Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


CEREBRAL PALSY DENGAN TAHAP PERTEMBANGAN
ANAK USIA SEKOLAH

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Keluarga

Pembimbing : Sri Yekti Widadi S.Kp. M,Kep

Disusun oleh:
ARINIZA VANDIA UTAMI
KHGD20057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2020/2021
A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Cerebral Palsy


Secara definisi, Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral
itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan,
atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan
tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem dan
penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang
buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-
karakter tersebut (Hidayat, 2010).
Menurut Dag Moster pada tahun 2010, Cerebral Palsy
merupakan sebagian besar penyebab umum kecacatan fisik di masa
kecil, dengan keterbatasan yang menetap pada seluruh kehidupan.
Cerebral palsy ditandai dengan gangguan gerakan nonprogressif dan
postur tubuh, dianggap hasil dari penyimpangan terhadap otak selama
masa perkembangan janin atau awal kehidupan anak.
Berdasarkan definisi tentang cerebral palsy di atas, dapat
disimpulkan bahwa cerebral palsy merupakan suatu kelainan yang
didapat sejak masa kanak-kanak, membuat menjadi lemah, mengalami
kelumpuhan, terganggunya gerakan dan postur tubuh, tidak ada
keseimbangan tubuh yang disebabkan karena adanya gangguan sistem
saraf motorik.
2. Etiologi
Ada beberapa etiologi cerebral palsy diantaranya :
a) Prenatal: Genetik atau kongenital (misalnya, anoxia, infeksi, alkohol
atau penyalahgunaan obat, ketidakcocokan Rh, dan gangguan
metabolisme, kurangnya asam folat)
b) Natal: Anoksia, perdarahan.
c) Postnatal: cedera kepala, infeksi, neoplasma, anoksia.
3. Manifestasi klinis
Karena keterlibatan sistem motorik pada cerebral palsy, hasil dari
kerusakan permanen berkembang pada otak, gejala lain dari kerusakan
otak organik juga dapat terjadi. Berikut ini adalah beberapa manifestasi
umum pada cerebral palsy:
a. Keterbelakangan mental. Sekitar 60% dari orang-orang dengan
cerebral palsy menunjukkan beberapa derajat keterbelakangan
mental.
b. Gangguan kejang. Kejang biasa menyertai cerebral palsy pada
30% sampai 50% kasus, yang terjadi terutama selama masa bayi
dan anak usia dini. Kejang dapat dikontrol dengan obat
antikonvulsan.
c. Defisit sensorik atau disfungsi. Pendengaran yang menurun lebih
umum terdapat pada cerebral palsy dari pada populasi normal
lainnya, dan gangguan mata mempengaruhi sekitar 35% dari orang
dengan cerebral palsy. Cacat visual yang paling umum adalah
strabismus.
d. Gangguan bicara. Lebih dari separuh pasien dengan cerebral palsy
memiliki beberapa masalah-ucapan, biasanya dysarthria yaitu
ketidakmampuan untuk mengartikulasikan kata-kata dengan baik
karena kurangnya kontrol dari otot-otot bicara.
e. Kontraktur yang bersamaan. Orang dengan kelenturan dan
kekakuan menunjukkan postur tungkai yang abnormal dan
kontraktur selama pertumbuhan, terutama karena tidak
berfungsinya otot.
4. Klasifikasi Cerebral Palsy
1. Cerebral palsy tipe Spastic
Tipe spastic adalah yang paling umum dari kasus cerebral palsy.
Presentase kejadiannya yaitu 50% sampai 70%. Ada berbagai tingkat
cerebral palsy tipe spastic. Penyebabnya bervariasi ada yang ringan
mempengaruhi beberapa gerakan sedangkan penyebab yang lebih parah
dapat menyebabkan pengaruh bagi seluruh tubuh. Spastic berarti
kekakuan atau keketatan otot-otot. Otot-otot ini menjadi kaku karena
pesan pada otot disampaikan secara tidak benar oleh bagian otak yang
rusak. Pada orang normal ketika akan melakukan suatu gerakan, maka
terjadi kesepakatan dari dua kelompok otot, yaitu ketika satu kelompok
melakukan suatu gerakan maka kelompok otot yang lain akan melakukan
pengenduran. Namun pada penderita cerebral palsy tipe spastic kedua
kelompok otot ini melakukan secara bersama-sama sehingga membuat
gerakan menjadi sulit.
Anak yang termasuk dalam cerebral palsy tipe spastic mempunyai ciri
hipertabilitas yang melibatkan otot sehingga bila diberikan sedikit
rangsangan akan menimbulkan kontraksi berlebihan, lengan, kaki dan
kepala seakan tertekuk, terbatasnya otot leher sehingga menimbulkan
gerakan berputar pada kepala, sulitnya mempertahankan postur tegak,
kurangnya koordinasi intraoral, perioral, dan otot pengunyahan;
memungkinan gangguan pengunyahan dan menelan, drooling berlebihan,
lidah seakan terdorong keluar dan gangguan bicara.
Tipe spastic terbagi menjadi:
a. Monoplegia
Pada monoplegia, hanya satu ekstrimitas saja yang mengalami
spastic, umumnya hal ini terjadi pada salah satu lengan/ekstrimitas
atas.
b. Diplegia
Spastic diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas.
Hal ini disebabkan oleh spastic yang menyerang traktus
kortikospinal bilateral. Dapat terjadi pada kedua lengan atau
kedua kaki pada tubuh. Sedangkan sistem-sistem lain normal.
c. Hemiplegia
Spastic yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang
biasanya menyerang ekstrimitas atas/ektremitas bawah,
menyerang lengan dan kaki pada salah satu sisi tubuh.

d. Triplegia
Spastic pada triplegia menyerang tiga buah ekstrimitas, umumnya
menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki.
e. Quadriplegia
Spastic yang tidak hanya menyerang ekstrimitas atas, tetapi juga
ekstrimitas bawah dan juga terjadi keterbatasan (paucity) pada
tungkai.

Gambar 2.2 : Klasifikasi cerebral palsy tipe spastic


Sumber :Jesse Reiter. Birth injury attorney jesse reiter answers a
frequently asked question: what is spastic cerebral palsy? Available
from: www.abclawcenters.com. Accessed 17 dec 2014.

2. Cerebral Palsy tipe Athetosis


Tipe athetosis adalah kelainan yang disebabkan oleh luka pada sistem
ekstra piramida yang terletak pada otak depan maupun tengah. Tipe ini
terjadi sekitar 15% sampai 20% dari orang yang terkena.20
Gambar 2.3 : Cerebral palsy athethosis
Sumber: Jesse Reiter. Incredible treatment and
therapy enable a boy with cerebral palsy and severe
motor dysfunction to overcome homelessness and
other hardships to become a recognizedwriter.
Available from: www.abclawcenters.com.
Accessed 17 dec 2014.

Diskinesia atau palsy athetoshis ditandai dengan ciri hipotonia dan pergerakan
lambat pada ekstremitas, bahu, otot wajah, dan gerakan menggeliat tak terkendali.
Orang dengan tipe ini sering mengalami perubahan dalam otot di semua anggota
tubuh mereka, otot menjadi kaku saat melakukan aktivitas dan normal saat tidur.
Berbicara juga bisa sulit untuk dipahami karena kesulitan dalam mengendalikan
lidah, pernapasan dan penggunaan pita suara. Masalah pendengaran juga dapat terkait
dengan athethosis. Selain itu, gerakan involunter seperti menyeringai, menggeliat dan
menyentak secara tiba-tiba akan mengganggu gerakan volunter. Selain itu anak-anak
dengan cerebral palsy tipe athetosis memiliki insiden drooling lebih rendah
dibandingkan dengan tipe cerebral palsy spasticity.
3. Ataxia
Kondisi ataxia tidak begitu umum dibandingkan dengan spasticity dan athetosis.
Kondisi ini disebabkan oleh luka pada otak kecil yang terletak dibagian belakang
kepala (cerebellum) yang bekerja sebagai pengontrol keseimbangan dan koordinasi
pada kerja otot. Angka kejadian tipe ini yakni 5% hingga 10%
Gambar 2.4 : Cerebral palsy athethosis
Sumber: Jesse Reiter. Incredible treatment and therapy
enable a boy with cerebral palsy and severe motor
dysfunction to overcome homelessness and other hardships
to become a recognized writer. Available from:
www.abclawcenters.com. Accessed 17 dec 2014.

Anak yang termasuk dalam cerebral palsy ataxia memiliki ciri keseimbangan
terganggu, pergerakan mengulang, refleks hipoaktif, terjadinya nistagmus yaitu
gerakan ritmik pada mata yang tidak terkontrol sering menyebabkan penurunan
ketajaman visual, gerakan involunter, terutama pada inisiasi dan penghentian gerak,
sehingga terjadi lintasan gerak yang tidak teratur (dysynergia) atau berjalan tidak
secara garis lurus, tremor terminal, dan melampaui tungkai (dysmetria). Ketika
berbicara bisa menjadi dysrhythmic (scanning dysarthria) dan artikulasi tidak jelas,
dengan pengontrolan napas yang tidak teratur. Sulit menelan atau tersedak juga
mungkin terjadi. Otot menunjukkan penurunan tonus, sehingga pemeliharaan postur
tubuh buruk
dan mengurangi kemampuan untuk memeriksa gerakan yang berlebihan (pulih atau
11,24,15,16
bergoyang).
4. Cerebral palsy tipe Campuran
Cerebral palsy tipe ini memiliki frekuensi kejadian 5% sampai 10%. Dua
atau lebih jenis yang muncul pada orang yang sama. Kombinasi karakteristiknya
misalnya campuran spasticathetoid quadriplegia. Kekakuan otot berada dalam
keadaan kontraksi konstan. Kondisi ini ditandai dengan jangka waktu yang lama
di mana otot-otot ekstremitas atau batang tubuh tetap kaku, menolak setiap upaya
untuk memindahkan mereka.
B. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga
f) Genogram (minimal 3 generasi)
Riwayat keluarga terdekat yang menderita penyakit genetic/turunan.
g) Tipe keluarga
Dalam (Setiadi: 2013) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu:
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung
atau angkat).
b) The Extended Family (keluarga besar)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, atau keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti
nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek),
keponakan.
c) The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam suatu rumah.
d) Single Parent (orang tua tunggal)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e) The single adult living alone
Yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya.
f) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
g) Kin Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi dan lain-lain).
h) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
i) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekend”
j) Keluarga Usila
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
k) Composit Family
Yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.
l) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
c) The Non Marital Heterosexsual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
d) Gayand Lesbian Family
Dua individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama dalam satu rumah tangga sebagaimana “marital pathners”.
e) Cohabitating Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu.
f) Group Marriage Family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.
g) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
samalain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
i) Homeles Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
j) Gang/Together Family
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
h) Suku Bangsa
Mengkaji suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
i) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
j) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga
k) Aktivitas rekreasi keluarga

2. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga


Yang harus di kaji dalam tahap ini diantaranya :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga
Dalam (Setiadi, 2013) membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:
1) Keluarga Baru (beginning family). Pasangan baru menikah dan belum
mempunyai anak. Tugas perkembangan :
a) Membentuk pernikahan yang memuaskan antar pasangan
b) Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
c) Merencanakan dengan matang jumlah anak
d) Memperjelas peran masing-masing pasangan
e) Keluarga berencana
2) Keluarga Dengan Anak Pertama<30 bulan (childbearing). Masa ini merupakan
transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan :
c) Membentuk keluarga muda sebagai unit yang stabil (persiapan bbl)
d) Memperbaiki hubungan setelah terjadi konflik tetang tugas perkembangan
e) Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
f) Mempertahankan hubungan dengan keluarga besar
8. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah, tugas perkembangan keluarga :
a) Mulai mensosialisasikan anak dengan lingkungan keluarga besar
b) Mengenalkan kultur keluarga
c) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
d) Memenuhi kebutuhan bermain anak
e) Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
f) Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
g) Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
9. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13), tugas perkembangan keluarga pada
saat ini adalah:
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
b) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c) Menyediakan aktifitas untuk anak.
d) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dan mengikutsertakan anak.
e) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
10. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun). Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini:
a) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
b) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gap komunikasi).
c) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
11. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak pertama meninggalkan rumah). Tugas
perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
12. Keluarga Usia Pertengahan (middle age family). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah:
a) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial
dan waktu santai.
b) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c) Keakraban dengan pasangan.
d) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e) Persiapan masa tua/pensiun.
13. Keluarga Lanjut Usia. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
b) Menerima kematian pasangan dan saling merawat.
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d) Melakukan lifereview masa lalu.
3. Pengjakian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, denah rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/ kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat, yang mempengaruhi ksehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat (pendatang atau bukan).
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan hubungan sosial yang positif behubungan dengan hasil
kesehatan yang lebih baik, umur panjang, dan penurunan tingkat stress.
Sebaliknya , kehidupan keluarga juga dapat menimbulkan stress dan koping
disfungsional dengan akibat yang dapat mengganggu kesehatan fisik (gangguan
pola tidur, tekanan darah tinggi, penurunan respon imun).
b) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan atau perubahan yang terjadi atau
dialami seseorang sebagai hasil dari interaksi dam pembelajaran peran sosial.
Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Tugas keluarga sesuai dengan kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
meliputi: (Ridwan, 2016)
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh terabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan arena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami oleh keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau
keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan-perubahan keluarga, perlu
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan
yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar
memperoleh bantuan.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah di ketahui oleh keluarga sendiri.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindak lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan
atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Adalah bagaimana keluarga menjaga lingkungan agar bisa dijadikan
sebagai pendukung kesehatan. Untuk itu, keluarga perlu mengetahui
tentang sumber yang dimiliki sekitar lingkungan rumah.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
Pada masyarakat tradisional keluarga yang sakit memiliki kecenderungan
enggan pergi ke pusat pelayanan kesehatan yang sudah disediakan
pemerintah.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
1. Berapa jumlah anak.
2. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.
3. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
1. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stresor jangka pendek
Stressor jangka pendek yaitu sesuatu yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang
Stressor jangka panjang yaitu sesuati yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
c. Strategi koping yang harus digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan TTV
Kepala : biasanya ada gerakan volunter
Mata : biasanya terjadinya nistagmus
Hidung : biasanya tidak ditemukan kelainan
Mulut : biasanya kesulitan dalam mengunyah, kesulitan mengendalikan lidah,
ketika berbicara artikulasi tidak jelas.
Leher : biasanya terjadi kesulitan dalam menelan.
Dada : biasanya tidak ditemukan kelainan
Perut : biasanya tidak ditemukan kelainan
Kulit : biasanya tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas atas dan bawah : biasanya terjadi kekakuan otot, kehilangan
kekuatan otot, pergerakan lambat dan kaku.
8. Tingkat Kemandirian Keluarga
a. Tingkat kemandirian keluarga
Kemandirian keluarga dibagi dalam 4 tingkatan yaitu: Keluarga mandiri
tingak 1 (paling rendah) sampai Keluarga mandiri tingkat IV (paling tinggi)
(Ridwan, 2016):
1) Keluarga mandiri tingkat pertama (KM-I)
Kriteria:
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
2) Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
3) Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

4) Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)


a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan sesuai anjuran.
e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
Tabel 1
Penilaian Tingkat Kemandirian
No Kriteria Tingkat Kemandirian
1 2 3 4
1 Menerima Petugas √ √ √ √
2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana √ √ √ √
keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah √ √ √
kesehatannya secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas pelayananan kesehatan √ √ √
sesuai anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai √ √ √
anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif √ √
7 Melakukan tindakan peningkatan atau promotif √
secara aktif

C. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Hambatan mobilitas fisik
a. Pengertian
Keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan
terarah
b. Batasan karakteristik
1) Dyspnea setelah beraktivitas
2) Gangguan sikap berjalan
3) Gerakan lambat
4) Gerakan spastik
5) Gerakan tidak terkoordinasi
6) Instabilitas postur
7) Kesulitan membolak balikan posisi
8) Keterbatasan rentang gerak
9) Ketidaknyamanan
10) Melakukan aktivitas sebagai pengganti pergerakan (meningkatkan perhatian pada
aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, focus pada aktivitas sebelum sakit)
11) Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motoric kasar
12) Penurunan waktu reaksi
13) Tremor akibat gerak
c. Factor yang berhubungan
1) Agens farmaseurtikal
2) Ansietas
3) Disuse
4) Fisik tidak bugar
5) Gangguan fungsi kognitif
6) Gangguan metabolisme
7) Gangguan musculoskeletal
8) Gangguan neuromuscular
9) Gangguan sensoriperseptual
10) Gaya hidup kurang gerak
11) IMT diatas persentil ke-75 sesuai usia
12) Intoleransi aktivitas
13) Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
14) Kerusakan integritas struktur tulang
15) Keterlambatan perkembangan
16) Kontrktur
17) Penurunan kekuatan otot
18) Penurunan kendali otot
19) Penurunan ketahanan tubuh
20) Penurunan massa otot
21) Program pembatasan gerak
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
a. Pengertian
Pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam proses keluarga suatu program
untuk pengobatan penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk
memenuhi tujuan kesehatan tertentu
b. Batasan karakteristik
1) Akselerasi gejala penyakit seorang anggota keluarga
2) Kegagalan melakukan tindakan mengurangi factor risiko
3) Kesulitan dengan regimen yang ditetapkan
4) Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan
5) Kurang perhatian pada penyakit
c. Faktor yang berhubungan
1) Kerumitan regimen terapeutik
2) Kerumitan system pelayanan kesehatan
3) Kesulitan ekonomi
4) Konflik keluarga
5) Konflik pengambilan keputusan
D. Skoring
Prioritas masalah/ skoring adalah menentukan diagnose mana yang menjadi
diagnosa prioritas.
Tabel 2
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : - Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : - Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1 2
- Tidak cepat 0
3 Potensi masalah untuk di cegah
Skala : - Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : - Masalah berat harus segera 2
ditangani
- Ada masalah, tapi tidak 1 1
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
E. Rencana Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rasional


No Intervensi
Keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
1 Hambatan mobilitas fisik Setelah Setelah dilakukan Respon verbal 1) keluarga Peningkatan latihan :
b.d Ketidakmampuan diberikan tindakan dan motorik mampu peregangan
keluarga mengenal masalah tindakan keperawatan menjelaskan 1. Berikan informasi 1. untuk
kesehatan. keperawatan selama 3x 30 menit terapi yang mengenai pilihan meningkatkan
selama 3 kali kemampuan tepat untuk urutan, kegiatan pengetahuan
kunjungan keluarga mengenal merawat peregangan sfesifik, keluarga
keluarga masalah kesehatan anggota tempat, dan waktu. mengenai
mampu meningkat dengan keluarganya 2. Instruksikan untuk masalah
merawat kriteria hasil: yang sakit memulai latihan kesehatan
anggota 1) Kontraksi 2) keluarga rutin pada kelompok 2. agar otot-otot
keluarganya kekuatan otot mampu otot/sendi yang tidak tidak kaku
yang sakit. meningkat memberikan kaku 3. untuk
2) Keseimbangan terapi kepada 3. Instruksikan untuk mencegah
gerakan anggota menghindari stimulasi
meningkat keluarganya gerakan cepat, kuat, berlebihan dari
yang sakit atau memantul. reflex motoric
atau nyeri otot
yang berlebihan.
2 Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan Respon verbal 1. Keluarga Mobilisasi keluarga
pemeliharaan kesehatan b.d dilakukan tindakan mampu 1. Berikan informasi 1. Untuk
Ketidakmampuan merawat kunjungan keperawatan menjelaskan kepada keluarga meningkatka
anggota keluarga yang sakit. selama 3 kali selama 3 x 30 tentang untuk membantu n perawatan
ketidakefektif menit penyakit mereka dalam yang optimal
an ketidakmampuan cerebral palsy mengidentifikasi 2. Dukungan
pemeliharaan merawat anggota 2. Keluarga keterbatasan dan keluarga dan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rasional
No Intervensi
Keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
kesehatan keluarga yang sakit mampu kemajuan pasien serta keterlibatan
keluarga teratasi, dengan menjelaskan implikasinya untuk keluarga
teratasi. kriteria hasil: masalah perawatan pasien dibutuhkan
1) Mengikuti atau kesehatan yang (memberikan dalam
memperhatikan terjadi. pendidikan kesehatan) peningkatan
pesan-pesan untuk 2. Ajarkan pemberian terapi
mengatasi masalah perawatan di rumah
kesehatan. mengenai terapi
2) Diskusikan pasien, yang sesuai.
dengan keluarga
agar saling
memotivasi untuk
menjaga
kesehatannya.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
CEREBRAL PALSY PADA KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH DI KP. CIGUGUR
DESA TANJUNGJAYA KECAMATAN BANJARWANGI
GARUT
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga

Program Profesi Ners Angkatan X

Pembimbing: Sri Yekti Widadi, S.Kp.,M.Kep

Disusun oleh :

ARINIZA VANDIA UTAMI

KHGD 20057

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


STIKES KARSA HUSADA GARUT
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN CEREBRAL PALSY
PADA KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA
SEKOLAH DI KP. CIGUGUR DESA TANJUNGJAYA KECAMATAN
BANJARWANGI GARUT

I. Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. A
2. TTL/ Umur : 12 Agustus 1975
3. Pekerjaan : Sopir
4. Pendidikan : SD
5. Alamat dan Telpon : Kp. Cigugur RT/RW 01/04, Desa
Tanjungjaya, Kecamatan Banjarwangi,
Kabupaten Garut.
6. Komposisi Keluarga dan Genogram
a. Komposisi
Hub dg KK
Jenis kelamin

Pendidikan
TTL/Umur
No

Status

Pekerjaan
Inisial
Agama

anggota
keluarga
perkawinan

1. An. P L Isla Anak 12th Blm - -


m mnkh
b. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki meninggal : Tinggal serumah


: Perempuan meninggal : Klien
: Garis keturunan : Laki-laki
: Garis perkawinan : Perempuan

7. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. P adalah tipe keluarga Singgle Parent, yang terdiri dari
ayah dan 1 anak yang tinggal dalam satu rumah.
8. Budaya
- Suku bangsa : Sunda
- Bahasa yang digunakan : Bahasa Sunda
- Pantangan : Tidak ada pantangan
- Kebiasaan keluarga terkait kesehatan : Tidak ada kebiasaan khusus,
jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya suka memakan obat
dari warung atau menggunakan obat herbal.
9. Kegiatan rutin keagamaan di rumah :
Keluarga Tn.A menganut agama islam. Kegiatan beribadah biasanya
dilakukan di masjid, tetapi kadang juga di rumah. Tn.A biasa ikut
pengajian di masjid yang ada di kampungnya.
10. Status sosial ekonomi keluarga :
- Penghasilan anggota keluarga : penghasilan keluarga Tn. A tidak
menentu, namun Tn. A mengatakan 1 bulan mendapatkan
penghasilan tidak kurang dari Rp. 1.000.000,- / bulan dari hasil
kerjanya sebagai sopir.
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari : adapun kebutuhan yang
diperlukan keluarga seperti makan, membayar listrik dan lain-lain
berjumlah > Rp. 1.000.000.
- Tabungan/ asuransi : kareka masalah ekonomi yang kurang Tn. A
tidak memiliki tabungan ataupun asuransi.
11. Aktivitas rekreasi keluarga (dalam dan luar rumah)
Keluarga melakukan rekreasi dengan nonton tv, bersilaturahmi ke
tetangga. Keluarga Tn. A jarang melakukan rekreasi ke tempat pariwisata.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A adalah keluarga dengan anak
usia sekolah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah
menyosialisasikan anak, mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik keluarga.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti


Tn. A dalam kondisi sehat tetapi Tn. A mengatakan bahwa An. P tidak
mampu melakukan aktivitas apapun karena mengalami kelumpuhan.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menurut penuturan Tn. A ketika petama mengadopsi An. P ketika baru
lahir tidak terlihat ketidaknormalan tetapi ketika umur 3 bulan mulai
menunjukan tidak ada respon ketika diajak main diberikan rangsangan. Tn.
A mengungkapkan bahwa ketika sedang di dalam kandungan ibu kandung
An. P sering mengkonsumsi obat-obatan dan berusaha untuk
menggugurkan kandungannya. Tn. A tidak memiliki riwayat penyakit
hanya pernah terserang flu, batuk dan demam karena kelelahan bekerja.
c. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
- Status : Rumah Tn. P yaitu milik sendiri, terdiri dari satu ruang
tamu, dua kamar tidur, satu ruang dapur, satu toilet.
- Denah :
2 U
3

1
4

1 5

Keterangan :
1 = Kamar tidur
2 = WC
3 = Dapur
4 = Ruang T
5 = Ruang Tamu

= jendela
= pintu

- Kondisi : Kondisi rumah Tn. A cukup bersih memiliki 6 jendela


dengan kisikisi di atasnya yaitu terdapat 2 di kamar utama, 3 di
ruang tamu, 1 di ruang tv. Jendela tersebut dapat dibuka dan tidak
permanen sehingga ventilasi tercukupi. Dan terdapat 1 ventilasi di
toilet. Ukuran rumah 8x9 meter, rumah permanen, atap terbuat dari
genteng, lantai menggunakan ubin.
- Kebiasaan perawatan : cara mengatur perabotan cukup rapih,
kebiasaan merawat rumah yaitu dengan cara disapu satu kali dan di
pel satu kali dalam sehari.
- System pembuangan sampah : keluarga Tn. A membuang sampah
dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu lalu dipisahkan antara
sampah basah dan kering, sampah basah sisa makanan di buang ke
kolam ikan dan sampah kering di bakar di halaman rumah.
- System drainage air : Untuk pembuangan air limbah rumah tangga
seperti air cucian dan air yang berasal dari kamar mandi langsung
disalurkan ke septitank.
- Kondisi jamban dan sumber air : Rumah Tn. A memiliki jamban
sendiri yang berada di dalam rumah. Dinding toilet tersebut dari
tembok, keadaan toilet bersih dan tidak licin. Sumber air berasal
dari sumur yang dipasang sanyo, digunakan untuk keperluan
mencuci piring, mandi dan memasak. Keadaan air tidak berasa,
tidak berbaau dan tidak berwarna.
- Pengetahuan tentang masalah kesehatan : Bak air yang menjadi
tempat penampungan air di rumah Tn. A jarang di bersihkan.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli, hubungan antar
tetangga baik, selalu kompak dalam mengadakan kegiatan
kemasyarakatan, lingkungan sekitar adalah keluarga, Tn. A merupakan
warga RT/RW 01/04.
3. Mobilitas geografis keluarga
Tn. A tinggal di kampung cigugur sejak kecil dan semenjak menikah
Tn. A membawa istrinya dan mengadopsi anak. Letak rumah di daerah
pedesaan dan tidak jauh dari jalan raya, mudah dijangkau oleh sepeda
motor maupun kendaraan roda empat, daerah sekitar kampung cigugur
merupakan perkebunan dengan iklim tropis.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. A biasanya selalu berkumpul di ruang tv, Tn. A sering
mengikuti pengajian dan kegiatan di masjid begitu juga kegiatan
kemasyarakatan seperti gotong royong dan ronda.
5. System pendukung keluarga
Ketika membutuhkan biaya tambahan yang tidak terduga dan cukup besar
biasanya Tn. A meminjam uang kepada kakaknya yang tinggal dekat
rumah. Karena baru saja bercerai dengan istrinya, untuk makan sehari-hari
Tn. A makan di rumah kakanya.

d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga : komunikasi keluarga menggunakan Bahasa
sunda. Komunikasi antar anggota keluarga tidak lancar dan tertutup karena
An. P tidak mampu berbicara. Dalam berkomunikasi dengan tetangga Tn.A
menggunakan Bahasa sunda dan menjalin komunikasi yang baik dengan
tetangga.
2. Struktur kekuatan keluarga : Struktur kekuatan keluarga yaitu Tn. A
sebagai pengambil keputusan atas segala peraturan rumah tangga dan tidak
di musyawarahkan terlebih dahulu dengan anggota keluarga yang lain.
3. Struktur peran (formal dan informal) :
a. Peran formal : Tn. A berperan sebagai anggota masyarakat Kp.
Cigugur RT/RW 01/04, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Banjarwangi,
Kabupaten Garut.
b. Peran informal : Tn. A berperan sebagai seorang ayah dari An. P dan
mampu menjalani perannya sebagai orang tua tetapi gagal menjadi
suami untuk istrinya karena Tn. A baru saja bercerai dengan istrinya.
4. Nilai/ norma keluarga : Tn. A mengatakan nilai dan norma yang berlaku
dalam keluarga di sesuaikan dengan aturan agama islam yang dianut oleh
keluarga serta masyarakat disekitarnya.
e. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif : Hubungan antar keluarga baik dan saling mendukung,
meskipun keadaan An. P seperti itu tetapi Tn. A sangat menyayangi
anaknya. Apabila ada anggota keluarga yang sakit Tn. A mengatakan tidak
akan langsung membvawanya ke pelayanan kesehatan, tapi akan
mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu.
2. Fungsi sosialisasi : Tn. A mengatakan bahwa di dalam anggota keluarganya
jarang berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain karena keadaan An. P
yang tidak dapat diajak berkomunikasi.
3. Fungsi reproduksi : Tn. A mengatakan mempunyai 1 anak angkat, Tn. A
sudah beberapa kali menikah tetapi tidak mempunyai anak karena Tn. A
mandul.
4. Fungsi Ekonomi : Menurut Tn. A keluarganya belum sepenuhnya
terpenuhi kebutuhan sandang dan pangannya, penghasilan yang dimiliki
Tn. A masih kurang sehingga tidak memiliki dana untuk di tabung/
disimpan.
5. Fungsi perawatan kesehatan :
a) Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Tn. A mengetahui bahwa pentingnya kesehatan dalam hidup, Tn. A
belum mengetahui dan tidak dapat mengungkapkan masalah
kesehatan yang terjadi di keluarganya secara benar. Tn. A mengatakan
bahwa An. P mengalami kelumpuhan tetapi tidak tahu masalah
kesehatan yang sedang di derita An. P
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Dalam mengambil keputusan Tn. A kurang tepat seperti halnya jika
pada saat sakit ia tidak segera memeriksakan diri ke dokter praktek
atau ke puskesmas terdekat, hanya diobati dengan penyakit herbal atau
obat warung. Pengambil keputusan atas segala peraturan rumah
tangga tidak dimusyawarahkan terlebih dahulu dan Tn. A sebagai
pengambil keputusan.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ketika ada anggota keluarga yang sakit Tn.A merawatnya dengan cara
memberikan obat herbal atau membeli obat warung. Tn. A tidak tahu
bagaimana seharusnya cara merawat An. P yang kondisinya seperti itu
karena tidak tahu masalah kesehatan apa yang sedang terjadi pada An.
P. Bahkan ketika An. P menunjukan gejala tidak mampu apa-apa,
keluarga hanya membiarkannya saja, bahkan sampai saat ini An. P
tidak pernah pergi ke dokter untuk mengkonsultasikan terkait masalah
kesehatan yang terjadi pada An.P.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan sehat
Keluarga Tn. A mengerti cara memelihara lingkungan rumah yang
sehat. Terlihat dari kebersihan rumah, pencahayaan, dan ventilasi
yang cukup.
e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan keluarga terdekat adalah puskesmas, keluarga
belum terlalu memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut, namun
keluarga Tn. A lebih sering menggunakan obat herbal dan obat
warung. Adanya KIS tidak terlalu dimanfaatkan oleh keluarga, karena
mereka malas antri ketika melakukan pengobatan di puskesmas.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan jangka pendek
Stressor jangka pendek : saat ini Tn. A sedang mengalami sedikit
murung karena baru saja bercerai dengan istrinya.
Stressor jangka panjang : Keluarga Tn. A mempunyai anak yang tidak
mampu melakukan apa-apa sehingga membuat Tn. A merasa bingung
harus bagaimana kedepannya dan bagaimana cara mengasuh An. P
sendirian yang biasaya dilakukan oleh sang istri
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Ketika keluarga Tn. A memiliki masalah Tn. A mempasrahkan diri,
berdoa, berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi dan mengatasi
masalah.
3) Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan, Tn. A
mengatakan biasanya meminta dukungan atau mediskusikannya dengan
saudara kandungnya sendiri.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Berdasarkan hasil pengkajian keluarga Tn. A menyelesaikannya dan
mengatasinya dengan baik dengan cara bermusyawarah.
g. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Kegiatan Tn.A An. P
1. Pola makan
a. Frekuensi 3x/hari 3x/hari
b. Jenis Nasi, sayur dan Nasi, sayur dan
makanan lauk pauk lauk pauk

c. Porsi 1 porsi 1 porsi (dibantu)


2. Pola Minum
a. Frekuensi 7-8 gelas/hari 7-8 gelas/hari
b. Jenis Air putih Air putih
minuman (dibantu)
3. Pola Istirahat
a. Tidur siang 1 jam/hari 30 Menit
b. Tidur 6-8 jam/hari 6-7 jam/hari
Malam
c. Keluhan Tidak ada Tidak ada
4. Personal
hygene
a. Mandi 1x/hari 1x/hari
b. Gosok gigi 1x/hari 1x/hari
c. Cuci rambut 1x2 hari 1x3 hari
d. Ganti baju
1x/hari 1x/hari
(dibantu)
5. BAB
a. Frekuensi 1x/hari 1x/hari
b. Konsistensi Padat Padat
6. BAK
a. Frekuensi 5-6 x/hari 5-6 x/hari
b. Warna Kuning Kuning

h. Pemeriksaan fisik
Aspek yang
No Tn. A An. P
diperiksa
1 2 3 4
1 Keadaan Umum Tampak bugar Klien terbaring
lemah di tempat tidur
2 Kesadaran Compos mentis Compos mentis
3 Tanda-tanda
vital 120/90 mmHg 100/80
TD 79 x/menit 85 x/menit
Nadi 20 x/menit 22 x/menit
Respirasi 36,6 ͦ C 37 ͦ C
Suhu
4 Kepala
Rambut Tampak bersih Tampak bersih
Warna Hitam Hitam
Kulit kepala Bersih Bersih
Tidak ada luka atau Tidak ada luka atau
benjolan benjolan
Tidak ada keluhan Gerakan volunter
Keluhan
5 Mata
Konjungtiva Anemis Anemis
Sclera Putih Putih
Refleks pupil Miosis Miosis
Fungsi Baik Terjadinya nistagmus
penglihatan Tidak tampak atau (gerakan ritmik pada
adanya luka, oedema, mata yang tidak
tidak tampak terkontrol)
penggunaan alat bantu
penglihatan.
6 Hidung
Bentuk Simetris Simetris
Fungsi Baik Tidak terkaji
Penciuman Tidak ada polip
hidung, tidak ada
keluhan nyeri, tidak
ada luka atau bejolan.

Keluhan Tidak ada Tidak terkaji


7 Mulut
Keadaan Bersih Tampak kotor
Mukosa Lembab Lembab
Aspek yang
No Tn. A An. P
diperiksa
1 2 3 4
Fungsi Baik Tampak ada banyak
Pengecapan Tidak ada keluhan karang gigi karena
nyeri menelan, tidak jarang sikat gigi, gigi
ada karang gigi, tidak tampak kekuningan,
tampak adanya tampak adanya
stomatitis. stomatitis.

Keluhan Tidak ada keluhan. Klien tampak


kesulitan dalam
mengunyah,
kesulitan dalam
mengendalikan lidah,
sering menggigit jari-
jari tangannya
sampai berdarah,
ketika berbicara
artikulasi tidak jelas.
8 Telinga
Bentuk Simetris Simetris
Kebersihan Bersih Bersih
Fungsi Baik Baik
pendengaran Tidak tampak adanya Tidak tampak adanya
luka, atau benjolan, luka, atau benjolan.
tidak ada keluhan
nyeri.
Keluhan Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
9 Leher
Peningkatan Tidak ada Tidak ada
JVP Baik Tampak kesuliatan
Refleks dalam menelan
menelan
Tidak ada keluhan

Keluhan
10 Dada
Inspeksi: simetris, Inspeksi: simetris,
bentuk dan fostur bentuk dan fostur
normal, tidak ada normal, tidak ada
tanda-tanda distress tanda-tanda distress
pernafasan, warna pernafasan, warna
kulit sama dengan kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak warna kulit lain,
ikterik/sianosis, tidak tidak ikterik/sianosis,
ada tidak ada
pembengkakan/penonj pembengkakan/peno
Aspek yang
No Tn. A An. P
diperiksa
1 2 3 4
olan/edema. njolan/edema.
Palpasi: integritas Palpasi: integritas
kulit baik, tidak ada kulit baik, tidak ada
nyeri tekan, massa, massa, atau tanda-
atau tanda-tanda tanda peradangan,
peradangan, ekspansi ekspansi simetris,
simetris, tractil tractil fremitus
fremitus cenderung cenderung teraba
teraba lebih jelas di lebih jelas di sebelah
sebelah kanan. kanan.
Perkusi: sonor Perkusi: sonor
Auskultasi: bunyi Auskultasi: bunyi
nafas vesikler, bunyi nafas vesikler, bunyi
jantung S1 S2 reguler jantung S1 S2 reguler
11 Abdomen Inspeksi: warna tidak Inspeksi: warna tidak
ikterik, bentuk ikterik, bentuk
normal, tampak datar, normal, tampak
tidak ada luka, tidak datar, tidak ada luka,
ada bejolan. tidak ada bejolan.
Auskultasi: bising Auskultasi: bising
usus normal 12x/ usus normal 12x/
menit. menit.
Palpasi: ada keluhan
nyeri pada daerah
abdomensebelah kiri
atas
12 Ekstremitas Kaki dan tangan Kaki dan tangan
simetris, mampu tidak simetris,
melakukan ROM pergerakan lambat
secara penuh, dan kaku pada
kekuatan otot 5 : ekstermitas atas dan
mampu menggerakan bawah, gerakan
persendian dalam menggeliat tak
lingkup gerak penuh, terkendali pada
melawan gaya ekstermitas atas dan
grafitasi, mampu bawah, kekuatan otot
melawan dengan 2 : ada gerakan pada
tahan penuh. sendi tetapi tidak
dapat melawan
gravitasi (hanya
bergeser)

i. Harapan keluarga
Keluarga Tn. A mengatakan harapan untuk ke depannya adalah semoga

selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Tn. A juga mengatakan bahwa ia

berharap lewat adanya praktek dari mahasiswa/i STIKes Karsa Husada Garut

mampu meningkatkan kesehatannya dan mengatasi permasalahan di

keluarganya.

II. Tingkat kemandirian keluarga

Tabel. 3
Tingkat kemandirian keluarga
Tingkat
No Kriteria kemandirian
1 2 3 4
1 Menerima petugas √
2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan √
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan atau promotif secara
aktif

Hasil pengkajian: tingkat kemandirian keluarga Tn. A termasuk ke dalam

tingkat satu, yaitu: keluarga menerima perawat, keluarga menerima pelayanan

kesehatan

III. Diagnosa keperawatan keluarga

b. Analisa Data

Tabel. 4
Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 2 3 4
1 DS : Ketidakmampuan Hambatan mobilitas
No Data Etiologi Problem
1 2 3 4
1. Tn. A mengatakan bahwa keluarga fisik
An. P tidak mampu merawat anggota
melakukan aktivitas apapun keluarga yang
karena mengalami sakit
kelumpuhan.
DO :
1. Keadaan umum klien
tampak terbaring lemah di
tempat tidur
2. Kaki dan tangan tidak
simetris
3. Pergerakan lambat dan
kaku pada ekstermitas atas
dan bawah
4. Gerakan menggeliat tak
terkendali pada ekstermitas
atas dan bawah
5. Kekuatan otot 2 : ada
gerakan pada sendi tetapi
tidak dapat melawan
gravitasi (hanya bergeser)
2 DS : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
1. Tn. A mengatakan bahwa keluarga Pemeliharaan
An. P mengalami mengenal Kesehatan
kelumpuhan tetapi tidak masalah
tahu masalah kesehatan kesehatan
yang sedang di derita An.
P
2. Tn. A mengatakan belum
pernah membawa An. P
pergi/konsultasi ke dokter
terkait masalah kesehatan
yang sedang dialami An.
P
DO :
1. Tn. A belum mengetahui
dan tidak dapat
mengungkapkan masalah
kesehatan yang terjadi di
keluarganya secara benar
2. Tingkat kemandirian
keluarga Tn. A termasuk
ke dalam tingkat satu
c. Skoring

1) Skoring Hambatan mobilitas fisik pada An. P keluarga Tn. A

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

Tabel 3.5
Skoring Masalah 1
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah An. P terbaring lemah di
actual tempat tidur tidak mampu
3/3 x 1 1
melakukan apaapa,
hambatan mobilitas fisik.
2 Kemungkinan Klien dan keluaga tampak
dapat diubah antusias mendapatkan
sebagian 1/2 x 2 1 pendidikan kesehatan
terkait penyebab cerebral
palsy
3 Potensial Rendah, karena An. P sama
masalah untuk 1/3 x 1 1/3 sekali tidak mampu
dicegah rendah melakukan apapun.
4 Menonjolnya Klien dan keluarga
masalah : menganggap
masalah berat, ketidakmampuan ini bisa
2/2 x 1 1
harus segera diatasi dengan sedikit
ditangani. bantuan petugas kesehatan
dan kesadaran keluarga.
Jumlah 3 1 /3

2) Skoring ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga

berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga

yang sakit.

Tabel 3.6
Skoring Masalah 2
No Kriteria P erhitungan Sk or Pembenaran
1 Sifat masalah: Masalah memerlukan
aktual 3/3 x 1 1 tindakan segera dan disadari/
dirasakan keluarga.
2 Kemungkinan Klien dan keluarga tampak
dapat diubah: 1/2 x 2 1 antusias untuk meningkatkan
sebagian kesehatannya
3 Potensial Keluarga mempunyai
masalah untuk kemauan untuk lebih peduli
3/3 x 1 1
dicegah: tinggi terhadap aggota keluarga
yang sakit.
4 Menonjolnya Keluarga tidak merasakan
masalah: ada masalah dalam
0/2 x 1 0
masalah tidak pemeliharaan kesehatannya.
dirasakan
Jumlah 3

d. Diagnosa Keperawatan keluarga berdasarkan prioritas masalah

1) Hambatan mobilitas fisik pada An. P keluarga Tn. A berhubungan

dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit.

Ditandai dengan:

DS :

Tn. A mengatakan bahwa An. P tidak mampu melakukan aktivitas

apapun karena mengalami kelumpuhan.

DO :

Keadaan umum klien tampak terbaring lemah di tempat tidur

Kaki dan tangan tidak simetris

Pergerakan lambat dan kaku pada ekstermitas atas dan bawah

Gerakan menggeliat tak terkendali pada ekstermitas atas dan bawah

Kekuatan otot 2 : ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat

melawan gravitasi (hanya bergeser)


2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan. Ditandai

dengan:

DS :

Tn. A mengatakan bahwa An. P mengalami kelumpuhan tetapi

tidak tahu masalah kesehatan yang sedang di derita An. P

Tn. A mengatakan belum pernah membawa An. P pergi/konsultasi

ke dokter terkait masalah kesehatan yang sedang dialami An. P

DO :

Tn. A belum mengetahui dan tidak dapat mengungkapkan masalah

kesehatan yang terjadi di keluarganya secara benar

Tingkat kemandirian keluarga Tn. A termasuk ke dalam tingkat

satu
IV. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rasional
No Intervensi
Keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
1 Hambatan mobilitas fisik Setelah Setelah dilakukan Respon verbal 3) keluarga Peningkatan latihan :
pada An. P keluarga Tn.A diberikan tindakan dan motorik mampu peregangan
b.d Ketidakmampuan tindakan keperawatan menjelaskan 1. Berikan informasi 1. untuk
keluarga mengenal masalah keperawatan selama 3x 30 menit terapi yang mengenai pilihan meningkatkan
kesehatan. selama 3 kali kemampuan tepat untuk urutan, kegiatan pengetahuan
DS : kunjungan keluarga mengenal merawat peregangan sfesifik, keluarga
1. Tn. A mengatakan bahwa keluarga masalah kesehatan anggota tempat, dan waktu. mengenai
An. P tidak mampu mampu meningkat dengan keluarganya 2. Instruksikan untuk masalah
melakukan aktivitas merawat kriteria hasil: yang sakit memulai latihan kesehatan
apapun karena anggota 3) Kontraksi 4) keluarga rutin pada kelompok 2. agar otot-otot
mengalami kelumpuhan. keluarganya kekuatan otot mampu otot/sendi yang tidak tidak kaku
DO : yang sakit. meningkat memberikan kaku 3. untuk
1. keadaan umum klien 4) Keseimbangan terapi kepada 3. Instruksikan untuk mencegah
tampak terbaring lemah gerakan anggota menghindari stimulasi
di tempat tidur meningkat keluarganya gerakan cepat, kuat, berlebihan dari
2. Kaki dan tangan tidak yang sakit atau memantul. reflex motoric
simetris atau nyeri otot
3. Pergerakan lambat dan yang berlebihan.
kaku pada ekstermitas
atas dan bawah
4. Gerakan menggeliat tak
terkendali pada
ekstermitas atas dan
bawah.
Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rasional
No Intervensi
Keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
5. Kekuatan otot 2 : ada
gerakan pada sendi tetapi
tidak dapat melawan
gravitasi (hanya
bergeser)
2 Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan Respon verbal 3. Keluarga Mobilisasi keluarga
pemeliharaan kesehatan b.d dilakukan tindakan mampu 1. Berikan informasi 3. Untuk
Ketidakmampuan merawat kunjungan keperawatan menjelaskan kepada keluarga meningkatka
anggota keluarga yang sakit. selama 3 kali selama 3 x 30 tentang untuk membantu n perawatan
DS : ketidakefektif menit penyakit mereka dalam yang optimal
4. Tn. A mengatakan an ketidakmampuan cerebral palsy mengidentifikasi 4. Dukungan
bahwa An. P mengalami pemeliharaan merawat anggota 4. Keluarga keterbatasan dan keluarga dan
kelumpuhan tetapi tidak kesehatan keluarga yang sakit mampu kemajuan pasien serta keterlibatan
tahu masalah kesehatan keluarga teratasi, dengan menjelaskan implikasinya untuk keluarga
yang sedang di derita teratasi. kriteria hasil: masalah perawatan pasien dibutuhkan
An. P 1) Mengikuti atau kesehatan yang (memberikan dalam
5. Tn. A mengatakan belum memperhatikan terjadi. pendidikan kesehatan) peningkatan
pernah membawa An. P pesan-pesan untuk 2. Ajarkan pemberian terapi
pergi/konsultasi ke mengatasi masalah perawatan di rumah
dokter terkait masalah kesehatan. mengenai terapi
kesehatan yang sedang 2) Diskusikan pasien, yang sesuai.
dialami An. P dengan keluarga
DO : agar saling
1. Tn. A belum mengetahui memotivasi untuk
dan tidak dapat menjaga
Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rasional
No Intervensi
Keluarga Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
mengungkapkan masalah kesehatannya.
kesehatan yang terjadi di
keluarganya secara benar
2. Tingkat kemandirian
keluarga Tn. A termasuk
ke dalam tingkat satu

V. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Hambatan mobilitas fisik Tgl. 30-10-2020 jam 17.00- Tgl. 31-10-2020 jam 17.00-17.30 WIB Ariniza
pada An. P keluarga Tn. A 18:00 WIB
b.d Ketidakmampuan 1. Memberikan informasi S : Tn. A mengatakan An. A masih kaku dalam
keluarga mengenal masalah mengenai pilihan urutan, bergerak
kesehatan. kegiatan peregangan sfesifik, O : - An. P tampak terbaring di tempat tidur
tempat, dan waktu (memberi - Kekuatan otot 2
tahu terapi bobath neuro - Gerakan menggeliat tak terkendali
development treatment (Ndt)) - Otot ekstermitas atas dan bawah tampak
2. Menginstruksikan untuk kaku
memulai latihan rutin pada A : Masalah belum teratasi
kelompok otot/sendi yang P : Lanjutkan intervensi
tidak kaku (menginstruksikan
terapi bobath neuro
development treatment (Ndt))
3. Menginstruksikan untuk
menghindari gerakan cepat,
kuat, atau memantul.
2 Ketidakefektifan Tgl. 31-10-2020 jam 17.30- Tgl. 31-10-2020 jam 18.30-19.00 WIB Ariniza
pemeliharaan kesehatan b.d 18.30 WIB
Ketidakmampuan merawat Mobilisasi keluarga S: Keluarga Tn. A mengatakan sudah mengetahui
anggota keluarga yang 1. Berikan informasi kepada dan mamahami tentang serebral palsy
sakit. keluarga untuk membantu O:
mereka dalam
mengidentifikasi keterbatasan  Tn. A dapat menyebutkan tentang penyakit
dan kemajuan pasien serta cerebral palsy (pengertian, penyebab, tanda
implikasinya untuk perawatan gejala, perawatan).
pasien (memberikan  Tn. A mendengarkaan penjelasan yang
pendidikan kesehatan tentang diberikan
cerebral palsy)  Tn. A sebagian mampu memperaktikan
2. Ajarkan pemberian perawatan terapi yang telah diajarkan sebelumnya
di rumah mengenai terapi
pasien, yang sesuai. A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CEREBRAL PALSY

Disusun oleh :

Ariniza Vandia Utami

KHGD 20057

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


STIKES KARSA HUSADA GARUT
TAHUN 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Hari/Tgl/Jam : Sabtu, 31 Oktober 2020 pukul 17.00 WIB

Nama Klien : An. P dan Keluarga

Sasaran : Keluarga Tn. A

Pokok bahasan : Cerebral Palsy

Tempat : Dirumah Tn. A

Penyuluh : Ariniza Vandia Utami

a. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan pendidikan kesehatan pada keluarga Tn.A diharapkan dapat
memahami dan mengerti tentang Cerebral palsy.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai cerebral palsy selama 30
menit diharapkan keluarga dapat mengerti tentang :
1) Definisi cerebral palsy
2) Penyebab cerebral palsy
3) Tanda dan gejala cerebral palsy
4) Pengobatan pada cerebral palsy
c. Materi
1) Definisi cerebral palsy
2) Penyebab cerebral palsy
3) Tanda dan gejala cerebral palsy
4) Pengobatan pada cerebral palsy
d. Metode
Ceramah dan tanya jawab
e. Media
1) SAP
2) Leaflet

f. Evaluasi
1) Bentuk : Test lisan
5) Materi test : Definisi cerebral palsy, Penyebab cerebral palsy, Tanda dan
gejala cerebral palsy, Pengobatan pada cerebral palsy
6) Kriteria Evaluasi :

Evaluasi Struktur
 Keluarga hadir ditempat penyuluhan yaitu rumah Tn. A
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah keluarga Tn.
A
 Waktu penyelenggaraan penyuluhan disepakati bersama
sebelumnya
Evaluasi Proses
 Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada anggota keluarga yang meninggalkan tempat
penyuluhan
 Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
Evaluasi Hasil
 Keluarga dapat menjelaskan kembali Definisi cerebral palsy,
Penyebab cerebral palsy, Tanda dan gejala cerebral palsy,
Pengobatan pada cerebral palsy
 Kehadiran keluarga dipertahankan sampai penyuluhan selesai.
g. Proses Kegiatan Penyuluhan

No Tahap kegiatan Respon klien dan Media Waktu


keluarga
1 Pendahuluan 3 menit
a. Menyampaikan a. Membalas salam
salam b. Mendengarkan
b. Menjelaskan tujuan c. Memberikan respon
c. Kontrak waktu

2 Menjelaskan materi : Mendengarkan dan Lembar 15


1) Definisi cerebral memperhatikan Balik, menit
palsy Leaflet
2) Penyebab cerebral
palsy
3) Tanda dan gejala
cerebral palsy
4) Pengobatan pada
cerebral palsy

3 Tanya – Jawab dan Menanyakan hal-hal 10


evaluasi yang belum jelas dan menit
menjawab pertanyaan
sebagai evaluasi.
4 Penutup 7 menit
a. Menyimpulkan hasil 1) Menyimpulkan
dari penyuluhan materi penyuluhan
b. Mengakhiri kegiatan secara bersama.
penyuluhan 2) Menjawab salam
c. Memberi salam

MATERI CEREBRAL PALSY

a. Definisi
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, dan disebabkan oleh kerusakan atau gangguan di sel-sel motoric
pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan.
b. Penyebab Cerebral Palsy
a) Prenatal: Genetik atau kongenital (misalnya, anoxia, infeksi, alkohol

atau penyalahgunaan obat, ketidakcocokan Rh, dan gangguan

metabolisme, kurangnya asam folat)

b) Natal: Anoksia, perdarahan.


c) Postnatal: cedera kepala, infeksi, neoplasma, anoksia.

c. Tanda dan gejala

Karena keterlibatan sistem motorik pada cerebral palsy, hasil dari

kerusakan permanen berkembang pada otak, gejala lain dari kerusakan

otak organik juga dapat terjadi. Berikut ini adalah beberapa manifestasi

umum pada cerebral palsy:

a. Keterbelakangan mental. Sekitar 60% dari orang-orang dengan


cerebral palsy menunjukkan beberapa derajat keterbelakangan
mental.
b. Gangguan kejang. Kejang biasa menyertai cerebral palsy pada 30%
sampai 50% kasus, yang terjadi terutama selama masa bayi dan
anak usia dini. Kejang dapat dikontrol dengan obat antikonvulsan.
c. Defisit sensorik atau disfungsi. Pendengaran yang menurun lebih
umum terdapat pada cerebral palsy dari pada populasi normal
lainnya, dan gangguan mata mempengaruhi sekitar 35% dari orang
dengan cerebral palsy. Cacat visual yang paling umum adalah
strabismus.
d. Gangguan bicara. Lebih dari separuh pasien dengan cerebral palsy
memiliki beberapa masalah-ucapan, biasanya dysarthria yaitu
ketidakmampuan untuk mengartikulasikan kata-kata dengan baik
karena kurangnya kontrol dari otot-otot bicara.
e. Kontraktur yang bersamaan. Orang dengan kelenturan dan kekakuan
menunjukkan postur tungkai yang abnormal dan kontraktur selama
pertumbuhan, terutama karena tidak berfungsinya otot.
d. Pengobatan pada cerebral palsy

Cerebral palsy tdiak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang ada

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita cerebral palsy.


Penatalaksanaan yang ada tergantung pada gejala yang ada, seperti :

 Rehabilitasi medik

- Terapi fisik

Salah satu terapi yang dilakukan adalah “bobathevercises”. Yang

bertujuan mencegah postur dan pola gerakan abnormal dan

mengajarkan postur dan pola gerak yang normal.

- Terapi okupasi

Latihan menggenggam mainan dan meulia, melatih koordinasi

mata-tangan untuk meningkatkan kemampuan bermain. Selain itu

juga membantu anak dengan gangguan aktivitas-aktivitas dasar

seperti mandi, berpakaian, menggosok gigi, dan makan secara

mandiri.

- Terapi wicara

utuk mengembangkan control atas otot rahang dan mulut.

- Ortesa protesa

Ankle foot orthosis (AFO) adalah salah satu ortesa berbentuk splint

untuk mempertahankan posisi sendi kaki. Walker juga bisa

digunakan untuk membantu pasien berjalan.

 Terapi psikolog

Konseling diberikan kepada pasien untuk mengontrol perubahan

emosi. Selain itu konseling juga diberikan kepada keluarga pasien dan

lingkungan sekitar mengenai terapi dan masalah yang dihadapi saat

terapi dilakukan.
 Pemberdahan

Pembedahan dilakukan apabila terdapat kontraktur pada otot

( pemendekan otot)
EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)
PENGARUH BOBATH NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (Ndt)
TERHADAP KEMAMPUAN DUDUK PADA PENDERITA
CEREBRAL PALSY USIA 6 BULAN SAMPAI 12 TAHUN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga

Program Profesi Ners Angkatan X

Disusun oleh :

Ariniza Vandia Utami

KHGD 20057

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


STIKES KARSA HUSADA GARUT
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
EVIDANCE BASE PRACTICE

A. IDENTITAS JURNAL

Judul Jurnal : Pengaruh bobath neuro development treatment


(Ndt) terhadap kemampuan duduk pada penderita cerebral palsy usia 6
bulan sampai 12 tahun.
Peneliti : Agung Putra, Zaidah Lailatuz
Afiliasi : Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Nama Jurnal : jurnal Kesehatan
Tahun : 2020
Metode Penelitian : Quasi Eksperimental
Tempat Penelitian : Rumah Sakit Conndong Catur
Waktu Penelitian : Agustus – September 2020
Hasil Penelitian : Pengaruh pemberian terapi neuro development
treatment (Ndt) terhadap kemampuan duduk pada pasien cerebral palsy
usia 6 bulan sampai 12 tahun secara bermakna meningkatkan nilai
GMFM.
Kesimpulan : Ada pengaruh terapi bobath development
treatment terhadap kememapuan duduk pada pasien penderita celebral
palsy.
B. Analisis jurnal dengan PICO/PICOT

P : penderita celebral palsy dirumah sakit condong catur


I : Diberikan terapi bobath development treatment
C :-
O : Ada pengaruh pemberian terapi neuro development treatment
(Ndt) terhadap kemampuan duduk pada pasien cerebral palsy.
T : Agustus – September 2020.

BRA
APA TU L
ERE PAL
SY .. obat,
KE ketidak
.
NA cocokan

PA Rh, dan
Cerebral palsy adalah
ganggu
suatu kelainan B
gerakan dan postur an
SA
tubuh yang tidak metabol
progresif, dan
TE isme,
disebabkan oleh R/ kurang
kerusakan atau AD nya
gangguan di sel-sel
 . asam
motoric pada susunan
folat)
saraf pusat yang
..
Prenat Natal:
sedang dalam proses
al: Anoksia
pertumbuhan.
Geneti ,

k atau perdara

kongen han.

ital Postnat

(misaln al:

ya, cedera

anoxia, kepala,

infeksi, infeksi,

alkohol neoplas

atau ma,

penyal anoksia

ahguna .

an

ARINIZA VANDIA UTAMI


KHGD 20057

STIKES KARSA HUSADA


GARUT
TANDA DAN  
 
GEJALANYA SEPERT
APA ?

a. Keterbelakangan mental.
 
 

b. Gangguan kejang. Kejang


biasa menyertai cerebral BAGAIMANA
palsy pada 30% sampai PENANGANANNYA ?
50% kasus, yang terjadi
terutama selama masa bayi
dan anak usia dini. -Terapi fisik

c. Defisit sensorik atau Salah satu terapi yang dilakukan


disfungsi. Pendengaran
adalah “bobathevercises”. Yang
yang menurun lebih umum
terdapat pada cerebral bertujuan mencegah postur dan
palsy.
pola gerakan abnormal dan
d. Gangguan bicara. Lebih
dari separuh pasien dengan mengajarkan postur dan pola
cerebral palsy memiliki gerak yang normal.
beberapa masalah-ucapan,
-Terapi wicara
e. Kontraktur yang
bersamaan. Orang dengan -Ortesa protesa
kelenturan dan kekakuan
-Terapi psikolog
menunjukkan postur
tungkai yang abnormal. -Pembedahan

Anda mungkin juga menyukai