DISUSUN OLEH:
BENNY ABRIANSYAH
201820461011109
Sarkoma jaringan lunak adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan
mesenchym yang terdapat pada kerangka tubuh, kepala, leher dan ekstremitas kecuali
tulang dan tulang rawan. Dalam kategori jaringan lunak termasuk otot, tendon, fascia,
ligament, lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf perifer, saraf autonom,
ganglion, bursa, synovia, kartilago palpebra, kartilango telinga dan lain-lain, namun
tidak termasuk tulang, kartilago, sumsum, kartilago hidung, mamae dan jaringan lunak
dalam organ.
2. ETIOLOGI
Pada tahap awal, sarkoma sinovial muncul dalam bentuk massa dalam yang
tumbuh cepat dan tanpa rasa sakit. Saat tumbuh lebih besar, tumor menyebabkan
pembengkakan dan benjolan nyata yang dapat memicu rasa sakit, mati rasa, dan
membatasi rentang gerak.
Gejala lain mungkin juga berkembang tergantung pada ukuran tumor dan
lokasi anatomis dan apakah kanker tersebut telah menyebar ke organ lain atau tidak.
Pasien mungkin batuk darah atau menderita pneumotoraks jika kanker telah menyebar
ke paru-paru, yang merupakan situs penyebaran atau metastasis yang paling umum.
Jika kanker menyebar ke tulang, gejala yang muncul mencakup nyeri tulang dan patah
tulang. Penyakit ini dapat memicu gejala gastrointestinal jika telah menyebar ke perut,
hati atau panggul.
3. PATOFISIOLOGI
Dalam jaringan yang mendalam, seringkali terpasang kuat ke otot, tendon, atau
struktur fasia. Dalam 'Klasifikasi WHO dari Jaringan Lunak dan Bone Tumor' terakhir
SS diklasifikasikan di antara tumor ganas diferensiasi yang tidak pasti, tidak memiliki
sebuah jaringan mitra yang tepat normal (WHO 2002). Bahkan jika khas dari jaringan
lunak, SS dijelaskan juga di situs lain, seperti ginjal, paru, dan pleura.
4. Pemeriksaan Klinis
A. Anamnesis
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-
tanda metastasis pada paru, hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi:
a. Tumor primer:
Lokasi tumor
Ukuran tumor
Batas tumor, tegas atau tidak
Konsistensi dan mobilitas
Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan
tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai
dengan lokasi lesi.
b. Metastasis regional:
Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb regional
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Ekstremitas
2. Visceral/ retroperitoneal
3. Bagian tubuh lain
4. SJL dengan metastasis jauh
A. Ekstremitas
Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah dengan
tindakan “the limb-sparring operation” dengan atau tanpa terapi adjuvant
(radiasi/khemoterapi). Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir.
Tindakan yang dapat dilakukan selain tindakan operasi adalah dengan khemoterapi
intra arterial atau dengan hyperthermia dan “limb perfusion“.
Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada tindakan adjuvant
setelah tindakan eksisi luas.
Bila SJL ukuran > 5 cm dan. gradasi rendah, perlu ditambahkan radioterapi
eksterna sebagai terapi adjuvan. erlu ditambahkan
Untuk SJL ukuran 5-10 cm dan gradasi tinggi dittambahkan radioterapi
eksterna atau brakhiterapi sebagai terapi adjuvan
Bila SJL ukuran > 10 cm dan gradasi tinggi, pertu dipertimbangkan pemberian
khemoterapi preoperatif dan pasta operatif dilakukan pemberian radioterapi
eksterna atau brakhiterapi.
Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap radioterapi
atau khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan amputasi.
Bila SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi ginjal diketahui ginjal
kontralateral dalam kondisi baik, maka tindakan eksisi luas harus disertai dengan
tindakan nefrektomi. Dan bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan reseksi
kolon. Seringkali tindakan eksisi luas yang dilakukan tidak dapat mencapai reseksi
radikal karena terbatas oleh organ-organ vital seperti aorta, vena cava, dan sebagainya,
sehingga tindakan yang dilakukan tidak radikal dan terbatas pada pseudo kapsul. Untuk
kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi adjuvan, berupa khemoterapi dan atau
radioterapi.
C. SJL Dengan Metastasis luas
Doxorubicin + Dacarbazine
CyVADIC
Doxorubicin + Ifosfamide + Mesna + Dacarbazine
Indikasi operasi : Semua sarkoma jaringan lunak. Terapi primer sarkoma jaringan
lunak adalah eksisi luas.
Kontra indikasi operasi : Keadaan umum yang buruk, tumor dengan metastasis
(relative)
Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, faal hemostasis, fungsi hati, fungsi ginjal,
rontgen thorax, USG abdomen, foto tulang, CT Scan/MRI, hasil patologi anatomi
biopsi/kelenjar limfe regional dengan atau tanpa immunohistokimia
6. Algoritma Dan Prosedur
Algoritma
1. Amputasi
Amputasi dilakukan pada sarkoma enggota gerak dengan batas satu sendi
diatasnya. Ada beberapa syarat bila kita melakukan amputasi:
Marginal Excition
Pada wide lokal eksisi, eksisi dilakukan 2-3 cm diluar pseudocapsul (reactive
zone), bila kita ingin menyelamatkan saraf dan pembuluh darah maka eksisi
bisa dilakukan lebih sempit lagi.
Sebelum kita melakukan wide lokal eksisi, kita harus memperhatikan tipe
histologi, grade, ukuran tumor, dan lokasinya dimana.
Compartment reseksi
Teknik Operasi
Komplikasi operasi
a. Perdarahan
Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada
insisional biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak
dapat dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik
perdarahan.
Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau
sudah ada infeksi di daerah yang di biopsi. Nekrosis flap terjadi bila terlalu tegang atau
terlalu tipis, atau tulang menekan flap dari dalam (pemotongan tulang kurang pendek).
Elevasi tungkai selama 3-5 hari untuk mencegah edema post operasi
Drain diangkat kira-kira pada hari ke 5 bila produsi minimal
Antibiotika diberikan selama 3-5 hari sampai drain diangkat
Isometrik exercise esok harinya setelah operasi
7. PATHWAY
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan
prognosa yang tidak pasti
Resiko infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan
destruksi secara cepat pembelahan sel hematopoetik normal yang
mengakibatkan immunosupresi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah dan diare karena kemoterapi
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi
yang dapat mengakibatkan kemoterapi hematuria atau tosisitas renal.
Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, nyeri
karena pembedahan atau amputasi bagian tubuh yang terkena, interupsi
pembedahan atau pengangkatan otot – otot kartilago dan ligamen.
9. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Risiko infeksi Immune Status Pertahankan teknik aseptif
Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor risiko : control Cuci tangan setiap sebelum dan
Prosedur Infasif Risk control sesudah tindakan keperawatan
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Gunakan baju, sarung tangan
jaringan dan keperawatan selama…… pasien sebagai alat pelindung
peningkatan tidak mengalami infeksi dengan Ganti letak IV perifer dan dressing
paparan kriteria hasil: sesuai dengan petunjuk umum
lingkungan Klien bebas dari tanda dan Gunakan kateter intermiten untuk
Malnutrisi gejala infeksi menurunkan infeksi kandung
Peningkatan Menunjukkan kemampuan kencing
paparan untuk mencegah timbulnya Tingkatkan intake nutrisi
lingkungan infeksi Berikan terapi
patogen Jumlah leukosit dalam batas antibiotik:.................................
Imonusupresi normal Monitor tanda dan gejala infeksi
Tidak adekuat Menunjukkan perilaku hidup sistemik dan lokal
pertahanan sehat Pertahankan teknik isolasi k/p
sekunder Status imun, gastrointestinal, Inspeksi kulit dan membran mukosa
(penurunan Hb, genitourinaria dalam batas terhadap kemerahan, panas,
Leukopenia, normal drainase
penekanan Monitor adanya luka
respon inflamasi) Dorong masukan cairan
Penyakit kronik Dorong istirahat
Imunosupresi Ajarkan pasien dan keluarga tanda
Malnutrisi dan gejala infeksi
Pertahan primer Kaji suhu badan pada pasien
tidak adekuat neutropenia setiap 4 jam
(kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan
peristaltik)
WHO Classification of Tumours. Pathology and Genetics. Tumours of Soft Tissue and
Bone. CDM Fletcher, KK Unni, and F Mertens eds. IARC Press, Lyon, 2002.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI