Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS LAPORAN

PROFESI NERS 19 DEPARTEMEN MATERNITAS RUANG 09

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SAIFUL ANWAR

MALANG

“KANKER SERVIKS”

DISUSUN OLEH:

BENNY ABRIANSYAH
201820461011109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
1. DEFINISI
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu
keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina
(Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim,
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita. Kanker serviks
adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (Lynda, 2010).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher Rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina.( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian
squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di
dunia ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan
penyakit menular seksual (Suharto 2009).

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari Temuan TNM FIGO Bedah – patologis

Tahapan Kategori
1. TX : tumor primer tidak dapat dinilai
2. T0 : ada bukti tumor primer
3. Tis : Karsinoma in situ ( karsinoma preinvasive )
4. Karsinoma T1 I : serviks terbatas pada serviks ( perluasan mengabaikan
untuk korpus )
5. T1a IA : Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop ; invasi
stroma dengan kedalaman maksimum 5.0 mm diukur dari dasar epitel dan
penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang ; Keterlibatan ruang vaskuler ,
vena atau limfatik , tidak mempengaruhi klasifikasi
6. T1a1 IA1 : Diukur invasi stroma ≤ 3,0 mm secara mendalam dan ≤ 7,0
mm di spread horisontal
7. T1a2 IA2 :Diukur invasi stroma > 3,0 mm dan ≤ 5.0 mm dengan
penyebaran horisontal ≤ 7,0 mm
8. T1b IB : klinis terlihat lesi terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik
lebih besar dari T1a / IA2
9. T1b1 IB1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
10. T1b2 IB2 :klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
11. T2 II : serviks karsinoma Menginvasi luar rahim tetapi tidak untuk
dinding panggul atau menurunkan ketiga vagina
12. T2a IIA : tanpa invasi parametrium
13. T2a1 IIA1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
14. T2a2 IIA2 : klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
15. T2b IIB : Tumor dengan invasi parametrium
16. T3 III : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau melibatkan
sepertiga bagian bawah vagina dan / atau menyebabkan hidronefrosis atau
nonfungsional ginjal
17. T3a IIIA : Tumor melibatkan sepertiga bagian bawah vagina , tidak ada
ekstensi untuk dinding panggul
18. T3b IIIB : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan
hidronefrosis atau nonfungsional ginjal
19. T4 IV : Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan /
atau melampaui panggul yang benar ( edema bulosa tidak cukup untuk
mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
20. T4a IVA :Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum (
edema bulosa tidak cukup untuk mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
21. T4b IVB : Tumor melampaui panggul benar
3. ETILOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain:

a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
`Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi HPV (Human papiloma virus)yang beresiko tinggi
menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan melalui hubungan
seksual (sexually transmitted disease). Perempuan biasanya terinfeksi
virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan, walaupun kankernya
sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang
berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe
16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat
mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel
derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan
lesi. (yatim,faisal,2010)

4. PATOFISIOLOGI

Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks


(portio) dan endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-
columnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ ini berada diluar OUE,
sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada didalam kanalis servikalis
pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan
keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh
sebagai berikut:

a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel


serviks epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK
(Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat
pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
(Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut


daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat
mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat
menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi
di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang
ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma
virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas
tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa
yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih
utuh.(Rahmawan, 2009).

Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik


terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan
neoplasia servik intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik
untuk kanker servik pendarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata,
tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang kan tahap awal
tidak. (pince, sylvia A, 2010).
Usia, Jumlah kehamilah partus jumlah
perkawinan, infeksi HPV

Mitosis sel eksoservik


& endoserviks

Hipertermi
Metaplasia skuamosa

Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi

Aktivasi regenerasi pelepasan med.kimiawi


sel meningkat
( prostaglandin )

Sel - sel merangsang hipotalamus


ganas/karsinoma

Invasi Patogen
Kanker Serviks

Dilakukan non Menembus sel epitel Dapat menekan Vaskularisasi


pembedahan, kemoterapi jaringan sekitar jaringan

Struma serviks
Mual Muntah Iskemia jaringan Peradangan
endo & ekso

Meluas ke
Penurunan berat badan Nekrosis jaringan
jaringan

KetidakseimbanganNut
risi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pembuluh limfa & Menekan ujung Keputihan, bau
vena saraf simpatik busuk , gatal

Dinding pembuluh Respon nyeri Kurangnya


terdesak pengetahuan tentang
gejala dan penyakit
Nyeri kronik
Perdarahan
spontan Defisiensi
Pengetahuan

Defisien Volume Cairan Timbul rasa khawatir

Cemas Ansietas

sumber :

1. Sylvia A. Prince, 2007.

2. Rahmawan, 2009

5. MANIFSTASI KLINIS
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosisjaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma
insitu dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik
bahkan sering tidak dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang
encer, keputihan seperti krem tidak gatal,kemudian menjadi merah muda
lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium oleh seisi
rumah penderita. Bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Aziz
M.F.,Saifuddin A.B., 2010).
b. Ada perdarahan tidak normal.
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar
siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak
atau perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat
terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin sering akan
menyebabkan penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi
shock, dijumpai pada penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz M.F.
dan Saifuddin A.B.2010).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul
perdarahan setelah berhubungan. Hal ini terjadi akibat trauma pada
permukaan serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d. Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul
yang biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh
panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah
lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi dan berat
badan semakin lama semakin menurun khususnya pada penderita stadium
lanjut.bila kanker sudah berada pada stadium 3, maka akan mengalami
pembengkakan dibagian tubuh seperti, betis, paha, tangan dan sebagiannya
( RamaDiananda, 2009 )

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear.
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test
ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda
pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam
cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta
memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan
meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam
cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker
serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks
dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya.
Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan
bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-
lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi
tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat
mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat
sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat,
akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak
normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa
ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide
(servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif
atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK
tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram
tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%.
Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi
servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas
masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan
99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat
di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di
daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi
servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker
serviks.
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila
tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas
dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada
sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%;
spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%;
positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut
memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan
untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak
ada.
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks
adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar
HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal
disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia
kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan
darah dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah
yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.( Dr RamaDiananda, 2009 )

7. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung
pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:
histerektomi, radiasi dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut
dengan basis pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif

8. PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena
belum menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus
kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah
berada dalam stadium lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara
pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila
ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin
dapat dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir
100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut
ahli obgyn dari New York University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein,
kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah
bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif.
Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN
Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker)
dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit.
Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan
kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah
memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru
kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan
pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan
ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama
sebagai salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks,
beberapa di antaranya :
a. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan
hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun
dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini
didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi
prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari
hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah
paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19
tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear
negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada
CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan
untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV
menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih
dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65%
pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering
pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda
seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang
ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila
ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi
peningkatan risiko kanker serviks.
c. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.
d. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3
kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.

9. KOMPLIKASI
a. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau
mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang
keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam
beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan
jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar
dari ginjal. Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai
hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun
menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks
stadium lanjut. Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara
dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker
serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan
kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.

10. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon
terhadap pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko
tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini,
perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka
kejadian kanker serviks, antara lain :
a. Usia penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinis keganasan
d. Ciri - ciri histologik sel kanker
e. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
f. Sarana pengobatan yang tersedia
sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5
Tahun

0 Karsinoma insitu 100

I Terbatas pada uterus 85

II Menyerang luar uterus tetapi 60


meluas ke dinding pelvis

III Meluas ke dinding pelvis dan atau 33


sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis

IV Menyerang mukosa kandung 7


kemih atau rektum atau meluas
keluar pelvis sebenarnya

11. KONSEP KEPERAWATAN

11.1 Pengkajian

1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai
dengan keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
a) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan
yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra
servikal.
b) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas,
riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga
yang menderita kanker.
c) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
d) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan
gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang
penyakit kanker serviks. Kanker
serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitasmakanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat
personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Klien tampak kelelahan, rambut jarang, tubuh pasien kurus
dan tampak sering ingin mual, kulit pucat disebabkan karena
anemia, mata cekung disebabkan karena kurang tidur, klien
tanpak meringis menahan kesakitan, klien mengalami keputihan,
klien juga mengalami pendarahan yang sering
b) Palpasi
Pada palpasi didapati nyeri pada abdomen dan nyeri pada
punggung bawah
4) Pemeriksaan diagnostik
a) Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
b) Biopsi
c) Konisasi
d) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
e) Mendiagnosis serviks dengan kolposkop
f) Vagina inflammation self test card
g) Schillentest
h) Kolpomikroskopi
i) Gineskopi
5) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri Kronik
b) Kekurangan Volume Cairan
c) Ansietas
d) Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
e) Hipertermi
f) Defisiensi Pengetahuan
.Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Nyeri Kronik Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Definisi : keperawatan selama 1 x 4 1. Lakukan pengkajian nyeri
Pengalaman sensorik dan jam, pasien akan secara komprehensif
emosional tidak 2. Observasi adanya petunjuk nn
menunjukkan kontrol nyeri
menyenangkan dengan verbal mengenai
adekuat dengan kriteria
kerusakan jaringan actual ketidaknyamanan
hasil :
atau potensial atau 3. Pastikan perawatan analgesic
Kontrol nyeri
digambarkan sebagai suatu 4. Berikan informasi mengenai
 Mengenali kapan nyeri
kerusakan (International nyeri
terjadi (5)
Association for the Study of 5. Ajarkan penggunaan teknik
Pain) ; awitan yang tiba – tiba  Menggnakan tindakan
nonfarmakologi
atau lambat dengan intensitas pengurangan nyeri tanpa 6. Kolaborasi dengan dokter

ringan hingga berat, terjadi analgesic (5)

knstan atau berulang yang  Menggunakan analgesic

berakhirnya tidak dapat yang direkomendasikan

diantisipasi atau diprediksi (5)

dan berlangsung >3 bulan.  Melaporkan perubahan

Domain 12 : Kenyamanan terhadap gejala nyeri pada

Kelas 1: KenyamananFisik professional kesehatan (5)

Batasan Karakteristik :  Melaporkan nyeri yang

- Hambatan kemampuan terkontrol (5)

meneruskan aktivitas
sebelumnya
- Perubahan pola tidur
- Anoreksia
- Bukti nyeri dengan
menggunakan standar
daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat
mengungkapkanya
- Ekspresi wajah nyeri
- Lapran tentang perilaku
nyeri/ perubahan aktivitas
- Fokus pada diri sendiri
- Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar
skala nyeri
- Keluhan tentang
karakteristik nyeri dengan
menggunakan standar
instrument nyeri
Faktor Yang Berhubungan
- Perubahan pola tidur
- Distress emosi
- Keletihan
- Peningkatan indeks masa
tubuh
- Pola seksualitas tidak
efektif
- Agens pencedera
- Malnutrisi
- Kerusakan sistem saraf
- Penggunaan computer
yang lama
- Mengangkat beban berat
berulang
- Isolasi social
- Vibrasi seluruh tubuh
Populasi beresiko :
- Usia > 50 tahun
- Gender wanita
- Riwayat penganiayaan
- Riwayat mutilasi genital
- Riwayat utang terlalu
banyak
- Riwayat postur tubuh statis
saat bekerja
- Riwayat penyalahgunaan
zat
- Riwayat olah raga terlalu
berat
Kondisi terkait
- Gangguan musculoskeletal
kronik
- Kontusio
- Cedera tabrakan
- Gangguan sistem saraf
- Fraktur
- Gangguan genetic
- Ketidkseimbangan
neurotransmitter,
neuromodulator, dan
reseptor
- Gnagguan imun
- Gangguan metabolic
- Gangguan iskemik
- Cedera otot
- Pasca trauma karena
gangguan
- Peningkatan kadar kortisol
lama
- Cedera medulla spinalis
- Infiltrasi tumor

2 Defisien Volume Cairan Setelah dilakukan tindakan Managemen cairan


Definisi : Penurunan cairan keperawatan selama 1 x 4
1. Timbang BB setiap hari dan
intravaskuler, interstisial, jam, pasien akan
monitor status pasien
dan/atau intrasellular. Ini menunjukkan
2. Pertahankan catatan intake
mengacu pada dehidrasi, keseimbangan cairan
dan output yang akurat
kehilangan cairan saja adekuat dengan kriteria
3. Monitor status hidrasi
tanpa perubahan kadar hasil :
(kelembaban membran
natrium Keseimbangan cairan
mukosa, nadi adekuat,
Domain 2: Nutrisi  Tekanan darah (5)
tekanan darah ortostatik),
Kelas 5: Hidrasi  Denyut nadi radial (5)
jika diperlukan
 Tekanan arteri rata-rata
Batasan Karakteristik : 4. Monitor vital sign
(5)
 Penurunan status mental 5. Monitor masukan makanan /
 Denyut perifer (5)
 Penurunan turgor kulit cairan dan hitung intake
 Keseimbangan intake
 penurunan tekanan darah kalori harian
dan output dalam 24 jam
6. Tingkatkan asupan oral
 penurunan tekanan nadi (5)
7. Pasang kateter
 penurunan volume nadi  Berat badan stabil (5)
8. Kolaborasikan pemberian
 Penurunan turgor lidah  Turgor kulit (5)
cairan IV
 Penurunan haluaran urin  Kelembaban membrane
 Penurunan pengisian mukosa (5) Terapi Intravena (IV)
vena  Serum elektrolit (5) 1. Kolaborasi dengan tim medis
 Membran mukosa kering Keterangan dalam pemberian cairan infus
 kulit kering 1. Sangat terganggu
 Peningkatan suhu tubuh 2. Banyak terganggu
 Peningkatan frekuensi 3. Cukup terganggu
nadi 4. Sedikit terganggu
 Peningkatan hematocrit 5. Tidak terganggu

 Peningkatan konsentrasi  Hipotensi ortostatik (5)


urine  Distensi vena leher (5)
 Penurunan BB tiba-tiba  Edema perifer (5)
 Haus  Bola mata cekung dan
 Kelemahan lembek (5)
Faktor-faktor yang  Konfusi (5)
berhubungan:  Kehausan (5)
 Hambatan mengakses Keterangan
cairan 1. Berat
 Asupan cairan kurang 2. Cukup berat

 Kurang pengetahuan 3. Sedang

tentang kebutuhan cairan 4. Ringan

Populasi beresiko : 5. Tidak ada

 Usia ekstrem Hydrasi

 Berat badan ekstrem  Turgor kulit (5)

 Faktor yang  Membran mukosa

mempengaruhi lembab (5)

kebutuhan cairan  Intake cairan (5)

Kondisi terkait :  Output urin (5)

 Kehilangan cairan aktif  Serum sodium (5)

 Gangguan mekanisme  Perfusi jaringan (5)


pengaturan  Fungsi kognisi (5)
 Gangguan yang Keterangan
1. Sangat terganggu
mempengaruhi absorpsi 2. Besar terganggu
cairan 3. Cukup terganggu
 Gangguan yang 4. Sedikit terganggu
mempengaruhi asupan 5. Sedikit terganggu
cairan 6. Tidak terganggu
 Kehilangan cairan hebat  Haus (5)
melalui rute normal  Warna urin keruh (5)
Agens farmaseutika  Bola mata cekung dan
lunak (5)
 Fontanel cekung (5)
 Penurunan tekanan
darah (5)
 Nadi cepat dan lemah
(5)
 Penigkatan suhu tubuh
(5)
Keterangan
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
Tidak ada
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan
Definisi : Perasaan tidak keperawatan selama 1 x 4 1. Evaluasi tingkat ansietas,
nyaman atau kekhawatiran jam, pasien akan catat verbal dan non verbal
yang samar disertai respons pasien.
menunjukkan tingkat
otonom (sumber sering kali
kecemasan adekuat
tidak spesifik atau tidak 2. Jelaskan semua prosedur
dengan kriteria hasil :
diketahui leh individu) Tingkat kecemasan termasuk sensasi yang akan
perasaan takut yang  Rasa takut yang dirasakan
disebabkan oleh antisipasi disampaikan secara lisan 3. abaerikan infrmasi factual
terhadap bahaya. Hal ini (5) terkait diagnosis, perawatan
merupakan isyarat  Rasa cemas yang dan prognosis
kewaspadaan yang disampaikan secara lisan 4. Jadwalkan istirahat adekuat
memperingatkan individu (5) dan periode menghentikan
akan adanya bahaya dan  Peningkaatn frekuensi tidur.
memampukan individu untuk nadi (5) 5. Berada disisi pasien untuk
bertindak menghadapi  Pusing (5) meningkatkan rasa aman dan
ancaman.  Berkeringat dingin (5) mengurangi ketakutan

 Wajah tegang (5) 6. Dengarkan klien


Domain 9 : Koping/Toleransi
Keterangan : 7. Dukung penggunaan
stress
1. Berat mekanisme koping yang

Kelas 2 : Respon Koping 2. Cukup berat sesuai

Batasan karakteristik : 3. Sedang 8. Anjurkan keluarga untuk

4. Ringan menemani disamping klien


Perilaku Peningkatan Koping
5. Tidak ada
1. Bantu pasien beradaptasi
- Gelisah
dengan perepsi
- Penurunan produktifitas
stressor,perubahan,atau
- Gerakan ekstra
ancaman yang mengambat
- Melihat sepintas
pemenuhan tuntutat dan peran
- Tampak waspada
hidup
- Agitasi
2. Instruksikan pasien untuk
- Insomnia
menggunakan teknik relaksasi
- Kontak mata yang buruk
sesuai kebutuhan
- Perilaku mengintai
3. Dukung keterlibatan kelaurga
- Khawatir tentang
dengan cara yang tepat
perubahan dalam peristiwa
hidup

Afektif

- Kesedihan yang mendalam


- Gelisah
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Putus asa
- Sangat khawatir
- Peka
- Gugup
- Senang berlebihan
- Menggemerutukkan gigi
- Menyesal
- Berfokus pada diri sendiri
- Ragu

Fisiologis

- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar
- Tremor
- Suara bergetar

Simpatis

- Gangguan pola pernapasan


- Anoreksia
- Peningkatan reflex
- Eksitasi kardivaskuler
- Diare
- Mulut kering
- wajah memerah
- Palpitasi jantung
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan frekuensi
pernapasan
- Dilatasi pupil
- Vasokontriksi superfisial
- Kedutan otot
- Lemah

Parasimpatis

- Nyeri abdomen
- Perubahan pola tidur
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare
- Pusing
- Keletihan
- Mual
- Kesemutan pada
ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangen
- Drongan segera berkemih
Kognitif

- Gangguan perhatian
- Gangguan konsentrasi
- Menyadari gejala fisiologis
- Bloking pikiran
- Konfusi
- Penurunan lapang persepsi
- Penurunan kemampuan
untuk belajar
- Penurunan kemampuan
untuk memecahkan
masalah
- Lupa
- Preokupasi
- Melamun
- Cenderung menyalahkan
orang lain

Faktor Yang Berhubungan

- Konflik tentang tujuan


hidup
- Hubungan interpersonal
- Penularan interpersonal
- stressor
- Penyalahgunaan zat
- Ancaman kematian
- Ancaman pada status
terkini
- Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
- Konflik nilai

Populasi beresiko

- Terpapar pada toksin


- Riwayat keluarga tentang
ansietas
- Hereditas
- Perubahan besar
- Krisis maturasi
- Krisis situasi

4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 8
1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh jam, pasien akan
makanan
Definisi : Asupan nutrisi menunjukkan status nutrisi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
tidak cukup untuk adekuat dengan kriteria
untuk menentukan jumlah
memenuhi kebutuhan hasil :
kalori dan nutrisi yang
metabolic
Domain 2 : Nutrisi
Status Nutrisi: asupan dibutuhkan pasien.

Kelas 1 : Makan makanan dan cairan 3. Yakinkan diet yang

Batasan karakteristik : dimakan mengandung


 Asupan makanan secara tinggi serat untuk
 Kram abdomen
oral (5) mencegah konstipasi
 Nyeri abdomen
 Asupan makanan secara 4. Berikan makanan yang
 Gangguan sensasi rasa
tube feeding (5) terpilih (sudah
 Berat badan 20 % atau
 Asupan cairan secara oral dikonsultasikan dengan ahli
lebih di bawah rentang
(5) gizi)
berat badan ideal
 Asupan cairan intravena 5. Ajarkan pasien bagaimana
 Kerapuhan kapiler
(5)
 Diare  Asupan nutrisi parenteral membuat catatan makanan
 Kehilangan rambut (5) harian.
berlebihan Keterangan : 6. Monitor jumlah nutrisi dan
 Enggan makan 1. Tidak adekuat kandungan kalori

 Asupan makanan kurang 2. Sedikit adekuat 7. Berikan informasi tentang

dari RDA (Recomended 3. Cukup adekuat kebutuhan nutrisi

Daily Allowance) 4. Sebagian besar adekuat 8. Kaji kemampuan pasien

 Bising usus hiperaktif 5. Sepenuhnya adekuat untuk mendapatkan nutrisi

 Kurang informasi Status Nutrisi : Asupan yang dibutuhkan

 Kurang minat pada nutrisi


Monitor Nutrisi
makanan  Asupan kalori (5)

 Tonus otot menurun  Asupan Protein (5) 1. Timbang BB pasien


 Kesalahan informasi  Asupan lemak (5) 2. Monitor adanya penurunan
 Kesalahan persepsi  Asupan karbohidrat (5) berat badan
 Membran mukosa pucat  Asupan serat (5) 3. Monitor tipe dan jumlah
 Ketidakmampuan  Asupan vitamin (5) aktivitas yang biasa
memakan makanan  Asupan mineral (5) dilakukan

 Cepat kenyang setelah  Asupan zat besi (5) 4. Monitor lingkungan selama

makan  Asupan kalsium (5) makan

 Sariawan rongga mulut  Asupan Natrium (5) 5. Jadwalkan pengobatan dan

 Kelemahan otot Keterangan : tindakan tidak selama jam

pengunyah 1. Tidak adekuat makan


2. Sedikit adekuat 6. Monitor kulit kering dan
 Kelemahan otot untuk
3. Cukup adekuat perubahan pigmentasi
menelan
4. Sebagian besar adekuat 7. Monitor turgor kulit
 Penurunan berat badan
5. Sepenuhnya adekuat 8. Monitor kekeringan,
dengan asupan makann
rambut kusam, dan mudah
adekuat
patah
Faktor-faktor yang 9. Monitor mual dan muntah
berhubungan : 10. Monitor kadar albumin,
 Asupan diet kurang total protein, Hb, dan kadar
Populasi beresiko Ht
 Faktor biologis 11. Monitor makanan
 Kesulitan ekonomi kesukaan
Kondisi terkait 12. Monitor pertumbuhan

 Ketidakmampuan untuk dan perkembangan

mengabsorbsi nutrient 13. Monitor pucat,

 Ketidakmampuan kemerahan, dan kekeringan

mencerna makanan jaringan konjungtiva

 Ketidakmampuan makan 14. Monitor kalori dan


intake nuntrisi
 Gangguan psikososial
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.

Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet
5. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu
Definisi: keperawatan selama 1 x 4 1. Monitor suhu paling tidak 2
Suhu inti tubuh diatas kisaran jam, pasien akan jam sesuai kebutuhan
normal diurnal karena menunjukkan termoregulasi 2. Monitor tekanan darah, nadi
kegagalan termregulasi adekuat dengan kriteria hasil dan pernapasan sesuai
Domain 11: : kebutuhan
Keamanan/perlindungan Termoregulasi 3. Monitor dan laporkan adanya
Kelas 6: Termoregulasi  Hipertermia (5) gejala hipertemi
BatasanKarakteristik:  Peningkatan suhu kulit (5) 4. Berikan medikasi yang tepat
- Postur abnormal  Perubahan warna kulit (5) untuk mencegah atau
- Apnea mengntrol menggigil
- Koma Keterangan : 5. Berikan pengobatan antipiretik
1. Berat
- Kulit kemerahan 2. Cukup berat sesuai kebutuhan
- Hipotensi 3. Sedang Perawatan Demam
4. Ringan
- Bayi tidak dapat 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
5. Tidak ada
mempertahankan menyusu vital lainya
- Gelisah 2. Monitor warna kulit dan suhu
- Letargi 3. Monitor asupan dan keluaran
- Kejang 4. Beri obat atau cairan IV
- Kulit terasa hangat 5. Tutup pasien dengan selimut
- Stupor atau pakaian ringan,
- Takikardi tergantung pada fase demam
- Takipnea 6. Dorong konsumsi cairan
- Vasdilatasi
Faktor yang berhubungan:
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak sesuai
- Aktivitas berlebihan
Populasi beresiko
- Pemajanan suhu lingkugan
tinggi
Kondisi Terkait
- Penurunan Perspirasi
- Penyakit
- Peningkatan laju
metabolisme
- Iskemia
- Agens farmaseutika
- Sepsis
- Trauma
6. Defisien pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : proses penyakit
Definisi :Ketiadaan atau keperawatan selama 1×8 jam
pasien akan menunjukkan 1. Kaji tingkat pengetahuan
defisien informasi kognitif
pengetahuan adekuat dengan pasien tentang proses penyakit
yang berkaitan dengan
kriteria hasil :
topic tertentu
2. Jelaskan patofisiologi dari
Domain 5: Persepsi/Kognisi Pengetahuan : manajemen penyakit dan bagaimana hal ini
Kelas 4:Kognisi penyakit kronik
berhubungan dengan anatomi
Batasan karakteristik :
 Faktor-faktor penyebab dan fisiologi, dengan cara yang
 Ketidakakuratan
dan faktor yang tepat.
mengikuti perintah
berkontribusi (5)
 Ketidakakuratan 3. Gambarkan tanda dan gejala
 Perjalanan penyakit (5)
mengikuti tes yang biasa muncul pada
 Tanda dan gejala penyakit
 Perilaku tidak tepat (5) penyakit, dengan cara yang
 Kurang pengetahuan  Tanda dan gejala tepat
Faktor yang komplikasi (5)
 Strategi mencegah
4. Gambarkan proses
berhubungan
penyakit, dengan cara yang
 Kurang informasi komplikasi (5)

 Kurang minat untuk  Strategi mengelola nyeri tepat


(5)
belajar
5. Identifikasi kemungkinan
 Diet yang dianjurkan (5)
 Kurang sumber penyebab, dengna cara yang
 Strategi mengatasi efek
pengetahuan tepat
samping penyakit (5)
 Keterangan yang salah
 Tindakan yang perlu
dari orang lain 6. Sediakan informasi pada
dilakukan pada saat
Kondisi Terkait pasien tentang kondisi, dengan
keadaan darurat (5)
 Gangguan fungsi cara yang tepat
kognitif
7. Hindari memberikan
Gangguan memori
harapan yang kosong

8. Diskusikan perubahan gaya


hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi


atau penanganan

11. Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan


sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup


atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat

1. 14. Instruksikan pasien


mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius

Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC

Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear


Dengan hasil pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta

Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta

Aziz Alimul H. 2010, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta

Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai