Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK DENGAN ARTHRITIS REUMATOID

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Gerontik


Program Profesi Ners Angkatan X

Disusun oleh :

BAYU SEPTIAN IBRAHIM

KHG.D 20059

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2020
A. KONSEP MEDIS
a. Definisi

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarakteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membran sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. ( Susan Martin
Tucker.1998 ).

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai


membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian,
kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 ) Artritis
rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ) Artritis reumatoid ini
merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan olehperadangan kronis yang bersifat
progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi
terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut.

b. Etiologi

Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap. AR adalah suatu penyakit autoimun yang timbul pada
individu – individu yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak
diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang
menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal
terhadap mikro-organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil
mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk
antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng
ditunjukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di
kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan
terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko

yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun


Dari semua faktor resiko untuk timbulnya artritis reumatoid, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada artritis
reumatoid.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena artritis reumatoid lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena artritis reumatoid paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi artritis reumatoid kurang lebih sama antara pada
laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi artritis
reumatoid lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis artritis reumatoid.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi artritis reumatoid pada masing-masing suku bangsa.


Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks


histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban
HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya artritis reumatoid, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan artritis reumatoid pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga
dengan artritis reumatoid sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping
faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor
lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko artritis reumatoid tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko artritis reumatoid yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya artritis
reumatoid paha pada usia mudah

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya artritis


reumatoid. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan
sendi menjadi lebih mudah robek.

c. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang timbul sesuai dengan tahapan dan keparahan dari penyakit AR
itu sendiri. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berfungsi adalah gambaran
klinis yang klasik. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami
pembengkakan. Artritis sering diawali dengan timbulnya rasa sakit serta lemah pada sendi
tangan dan pinggang. Juga disertai bengkak dan kadang terjadi peradangan, tetapi sering tiba-
tiba hilang.

Pola karakteristik dari persendian yang terkena :

 Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.


 Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan
kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
 Biasanya akut, bilateral, dan simetris.
 Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit.
 Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Beberapa gejala klinis yang kerap kali terjadi pada para penderita atritis reumatoid ini,
yakni :

a. Gejala-Gejala Konstitusional. Beberapa gejala tersebut meliputi lelah, anoreksia,


berat badan menurun dan demam. Bahkan terkadang kelelahan yang sangat
hebat.
b. Poliatritis Simetris.Terutama terjadi pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di
tangan namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir
semua sendi diatrodial dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari. Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
d. Atritis Erosif. Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik.Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan
ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas. Kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
boutonniere dan leher angsa. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
f. Nodula-Nodula Reumatoid. Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering yakni di
daerah sepanjang sendi sikut atau sepanjang permukaan ekstensor lengan. Nodul
ini merupakan tanda bahwa penyakit tersebut aktif.
d. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila


kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis,Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan synovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
f. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya
bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan
proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

1. identitas klien

2. Riwayat Kesehatan

a) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

b) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

3. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati

warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

2) Catat bila ada krepitasi

3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

c) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

d) Ukur kekuatan otot

e) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

f) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari


4. Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;

kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,

keletihan.

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

5. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,

kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

6. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,

faktor-faktor hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan

ada orang lain).

7. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan

adekuat: mual, anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa.

8. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

Ketergantungan
9. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

10. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan

lunak pada sendi).

11. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan

dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan

menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

12. Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;

isolasi.

13. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi

pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya

kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi

berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya

aspek body image dan harga diri klien.


14. Apgar keluarga

KADANG- TIDAK
NO ITEMS PENILAIAN SELALU
KADANG PERNAH
(2)
(1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman ) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership

Saya puas dengan cara keluarga ( teman-


teman ) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah
saya
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima & mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktifitas
atau arah baru.

4 A :
Afek

Saya puas dengan cara keluarga ( teman-


teman ) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai.

5 R : Resolve

Saya puas dengan cara teman-teman


saya dan saya menyediakan waktu
bersama- sama mengekspresikan afek dan
berespon
JUMLAH

Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi Nilai
: 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
15. Pengkajian Fungsi Kognitif ( SPMSQ )

No Item Benar Salah


Pertanyaan
1 Jam berapa sekarang ?
Jawab
2 Tahun berapa sekarang ?
Jawab
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab :
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu?
Jawab
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu ?
Jawab
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?
Jawab :
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?
Jawab
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?
Jawab
JUMLAH

Analisis hasil :
Skore salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
: 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
: 5-7 : kerusakan intelektual sedang
: 8-10 : kerusakan intelektual berat

16. Format Pengkajian Mmse

NO ITEM PENILAIAN BENAR SALAH


(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang?
2. Musim apa sekarang ?
3. Tanggal berapa sekarang ?
4. Hari apa sekarang ?
5. Bulan apa sekarang ?
6. Dinegara mana anda tinggal ?
7. Di Provinsi mana anda tinggal ?
8. Di kabupaten mana anda tinggal ?
9. Di kecamatan mana anda tinggal ?
10. Di desa mana anda tinggal ?
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11.
12.
13.
3 PERHATIAN DAN
KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek

Diatas
19.
20.
21.
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien

menyebutkan :
22. Jam tangan
23. Pensil
b. Pengulangan

Minta klien mengulangi tiga kalimat


berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas !
26. Lipat dua !
27. Taruh dilantai !
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata
29. Tulis satu kalimat
30. Salin gambar
JUMLAH
Analisis hasil :

Nilai < 21 : Kerusakan kognitif

17. Pengkajian Status Fungsional ( Indeks Kemandirian Katz )

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 Mandi
Mandiri
:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung:
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta
tidak mandi sendiri
2 Berpakain
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian. Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3 Ke Kamar
Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur
atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers )
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
sendiri
Bergantung:
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan
makan parenteral ( NGT )

Keterangan :

Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

Analisis Hasil :

Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar

kecil, mandi dan berpakaian.

Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut

Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan

Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi

tambahan

Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,

dan satu fungsi tambahan.

Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,

berpindah dan satu fungsi tambahan

Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut


18. Screening Faal Fungtional Reach (Fr) Test

No Langka
h
1 Minta Pasien Berdiri di Sisi Tembok Dengan Tangan Direntangkan Kedepan
2 Beri Tanda Letak Tangan I
Minta Pasien Condong Kedepan Tanpa Melangkah Selama 1-2 Menit, Dengan
3
Tangan Direntangkan Ke Depan
4 Beri Tanda Letak Tangan Ke Ii Pada Posisi Condong
5 Ukur Jarak Antara Tanda Tangan I & Ke II

INTERPRETASI :

Usia Lebih 70 Tahun : Kurang 6 Inchi :

Resiko Roboh Hasil Pemeriksaan :

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………

19. The Timed Up And Go (TUG) TEST

No Langka
h
1 Posisi Pasien Duduk Dikursi
Minta Pasienberdiri Dari Kursi, Berjalan 10 Langkah(3meter), Kembali
2
Ke Kursi, Ukur Waktu Dalam Detik

INTERPRETASI :

Score:
≤ 10 detik : low risk of falling
11 - 19 detik : low to moderate risk for falling
20 – 29 detik : moderate to high risk for falling
≥ 30 detik : impaired mobility and is at high

risk of falling Hasil Pemeriksaaan :

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………
20. Geriatric Depression Scale ( Skala Depresi )

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Anda Sebenarnya Puas Dengan Kehidupan Anda?

Apakah Anda Telah Meninggalkan Banyak Kegiatan dan Minat/


2
Kesenangan Anda

3 Apakah Anda Merasa Kehidupan Anda Kosong?


4 Apakah Anda Sering Merasa Bosan?
5 Apakah Anada Mempunyai Semangat Yang Baik Setiap Saat?

Apakah Anda Merasa Takut Sesuatu Yang Buruk Akan Terjadi Pada
6
Anda?

7 Apakah Anda Merasa Bahagia Untuk Sebagian Besar Hidup Anda?

8 Apakah Anda Merasa Sering Tidak Berdaya?

Apakah Anda Lebih Sering Dirumah Daripada Pergi Keluar Dan


9
Mengerjakan Sesuatu Hal Yang Baru?

Apakah Anda Merasa Mempunyai Banyak Masalah Dengan Daya


10
Ingat Anda Dibandingkan Kebanyakan Orang ?

Apakah Anda Pikir Bahwa Kehidupan Anda Sekarang


11
Menyenangkan?

12 Apakah Anda Merasa Tidak Berharga Seperti Perasaan Anda Saat Ini?

13 Apakah Anda Merasa Penuh Semangat?

14 Apakah Anda Merasa Bahwa Keadaan Anda Tidak Ada Harapan?

Apakah Anda Pikir Bahwa Orang Lain, Lebih Baik Keadaannya


15
Daripada Anda?

*) Setiap Jawaban Yang Sesuai Mempunyai


Skor “1 “ ( Satu )
Skor 5-9 : Kemungkinan Depresi
Skor 10 > : Depresi
b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinis tentang respons manusia terhadap


gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang
individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Perawat mendiagnosis masalah
kesehatan, menyatakan resiko, dan kesiapan untuk promosi kesehatan. Diagnosis
berfokus masalah tidak boleh dipandang lebih penting darpada diagnosis dengan
prioritas tertinggi bagi pasien. Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data
subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain.

Masalah yang lazim muncul (Nanda 2015):

1) Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh arthritis rheumatoid


2) Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,
deformitas.
3) Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
4) Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal (penurunan kekuatan otot)
5) Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit, penurunan produktifitas
(status kesehatan dan fungsi peran)
6) Resiko cedera/trauma b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
7) Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi
c. Perencanaan keperawatan

Pembuatan kriteria hasil dan perencanaan tindakan adalah tahap ketiga dari proses
keperawatan. Setelah perawat mengkaji kondisi klien dan menetapkan diagnosis
keperawatan, perawat perlu membuat rencana tindakan dan tolok ukur yang akan
digunakan untuk mengevaluasi perkembangan klien (DeLaune dkk, 2002).

Perencanaan keperawatan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut ini (DeLauner dkk,


2002).

1) Bersifat individual, bergantung pada kebutuhan dan kondisi klien.


2) Bisa dikembangkan bersama-sama dengan klien, tenaga kesehatan lain, atau orang
yang ada di sekitar klien.
3) Harus terdokumentasi.
4) Berkelanjutan.

Perencanaan keperawatan didefinisikan sebagai “berbagai perawatan, berdasarkan


penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
meningkatkan hasil klien atau pasien”. Perencanaan tindakan keperawatan adalah tulisan
yang dibuat dan digunakan sebagai panduan saat melakukan tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah yang muncul.

No Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d 1. Pain level, 1. Lakukan pengkajian 1. Nyeri sering
perubahan 2. Pain control, nyeri secara menyebar, hebat dan
patologis oleh 3. Comfort level komprehensif termasuk tidak mereda pada
arthritis Kriteria hasil: lokasi, karakteristik, AR. Maka perlu
rheumatoid 1. Mampu durasi, frekuensi, dilakukan pengkajian
mengontrol nyeri kualitas dan faktor nyeri untuk
(tahu penyebab prespitasi. menentukan
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi intervensi selanjutnya
mennggunakan nonverbal dari 2. Untuk melihat tingkat
teknik ketidaknyamanan ketidaknyamanan
nonfarmakologi 3. Kaji kultur yang pada pasien
untuk mempengaruhi respon 3. Kebiasaan menjadi
mengurangi nyeri salah satu faktor
nyeri, mecari 4. Pilih dan lakukan pencetus nyeri, jadi
bantuan) penanganan nyeri perlu di kaji untuk
2. Melaporkan (farmakologi, non- dihindari
bahwa nyeri farmakologi dan 4. Pada beberapa
berkurang dengan inter personal) penelitian
menggunakan 5. Ajarkan teknik non menyebutkan bahwa
manajemen nyeri farmakologi penanganan nyeri
3. Mampu 6. Tingkatlkan istirahat menggunakan tehnik
mengenali nyeri relaksasi nafas dalam
(skala, intensitas, terbukti dapat
frekuensi dan menurunkan tingkat
tanda nyeri) nyeri
4. Menyatakan rasa 5. Karena sebagian
nyaman setelah masyarakat belum
nyeri berkurang tentu mengetahui
tehnik relaksasi dan
distraksi
6. Mengistirahatkan area
tubuh yang nyeri
dapat mengurangi
respon nyeri
2. Gangguan citra 1. Body image 1. Dorong klien 1. Memberikan
tubuh b.d 2. Self esteem mengungkapkan kesempatan untuk
perubahan Kriteria hasil: perasaannya mengenai mengidentifikasi rasa
penampilan 1. Body image proses penyakit dan takut/ kesalahan
tubuh, sendi, positif harapan masa depan konsep dan mampu
bengkok, 2. Mampu 2. Diskusikan arti dari menghadapi masalah
deformitas mengidentifikasi kehilangan perubahan secara langsung
kekuatan pada klien orang 2. Mengidentifikasi
personal terdekat. Pastikan bagaimana penyakit
3. Mendiskripsikan bagaimana pendangan memengaruhi
secara faktual pribadi klien dalam persepsi diri dan
perubahan fungsi berfungsi dalam gaya interaksi dengan
tubuh hidup sehari hari, orang lain akan
4. Mempertahankan termasuk aspek aspek menentukan
interaksi sosial seksual kebutuhan terhadap
3. Diskusikan persepsi intervensi konseling
klien menganai lebih lanjut
bagaimana orang 3. Isyarat verbal / non
terdekat menerima verbal orang terdekat
keterbatasan klien dapat memengaruhi
4. Akui dan terima bagaimana klien
perasaan berduka, memandang dirinya
permusuhan, serta sendiri.
ketergantungan 4. Nyeri konstan akan
5. observasi perilaku klien melelahkan, perasaan
terhadap kemungkinan marah, dan
menarik diri, bermusuhan umum
menyangkal atau terjadi
terlalu memperhatikan 5. Dapat menunjukkan
perurubahan tubuh. emosional atau
metode koping
maladaftif
,membutuhkan
intervensi lebih lanjut
dukungan psikologis.
3. Hambatan 1. Join movement : 1. Evaluasi lanjutan 1. tingkat aktivitas
mobilitas fisik active pemantauan tingkat latihan tergantung
b.d kekakuan 2. Mobility level inflamasi rasa sakit dari perkembangan
sendi 3. Self care : adls pada sendi. resolusi proses
4. Transfer 2. Pertahankan istirahat inflamasi.
Performance tirah baring duduk jika 2. Istirahat sistemik
Kriteria hasil diperlukan. Buat jadwal dianjurkan selama
1. Klien meningkat aktivitas yang sesuai eksaserbasi akut dan
dalam aktifitas dengan toleransi untuk seluruh fase penyakit
fisik memberikan periode yang penting, untuk
2. Mengerti tujuan istirahat yang terus mencegah kelelahan,
dari peningkatan menerus dan tidur dan mempertahankan
mobilitas malam hari hilang tidak kekuatan
3. Memverbalisasik terganggu 3. Mempertahankan /
an perasaan 3. Bantu klien latihan meningkatkan fungsi
dalam rentang gerak pasif sendi, kekuatan otot,
meningkatkan aktif, demikian juga dan stamina umum.
kemampuan latihan resistif dan latihan yang tidak
berpindah isometrik jika adekuat dapat
4. Memperagakan memungkinkan. menimbulkan
alat bantu 4. ubah posisi klien setiap kekakuan sendi,
mobilisasi dua jam dengan karena aktivitas yang
( walker ) bantuan personel yang berlebihan dapat
cukup. Demonstrasikan merusak sendi
/ bantu teknik 4. Menghilangkan
pemindahan dan tekanan pada jaringan
penggunaan bantuan dan meningkatkan
mobilitas. sirkulasi.
5. Posisikan sendi yang Mempermudah
sakit dengan bantal, perawatan diri dan
kantung pasir, gulung kemandirian klien.
trokanter, bebat , dan teknik pemindahan
brace yang tepat dapat
mencegah robekan
abrasi kulit
5. Meningkatkan
stabilitas jaringan
( mengurangi risiko
cedera) dan
mempertahankan
posisi sendi yang
diperlukan dan
kesejajaran tubuh
serta dapat
mengurangi
kontraktur
4. Defisit perawatan 1. Self care hygiene 1. Diskusikan dengan 1. Klien mungkin dapat
diri b.d gangguan Kriteria hasil: klien tingkat fungsional melanjutkan aktivitas
muskuloskeletal 1. Perawatan diri umum sebelum umum dengan
(penurunan ostomi untuk timbulnya / eksaserbasi melakukan adaptasi
kekuatan otot) eliminasi penyakit dan resiko yang diperlukan pada
2. Perawatan diri perubahan yang keterbatasan saat ini
aktivitas diantisipasi 2. Mendukung
kehidupan sehari- 2. Pertahankan mobilitas, kemandirian fisik
hari (ADL) kontrol terhadap nyeri, emosional klien
mampu untuk dan program latihan. 3. Menyiapkan klien
melakukan 3. Kaji hambatan klien untuk meningkatkan
aktivitas dalam partisipasi kemandirian, yang
perawaratan fisik perawatan diri. akan meningkatkan
dan pribadi Identifikasi rencana harga diri.
secara mandiri untuk modifikasi 4. Berguna dalam
atau denfan alat lingkungan menentukan alat
bantu 4. Konsultasi dengan ahli bantu untuk
3. Perawatan diri terapi okupasi memenuhi kebutuhan
hygiene: mampu 5. Mengatur evaluasi individual, missal
untuk kesehatan dirumah memasangkan
mempertahankan sebelum dan setelah kancing,
kebersihan dan pemulangan menggunakan alat
penampilan yang bantu, memakai
rapi secara sepatu, atau
mandiri dengan menggantungkan
atau tanpa alat pegangan untuk
bantu mandi pancuran.
4. Perawatan diri 5. Mengidentifikasi
hygiene oral: masalah masalah yang
mampu mungkin dihadapi
mempertahankan karena tingkat
mobilitas yang ketidakmampuan
diperlukan untuk aktual. Memberikan
kekamar mandi lebih banyak
dan menyediakan keberhasilan usaha
perlengkapan tim dengan orang lian
mandi yang ikut serta dalam
5. Membersihkan perawatan, missal tim
dan terapi okupasi
mengeringkan
tubuh
6. Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh
dan hygiene oral
5. Ansietas b.d 1. Anxuety level 1. Gunakan ketenangan 1. Untuk mencegah
kurangnya 2. Sosial anxiety dalam pendekatan terjadinya
informasi 1 level untuk menenangkan kecemasan pada
tentang penyakit, Kriteria hasil: klien. klien maka
penurunan 1. Klien mampu 2. Berusaha memahami hindarkanlah segala
produktifitas mengidentifikasi keadaan stress yang sesuatu yang
(status kesehatan dan dialami klien. menganggu klien
dan fungsi peran) mengungkapkan 3. Berikan informasi 2. Untuk menentukan
gejala cemas tentang diagnosa, kecemasan apa yang
2. Vital sign prognosis, dan di alami klien
dalam batas tindakan. 3. Untuk mengurangi
normal kecemasan klien
3. Postur tubuh, diberikan
ekspresi wajah, pengetahuan
bahasa tubuh mengenai kondisi
dan tingkat yang di alaminya
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

6. Resiko 1. Risk control 1. Lindungi klien dari 1. karena klien rentan


cedera/trauma b.d Kriteria hasil : kecelakaan jatuh untuk mengalami
hilangnya 1. Klien terbebas 2. Hindarkan klien dari fraktur patologis
kekuatan otot, dari cedera satu posisi yang bahkan oleh benturan
rasa nyeri 2. Klien mampu menetap, ubah posisi ringan sekalipun. Bila
menjelaskan klien dengan hati-hati klien mengalami
cara/metode 3. Bantu klien memenuhi penurunan kesadaran
untuk mencegah kebutuhan sehari-hari pasanglah tirali
injury /cedera selama terjadi tempat tidurnya
3. Klien mampu kelemahan fisik 2. perubahan posisi
menjelaskan 4. Atur aktivitas yang berguna untuk
faktor resiko dari tidak melelahkan klien mencegah terjadinya
lingkungan 5. Ajarkan cara penekanan punggung
/perilaku personal melindungi diri dari dan memperlancar
4. Mampu trauma fisik seperti aliran darah serta
memodifikasi cara mengubah posisi mencegah terjadinya
gaya hidup untuk tubuh, dan cara decubitus
mencegah injuri berjalan serta 3. kelemahan yang
5. Menggunakan menghindari dialami oleh pasien
fasilitas perubahan posisi yang hiperparatiroid dapat
kesehatan yang tiba-tiba mengganggu proses
ada pemenuhan ADL
6. Mampu pasien
mengenali 4. aktivitas yang
perubahan status berlebihan dapat
kesehatan memperparah
penyakit pasien
5. mencegah terjadinya
cedera pada pasien
7. Defisiensi 1. Knowledge : 1. tinjauan proses 1. Memberikan
pengetahuan b.d desease process penyakit, prognosis, pengetahuan di mana
kurangnya 2. Knowledge : dan harapan masa klien dapat membuat
informasi health behavior depan pilihan berdasarkan
Kriteria hasil : 2. Diskusikan kebiasaan informasi yang
1. Pasien dan klien dalam disampaikan
keluarga penatalaksanaan proses 2. tujuan control
menyatakan sakit melalui diet, obat penyakit adalah untuk
pemahaman obatan, serta program menekan inflamasi
tentang penyakit , diet seimbang, latihan, sendi jaringan lain
kondisi, dan istirahat guna
prognosis dan 3. Bantu klien dalam mempertahankan
program merencanakan jadwal fungsi sendi dan
pengobatan aktivitas yang realistis, mencegah deformitas
2. Pasien dan periode istirahat, 3. Memberikan struktur
keluarga mampu perawatan diri, dan mengurangi
melaksanakan pemberian obat obatan, ansietas pada waktu
prosedur yang terapi fisik, dan menangani proses
dijelaskan secara menajemen stress. penyakit kronis yang
benar 4. tekankan pentingnya kompleks
3. Pasien dan melanjutkan 4. Keuntungan dari
keluarga mampu manajemen farmako terapi obat obatan
menjelaskan teraupeutik tergantung ketepatan
kembali apa yang dosis.
dijelaskan
perawat /tim
kesehatan lainya.

d. Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan Keperawatan Implementasi adalah tahap keempat dari proses


keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang
yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda,
disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien.

Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreatifitas perawat.


Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan
tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa: tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan tindakan yang sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, serta
sesuai dengan kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif dan selalu
didokumentasikan menurut waktu .
e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya,
hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses
yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor
kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan
keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain,
apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan klien bisa
terpenuhi. Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa semua proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Adelia. (2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot dari Hidup Anda. Yogyakarta:

Brilliant Books

Depkes RI. (2009). Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes.

Gordon, N. F. 2002. Radang Sendi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Maryam, S & dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media Aescul

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai