Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS LAPORAN

PROFESI NERS 19 DEPARTEMEN MATERNITAS RUANG 08


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SAIFUL ANWAR
MALANG
“POST KURETASE a/i ABORTUS INKOMPLIT BEKAS SC + HT
KRONIS”

DISUSUN OLEH:
BENNY ABRIANSYAH

201820461011109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
1. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar
kandungan (Nugroho,2010).

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih
terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009).

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada
desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

2. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat
bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

b. Kelainan Pada Plasenta


1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.

c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan
penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetesmilitus.

d. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh


kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus,
uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).

3. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila
kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak
dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan
dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang
oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan
dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).

4. TANDA DAN GEJALA


a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:

1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis

3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).

b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:

1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah.

2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.

3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.

5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri


atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
keluar.

6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat


menyebabkan syok (Maryunani, 2009).

5. PENATALAKSAAN MEDIS
a. Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan
segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama
(Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak
tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3) Jika kehamilan > 16 mingguan
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis
arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2
gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8
jam.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifuddin, 2006).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM
III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
1) Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : anemia ringan
3) Hb 7-8 gr% : anemia sedang
4) Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
b. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan
dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
c. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih
ada.

7. PENCEGAHAN ABORTUS INKOMPLETUS


a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer lebih kepada langkah awal, yakni mencari tau mengapa
sebenarnya seorang perempuan melakukan abortus. Oleh karena itu, pada pencegahan
primer lebih diutamakan promosi kesehatan serta pendidikan kesehatan mengenai
abortus hingga dampak dari abortus. Terjadinya abortus sering dikaitkan dengan
kehamilan yang tidak diinginkan. Sebenarnya suatu kehamilan yang tidak dikehendaki
dapat dicegah seandainya pasangan menggunakan kontrasepsi darurat, yaitu
kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan apabila digunakan setelah hubungan
seksual. Hal ini sering disebut dengan kontrasepsi pasca-senggama atau morning after
treatment.
b. Pencegahan Sekunder
Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara menegakkan diagnosa
secara cepat dan tepat untuk menghindari hal-hal buruk terkait komplikasi akibat
keterlambatan penanganan. Diagnosa abortus inkompletus, yaitu: Pada pemeriksaan
dalam jika abortus baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba
sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri, dan uterus lebih kecil dari
seharusnya kehamilan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk menghindari hal-hal buruk terkait
penanganan dan komplikasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang tepat
setelah didapat diagnosa pasti abortus inkompletus. Pembersihan sisa kehamilan yang
tertinggal di dalam rahim dengan melakukan kerokan untuk menghentikan
perdarahan. Kerokan harus dilakukan secara aseptik dan bila terdapat tanda-tanda
infeksi, perdarahan yang banyak dan terus menerus, atau syok maka segera berikan
suntikan antibotika, infusi cairan, atau transfusi darah serta perlu dilakukan aspirasi
vakum untuk pengosongan uterus sekaligus. Pasien diharapkan tidak hamil dalam
waktu 3 bulan sehingga perlu memakai alat kontrasepsi dalam membantu proses
penyembuhan.30 Penelitian di berbagai negara memperlihatkan bahwa saat yang
paling tepat untuk memberi penyuluhan tentang kontrasepsi adalah setelah mereka
mengalami abortus. Akan tetapi fasilitas kesehatan di beberapa daerah gagal
menggunakan kesempatan itu. Setelah abortus, para wanita tersebut meninggalkan
rumah sakit tanpa mendapat penyuluhan mengenai kontrasepsi, keluarga berencana,
dampak buruk dari abortus, dan bagaimana mencegah terjadinya kembali abortus. Hal
inilah yang juga menyebabkan terjadinya aborsi berulang-ulang.

8. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


1. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan
seterusnya.
b. Palpasi
1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005:39)
2. Sekunder Assessment
a. Eksposure: pasien tampak pucat
b. Five intervention: Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu
meningkat
c. Give Comfort: nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada pelvic
d. Head to toe: meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi,
menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan, riwayat penggunaan
kontrasepsi, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), riwayat penyakit kronis
atau akut, riwayat pengobatan serta riwayat alergi.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hematologi
(1) Haemoglobin
Pemeriksaan dan pengawasan Haemoglobin (Hb) dapat dilakukan
dengan menggunakan alat yaitu Sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan Sahli
dapat digolongkan sebagai berikut: Tidak anemia jika Hb 11 gr%, anemia
berat jika Hb < 7 gr% (Manuaba, 2010:239).
(2) Golongan Darah
Golongan darah ABO dan faktor Rhesus (Rh). Ibu dengan rhesus
negatif beresiko mengalami keguguran, amniosentesis, atau trauma uterus,
dengan demikian harus diberi antigammaglobulin D dalam beberapa hari
setelah pemeriksaan. Jika titrasi menunjukkan peningkatan respons
antibody, harus dilakukan pemeriksaan yang lebih sering dalam rangka
merencanakan penatalaksanaan pengobatan oleh spesialis Rhesus (Fraser
et al, 2009:225).
b) Pemeriksaan Urin
Menurut Fraser dan Cooper (2009: 227) urinalisis atau pemeriksaan urin
dilakukan pada setiap kunjungan untuk memastikan tidak adanya 254
abnormalitas. Hal lain yang dapat ditemukan pada urinalisis rutin antara lain:
(1) Keton akibat pemecahan lemak untuk menyediakan glukosa,
disebabkan oleh kurangnya pemenuhan janin yang dapat terjadi akibat
muntah, hyperemesis, kelaparan, atau latihan fisik yang berlebihan.
(2) Glukosa karena peningkatan sirkulasi darah, penurunan ambang
ginjal atau penyakit.
(3) Protein akibat kontaminasi oleh leukore vagina, atau penyakit
ssseperti infeksi saluran perkemihan atau gangguan hipertensi pada
kehamilan.

10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak.
3) Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
 Kesehatan sekarang
 Kesehatan masa lalu
4) Riwayat Pembedahan
5) Riwayat penyakit yang pernah dialami
6) Riwayat kesehatan keluarga
7) Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
9) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11) Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
2) Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
- Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
3) Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
4) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson &
Taylor, 2005 : 39).

c. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

d. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses
kuretase
4) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak
mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase.
5) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

11. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
KEPERAWATAN
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DAN
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
injuri selama 3x24 jam diharapkan nteri
 Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang dengan indicator: komprehensif termasuk lokasi,
Pain Level, karakteristik, durasi, frekuensi,
v Pain control, kualitas dan faktor presipitasi
Comfort level  Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu  Gunakan teknik komunikasi
penyebab nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui
menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk  Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
mengurangi nyeri, mencari
 Evaluasi pengalaman nyeri masa
bantuan)
lampau
 Melaporkan bahwa nyeri
 Evaluasi bersama pasien dan tim
berkurang dengan menggunakan
kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 § Mampu mengenali nyeri (skala, lampau
intensitas, frekuensi dan tanda  Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri) mencari dan menemukan dukungan
 Menyatakan rasa nyaman setelah  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Tanda vital dalam rentang normal ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2 Defisit Volume Fluid balance Fluid management
Cairan Hydration  Timbang popok/pembalut jika
Definisi : Penurunan Nutritional Status : Food and Fluid diperlukan
cairan intravaskuler, Intake  Pertahankan catatan intake dan output
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil : yang akurat
intrasellular. Ini  Mempertahankan urine output  Monitor status hidrasi ( kelembaban
mengarah ke sesuai dengan usia dan BB, BJ urine membran mukosa, nadi adekuat,
dehidrasi, normal, HT normal tekanan darah ortostatik ), jika
kehilangan cairan  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
dengan pengeluaran dalam batas normal  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
sodium  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
Elastisitas turgor kulit baik, urin )
Batasan membran mukosa lembab, tidak  Monitor vital sign
Karakteristik : ada rasa haus yang berlebihan
- Kelemahan  Monitor masukan makanan / cairan dan
- Haus hitung intake kalori harian
- Penurunan turgor  Kolaborasi pemberian cairan IV
kulit/lidah  Monitor status nutrisi
- Membran  Berikan cairan
mukosa/kulit kering  Berikan diuretik sesuai interuksi
- Peningkatan  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
denyut nadi,  Dorong masukan oral
penurunan tekanan
 Berikan penggantian nesogatrik sesuai
darah, penurunan
output
volume/tekanan
nadi  Dorong keluarga untuk membantu
- Pengisian vena pasien makan
menurun  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
- Perubahan status  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
mental berlebih muncul meburuk
- Konsentrasi urine  Atur kemungkinan tranfusi
meningkat  Persiapan untuk tranfusi
- Temperatur tubuh
meningkat
- Hematokrit
meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan
volume cairan secara
aktif
Kegagalan
mekanisme
pengaturan
3 Cemas Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Coping kecemasan)
Perasaan gelisah Impulse control  Gunakan pendekatan yang
yang tak jelas dari Kriteria Hasil : menenangkan
ketidaknyamanan  Klien mampu mengidentifikasi dan  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
atau ketakutan yang mengungkapkan gejala cemas pelaku pasien
disertai respon  Mengidentifikasi, mengungkapkan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
autonom (sumner dan menunjukkan tehnik untuk dirasakan selama prosedur
tidak spesifik atau mengontol cemas  Pahami prespektif pasien terhdap situasi
tidak diketahui oleh  Vital sign dalam batas normal stres
individu); perasaan  Postur tubuh, ekspresi wajah,  Temani pasien untuk memberikan
keprihatinan bahasa tubuh dan tingkat aktivitas keamanan dan mengurangi takut
disebabkan dari menunjukkan berkurangnya
antisipasi terhadap  Berikan informasi faktual mengenai
kecemasan diagnosis, tindakan prognosis
bahaya. Sinyal ini
merupakan  Dorong keluarga untuk menemani anak
peringatan adanya  Lakukan back / neck rub
ancaman yang akan  Dengarkan dengan penuh perhatian
datang dan  Identifikasi tingkat kecemasan
memungkinkan  Bantu pasien mengenal situasi yang
individu untuk menimbulkan kecemasan
mengambil langkah  Dorong pasien untuk mengungkapkan
untuk menyetujui perasaan, ketakutan, persepsi
terhadap tindakan
Ditandai dengan  Instruksikan pasien menggunakan
- Gelisah teknik relaksasi
- Insomnia  Barikan obat untuk mengurangi
- Resah kecemasan
- Ketakutan
- Sedih
- Fokus pada diri
- Kekhawatiran
- Cemas
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC.


Jakarta. 2004

http://wahyuni-abortusinkomplit.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-
kebidanan-ny-n-gestasi.html Diakses pada tanggal 14 November 2014

http://karyatulisilmiah07.blogspot.com/2012/11/abortus-inkomplit-oleh-
kurniawati.html Diakses pada tanggal 14 November 2014

http://ukkyputrinurse.wordpress.com/2013/04/22/laporan-pendahuluan-askep-
abortus/ Diakses pada tanggal 14 November 2014

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media


Aesculapius Jakarta 2000.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai