Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA INTI

DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN IV: KELUARGA DENGAN

ANAK SEKOLAH

(Disusun Untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga Program

Profesi Ners)

Dosen pembimbing: Sri Yekti Widadi S.Kp., M.Kep

DISUSUN OLEH:

DESTI SYIFA FAMILA

KHGD20062

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2020-2021
A. Tinjauan Teori: Pengkajian Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti

ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup

bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan emosional) (Hanson

2001, dalam Doane & Varcoe, 2005).

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,

dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial

dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 dalam Friedman,

1998).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan

RI,1988).

2. Sasaran keperawatan keluarga

2.1. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak

mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi

terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh


kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

2.2. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota

keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk

menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan

keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan.

2.3. Keluarga yang membutuhkan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut

pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca

hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan

pembedahan, dan penyakit terminal.

3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

3.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian merupakan tahap pertama yang dilakukan pada saat

memberikan asuhan keperawatan kepada klien baik itu individu,

keluarga maupun komunitas. Pengkajian dalam keperawatan keluarga

merupakan langkah awal dalam interaksi perawat dengan keluarga

yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pada

seluruh anggota keluarga.


Dalam tahap pengkajian ini, perawat mengumpulkan data atau

mengumpulkan informasi mengenai seluruh anggota keluarga yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah, kebutuhan

keperawatan dan kesehatan klien. Data dapat dikumpulkan melalui

wawancara, observasi, konsultasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

Setelah data dikumpulkan, maka selanjutnya data dianalisa dan

diklasifikasikan untuk mengetahui masalah yang muncul pada

keluarga tersebut.

Data-data yang dikumpulkan dalam pengkajian dapat berupa data-data:

3.1.1. Data pengenalan keluarga

Data yang terkumpul biasanya berupa data mengenai kepala

keluarga, alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga,

latar belakang budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan

rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk

mengkaji data selanjutnya.

3.1.2. Data perkembangan dan sejarah keluarga

Data yang perlu dikajii pada komponen ini adalah tahap

perkembangan keluarga saat ini, biasanya diisi berdasarkan

usia anak pertama dan tahap perkembangan yang berlum

terpenuhi, riwayat keluarga inti (riwayat skesehatan seluruh


anggota keluarga inti), dan riwayat keluarga sebelumnya (diisi

berdasarkan riwayat kesehatan dari kedua orang tua).

3.1.3. Data lingkungan

Data yang perlu dikaji adalah tipe penduduk, apakah termasuk

penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah, apakah

sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan

sampah. Karakteristik demografi tetangga dan komunitas

meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, dan bahasa sehari-hari.

Selanjutnya adalah mobilitas geografis keluarga (kaji berapa

lama keluarga tinggal didaerah tersebut, adakah riwayat pindah

rumah? Dari mana pindahnya?), kemudian kaji perkumpulan

keluarga dengan masyarakan, penggunaan pelayanan di

komunitas dan keaftifan keluarga di komunitas. Data yang

selanjutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang perlu

dikaji adalah siapa yang memberikan bantuan, dukungan, dan

konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok

sosial, pegawai, atau majikan, apakah ada hubungan keluarga

dengan pelayanan kesehatan.

3.1.4. Data struktur keluarga

Data yang perlu dikaji antara lain penggunaan komunikasi

antaranggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi


pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan

perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.

Selanjutnya struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data

siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa

penting keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data

struktur peran, meliputi data peran formal dan peran informal

dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota

keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan

dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku

fleksibel. Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu

nilai kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga

seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan

dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran

keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi

keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan

nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai

keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang

menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilainilai

memengaruhi kesehatan keluarga.

3.1.5. Data fungsi keluarga

Menurut friedman (2010) dalam Widagdo (2016), terdapat 5

fungsi keluarga, yaitu:


3.1.5.1. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui

pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai

tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat

kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi

kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara

lebih akrab, dan harga diri.

3.1.5.2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan

kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang

berlangsung seumur hidup, karena individu secara kontinyu

mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi

yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi

merupakan proses perkembangan atau perubahan yang

dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi

sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.

3.1.5.3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.


3.1.5.4. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

3.1.5.5. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.

Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang

memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara

individual) merupakan bagian yang paling relevan dari

fungsi perawatan kesehatan.

a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

keluarga.

Bagaimana keluarga mengerti tentang penyakit yang

diderita anggota keluarganya, baik jenis penyakitnya,

faktor yang menyebabkan terjadinya sakit, maupun

tanda dan gejalanya.

b) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat

bagi keluarga.

Bagaimana keluarga mampu memberikan keputusan

ketika ada anggota keluarganya yang sakit.


c) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan.

Merawat anggota keluarga yang sakit. Bagaimana

keluarga memberikan makan, mengatur istirahatnya,

dan memantau minum obatnya bagi anggota keluarga

yang sakit

d) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat.

Memodifikasi lingkungan yang sehat. Bagaimana

keluarga mengatur lingkungan rumahnya, kebersihan,

pengaturan ventilasi dan pencahayaan, pengaturan

perabot rumah tangga, serta menjaga lingkungan yang

nyaman di keluarga.

e) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Bagaimana keluarga dapat memanfaatkan Puskesmas

atau rumah sakit untuk anggota keluarganya yang sakit.

3.1.6. Data koping keluarga

Data yang perlu dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga,

meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan

dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat

memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah


keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari.

Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang

objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stres.

Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh

dengan stres, strategi koping bagaimana yang diambil oleh

keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang

berbeda-beda. Koping internal dan eksternal yang diajarkan,

apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping,

strategi koping internal keluarga, kelompok kepercayaan

keluarga, penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan

ungkapan, pengontrolan masalah pada keluarga, pemecahan

masalah secara bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga.

Strategi koping eksternal: mencari informasi, memelihara

hubungan dengan masyarakat, dan mencari dukungan sosial.

Setelah data tersebut dikaji, data juga dapat didapatkan melalui pengkajian

individu keluarga melalui: pengkajian fisik (head to toe atau persistem),

pengkajian mental, emosi, social, spiritual, pola fungsional, dan pemeriksaan

penunjang (pemeriksaan laboratorium, sinar-X atau pemeriksaan lain yang sesuai

dengan kondisi klien.

Setelah semua data telah didapatkan pada tahap pengkajian, maka data tersebut

dianalisa, dalam menganalisa data diperlukan kemampuan dalam hal mengaitkan

data dan menghubungkan data dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan

untuk membuat kesimpulandan menentukan masalah keperawatan yang ada pada


klien maupun keluarga. Penulisan analisis data biasanya dimasukan kedalam tiga

kolom, yaitu kolom pengelompokan ata, etiologi dan masalah keperawatan.

3.2. Diagnose keperawatan keluarga

Diagnose keperawatan keluarga merupakan tahap kedua dalam proses asuhan

keperawatan keluarga. Proses ini penting dalam menentukan masalah keperawatan

yang akan diselesaikan dalam keluarga.

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai

dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan harus

didukung oleh data. Diagnose keperawatan ini merupakan dasar dalam pemilihan

intervensi yang dipilih untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang ada di

individu maupun di keluarga itu sendiri.

Penulisan pernyataan diagnosis keperawatan pada umumnya meliputi tiga

komponen, yaitu komponen P (Problem), E (Etiologi), dan S (Simptom atau

dikenal dengan batasan karakteristik).

Dalam keperawatan keluarga terdapat tiga kategori, berikut penjelasannya:

a. Diagnosis keperawatan actual

Diagnosis keperawatan ini menggambarkan respon manusia terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang benar nyata pada individu,
keluarga, dan komunitas (Nanda, 2011). Diagnosis keperawatan aktual

dirumuskan apabila masalah keperawatan sudah terjadi pada keluarga.

Tanda dan gejala dari masalah keperawatan sudah dapat ditemukan oleh

perawat berdasarkan hasil pengkajian keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan

Diagnosis keperawatan yang kedua adalah diagnosis promosi kesehatan

yang dapat digunakan di seluruh status kesehatan. Namun, kesiagaan

individu, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan promosi kesehatan

memengaruhi mereka untuk mendapatkan diagnosis promosi kesehatan.

Kategori diagnosis keperawatan keluarga ini diangkat ketika kondisi klien

dan keluarga sudah baik dan mengarah pada kemajuan. Meskipun masih

ditemukan data yang maladaptif, tetapi klien dan keluarga sudah

mempunyai motivasi untuk memperbaiki kondisinya, maka diagnosis

keperawatan promosi kesehatan ini sudah bisa diangkat.

c. Diagnosis keperawatan resiko

Diagnosis keperawatan ketiga adalah diagnosis keperawatan risiko, yaitu

menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu,

keluarga, dan komunitas

d. Diagnosis keperawatan sejahtera

Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis

keperawatan sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon manusia


terhadap level kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang telah

memiliki kesiapan meningkatkan status kesehatan mereka.

Dalam keperawatan keluarga, menentukan prioritas keluarga melalui skoring.

Berikut cara dalam menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga adalah

kriteria, bobot, dan pembenaran.

Kriteria prioritas masalah keluarga adalah berikut ini:

a. Sifat masalah

Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat katagori

diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis keperawatan

potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan diagnosis

keperawatan aktual dengan skor 3.

b. Kemungkinan masalah untuk diubah

ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber

daya perawatan yang tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria

kemungkinan untuk diubah ini skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2,

sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat dengan skor nol.

c. Potensial masalah untuk dicegah

Kriteria ini dapat ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya

masalah, dan tindakan yang sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri

atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan rendah dengan skor

1.

d. Menonjolnya masalah
Kriteria ini dapat ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat

masalah. Penilaian dari kriteria ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak

perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan dengan skor nol 0.

Cara penghitungannya, sebagai berikut:

a. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah

keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai

tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot

merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah

(Skor/angka tertinggi x bobot).

b. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis

keperawatan keluarga.

c. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang

prioritas.

Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran sebagai

justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang diberikan

berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga.

3.3. Intervensi keperawatan keluarga

Perencanaan adalah tahapan yang penting dalam proses keperawatan, karena

menentukan tindakan apa, yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan oleh

perawat. Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga hendaknya dilaksanakan

bersama klien dan keluarga. Perawat dan keluarga secara bersama-sama akan
mampu mengidentifikasi sumber yang dimiliki oleh keluarga yang dapat

dimanfaatkan dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah

keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Perencanaan keperawatan juga

dapat diartikan juga sebagai suatu proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi

masalah-masalah klien.
B. Tipe Keluarga

Tipe keluarga terbagi kedalam beberapa tipe keluarga, yaitu keluarga

tradisional dan keluarga nontradisional. Di Indonesia sendiri, tipe keluarga

nontradisional tidak lazim. Dari dua tipe yang telah disebutkan diatas,

terbagi lagi kedalam beberapa tipe. Berikut penjelasannya:

a. Tipe keluarga tradisional

1) The Nuclear family (keluarga inti)

Yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak

kandung maupun anak angkat.

2) The dyad family (keluarga dyad)

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri tanpa

anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum

mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti

Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini

perlu Anda klarifikasi lagi datanya.

3) Single parent

Yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak

(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh

perceraian atau kematian.

4) Single adult

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe

ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau

tidak mempunyai suami.


5) Extended family

Keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,

seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga

ini banyak dianut oleh keluarga indonesia terutama di daerah

pedesaan.

6) Middle-aged or elderly couple

Orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami/istri atau

keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri

atau sudah menikah.

7) Kin-network family

Merupakan kumpulan beberapa keluarga yang tinggal bersama atau

saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan,

seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

b. Keluarga nontradisional

1) Unmarried parent and child family

Yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan

tanpa nikah.

2) Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu.

3) Gay and lesbian family

Seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam

satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.


4) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

5) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga yang aslinya

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahapan-tahapan perkemabangan keluarga berdasarkan konsep duvall dan

miller (Friedman, 2010):

a. Tahap 1 atau tahap keluarga pemula atau kelauarga pasangan baru.

Tugas perkembangnya adalah:

- Membangun perkawinan yang memuaskan

- Membangun jalinan persaudaraan yang harmonis; membina

hubungan persaudaraan, teman dan kelompok sosial.

- Keluarga berencana; mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Tahap 2 atau Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah

keluarga dengan anak baru lahir.

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia

30 bulan Dengan tugas perkembangannya adalah:


- Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

mengintegrasikan bayi baru lahir ke dalam keluarga

- Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

- Mempertahan hubungan perkawinan yang memuaskan

- Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua dan kakek nenek

c. Tahap 3 atau keluarga dengan anak usia pra sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhit

ketika anak berusia 5 tahun.

Dengan tugas perkembangannya adalah:

- memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang

bermain, privasi, dan keamanan

- mensosialisasikan anak

- mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lain

- mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar

keluarga.

d. Tahap 4 atau keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai

masuk sekolah dasar dan berakhit pada usia 13 tahun. Dengan tugas

perkembangannya adalah:
- mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat

- mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

- memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap 5 atau keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,

berlangsung sekitar 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat

jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak

masih tinggal di rumah sampai umur 19 atau 20 tahun.

Dengan tugas perkembangannya adalah:

- menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

- memfokuskan kembali hubungan perkawinan

- berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Tahap 6 atau keluarga melepas anak usia dewasa muda

Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda ditandai oleh anak

pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dangan rumah

kosong ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dpat

singkat atau agak panjang, tergantung berapa banyak anak yang

e\belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh

tahun-tahun puncak persiapan dan oleh anak-anak untuk kehiddupan

dewasa yang mandiri.

Dengan tugas perkembangannya adalah:


- memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak

- melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan

- membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau

istri.

g. Tahap 7 atau keluarga dengan usia pertengahan

Tahap ini dimulai ketika nak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pensiun atau ketika kematian salah satu pasangan.

Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55

tahun dan terjadi kurang lebih 16-17 tahun.

Dengan tugas perkembangannya adalah:

- menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

- mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua lansia dan anak-anak

- memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap 8 atau keluarga dengan usia lanjut

Dengan tugas perkembangan:

- Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

- menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

- mempertahankan hubungan perkawinan

- menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

- mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi


- meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup

D. Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini

Berdasarkan tahap perkembangan keluarga, yaitu tahap perkembangan

keluarga dengan anak usia sekolah, menurut Widagdo (2016) terdapat

beberapa tugas perkembangan diantaranya:

a. mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah

dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

b. mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c. memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

E. Stress dan Koping Keluarga

Stressor merupakan agen-agen pencetus penyebab stress (Friedman, 2010)

dan adaptasi merupakan penyesuaian terhadap perubahan. Stressor-

strossor keluarga bisa berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi

(daridalam maupun dari luar), lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya.

a. Stressor jangka pendek

Stressor jangka pendek adalah stressor yang penyelesaiannya

memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan.

Contoh: penanganan anggota keluarga yang sakit dan memerlukan

penanganan dan perawatan.

b. Stressor jangka panjang


Stressor jangka panjang adalah stressor yang memerlukan waktu

penyelesaian lebih dari 6 bulan.

Contoh: pertumbuhan dan perkembangan yang ada pada keluarga.

c. Strategi koping yang harus dilakukan

Strategi koping internal keluarga, kelompok kepercayaan keluarga,

penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan

masalah pada keluarga, pemecahan masalah secara bersama,

fleksibilitas peran dalam keluarga. Strategi koping eksternal: mencari

informasi, memelihara hubungan dengan masyarakat, dan mencari

dukungan sosial.

F. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada kasus

1. Masalah Keperawatan: Perilaku kesehatan cenderung beresiko

Definisi:

Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara

yang memperbaiki tingkat kesejahteraan.

Batasan karakteristik:

Gagal mencapai pengendalian optimal, gagal melakukan tindakan

mencegah masalah kesehatan, mengurangi perubahan status kesehatan,

tidak menerima perubahan status kesehatan, penyalahgunaan zat.

Faktor yang berhubungan:


Kurang pemahaman, kurang dukungan sosial, pencapaian diri yang

rendah, sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan, persepsi negatif

terhadap strategi pelayanan kesehatan yang ditawatkan, ansietas sosial,

stresor.

2. Masalah keperawatan: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Definisi:

ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan

untuk mempertahankan kesejahteraan.

Batasan karakteristik:

tidak menunjukan perilaku adaftif terhadap perubahan lingkungan, Tidak

menunjukan minat pada perbaikan perilaku sehat, Ketidakmampuan

bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, Kurang

pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar, Kurang dukungan sosial,

pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan.

Faktor yang berhubungan:

Berduka tidak tuntas, hambatan pengambilan keputusan, keterampilan

komunikasi tidak efektif, strategi koping tidak efektif, sumberdaya tidak

cukup, distres spiritual.

3. Masalah Keperawatan: Ketidakefektifan manajemen kesehatan

Definisi:
pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup

sehari-hari untuk tindakan terapeutik terhadap penyakit dan sekuelanya

yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik.

Batasan karakteristik:

kesulitan dengan regimen yang diprogramkan, kegagalan memasukan

regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, kegagalan melakukan

tindakan untuk mengurangi faktor resiko, pilihan yang tidak efektid dalam

hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan kesehatan.

Faktor yang berhubungan:

konflik pengambilan keputusan, kesulitan mengatasi kompleksitas

regimen terapeutik, kesulitan mengarahkan sistem pelayanan kesehatan

yang kompleks, tuntutan berlebihan, konflik keluarga, pola pelayanan

kesehatan keluarga, kurang petunjuk untuk bertindak, kurang pengetahuan

untuk tentang program terapeutik, kurang dukungan sosial, persepsi

hambatan, persepsi keuntungan, persepsi keseriusan kondisi, persepsi

kerentanan, ketidakberdayaan.

G. Rencana intervensi

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Perilaku kesehatan Pengetahuan: perilaku Health Education

cenderung beresiko kesehatan 1. Mengidentifikasi faktor

1. Manfaat olahraga eksternal dan internal yang

teratur meningkatkan moti!asi


2. Sttrategi perubahan perilaku

mengelola stres kesehatan

3. Efek kesehatan 2. Menggunakan media dan

yang merugikan metode edukasi yang sesuai

dari penggunaan 3. Melakukan edukasi

tembakau kesehatan mengenai

4. Teknik skrining perubahan perilaku.

sendiri

5. Strategi untuk

mencegaj

penyebaran

penyakit menular Behavior Modification

Perilaku promosi 1. Tentukan motivasi

kesehatan. keluarga untuk

1. Menggunakan berubah

perilaku yang 2. bantu keluarga

menghindari untuk

resiko mengidentifikasi

2. Memonitor kekuatan

perilaku personal 3. Gantikan perilkaku

terkait dengan yang tidak

resiko diinginkan dengan

3. Melakukan perilaku yang


perilaku diinginkan

kesehatan secara 4. Berikan dukungan

rutin pada keluarga

5. Identifikasi target

perilaku

6. Gunakan jangka

waktu untuk

mengukur

perubahan perilaku

7. Kembangkan

program perubahan

perilaku
2. Ketidakefektifan Perilaku promosi Behavior Modification

pemeliharaan kesehatan. 1. Tentukan motivasi

kesehatan 1. Menggunakan keluarga untuk

perilaku yang berubah

menghindari 2. bantu keluarga

resiko untuk

2. Memonitor mengidentifikasi

perilaku personal kekuatan

3. Melakukan 3. Gantikan perilkaku

perilaku yang tidak

kesehatan secara diinginkan dengan

rutin perilaku yang


4. diinginkan

4. Berikan dukungan

pada keluarga

5. Identifikasi target

perilaku

6. Gunakan jangka

waktu untuk

mengukur

perubahan perilaku

7. Kembangkan

program perubahan

perilaku

3. Ketidakefektifan Perilaku promosi Behavior Modification

manajemen kesehatan kesehatan. 1. Tentukan

1. Menggunakan motivasi keluarga

perilaku yang untuk berubah

menghindari 2. bantu keluarga

resiko untuk

2. Memonitor mengidentifikasi

perilaku kekuatan

personal 3. Gantikan

terkait dengan perilkaku yang

resiko tidak diinginkan


3. Melakukan dengan perilaku

perilaku yang diinginkan

kesehatan 4. Berikan

secara rutin dukungan pada

keluarga

5. Identifikasi

target perilaku

6. Gunakan jangka

waktu untuk

mengukur

perubahan

perilaku

7. Kembangkan

program

perubahan

perilaku

H. Daftar pustaka

M.Bulechek, G. (2016). edisi enam Nursing interventions classification

(NIC).singapore: elsevier Global rights.


Nanda. (2015).Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10

editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Sue Moorhead, d. (2016). edisi enam Nursing outcomes classification

(Noc).Singapore: ElsevierGlobal Rights.

Widagdo, Wahyu. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta:

KEMENKES RI.

Nama Mahasiswa : Desti Syifa Famila

Pengkajian tanggal : 19 Oktober 2020

Jam : 13.00 WIB

______________________________________________

A. Pengkajian
1.1. Data Umum

Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. D

TTL/ Umur : 50 tahun

Alamat dan Telepon : Kp. Lembur Kulon

Pekerjaan : Buruh harian lepas

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Komposisi Keluarga dengan Genogram

Komposisi

Table 1: Komposisi keluarga Tn. I


TTL/Umur
No

Jenis Kelamin

Agama

KKHub. Dengan

perkawinan

Pekerjaan

Pendidikan
Status

Nama

1. Ny. R P Islam Istri 38 th. Kawin IRT SMA


2. An. S P Islam Anak 12 th. Belum pelajar SMP
kawin

Genogram keluarga Tn. I:


Tipe Keluarga : Keluarga Inti (Nuclear Family), dengan komposisi

keluarga yang ada dalam keluarga adalah suami, istri dan

anak.

Budaya

Suku bangsa : Suku Sunda

Bahasa yang digunakan : Basa Sunda dan Bahasa Indonesia

Pantangan :-

Kebiasaan keluarga terkait kesehatan: keluarga Ny. R mengatakan bahwa apabila ada

anggota keluarga yang sakit biasanya suka diberikan terlebih dahulu obat warung, apabila

sakitnya tetap berlanjut maka akan dibawa ke perawat praktek yang ada di dekat

rumahnya.

Status Sosial Ekonomi Keluarga

Kegiatan rutin keagamaan di rumah:

Ny. R mengatakan bahwa ia dan keluarganya sering sholat berjamaah apabila Tn. D

pulang, selain itu sering mengaji bersama, dan suka mengadakan pengajian dengan

tetangga sekitar.

Penghasilan anggota keluarga:

Ny. R mengatakan bahwa sumber penghasilan hanya dari Tn. D saja, karena dirinya tidak

bekerja dan hanya mengurus rumah saja. Penghasilan Tn. D sebesar Rp. 500.000 per

minggu, apabila dijumlahkan maka akan mendapatkan 2 juta rupiah perbulan.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari :

Ny. R mengatakan bahwa kebutuhannya setiap hari tercukupi, dan dapat dikatakan pas-

pasan

Tabungan/asuransi:
Ny. R mengatakan bahwa ia tidak memiliki tabungan atau asuransi apapun.

Aktivitas Rekreasi Keluarga:

Ny. R mengatakan bahwa dirinya dan keluarga memanfaatkan TV, HP dan berkumpul

dengan tetangga sebagai sarana rekreasi di dalam rumah. Keluarga Tn. I mengatakan

bahwa mereka jarang melakukan rekreasi ke luar rumah, karena tidak memiliki kendaraan

yang cukup untuk mereka ber-3.

1.2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap Perkembangan Keluarga saat ini:

Tahap keluarga dengan anak sekolah.

Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi:

Ny. R mengatakan bahwa ia belum bisa secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan

fisik keluarga.

Riwayat Keluarga Inti:

Ny. R mengatakan bahwa ia memiliki gastritis, ia mengalami gastritis semenjak 4 tahun

lalu, Ny. R juga mengatakan bahwa awal mula terkena gastritis adalah karena konsumsi

makanan pedas dan asam yang berlebihan, pada saat dikaji Ny. R mengatakan bahwa

nyerinya nyeri sedang, nyeri dirasakan seperti dibakar da nada sensasi mual dan tidak

enak di perut. Ny. R mengatakan bahwa Tn. I sering mengalami sakit kepala, nyerinya

seperti ditekan dan diikat dengan keras. Sedangkan An. S, tidak memiliki riwayat

penyakit apapun, penyakit yang diderita biasanya flu, batuk, dan demam.

Riwayat Keluarga sebelumnya:

Ny. R mengatakan bahwa dalam keluarganya terdapat riwayat diabetes mellitus dan juga

hipertensi, sedangkan di keluarga Tn. D ibunya memiliki riwayat stroke dan asma.
1.3. Data Lingkungan

Karakteristik Rumah

Jenis rumah Tn. D adalah bangunan permanen, dengan ukuran ventilasi yang kecil,

dengan jendela yang terbuka sebagian, sehingga sirkulasi udara cukup. Pencahayaan di

rumah Tn. D menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, pada pagi hari

pencahayaan mengandalkan dari cahaya matahari sedangkan untuk malam hari

menggunakan lampu, posisi rumah Tn. D terhalang oleh rumah tetangga jadi pada

beberapa saat ruangan cenderung kurang pencahayaannya. Jenis lantai yang digunakan di

rumah Tn. D adalah keramik, pada saat observasi lingkungan keluarga terlihat bersih,

Ny. R juga menyebutkan bahwa rumahnya selalu dibersihkan (dilap) setiap 2 hari sekali,

namun untuk di sapu itu dilakukan setiap harinya. Kepadatan hunian cukup. Keluarga Ny.

R menggunakan air gallon untuk kebutuhan minum sehari-hari, kadang juga

menggunakan air yang dimasak sendiri apabila air gallon sudah habis dan belum sempat

untuk beli lagi, sedangkan untuk kebutuhan memasak, dan urusan rumah tangga lainnya

menggunakan air dari sumur umur, kondisi penampungan air di sumur umum terbuka,

airnya jernih, tidak berbau dan tidak berasa, namun didasar sumur terdapat lumut yang

sudah lumayan tebal. Begitupula untuk di rumah Tn. D kondisi penampungan airnya

terbuka, tempat penampungan air menggunakan bak besar, dan tong besar dengan air

yang bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Pada penampungan air,

tidak terdapat jentik nyamyuk, kondisi jamban Tn. D bersih. Jarak dari sumber air ke

septic tank kurang dari dari 10 M, untuk pembuangan limbah air, keluarga Tn. D

mengatakan bahwa ia mengalirkan ke selokan kecil, sedangkan untuk sampah rumah

tangga biasanya dibuang ke tps yang ada di sekitar rumah, namun untuk sampah daur

ulang biasanya disimpan terlebih dahulu, apabila sudah terkumpul banyak maka akan
dijual ke tukang rongsokan. Tidak terdapat polusi di lingkungan tempat tinggal Tn. D,

begitu pula dengan kandang ternak.

Denah rumah Tn. D: U

Ruang
Tamu
B T

KM2
Ruang
Keluarga S
KM 1

Da
Kamar mandi
pu
r
Pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan:

Ny. R mengatakan bahwa ia tahu tentang penyakitnya, ia sering melalukan pencarian di

internet untuk menjawab semua yang dirasakannya, tetapi Ny. R mengatakan ia sering

kebingungan apabila ada yang sakit dan belum bisa dilakukan harus diberikan tindakan

apa saja.

Karakteristik tetangga dan Komunitas RW:

Tempat tinggal keluarga Tn. D merupakan lingkungan yang tidak terlalu padat

penduduknya, kegiatan bersosialisasi antara keluarga Tn. D dan tetangga di sekitar

tempat tinggalnya terjalin dengan baik, terbukti dengan adanya perkumpulan antar

tetangga hanya untuk sekedar mengobrol, dan juga keikutsertaan Ny. R di majelis ta’lim
di kampungnya. Kebersihan di lingkungan tempat tinggal sekitar cukup bersih, tidak ada

tumpukan sampah di lingkungan sekitar, hanya saja saluran pembuangan air (selokan)

tidak tertutup, sehingga jika angina sedang kencang sering tercium aroma tidak sedap.

Mobilitas Geografis keluarga :

Awalnya Tn. D berasal dari Sukabumi, tetapi setelah menikah, Tn. D memutuskan untuk

menjadi penduduk desa cipareuan, yang mana sama dengan Ny. R yang merupakan

penduduk asli.

Perkumpulan Keluarga dan interaksi dengan masyarakat:

Keluarga Tn. D memiliki interaksi yang baik dengan masyarakat sekitar, hal ini didukung

oleh keikutsertaan Ny. R di majelis ta’lim dan keikutsertaan An. S di IRMAS dan di tim

volley, membuktikan bahwa keluarga Tn. D memiliki interaksi yang baik dengan

masyarakat.

Sistem Pendukung Keluarga:

Ny. R mengatakan bahwa apabila dalam keluarganya ada masalah dan tidak dapat

menyelesaikannya sendiri, maka Keluarga Tn. D akan meminta pendapat dari pihak

ketiga, untuk membantu menyelesaikan dan berdiskusi mengenai masalah tersebut. Pihak

ketiga yang biasanya dilibatkan adalah ayah dari Ny. R dan orang tua dari Tn. D.

1.4. Struktur Keluarga

Pola Komunikasi Keluarga :

Berdasarkan hasil observasi, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda

namun terkadang Tn. D sering menggunakan Bahasa Indonesia, keluarga Tn. D

mengatakan dalam keluarganya selalu berkomunikasi satu sama lain apabila akan

memutuskan sesuatu.

Struktur Kekuatan Keluarga:


Ny. R mengatakan bahwa dikeluargnya intinya tidak ada yang memiliki suara yang

cukup untuk menggerakan masyarakat atau pun orang lain. Namun, apabila di

keluarganya, yang mengatur dan membuat keputusan adalah Tn. D yang sebelumnya

didiskusikan dengan Ny. R.

Struktur Peran:

- Peran formal

Dikeluarga Tn. I tidak ada yang memiliki peran formal di masyarakat.

- Peran Informal

Peran ayah:

Tn. D memiliki peran sebagai kepala keluarga, yang menentukan keputusan di

keluarganya setelah berdiskusi dengan istrinya dan sebagai orang yang

bertanggung jawab atas keluarganya, Tn. D juga berperan sebagai pencari nafkah

di keluarganya. Tn. D juga berperan atas keamanan dan memberikan

perlindungan kepada keluarganya.

Peran ibu:

Ny. R berperan sebagai seorang isti dan seorang ibu bagi anaknya, ia berperan

sebagai pengatur rumah tangga, melayani suami dan mendidik anaknya di rumah.

Peran anak:

An. S memiliki peran sebagai seorang anak yang senantiasa mengikuti perintah

orang tua, berbakti pada orang tua dan belajar dengan giat.

Nilai/Norma Keluarga :

Keluarga Tn. I merupakan keluarga yang memiliki suku sunda.

1.5. Fungsi Keluarga

Fungsi Afektif :
Tn. D mengatakan bahwa ia menyayangi istri dan anaknya, begitupula dengan Ny. R.

Dalam keluargga Tn. D setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain, selagi

itu tidak merugikan dan memberikan dampak yang negative pada keluarga, maka akan

didukung oleh yang lainnya.

Fungsi Reproduksi :

Ny. D mengatakan bahwa ia menggunakan alat kontrasepsi suntik untuk mengontrol

jumlah anak, Ny. D biasanya di suntik oleh bidan desa, pada saat ada kegiatan posyandu,

sedangkan Tn. D menggunakan alat kontrasepsi kondom, tidak ada masalah pada fungsi

reproduksi. Tn. D dan Ny. R baru memiliki 1 anak, dan tidak ada keinginan untuk

memiliki anak lagi.

Fungsi Sosialisasi:

Hubungan keluarga Tn. D dengan masyarakat sekitar terjalin cukup baik, keluarga

mengatakan sering berkomunikasi bersama masyarakat, selain itu Ny. R juga mengikuti

kegiatan pengajian dan majelis ta’lim juga keikut sertaan An. R dalam organisasi di

masyarakat.

Fungsi Ekonomi:

Ny. R mengatakan bahwa dengan penghasilan sebesar 2 juta rupiah, semua kebutuhannya

tercukupi, namun pas-pasan kadang tidak ada sisa untuk ditabung. Ny. R mengatakan

bahwa ia ingin membuka usaha kecil-kecilan untuk membantu perekonomian

keluarganya.

Fungsi Perawatan Kesehatan:

- Mengenal masalah

Keluarga mengatakan bahwa ia mengetahui beberapa penyakit yang pernah dideritanya,

Ny. R mengatakan mengetahuinya dari hasil searching dari internet dan dari pengalaman
orang lain. Dan pada saat ditanya mengenai gastritis keluarga hanya mampu menjawab

pengertian, penyebab dan gejalanya saja.

- Kemampuan memutuskan tindakan yang tepat

Ny. R mengatakan bahwa untuk memutuskan tindakan apabila ada yang sakit

dikeluarganya, dilakukan diskusi terlebih dahulu dengan Tn. D, apabila dirasa

penyakitnya parah, maka akan dibawa ke pelayanan kesehatan, namun apabila tidak

terlalu parah biasanya diberi obat warung saja.

- Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Ny. R mengatakan bahwa ia kadang bingung apabila ada anggota keluarga yang sakit dan

belum bisa pergi ke tempat pelayanan kesehatan. Ia juga tidak begitu mengerti bagaimana

saja hal yang seharusnya dilakukan dalam menangani anggota keluarga yang sakit.

- Kemampuan memodifikasi lingkungan

Ny. R mengatakan bahwa ia bisa membuat lingkungan menjadi lebih baik apabila ada

anggota keluarga yang sakit.

- Kemampuan menggunakan pelayanan kesehatan

Ny. R mengatakan bahwa ia ingin menggunakan pelayanan kesehatan dalam menunjang

kesehatan keluarganya, tetapi jarak dari rumah ke tempat pelayanan kesehatan cukup jauh

dan dikeluarga Tn. D tidak memiliki kendaraan yang memadai.

1.6. Stress dan Koping Keluarga

Stressor jangka panjang dan pendek :

a. Stressor jangka pendek

Ny. R mengatakan bahwa masalah yang sedang dirasakan keluarga adalah

bagaimana cara agar penyakitnya sembuh, tetapi tidak membutuhkan biaya yang

banyak.

b. Stressor jangka panjang


Ny. R dan Tn. I mengatkan bahwa ia memikirkan bagaimana kebutuhan nanti

kedepannya bisa terpenuhi dan tidak merepotkan orang lain, dan kesehatan

keluarganya berada dalam kondisi yang baik.

Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :

Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu berdoa dan memintan pertolongan kepada

ALLAH SWT, untuk kesembuhan dan keselamatan keluarganya.

Strategi koping yang digunakan:

Keluarga mengatakan apabila ada masalah di keluarga baik itu masalah kesehatan

ataupun masalah yang lainnya maka akan dimusyawarahkan.

Strategi adaptasi disfungsional:

Di dalam keluarga Tn. I tidak terjadi adaptasi disfungsional .


1.7. Pengkajian keluarga

1.7.1. Pemerikasaan fisik individu

Nama anggota keluarga


No Aspek yang diperiksa
Tn. D Ny. R An. S
1. Keadaan Umum Tampak segar Tampak segar
2. Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
3. Tanda Vital

- Tekanan Darah - 110/80 mmHg

- Suhu - 36,60C - 36,0 C

- Nadi - 72 x/menit -

- Respirasi - 20x/menit -

- Skala nyeri
4. Kepala Kepala: Kepala:

Bentuk kepala: brakhiocepalus Bentuk kepala: brakhiocepalus

Warna rambut: hitam, rambut ikal, Warna rambut: hitam lurus

Kebersihan rambut: bersih, rambut Kebersihan rambut: bersih, rambut

tampak sehat tampak sehat

Mata: Mata:
Penglihatan: visus tidak terkaji, Penglihatan: visus tidak terkaji, lapang

lapang pandang tidak terkaji. pandang tidak terkaji.

Bulu mata: tidak rontok Bulu mata: tidak rontok

Konjuntiva: tidak anemis Konjuntiva: tidak anemis

Warna iris: cokelat tua Warna iris: cokelat

Sclera putih agak kekuningan. Telinga:

Telinga: Kebersihan telinga: bersih, tiak ada

Kebersihan telinga: bersih, tiak ada serumen berlebihan.

serumen berlebihan. Tidak ada nyeri tekan.

Tidak ada nyeri tekan. Uji pendengaran: tidak terkaji.

Uji pendengaran: tidak terkaji. Hidung:

Hidung: Hidung tampak bersih

Hidung tampak bersih Bibir dan Mulut:

Bibir dan Mulut: Mukosa bibir tampak bersih, tidak ada

Mukosa bibir tampak bersih, tidak sianosis.

ada sianosis. Mulut bersih, lidah berih, gigi bersih,


Mulut bersih, lidah bersih, gigi tidak ada gigi berlubang, terdapat flak.

bersih, tidak ada gigi berlubang, Pemeriksaan Wajah:

terdapat flak di sekitar gigi geraham Klien tampak rileks.

atas. Leher:

Pemeriksaan Wajah: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

Klien tampak rileks. pemeriksaan JVP tidak terkaji.

Leher:

Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid, pemeriksaan JVP tidak terkaji.


5. Pemeriksaan Dada Pemeriksaan payudara dan ketiak: Paru-paru:

bentuk payudara simetris, tidak ada Inspeksi: pergerakan dada simetris, tidak

luka, tidak ada cairan keluar, tidak ada lesi, bentuk dada normal.

ada pembengkakan. Palpasi: pergerakan dada simetris, vocal

Paru-paru: fremitus simetris.

Inspeksi: pergerakan dada simetris, Perkusi: sonor

tidak ada lesi, bentuk dada normal. Auskultasi: vesikuler


Palpasi: pergerakan dada simetris, Punggung :

vocal fremitus simetris. Inspeksi: tidak ada lesi, bentuk

Perkusi: sonor punggung normal.

Auskultasi: vesikuler Palpasi: pergerakan punggung simetris,

Punggung : vocal fremitus simetris.

Inspeksi: tidak ada lesi, bentuk Perkusi: sonor

punggung normal. Auskultasi: vesikuler

Palpasi: pergerakan punggung Jantung:

simetris, vocal fremitus simetris. Inspeksi:

Perkusi: sonor Palpasi:

Auskultasi: vesikuler Auskultasi:

Jantung:

Inspeksi:

Palpasi:

Auskultasi:
6. Abdomen Klien megatakan flatus (+) Klien megatakan flatus (+)
Inspeksi: abdomen cembumg, tidak Inspeksi: abdomen datar, tidak ada

ada masa/benjolan, tidak terdapat masa/benjolan, tidak terdapat spider

spider navi, terdapat striae, navi.

Auskultasi: peristaltic usus x/menit, Auskultasi: peristaltic usus x/menit,

bunyi peristaltic normal. bunyi peristaltic normal.

Palpasi: tidak ada pembesaran hepar, Palpasi: tidak ada pembesaran hepar,

tidak ada pembesaran limpa, nyeri tidak ada pembesaran limpa, tidak ada

tekan pada perut bagian kiri atas nyeri tekan.

Perkusi: suara timpani. Perkusi: suara timpani.


7. Genetalia Tidak terkaji Tidak terkaji
8. Anus Tidak terkaji Tidak terkaji
9. Muskuloskeletal Inspeksi: otot tangan kanan dan kiri Inspeksi: otot tangan kanan dan kiri

simetris, kaki kanan dan kiri simetris. simetris, kaki kanan dan kiri simetris.

Palpasi: tidak ada oedema di kedua Palpasi: tidak ada oedema di kedua

ekstremitas. ekstremitas.

Skala kekuatan otot Skala kekuatan otot

Ekstremitas atas: ka/ki 5/5 Ekstremitas atas: ka/ki 5/5


Ekstremitas bawah: 5/5 Ekstremitas bawah: 5/5

1.7.2. Data biologis

Nama anggota keluarga


No. Aspek yang dikaji
Tn. I Ny. D An. W
1. Pola makan dan minum

- Pola makan - Porsi makan 1 piring penuh, - Porsi makan 1 piring,

dengan frekuensi 2 kali dengan frekuensi 2x makan

sehari, jenis makanan yang di sehari pada saat pagi dan

konsumsi adalah nasi malam hari, memiliki

(makanan pokok) dan juga kegemaran makan makanan

lauk dan sayur. manis

- Pola minum - Minum 5-6 gelas belimbing - Minum air putih,

sehari, atau kadang 3 gelas frekuensinya tidak


tinggi sehari. diketahui, memiki

kegemaran minuman manis

dan berpewarna
2. Pola eliminasi

- BAK

Frekuesni - -

Warna Kuning Kuning jernih-kuning

Bau Bau khas urine Bau khas urine

- BAB

Frekuensi 2 x dalam sehari 2x sehari

Konsistensi Padat Padat

Warna Khas feses Khas feses

Bau Khas feses Khas feses


3. Pola aktivitas fisik Dalam sehari aktifitas yang Dalam sehati aktifitas yang

dilakukan oleh Ny. R adalah dilakukan oleh An. W adalah

mengurus rumah tangga, Ny. R belajar, bermain dan mengaji,

bangun jam 04.40 lalu melakukan apabila sudah lelah maka akan
pekerjaan rumah tangga, apabila beristirahat.

sudah selesai maka Ny. D

beristirahat.
4. Pola istirahat tidur Ny. R mengatakan kualitas tidurnya An. R mengatakan bahwa ia idak

baik, tidak ada keluhan susah tidur memiliki masalah dengan tidurnya,

ataupun terbangun dimalam hari. Ny. An. R tidur pukul 21.00 dan bangun

R mengatakan ia mulai tidur pukul pukul 06.00. sedangkan untuk tidur

20.00 atau pukul 21.00 dan bangun siang terkadang tidur siang,

pukul 04.30. sedangkan untuk tidur terkadang tidak, apabila tidur siang

siang Ny. D mengatakan ia tidak waktu yang dihabiskan biasanya

pernah tidur siang. berkisar 30 menit sampai 1 jam.

5. Pola personal hygene Ny. R mengatakan bahwa ia mandi An. S mengatkan bahwa mandi 2x

dengan frekuensi 2x dalam sehari, sehari, tetapi apabila ia tidak pergi


membersihkan rambut selama 2 hari kemana-mana maka mandi hanya 1

1x dan memiliki kebiasaan memcuci kali saja, untuk baju biasanya akan

tangan dan gosok gigi yang baik. diganti apabila sudah kotor dan

terlalu banyak keringat

Harapan Keluarga:

Keluarga berharap bahwa pihak dari kesehatan segera mengaktifkan kembali puskesdes yang ada di desanya, karena keluarga mengalami

kesulitan apabila ada anggota keluarga yang sakit dan harus menempun perjalanan yang jauh untuk berobat ataupun untuk control.

Tingkat Kemandirian Keluarga:

Tingkat Kriteria Kemandirian Keluarga


Kemandiri
an Keluarga Keluarga Keluarga tahu Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga
Keluarga menerima menerima dan dapat memanfaatkan melakukan melakukan melakukan
perawat pelayanan mengungkapkan fasilitas tindakan tindakan tindakan
kesehatan sesuai masalah pelayanan keperawatan pencegahan promotif
rencana kesehatannya kesehatan sesuai sederhana sesuai secara aktif secara aktif
keperawatan secara benar anjuran anjuran
keluarga
KM-I √ √
KM-II
KM-III
KM-IV
Analisa Data:

No. Data Masalah Keperawatan Penyebab


1. Ds: Nyeri akut Ketidaktahuan keluarga

- Ny. R mengatakan dalam mengenal masalah

bahwa ia memiliki kesehatan.

riwayat gastritis

- Ny. R mengatakan

bahwa ia sedang

mengalami nyeri di

daerah petut bagian

kiri atas.

Do:

- Klien tampak meringis

- Skala nyeri 5 (nyeri

sedang)

- Nyeri tekan dibagain

kiri atas.
2. Ds: Ny. R mengatakan Ketidakefektifan Ketidaktahuan keluarga

mengalami nyeri pada perut manajemen kesehatan dalam merawat anggota

bagian atas keluarga yang sakit

- Ny. R mengatakan

bahwa sakitnya terjadi

karena ia telat makan

Do: skala nyeri 5

- Klien kesulitan

terhadao gaya hidup


yang seharusnya.

B. Diagnose Keperawatan

a. Nyeri akut b.d. ketidaktahuan keluarga dalam mengenali masalah kesehatan yang

ditandai dengan Klien tampak meringis, Skala nyeri 5 (nyeri sedang), Nyeri tekan

dibagain kiri atas.

b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d. Ketidaktahuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang ditandai dengan

Skoring Diagnosa Keperawatan

dx. 1: nyeri akut b.d. ketidaktahuan keluarga dalam mengenali masalah kesehatan yang

ditandai dengan Klien tampak meringis, Skala nyeri 5 (nyeri sedang), Nyeri tekan

dibagain kiri atas.

Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat Masalah: 3/3 x 1 1 Keluarga tahu bahwa Ny.
Actual R mengalami nyeri.

2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Keluarga sangat antusias


Masalah dapat untuk mengetahui
diubah: bagaimana cara
Mudah menghilangkan nyeri.

3. Potensi 3/3 x 1 1 Keluarga ingin


Masalah untuk mengetahui bagaimana
dicegah: cara menghilangkan cara
Tinggi menghilangkan nyeri.

4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menganggap


Masalah: bahwa masalah nyeri
Masalah berat, apabila tidak ditangani
harus segera akan bertambah parah,
ditangani dan akan berakibat yang
lebih buruk.
Jumlah 5

dx. 2 Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d. Ketidaktahuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit yang ditandai dengan

Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat Masalah: 3/3 x 1 1 Keluarga tahu bahwa Ny.
Actual R mengalami nyeri.

2. Kemungkinan 1/2 x 2 1 Keluarga sangat antusias


Masalah dapat untuk mengetahui
diubah: bagaimana cara
sebagian menghilangkan nyeri.

3. Potensi 2/3 x 1 2/3 Keluarga ingin


Masalah untuk mengetahui bagaimana
dicegah: cara menghilangkan cara
Cukup menghilangkan nyeri.
4. Menonjolnya 1/2 x 1 1/2 Keluarga menganggap
Masalah: bahwa masalah nyeri
Masalah berat, apabila tidak ditangani
harus segera akan bertambah parah,
ditangani dan akan berakibat yang
lebih buruk.
Jumlah 3 1/6

Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah (scoring)


a. Nyeri akut b.d. ketidaktahuan keluarga dalam mengenali masalah kesehatan yang

ditandai dengan Klien tampak meringis, Skala nyeri 5 (nyeri sedang), Nyeri tekan

dibagain kiri atas.

b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d. Ketidaktahuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit


Tujuan
No. Dx Kriteria Standar Intervensi
TUM TUK
1. Setelah silakukan Setelah dilakukan Respon Verbal 1. Keluarga dapat 1. Lakukan pengkajian

kunjungan sebanyak 6x tindakan keperawatan (pengetahuan) mengenali kapan nyeri komprehensif

masalah keperawatan selama 1x30 menit, nyeri terjadi dan yang meliputi lokasi,

dapat berkurang keluarga dapat mengenali apa karakteristik,

mengetahui dan yang terkait onset/durasi frekuensi

mengenal masalah dengan gejala nyeri dan kualitas,

nyeri akut akut. intensitas, serta apa

Sikap 2. Keluarga dapat yang mengurangi

menentukan nyeri dan factor

tindakan yang tepat pencetus yang

untuk masalah memicu nyeri.

nyeri akut. 2. Eksplorasi

3. Keluarga dapat pengetahuan dan

Psikomotor melakukan teknik kepercayaan keluarga

relaksasi yang mengenai nyeri,


efektif dalam meliputi pengaruh

mengatasi nyeri budaya.

akut dan dapat 3. Lakukan intervensi

menggunakan non farmakologi.

sumber daya yang EBP: teknik relaksasi

ada. otot progresif

4. Sediakan informasi

akurat mengenai

pengalaman nyeri

klien.
2. Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon Verbal 4. Menggunakan 8. Tentukan

kunjungan sebanyak 6x tindakan keperawatan (pengetahuan) perilaku yang motivasi keluarga

masalah keperawatan selama 1 x 30 menit, Sikap menghindari untuk berubah

dapat teratasi. keluarga dapat, Psikomotor resiko 9. bantu keluarga

mengenal masalah. 5. Memonitor untuk

perilaku mengidentifikasi
personal terkait kekuatan

dengan resiko 10. Gantikan

6. Melakukan perilkaku yang

perilaku tidak diinginkan

kesehatan dengan perilaku

yang diinginkan

11. Berikan

dukungan pada

keluarga

12. Identifikasi target

perilaku

13. Gunakan jangka

waktu untuk

mengukur

perubahan
perilaku

14. Kembangkan

program

perubahan

perilaku
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
No. Tanggal Diagnose keperawatan Tindakan Evaluasi Nama dan Paraf
1. 26/10/2020 Nyeri akut b.d ketidaktahuan 1. mengkaji nyeri. S: klien mengatakan Desti Syifa

keluarga dalam mengenali 2. mengajarkan teknik relaksasi nyerinya sekarang

masalah kesehatan yang otot progresif sudah tidak terasa

ditandai dengan klien tampak O: klien tampak tenang,

meringis, skala nyeri 5 (Nyeri tidak ada ekspresi

sedang), nyeri tekan dibagian nyeri.

kiti atas.

30/10/2020

1. Penkes: gastritis S:

O: Klien dapat

menjelaskan kembali
apa yang telah

dijelaskan dengan

pemahamannya.
2. 30/10/2020 Ketidakefektifan manajemen 1. Penkes: gastritis S:

kesehatan keluarga b.d. O: Klien dapat

ketidaktahuan keluarga dalam menjelaskan kembali

merawat anggota keluarga apa yang telah

yang sakit dijelaskan dengan

pemahamannya.
E. Evaluasi
Tanggal Diagnose Evaluasi Paraf dan Nama
03/10/2020 Nyeri akut b.d S: klien mengatakan Desti syifa

ketidaktahuan keluarga nyerinya sekarang sudah

dalam mengenali masalah tidak terasa

kesehatan yang ditandai O: klien tampak tenang,

dengan klien tampak tidak ada ekspresi nyeri,

meringis, skala nyeri 5 klien dapat menjelaskan

(Nyeri sedang), nyeri tekan kembali apa yang telah

dibagian kiti atas. dijelaskan berdasarkan

pemahamannya.

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi
03/10/2020 Ketidakefektifan S: Desti Syifa

manajemen kesehatan O: Klien dapat menjelaskan

keluarga b.d. ketidaktahuan kembali apa yang telah

keluarga dalam merawat dijelaskan dengan

anggota keluarga yang sakit pemahamannya.

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topic : Keperawatan Keluarga

Pokok Bahasan : Gastritis

Sub Pokok Bahasan : Gastritis dan Penanganannya.

Sasaran : Ny. R Keluarga Tn. D

Waktu : 1 x 25 menit

Tanggal : 30 Oktober 2020

Tempat : Rumah Tn. D

1. Tujuan

1.1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan sasaran dan keluarga sasaran dapat

memahami tentang penanganan pada gastritis.

1.2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 25 menit, sasaran dapat:

c.a Menyebutkan penanganan medis/farmakologi pada gastritis.

c.b Menyebutkan penanganan non-farmakologi pada gastritis.

c.c Menyebutkan komplikasi yang akan terjadi apabila gastritis tidak

ditangani.

2. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

3. Media

Leaflet

4. Waktu Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


1. 5 menit Pembukaan:

- Mengucapkan Salam - Menjawab salam

- Memperkenalkan diri - Mendengarkan

dan institusi

- Menjelaskan topic dan - Mendengarkan

tujuan penyuluhan

- Menanyakan kesiapan - Menjawab

sasaran
2. 10 menit Pelaksanaan:

Penyampaian Materi - Mendengarkan

- Pengertian gastritis

- Penyebab gastritis

- Tanda dan gejala

gastritis

- Penanganan

medis/farmakologi

pada gastritis.

- Penanganan non- - Bertanya

farmakologi pada
gastritis.

- Komplikasi gastritis

Memberikan kesempatan

kepada sasaran untuk bertanya


3 5 Menit Evaluasi:

Menanyakan kembali apa yang Menjawab

telah dijelaskan oleh pemateri

dengan menggunakan bahasa

sendiri.
4 5 Menit Penutup

- Menutup pertemuan - Mendengarkan

dengan menyimpulkan

materi yang telah

dibahas

- Mengucapkan salam - Menjawab salam

penutup

5. Materi Penyuluhan

5.1. Pengertian Gastritis


Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan pada

mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Dua

jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis akut dan gastritis kronis.

5.2. Penyebab Gastritis

1) Pola makan tidak teratur.

2) Sering mengonsumsi makanan pedas atau yang kadar lemaknya tinggi

seperti gorengan.

3) Gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kebanyakan minum

minuman beralkohol.

4) Kelebihan berat badan atau obesitas.

5) Sedang menjalani pengobatan tertentu seperti antibiotik, aspirin,

steroid, dan pil KB.

6) Stres atau kelelahan.

Berdasarkan jenisnya, penyebab gastritis dapat dibedakan menjadi:

1) Gastritis akut

Dapat terjadi karena makan yang terlalu berlebihan atau banyak,

terlalu cepat, terlalu banyak makanan yang berbumbu, atau makanan

yang mengandung mikroorganisme, iritasi akibat alcohol, aspirin

NSAID, lisol ataupunbahan korosif yang lainnya.

2) Gastritis kronik
Terjadi karena adanya inflamasi yang lama dapat disebabkan oleh

ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri

Helicobacter plory (H. Plory).

3) Gastritis bacterial

Dapat juga disebut sebagai gastritis ikfektiosa, disebabkan ileh refluks

dari duodenum.

5.3. Tanda dan Gejala Gastritis

1) Sakit perut atas

2) Sembelit

3) Kembung

4) Mual

5) Muntah

6) Bersendawa

7) Kehilangan nafsu makan

8) Penurunan berat badan

5.4. Penanganan medis/farmakologi gastritis

Terapi farmakologi adalah terapi yang menggunakan obat. Obat -obat

yang digunakan dalam terapi gastritis terdiri dari 4 golongan obat.

Golongan pertama yakni antasida yang bekerja menetralisir keasaman

lambung yang terdiri dari senyawa aluminium, magnesium, kalsium

karbonat dan natrium bikarbonat (Tjay dan Rahardja, 2008).

Kedua adalah obat penghambat sekresi asam lambung meliputi Antagonis-

H2.Antagonis-H2 adalah senyawa yang mengahambat secara bersaing


interaksi histamin dengan reseptor H2sehingga dapat mengahambat

sekresi asam lambung.

Ketiga yakni golongan analog prostaglandin E1 (Estuningtyas & Azalia,

2007).

Keempat adalah golongan pelindung mukosa terdiri atas sucralfat yang

bekerja membentuk kompleks ulser adheren dengan eksudat protein

seperti albumindan fibrinogen pada sisi ulser dan melindunginya dari asam

lambung, membentuk barier viskos pada permukaan mukosa di lambung

dan duodenum, serta menghambat aktivitas pepsin dan membentuk ikatan

garam dengan empedu. Sucralfat sebaiknya dikonsumsi pada saat perut

kosong untuk mencegah ikatan dengan protein dan fosfat (Hasanah, 2007).

5.5. Penanganan Non-Farmakologi

Terapi non farmakologi adalah bentuk pengobatan dengan cara

pendekatan, edukasi dan pemahaman tentang penyakit maag. Edukasi

kepada pasien/ keluarga bertujuan untuk meningkatakan pemahaman

(mengenai penyakit maag secara umum dan pola penyakit maag itu

sendiri).

1) Diet

Beberapa diet makanan tertentu juga bisa menjadi cara mencegah dan

mengatasi gastritis. Ada beberapa makanan yang dapat membantu

mengelola gastritis. Makanan yang baik untuk gastritis adalah:


a. Makanan Makanan dengan kandungan serat dengan kandungan

serat tinggi seperti apel, tinggi seperti apel, oatmeal, brokoli,

wortel, oatmeal, brokoli, wortel, dan kacang-kacangan.

b. Makanan rendah lemak seperti ikan serta dada ayam dan dada

kalkun tanpa kulitnya.

c. Makanan dengan tingkat keasaman rendah. Disarankan makan

sayuran yang direbus.

d. Hindari minuman bersoda.

e. Hindari minuman yang berkafein seperti coklat, kopi, teh.

f. Perbanyak konsumsi probiotik dari kombucha, yoghurt,

kimchi, dan oncom.

2) Terapi komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang

digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah

penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews

et al., 1999).

Beberapa terapi komplementer yang dapat digunakan dalam

menangani nyeri pada penderita gastritis, diantaranya:

a. Relaksasi nafas dalam

ajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam,

nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat


menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Wijayanti

dan Dirdjo 2015). Relaksasi nafas dalam yang digunakan untuk

proses terapi tersebut sangat membantu meringankan nyeri

yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam proses

penyembuhan. (Waluyo & Suminar 2017). Intervensi selama

10-15 menit.

b. Pijat (Massage Efflurage)

Massage (pijatan) adalah tindakan penekanan oleh tangan pada

jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa

menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna

menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau

meningkatkan sirkulasi. Pengaruh mekanis dari effleurage

adalah membantu kerja pembuluh darah balik (vena) dan

menyebabkan timbulnya panas tubuh sehingga manipulasi

effleurage dapat berfungsi sebagai pemanasan (warming up)

(Shirbeigi et al. 2015). Pengaruh fisiologis dari gosokan yang

kuat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang paling

dalam dan di otot-otot merupakan teknik masase yang aman,

mudah, tidak perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak

memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan

bantuan orang.
c. Guided imagery

Guided imagery merupakan imajinasi yang dirancang secara

khusus untuk mencapai efek positif. Dengan membayangkan

hal-hal yang menyenangkan maka akan terjadi perubahan

aktifitas motorik sehingga otot-otot yang tegang menjadi

relaks, respon terhadap bayangan menjadi semakin jelas.

d. Terapi kompres hangat

Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan

relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau

kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya

panas cukup berguna untuk pengobatan. Panas meredakan

iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan

sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan

endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri.

e. Relaksasi genggam jari

Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang

sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang

berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam

tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999).

Nurse’s Handbook Of Alternative And Complementary Therapies. Pennsylvania:

Springhouse.

Jackson, Marilynn. (2011). Seri Panduan Praktis edukasi Pasien. Jakarta:

Erlangga.

Nurarif, Amin Husada. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Media Action.

Utami, A. D., & Kartika, I. R. (2018). Terapi Komplementer Terhadap

Penurunan Nyeri Pada Pasien Gastritis: A Literatur Review. Real in Nursing

Journal, 1(3), 123-132.

Widyatuti, W. (2008). Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 12(1), 53-57.


SATUAN OPERASINAL PROSEDUR (SOP)

LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Pengertian:

Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak

memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam (Setyoadi

& Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi dengan cara

peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang, 2013). Relaksasi

progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi kecemasan

(Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004).

Tujuan:

Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan

Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:

a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,

tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.

b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.

c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan

tidak memfokus perhatian seperti relaks.

d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.

e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia

ringan, gagap ringan.

g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.


Indikasi:

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011, hlm.108) bahwa indikasi dari terapi

relaksasi otot progresif, yaitu:

a. Klien yang mengalami insomnia.

b. Klien sering stres.

c. Klien yang mengalami kecemasan.

d. Klien yang mengalami depresi.

Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif:

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini

yaitu:

a. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang

dan sunyi.

1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.

2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup

menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi

dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.

3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.

4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.
b. Prosedur

1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

- Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

- Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan

yang terjadi.

- Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

- Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks

yang dialami.

- Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

- Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan

sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah

menegang.

- Jari-jari menghadap ke langit-langit.

3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar

padabagian atas pangkal lengan).

- Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

- Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot

biseps akan menjadi tegang.

4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

- Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga

menyentuh kedua telinga.


- Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi

di bahu punggung atas, dan leher.

5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah

(seperti dahi, mata, rahang dan mulut).

- Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai

otot terasa kulitnya keriput.

- Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di

sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami

oleh otot rahang.

- Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi

ketegangan di sekitar otot rahang.

7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.

- Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan

ketegangan di sekitar mulut.

8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan

maupun belakang. a)

- Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian

otot leher bagian depan.

- Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

- Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa

sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan

punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

- Gerakan membawa kepala ke muka.

- Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di

daerah leher bagian muka.

10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

- Angkat tubuh dari sandaran kursi.

- Punggung dilengkungkan

- Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian

relaks.

- Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan

otot menjadi lurus.

11) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

- Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara

sebanyakbanyaknya.

- Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di

bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

- Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.

- Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara

kondisi tegang dan relaks

12) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

- Tarik dengan kuat perut ke dalam.

- Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu

dilepaskan bebas.
- Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

13) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha

dan betis).

- Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

- Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga

ketegangan pindah ke otot betis.

- Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

- Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Evaluasi

1. Respon klien.

2. Klien dapat memeragakan sendiri teknik senam kaki dengan mandiri.

Dokumentasi

1. Waktu pelaksanaan

2. Respon klien

3. Hasil dari setiap tindakan yang dilakukan


EVIDENCE BASE PRACTICE

(EBP)

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga)

Dosen Pembimbing: Sri Yekti Widadi S.Kp., M.Kep

DISUSUN OLEH:

DESTI SYIFA FAMILA

KHGD20062

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA


GARUT

2020-2021
Hasil telaah jurnal
No Nama Peneliti Judul Metode Sampel Hasil
Penelitian
1. Supetran, I. Efektifitas Preexperimental 12 Orang Setelah
(2016) Penggunaan Design Dengan dilakukan
Teknik Pendekatan penelitian
Relaksasi Otot Pretest-Posttest terhadap 12
Progresif Design. orang
Dalam
responden,
Menurunkan
Tingkat Nyeri dan setelah
Pasien Gastritis dilakukan uji
Di Rumah Sakit statistika
Daerah Madani dengan
Palu menggunakan
uji wilocoxon
didapatakan
hasil bahwa
terdapat
perbedaan
nyeri pada
pasien
gastritis
sebelum
diberikan
relaksasi otot
progresif dan
sesudah
diberikan otot
progresif.
2. Aini, S. N. Dkk. Relaksasi Otot Studi Kasus 1 Subjek Terdapat
(2019) Progresif Deskritif adanya
Dalam Dengan Satu penurunan
Menurunkan Subyek Studi tingkat nyeri
Tingkat Nyeri Kasus. pada subjek
Pada Asuhan
penelitian
Keperawatan
Gastritis dari skala 6
menjadi skala
2

Anda mungkin juga menyukai