatan pada tahap ini adalah pengajuan judul, studi
proposal.
b. Tahap pelaksanaan
2. Tempat Penelitian
1. Populasi
Riau. Jumlah populasi pada penelitian ini berjumlah 1136 orang siswa.
2. Sampel
random.
53
N
n=
1+ N (e)2
Keterangan:
N = Ukuran populasi
Tingkat Jumlah
presentase kelonggaran
1136
n =
1+ 1136(0.05)2
1136
n = = 295,8 disesuaikan oleh peneliti menjadi 296
3 ,84
responden.
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
adalah :
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
2. Definisi operasional
(Notoatmodjo, 2018).
operasional
1 Variabel Konsep diri Kuesioner Responden Rendah = 82-95 Ordinal
dependen adalah menjawab Sedang = 96-116
(konsep bagaimana pilihan Tinggi = 117-128
diri) individu pada
mengembangkan pertanyaan
dirinya sendiri). kuesioner.
2 Variabel Body shaming Kuesioner Respoden Rendah Ordinal
independen adalah perilaku menjawab = X<M-SD
(body menjelek- pilihan Sedang=
shaming) jelekkan atau pada M-SD≤X<M+SD
penghinaan pertanyaan Tinggi =
bentuk fisik oleh kuesioner. M+SD≤X
orang lain yang
dialami oleh
remaja.
Tabel 3.2 Definisi operasional
Kepulauan Riau.
Kepulauan Riau.
responden untuk dijawab. Ada dua kuesioner yang peneliti gunakan dalam
dari 4 alternatif jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Yang terdiri 28 penyataan yang
(KD), Jarang (Jarang), dan Tidak Pernah (TP). Yang terdiri dari 26
1. Uji validitas
2. Uji Realiabilitas
pengamatan bila fakta atau kenyatan hidup jadi diukur dan diamati
a. Editing
kuesioner.
b. Coding
c. Data Entry
60
d. Scoring
e. Cleaning
a. Analisa Univariat
b. Uji bivariat
terhadap konsep diri. Rumus yang digunakan dalam uji bivariat ini
61
(Hidayat, 2014).
O. Pertimbangan Etik
Komite Etik Stikes Hang Tuah Tanjungpinang. Ada beberapa hal yang
1. Prinsip manfaat
rasio dan keuntungan yang akan berakibat fatal pada setiap subjek.
penelitian.
penelitian ini.