Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN

DENGAN HIPERKOLESTEROLEMIA

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Nurul Ainul Shifa, M.Kes


Ns. Solehudin, M.Kes

DI SUSUN OLEH

Helen Lewerissa

18200000043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA

2022
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN
HIPERKOLESTEROLEMIA

1. Defenisi
Hiperkolesterol ialah sesuatu kondisi di mana kolesterol dalam tubuh telah
melebihi kandungan normal dalam darah. Kandungan kolesterol yang berlebihan
mengendap di saluran peredaran darah sehingga menyempitkan saluran aliran darah
tersebut serta mengusik sistem peredaran darah wajar (Arikhman, 2016). Fenomena
kolesterol yang terjadi kebanyakan orang tidak menjaga gaya hidup, seperti pemilihan
makanan dan aktifitas fisik lainnya yang berkaitan dengan meningkatnya kolesterol.
Masalah yang muncul pada kolesterol tidak memandang umur, seperti lansia, dewasa,
remaja juga bisa terkena kolesterol.
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam darah
melebihi di atas normal. Hiperkolesterolemia terjadi karena adanya gangguan
metabolisme lemak yang dapat menyebabkan peningkatan kadar lemak darah yang
disebabkan oleh defisiensi enzim lipoprotein, lipase,defisiensi reseptor LDL, kelainan
genetika, dan penurunan kemampuan hati dalam membersihkan kolesterol dalam darah.

Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol Education


Program)

Batas Kolesterol Total

Ideal < 200 mg/dl

Batas Tinggi 200 – 239 mg/dl

Tinggi > 240 mg/dl

Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization)

2. Faktor Risiko
Menurut (Arikhman, 2016), sebagian aspek yang menimbulkan kandungan kolesterol
tinggi antara lain:
a. Genetik
Faktor genetik cukup mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah
seseorang dimana tubuh memproduksi kolesterol mencapai 80%. Seseorang yang
memproduksi kolesterol dalam jumlah banyak akan mengalami hiperkolesterol.
b. Usia dan Jenis kelamin
Terjadi penurunan fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh seiring bertambahnya usia
yang menyebabkan metabolisme lipid dalam tubuh menjadi tidak sempurna
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol Hormon estrogen dikenal
sebagai agen kardioprotektif, yang mencegah pembentukan ateroskelrosis. Peran
estrogen ini menjadikan wanita premenopause lebih tidak rentan terhadap
aterosklerosis dibandingkan pria pada usia yang sama. Namun, setelah mencapai
masa menopause, risiko terjadi nya aterosklerosis pada pria dan wanita menjadi
sama.
c. Obesitas
Kadar lemak yang tinggi dalam darah dapat ditemukan pada individu dengan
obesitas terutama pada obesitas sentral. Menurut penelitian, kadar kolesterol LDL
yang lebih tinggi juga dapat ditemukan pada individu yang berat badannya lebih dari
normal (BMI > 27 kg/m).Walau pengaruh penurunan berat badan terhadap kolesterol
total dan LDL hanya sedikit, untuk semua pasien dengan kelebihan berat badan
direkomendasikan untuk mengurangi 10% berat badan.23 Setiap penurunan 10 kg
berat badan berhubungan dengan penurunan kolesterol LDL sebesar 8 mg/dL.
d. Gaya hidup
Pentingnya intervensi gaya hidup berhubungan dengan perubahan positif terhadap
kadar profil lipid seseorang. Gaya hidup seperti merokok, mengkonsumsi alkohol
secara berlebihan, diet yang tidak seimbang dan stress dapat memberi dampak buruk
bagi tubuh. Dampak buruk ini termasuk peningkatan LDL dan kolesterol total, serta
penurunan HDL. Sebuah studi menyatakan bahwa menghentikan kebiasaan
merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sebanyak 5-10%.34Stres
dapat memacu adrenalin dan meningkatkan kadar kolesterol.
e. Penyakit penyerta
Adanya penyebab sekunder sehingga terjadi peningkatan kolesterol LDL pada
individu yang memiliki penyakit hipotirodisme, sindrom nefrotik, kehamilan,
sindrom cushing, diabetes mellitus, penyakit ginjal dan aterosklerosis.
Pasien diabetes mellitus tipe 2 akan mempunyai kadar abnormalitas lipid dengan
ditandai peningkatan plasma trigliserida, peningkatan LDL dan penurunan HDL.
Penyakit tiroid seperti hipotiroidisme berhubungan dengan penigkatan plasma
kolesterol LDL terutama karena penurunan fungsi resptor LDL hepar.
f. Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah diet asam lemak
tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet yang paling berpengaruh
terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh.Diet
yang memiliki efek hipokolesterolemik secara langsung didapatkan dengan diet
makanan kaya serat seperti kacang–kacangan, buah, sayur dan sereal. Peningkatan
serat larut 5-10 gram perhari dapat mengalami penurunan kadar LDL sebesar 5%.
g. Tingkat Aktifitas
Hampir semua orang mengetahui bahwa kurangnya aktifitas akan menyebabkan
dampak yang seriusterhadap kesehatan. Kurangnya aktifitas fisik dapat
meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL.

3. Patofisiologi Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan tingginya fraksi lemak darah, yaitu berupa


peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar LDL kolesterol dan penurunan
kadar HDL kolesterol. Kolesterol dimetabolisme di hati, jika kadar kolesterol berlebihan
maka akan dapat mengganggu proses metabolisme sehingga kolesterol tersebut
menumpuk di hati. Kolesterol yang masuk ke dalam hati tidak dapat diangkut seluruhnya
oleh lipoprotein menuju ke hati dari aliran darah diseluruh tubuh. Apabila keadaan ini
dibiarkan untuk waktu yang cukup lama, maka kolesterol berlebih tersebut akan
menempel di dinding pembuluh darah dan menimbulkan plak kolesterol. Akibatnya,
dinding pembuluh darah yang semula elastis (mudah berkerut dan mudah melebar) akan
menjadi tidak elastis lagi (Murray, 2003).

Kolesterol di dalam jaringan meningkat akibat dari: (1) lipoprotein yang


mengandung kolesterol oleh reseptor, misal reseptor LDL; (2) kolesterol bebas dari
lipoprotein yang kaya akan kolesterol ke membrane sel; (3) Sintesis kolesterol; (4)
Hidrolisis ester kolesteril oleh enzim ester kolesteril hidrolase (Murray, 2003).
Hiperkolesterolemia merupakan faktor utama penyebab aterosklerosis.
Peningkatan kolesterol plasma, terutama LDL memiliki peran dalam aterosklerosis.
Reseptor LDL yang dihambat menyebabkan jumlah reseptor LDL berkurang, sehingga
kadar LDL didalam plasma meningkat. LDL yang menggumpal dalam plasma
menyebabkan pengendapan lipid sel, sehingga kerusakan jaringan bertambah. Hal ini
menyebabkan dinding arteri menjadi lebih permebael dan mudah ditembus oleh LDL
dengan kadar tinggi dan memicu pembentukan plak aterosklerosis (Murray, 2003).

4. Tanda dan Gejala

Hiperkolesterolemia umumnya tidak memiliki petunjuk gejala apapun.


Pengidap baru merasakan gejala ketika timbul komplikasi hiperkolesterolemia, seperti
serangan jantung atau stoke. Oleh karena itu, para ilmuan menganjurkan skrining sejak
dini.
Pada pemulaan mungkin belum ada terlihat gejala. Apabila berlangsung lama,
bisa ditemukan, antara lain:
a. Pengendapan lemak pada tendon dan kulit atau yang disebut xanthoma
b. Hati dan limpa membesar yang dapat ditemukan pada pemeriksaan palpasi
c. Nyeri perut yang berat akibat adanya radang pancreas (pancreastitis) akibat dari
pengendapan trigliserida pada pancreas. Hal ini terjadi apabila kadar trigliserida
lebih atau sebesar 800 mg/dL.
d. Nyeri dada kiri pertanda mulai ada serangan jantung koroner karena lembaran-
lembaran kolesterol menyumbat pembuluh darah jantung (Yatim, 2011).

Namun apabila kadar kolesterol yang dirasakan sudah memasuki stadium yang
cukup parah atau semakin tinggi kadar kolesterolnya baru akan memperlihatkan
gejala-gejala sebagai berikut:
a. Sakit kepala terutama sangat dirasakan pada bagian tengkuk dan kepala bagian
belakang sekitar ulang leher bagian belakang.
b. Merasa pegal-pegal hingga bagian pundak.
c. Sering merasa cepat lelah dan capek.
d. Sendi terasa sakit.
e. Kaki terkadang membengkak
f. Mudah mengantuk.
g. Merasakan vertigo atau migraine yang sering kambuh.
Gejala tersebut timbul dapat disebabkan karena salah satunya yaitu kurangnya
asupan oksigen, karena didalam kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan
aliran darah menjadi kental sehingga oksigen menjadi berkurang. Namun rasa
sakit kepala dan timbul rasa pegal ini tidak selalu menjadi tanda atau gejala yang
spesifik yang dapat diartikan bahwa seseorang menderita kolesterol (Yovina,
2012).

5. Pengobatan Hiperkolesterolemia
Langkah utama buat menanggulangi hiperkolesterolemia merupakan
pergantian pola makan jadi lebih sehat, serta lebih tertib olahraga. Sebagian contoh
obat buat menanggulangi hiperkolesterolemia:
a. Statin
Obat ini bekerja dengan cara menghambat zat yang dibutuhkan hati untuk
memproduksi kolesterol. Hal tersebut memicu hati mengambil kolesterol dari
darah. Statin juga membantu tubuh menyerap kolesterol dari timbunan kolesterol
di dinding pembuluh darah. Contoh obat golongan statin antara lain adalah
atorvastatin, rosuvastatin, simvastatin.
b. Resin pengikat asam empedu
Obat ini menurunkan kadar kolesterol secara tidak langsung dengan mengikat asam
empedu. Hal tersebut menyebabkan hati menggunakan kolesterol yang berlebih
untuk membuat lebih banyak lagi asam empedu, sehingga kadar kolesterol dalam
darah menurun. Contoh obat cholestyramine.
c. Penghambat penyerapan kolesterol
Obat ini bekerja dengan membatasi penyerapan kolesterol pleh usus kecil. Dengan
begitu, usus kecil tidak dapat melepaskan kolesterol ke darah dalam jumlah
besar.contoh obat ezetimibe.
d. Obat suntik
Alirocumab dan evolocumab tergolong obat jenis baru untuk menangani
hiperkolesterolemia. Jenis obat ini membantu hati menyerap kolesterol ADL lebih
banyak, sehingga menurunkan kolesterol dalam darah.
6. Pencegahan Hiperkolesterolemia
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai salah satu
cara untuk mengendalikan kadar kolesterol dalam darah.
a. Pemberian edukasi atau penyuluhan ini sangat penting dimana dapat mempengaruhi
peningkatan pengetahuan masing-masing padapenderita kolesterol, sehingga hal
tersebut dapat dijadikan salah satu cara untuk memilih makanan yang tepat agar
kolesterol tidak mengalami peningkatan pada penderita kolesterol. Bukan hanya itu
saja, namun konseling juga dapat berpengaruh dalam pengendalian kadar
kolesterol, hal tersebut sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana
(2014) yang mengenai hasil bahwa konseling dapat berpengaruh dalam
menurunkan kadar kolesterol total lebih besar dan perubahan terhadap pola makan.
b. Olahraga
Aktivitas fisik dapat membantu dalam mengontrol kadar kolesterol dalam darah
yaitu salah satunya seperti senam, bersepeda, lari-lari kecil atau jogging. Penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2012) yang
menyimpulkan bahwa aktivitas seperti senam, bersepeda dan jogging sangat efektif
terhadap penurunan tekanan darah dan dapat mengendalikan kadar kolesterol dalam
tubuh.Penelitian ini juga didukung oleh Ikafah (2014) yang menemukan bahwa
hasil pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kadar kolesterol setiap sebelum
dan sesudah senam didapatkan bahwa ada penurunan secara bertahap
c. Pemeriksaan kolesterol rutin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh David, et.al (2016) melakukan pemeriksaan
kolesterol secara rutin dan sangat baik dilakukan sebagai salah satu langkah dalam
pencegahan primer terhadap komplikasi dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol
seperti penyakit kardiovaskuler.
d. Konsumsi makanan bergizi
Konsumsilah makanan yang rendah garam, dan memperbanyak konsumsi sayur-
mayur, buah serta ikan. Tidak hanya itu batasi mengkonsumsi makanan yang dapat
memicu timbulnya kolesterol.
e. Kurangi berat badan
Berat badan berlebih bisa mebuat kandungan kolesterol besar.
7. Komplikasi Hiperkolesterolemia
Berbagai komplikasi dari hiperkolesterolemia antara lain:
a. Penyakit jantung, akibat penyumbatan pada pembuluh darah ke jantung.
b. Stoke, akibat aliran darah kebagian otak penderita tersumbat oleh gumpalan
darah.
c. Serangan jantung, apabila tumpukan kolesterol (plak) pada pembuluh darah
rusak, bekuan darah bisa tercipta di posisi plak. Bekuan darah ini hendak
menutup aliran darah ke jantung, serta merangsang jantung.
8. Asuhan Keperawatan
Data yang akan dikaji lebih lanjut:
a. Pengkajian tahap I
Data umum:
1) Identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan).
2) Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
3) Tipe keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
4) Suku bangsa (etnis): identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
5) Agama: kaji agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
6) Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga, serta kebutuhan dan
penggunaannya.
7) Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton TV, mendengarkan radio)
jalan-jalan ke tempat rekreasi.

• Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3) Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing keluarga, status kesehatan anak (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.

• Lingkungan
1) Karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah,
peletakan perabot rumah tangga, sarana eliminasi (tempat, jenis, jarak dari
sumber air), sumber air minum.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW: kebiasaan, lingkungan fisik,
nilai, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
4) Mobilitas geografis keluarga: ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
5) Sistem pendukung keluarga: jumlah anggota yang sehat, fasilitas untuk
penunjang kesehatan, fasilitas kesehatan.

• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap semua anggota keluarga serta interpretasi hasil
pemeriksaan fisik tersebut.

• Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait
permasalahan kesehatan yang dialami keluarga.

b. Pengkajian Tahap II
1. Kaji pengetahuan, kemampuan, kemauan keluarga terhadap tugas keluarga.
2. Pengkajian terhadap tugas keluarga, apakah ada ketidakmampuan dalam
mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan.

c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data, analisis yang
memberikan dasar untuk menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan
dengan adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur,
fungsi keluarga dan koping.
Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko dan
sejahtera. Actual berarti terjadi deficit atau gangguan kesehatan dalam keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga bersifat resiko (ancaman kesehatan) berarti sudah
ada data yang menunjang tapi namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan
yang kurang bersih atau pola makan yang tidak adekuat. Diagnosa yang bersifat
keadaan sejahtera merupakan suatu keadaan sejahtera merupakan suatu keadaan
dimana keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.

d. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam perencanaan
keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus dilakukan keluarga bersama
perawat keluarga yaitu menyusun tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih
intervensi dan menyusun prioritas.
1. Menetapkan prioritas masalah keperawatan
Menetapkan prioritas masalah atau diagnose keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978:
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan
Maglaya, 1978):
N Kriteria Skor Bobot
o
1 Sifat masalah
Skala: Aktual 3
Risiko 2 1
Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan dan harus segera ditangani. 2
Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani. 1 1
Masalah tidak dirasakan 0

Scoring:
a. Tentukan skore untuk setiap criteria.
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria.

2. Menetapkan tujuan keperawatan


Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan
dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan dan berorientasi pada
perubahan prilaku seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir
kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran jangka
panjang.
e. Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan
kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

f. Evaluasi
Menurut (Hendarsih, 2016), merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan yang terjadi ketika perawat
melakukan kontak dengan klien. Selama evaluasi, perawat membuat keputasan
klinis dan terus menerus mengarah kembali asuhan keperawatan.perawat
hendaknya menggunakan berpikir kritisnya untuk melihat apakah hasil telah
tercapai. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan klien juga telah terpenuhi. Perawat
juga dapat membandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikhman. (2016). Buku Ajar Ilmu Gizi : Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia.
Jakarta : EGC.

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Hendarsih, S. (2016). Metodologi keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Murray. Robert K, et al. (2003). Biokimia Harper ed 25. Jakarta : EGC.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Yatim, M. (2011). Cara Jitu mengatasi Kolesterol Cerdas Mengatasi dan Mengendalikan
Kolesterol. Yogyakarta : Andi.

Yovina, S. (2012). Kolesterol? Siapa Takut!!. Yogyakarta : Pinang Merah.

Anda mungkin juga menyukai