Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG CEMPAKA 1 RSUD KARANGANYAR


Disusun Untuk Memenuhi Praktik Klinik Keperawatan Anak
Pembimbing Klinik : Anik Suprapti, S. Kep. Ns
Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Annisa Rachmadaningtyas
P27220020190

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD Karanganyar”.
Laporan ini dibuat guna untuk memenuhi tugas praktik klinik. Oleh karena itu,
tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan nikmat dan kemudahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini tidak lain karena keterbatasan
pengetahuan kami, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
menerima segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya karya tulis ilmiah ini. Atas semua usul dan saran demi perbaikan karya
tulis ilmiah ini penulis ucapkan terima kasih.
Karanganyar, 02 November 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang.
Gastroenteritis akut adalah diare disertai muntah yang terjadi secara
mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Muhammad Iqbal,
2018). Gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari
dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Gastroenteritis akut
merupakan perwujudan infeksi Campylobacter yang paling lazim,
biasanya disebabkan oleh C jejuni, C. coli dan C. laridis masa inkubasi
adalah 1 – 7 hari, diare terjadi dari cairan tinja encer atau tinja berdarah
dan mengandung lendir (Muhammad Iqbal, 2018).
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial
Kumala ( 2011). Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200g atau 200ml/24jm. Definisi lain memakai kriteria frekuaensi yaitu
buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa di sertai lender dan darah.
Tindakan atau peran perawat yang harus dilakukan pada pasien
diare dengan resiko ketidakseimbangan elektrolit adalah pemberian
makanan yang mengandung zat besi dan pemberian makanan yang sedikit
berserat, pemberian cairan khusus yang mengandung campuran gula dan
garam yang disebut larutan dehidrasi bila di perlukan, pemberian obat-
obatan pemberian anti biotik. Pemberian cairan per oral seperti pemberian
ASI atau susu formula pada bayi. Pemberian cairan sangat penting
mengingat komplikasi tersering yang juga dapat menyebabkan kematian
penderita dehidrasi Rustam (2017). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
terdapat suatu permasalahan yang serius pada pasien gastroenteritis, yaitu
resiko ketidakseimbangan elektrolit. Sehingga penulis menyusun laporan
ini dengan judul “Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar”

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Anak Gastroenteritis Akut Di
Ruang Cempaka 1 RSUD Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis
Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD Karanganyar.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian adalah :
1) Melakukan Pengkajian Anak Yang Mengalami Gastroenteritis
Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD Karanganyar.
2) Menetapkan Diagnosa Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar.
3) Menyusun Perecanaan Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar.
4) Melakukan Tindakan Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar.
5) Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar.
6) Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang
Mengalami Gastroenteritis Akut Di Ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar.
c. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan
wawasan sekaligus pengetahuan bagi perkembangan ilmu
keperawatan anak yang dapat diaplikasikan dikalangan institusi
terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami gastroenteritis akut (GEA) diruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar.

2. Praktis
2.1 Bagi Keluarga Pasien
Meningkatkan pengetahuan bagi keluarga klien tentang
perawatan anak gastroenteritis akut terutama
penatalaksanaan diare dan dalam pemenuhan cairan
elektrolit.
2.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini bisa menjadi
acuan khususnya dalam penanganan keperawatan pada
anak gastroenteritis akut yang mengalami gangguan
keseimbangan cairan elektrolit dan menjadi masukan
bagi rumah sakit untuk menyediakan perlengkapan
pompa ASI untuk memenuhi kebutuhan cairan.
2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gastroenteritis akut di ruang Cempaka 1 RSUD
Karanganyar sesuai dengan teori guna meningkatkan
pelayanan kesehatan.
2.4 Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai data awal dan pelaksanaan asuhan keperawatan
Gastroenteritis akut (GEA) pada anak, sehingga dapat
dikembangkan pada diagnosa keperawatan yang lebih
komprehensif.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB
ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir
(Riskesdas, 2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat


perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita
bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih
dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).

GE juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi

lainnya seperti malaria dan campak begitu juga dengan keracunan

kimia. Perubahan gut flora (bakteri usus) yang dipicu oleh antibiotik

dapat menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan dan toksin

dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus

besar) (Syaefudin, 2020).

GE disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu sebagai


berikut (Palupi, 2018):
1. Infeksi Interal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama GE
a. Infeksi Bakteria: Vibrio, E. coli, Salmonella,
Campylobacter, Shigella.
b. Infeksi Virus: Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus,
Adenovirus, Astrovirus.
c. Infeksi Parasit: Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris),
Protozoa (Entamoeba histolyca, Tricomonas hominis, Giardia
lambia), Jamur (Candida albicans).
2. Infeksi Parental
Infeksi di luar alat pencernaan seperti: Tonsilitis, Encefalitis,
Bronkopneumonia.
3. Faktor Malabsorbsi
a. Karbohidrat
Pada anak, kepekaan terhadap lactoglobulin dalam susu formula
dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE berat, tinja berbau
asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GE seperti ini, maka
bisa menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
b. Malabsorbsi Lemak
Lemak terdapat dalam makanan yang disebut dengan trigliserida.
Dengan bantuan kelenjar lipase, trigliserida mengubah lemak
menjadi micelles yang bisa di serap usus. Tetapi karena kegagalan
penyerapan sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada
lipase karena kerusakan dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada
kasus ini fesesnya berlemak.
c. Malabsorbsi Protein
GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap protein.
d. Faktor Makanan
Makanan yang sudah basi, alergi makanan tertentu, makanan
kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
e. Faktor Psikis
Rasa takut dan cemas
B. Manifestasi Klinis
GE akut sering disertai tanda dan gejala klinis seperti gelisah, suhu
tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi, tinja cair berlendir kadang
bercampur darah, turgor kulit buruk, BB menurun, mata cekung, ubun-ubun ke
dalam (pada balita) keadaan ini merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan parasit. Selain itu, tanda dan gejala klinis GE antara lain:
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit buruk, elastisitas kulit
menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir
kering)
3. Kram abdominal
4. Demam, mual, muntah dan anorexia
5. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat)
6. Urin menurun atau tidak ada pengeluaran (anuria).
Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE.
Pada anak-anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering,
menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak
dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsive, mata cekung, serta
turgor kulit buruk. Sedangkan dehidrasi pada orang dewasa, antara lain
kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, mulut
kering, pusing dan nyeri kepala (Agustin, 2019).
C. Patofisiologi
Patofisiologi dari GE adalah terlalu cepatnya pengosongan pada
intestinal akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik. GE yang terjadi merupakan
proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan
intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan
dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya
nutrisi dan elektrolit (Pereira, 2019).

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GE meliputi hal-hal berikut


yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh mukosa
usus akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul GE.
2. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus
dan selanjutnya timbul GE karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul GE. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa
timbul GE juga. Dari ketiga mekanisme di atas GE dapat menyebabkan:
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
berlebihan)
c. Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah
D. Pathway

Faktor Malabsorbsi Faktor Makanan


-Karbohidrat -Makanan basi
-Lemak -Alergi makanan
-Protein Peradangan -Beracun
Infeksi
dinding usus

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran cerna terganggu/ tidak adekuat

Terdapat zat-zat yang tidak Gangguan motilitas


diserap usus

Hiperperistaltik
Tekanan osmosis Gangguan sekresi
meningkat
Kesempatan usus menyerap makanan

Reabsorbsi usus terganggu Sekresi air dan elektrolit


dalam usus meningkat

Gastroenteritis

BAB sering dengan konsistensi cair Inflamasi saluran cerna

Kulit di sekitar anus Frekuensi eliminasi Mual dan muntah Agen pirogenik
lecet dan teriritasi meningkat

Hipertermia
Kemerahan/ gatal BAB encer dengan/
tanpa darah
Risiko gangguan
Defisit Nausea
integritas kulit Diare
nutrisi
Sumber https://www.google.com/search?
q=pathway+gastroenteritis&rlz=1C1CHBD_idID

E. Faktor Risiko
Beberapa komplikasi dari GE adalah (Syaefudin, 2020):
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram)
2. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemia
3. Hiponatermi
4. Syok hipovolemik
5. Asidosis dehidrasi.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yaitu pengobatan dengan cara pengaturan diet dan
pemberian cairan:
1. GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air gula, sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI, dll.
2. GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut Larutan Rehidrasi Oral (LRO).
LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi ke
dalam 1 liter air.
3. GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
Penatalaksanaan keperawatan antara lain (Pereira, 2019):
1. Penderita yang dirawat inap harus di tempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita.
2. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
3. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero
patogen dan cara mengurangi penularan.
G. Pengakajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa
data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi, observasi, psikal assesment. Pengkajian data meliputi (Syaefudin,
2020):
1. Identitas pasien/ biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan dan nomor
telepon.
2. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB kurang dari 4 kali dan
cair (GE tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/sedang), atau BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE
berlangsung kurang dari 14 hari maka GE tersebut adalah GE akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah GE
persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Keadaan umum klien. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
menurun atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
e. Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi.
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.

4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE.
c. Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE.
Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
a. Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan
yang tidak biasa dimakannya.
b. Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan
ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas
minum atau tidak mau minum.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Baik dan sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).
b. Kulit, untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan
menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Apabila turgor
kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit kembali dalam
waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi ringan/ sedang. Apabila
turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini
termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c. Kepala. Pada klien dewasa tidak di temukan tanda-tanda tapi pada anak
berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun-
ubun cekung ke dalam.
d. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja.
e. Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
f. Abdomen, kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus
yaitu:
1) Inspeksi: melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda
lain.
2) Auskultasi: terdengar bising usus meningkat >30 x/ menit.
3) Perkusi: biasanya terdengar bunyi timpani/ kembung
4) Palpasi: ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi
distensi perut.
g. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya.

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasen dengan GE yaitu (PPNI T.
P., 2017):
No. Diagnosa Penyebab Gejala dan Gejala dan
Tanda Mayor Tanda Minor
1 Hipertermia 1. Dehidrasi Subjektif Subjektif
2. Terpapar (tidak tersedia) (tidak
lingkungan panas Objektif tersedia)
3. Proses penyakit 1. Suhu tubuh Objektif
(mis. infeksi, di atas nilai 1. Kulit
kanker) normal merah
4. Ketidaksesuaian 2. Kejang
pakaian dengan 3. Takikardia
suhu lingkungan 4. Takipnea
5. Peningkatan laju 5. Kulit
metabolisme terasa
6. Respon trauma hangat
7. Aktivitas
berlebihan
8. Penggunaan
incubator
2 D.0076 1. Gangguan Subjektif Subjektif
Nausea biokimiawi (mis. 1. Mengeluh 1. Merasa
uremia, mual asam di
ketoasidosis 2. Merasa mulut
diabetik) ingin 2. Sensasi
2. Gangguan pada muntah panas/
esofagus 3. Tidak dingin
3. Distensi lambung berminat 3. Sering
4. Iritasi lambung makan menelan
5. Gangguan Objektif Objektif
pancreas (tidak tersedia) 1. Saliva
6. Peregangan meningkat
kapsul limpa 2. Pucat
7. Tumor 3. Diaforesis
terlokalisasi (mis. 4. Takikardia
neuroma akustik, 5. Pupil
tumor otak primer dilatasi
atau sekunder,
metastasis tulang
di dasar
tengkorak)
8. Peningkatan
tekanan
intraabdominal
(mis. keganasan
intraabdomen)
9. Peningkatan
tekanan
intrakranial
10. Peningkatan
tekanan
intraorbital (mis.
glaukoma)
11. Mabuk perjalanan
12. Kehamilan
13. Aroma tidak
sedap
14. Rasa makanan/
minuman yang
tidak enak
15. Stimulus
penglihatan tidak
menyenangkan
16. Faktor psikologis
(mis. kecemasan,
ketakutan, stress)
17. Efek agen
farmakologis
18. Efek toksin
3 D.0020 Fisiologis Subjektif Subjektif
Diare 1. Inflamasi (tidak tersedia) 1. Urgency
gastrointestinal Objektif 2. Nyeri/
2. Iritasi 1. Defekasi kram
gastrointestinal lebih dari abdomen
3. Proses infeksi tiga kali Objektif
4. Malabsorpsi dalam 24 1. Frekuensi
jam peristaltik
Psikologis 2. Feses meningkat
1. Kecemasan lembek atau 2. Bising
2. Tingkat stress cair usus
tinggi hiperaktif
4 D.0019 1. Ketidamampuan Subjektif Subjektif
Defisit menelan makanan (tidak tersedia) 1. Cepat
nutrisi 2. Ketidakmampuan Objektif kenyang
mencerna 1. Berat badan setelah
makanan menurun makan
3. Ketidakmampuan minimal 2. Kram/
mengabsorbsi 10% di nyeri
nutrient bawah abdomen
4. Peningkatan rentang 3. Nafsu
kebutuhan ideal makan
metabolisme menurun
5. Faktor ekonomi Objektif
(mis. finansial 1. Bising usus
tidak mencukupi) hiperaktif
6. Faktor psikologis 2. Otot
(mis. stress, pengunyah
keengganan untuk lemah
makan) 3. Otot
menelan
lemah
4. Membran
mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum
albumin
turun
7. Brambut
rontok
berlebihan
8. Diare
5 D.0139 - - -
Risiko
gangguan
integritas
kulit

I. Perencanaan Keperawatan
No. Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx Kriteria Hasil (PPNI T. P., 2018).
(PPNI T. P., 2018).
1 L. 14134 I. 15506
Termoregulasi Manajemen
Setelah dilakukan Hipertermia
tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor suhu tubuh 1. Memantau suhu
3x24 jam, dengan tubuh
ekspetasi membaik 2. Monitor berat badan 2. Memantau berat
diharapkan masalah badan pasien
keperawatan Terapeutik
hipertermia dapat 1. Sediakan lingkungan 1. Menghindari
teratasi dengan yang dingin peningkatan suhu
kriteria hasil: tubuh pada
1. Menggigil cukup pasien
menurun 2. Longgarkan atau 2. Pakaian yang
2. Kulit merah lepaskan pakaian tipis membantu
cukup menurun penguapan suhu
3. Suhu tubuh lebih lancar
cukup membaik 3. Lakukan 3. Mengurangi
4. Suhu kulit cukup pendingunan peradangan
membaik eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Meningkatkan
kenyamanan
istirahat
Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Mengatasi
pemberian cairan kehilangan cairan
dan elektrolit tubuh secara
intravena, jika perlu hebat
2 L. 08065 I. 15506
Tingkat Nausea Manajemen Mual
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
keperawatan selama pengalaman mual pengalaman mual
3x24 jam, dengan 2. Identifikasi isyarat 2. Mengetahui
ekspetasi menurun nonverbal maksud mengenai
diharapkan masalah ketidaknyamanan tujuan pasien
keperawatan nausea (mis. bayi, anak-
dapat teratasi anak, dan mereka
dengan kriteria yang tidak dapat
hasil: berkomunikasi secara
1. Nafsu makan efektif) 3. Mengetahui
cukup 3. Identifikasi faktor faktor penyebab
meningkat penyebab mual (mis. mual
2. Keluhan mual pengobatan dan
cukup menurun prosedur) 4. Memantau mual
3. Perasaan ingin 4. Monitor mual (mis. pasien
muntah menurun frekuensi, durasi, dan
4. Sensasi panas tingkat keparahan) 5. Memantau
menurun asupan nutrisi
5. Monitor asupan dan kalori
nutrisi dan kalori
1. Mengurangi
Terapeutik risiko penyebab
1. Kendalikan faktor mual
lingkungan penyebab
mual (mis. bau tak
sedap, suara, dan
rangsangan visual
yang tidak 2. Menghilangkan
menyenangkan) keadaan
2. Kurangi atau penyebab mual
hilangkan keadaan
penyebab mual ( mis.
kecemasan,
ketakutan, dan 3. Membantu pasien
kelelahan) memenuhi
3. Berikan makanan kebutuhan nutrisi
dalam jumlah yang
kecil dan menarik 1. Mencegah pasien
Edukasi merasa lemas
1. Anjurkan istirahat
dan tidur yang 2. Mendistraksi
cukup mual
2. Ajarkan peggunaan
teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual
(mis. biofeedback,
hipnosis, relaksasi,
terapi musik,
akupresur)
1. Membantu
Kolaborasi
mengatasi gejala
1. Kolaborasi mual dan muntah
pemberian
antiemetik, jika
perlu
3 L. 04033 I. 03101
Eliminasi Fekal Manajemen Diare
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifiksi penyebab 1. Membantu
keperawatan selama diare (mis. inflamasi mengidentifikasi
3x24 jam, dengan gastrointestinal, penyebab diare
ekspetasi membaik iritasi
diharapkan masalah gastrointestinal,
keperawatan diare proses infeksi,
dapat teratasi malabsorpsi,
dengan kriteria ansietas, stress, efek
hasil: obat-obatan,
1. Kontrol pemberian botol
pengeluaran susu)
feses cukup 2. Identifikasi riwayat 2. Mengidentifikasi
meningkat pemberian makanan penyebab diare
2. Konsistensi 3. Monitor warna, 3. Memantau warna,
feses cukup volume, frekuensi, volume,
menurun dan konsistensi tinja frekuensi, dan
3. Frekuensi BAB konsistensi tinja
cukup membaik 4. Monitor tanda dan 4. Memantau tanda
gejala hypovolemia gejala yang
(mis. takikardi, nadi mengarah ke
teraba lemah, hypovolemia
tekanan darah turun,
mukosa mulut
kering, CRT
melambat, BB
menurun)
Terapeutik
1. Berikan asupan 1. Memberikan
cairan oral (mis. hidrasi cairan
larutan garam gula, tubuh secara oral
oralit, Pedialyte,
renalyte)
2. Pasang jalur 2. Memberikan
intravena cairan melalui
intravena
3. Berikan cairan 3. Memberikan
intravena (mis. ringer hidrasi cairan
asetat, ringer laktat), tubuh secara
jika perlu parental
4. Ambil sampel darah 4. Untuk dilakukan
untuk pemeriksaan pemeriksaan
darah lengkap dan darah lengkap
elektrolit dan elektrolit
Edukasi
1. Anjurkan makanan 1. Untuk menjaga
porsi kecil dan sering asupan makanan
secara bertahap pasien
2. Anjurkan 2. Menghindari
menghindari diare berlanjut
makanan pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian obat menghambat
antimotilitas (mis. gerakan usus dan
loperamide, mengurangi
difenoksilat) frekuensi diare
4 L. 03030 I. 03119
Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Monitor asupan 1. Memantau
keperawatan selama makanan asupan makan
3x24 jam, dengan 2. Monitor berat badan 2. Memantau berat
ekspetasi membaik badan pasien
diharapkan masalah Terapeutik
keperawatan defisit 1. Lakukan oral hygiene 1. Untuk
nutrisi dapat teratasi sebelum makan, jika menghindari
dengan kriteria perlu terjadinya infeksi
hasil: Edukasi
1. Porsi makanan 1. Anjirkan posisi 1. Memudahkan
yang dihabiskan duduk, jika mampu pasien saat
cukup 2. Ajarkan diet yang makan
meningkat diprogramkan 2. Untuk mencegah
2. Frekuensi makan terjadinya
cukup membaik Kolaborasi komplikasi
3. Nafsu makan 1. Kolaborasikan
cukup membaik dengan ahli gizi 1. Untuk
untuk menentukan menentukan
jumlah kalori dan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang jenis nutrien yang
dibutuhkan dibutuhkan

5 L. 14125 I. 11353
Integritas Kulit Perawatan Integritas
dan Jaringan Kulit
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui
keperawatan selama gangguan integritas penyebab
3x24 jam, dengan kulit (mis. perubahan gangguan
ekspetasi membaik sirkulasi, perubahan integritas pada
diharapkan masalah status nutrisi, kulit
keperawatan risiko penurunan
gangguan integritas kelembaban, suhu
kulit dapat teratasi lingkungan ekstrem,
dengan kriteria penurunan mobilitas)
hasil: Terapeutik
1. Kerusakan 1. Ubah posisi tiap 2 1. Menurunkan
jaringan cukup jam jika tirah baring risiko terjadinya
menurun luka tekan
2. Kerusakan 2. Hindari produk 2. Untuk
lapisan kulit berbahan dasar menghindari kulit
cukup menurun alkohol pada kulit kering
3. Kemerahan kering
cukup menurun Edukasi
4. Tekstur cukup 1. Anjurkan 1. Melembabkan
membaik menggunakan kulit
pelembab (mis.
lotion, serum)
2. Anjurkan minum air 2. Menghindari kulit
yang cukup kering
3. Anjurkan mandi dan 3. Menjaga
menggunakan sabun kebersihan
secukupnya terutan kulit

J. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kegiatan melakukan tindakan sesuai
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas masalah.
Tindakan tersebut berupa observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya. Sebelum melakukan tindakan, ada baiknya perawat
melakukan validasi lagi apakah rencana yang disusun dibutuhkan klien atau
tidak. Kemudian, setelah memastikan semuanya sesuai, maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan tindakan keperawatan. Setelah melakukan setiap
tindakan, perawat melakukan dokumentasi apa yang telah dilakukan dan
bagaimana respon klien terhadap tindakan tersebut.
K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai
meliputi pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan menggunakan
metode SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning).
S: Pasien mengatakan responnya terhadap tindakan yang didapatkan
O: Perawat melihat respon tubuh klien terhadap tindakan yang dilakukan
A: Perawat menilai apakah tindakan tersebut tercapai atau tidak
P: Perawat merencanakan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT DI
RUANG CEMPAKA 1 RSUD KARANGANYAR

A. Identitas
a. Pasien
Nama : An. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :12 tahun
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Kejenan
No. CM :
Diagnosa Medis : GEA
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 37 tahun
Alamat : Kejenan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan : Ibu Kandung

B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan pada saat masuk RS
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 1
November 2021. Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknnya
sudah mengalami diare dari 2 hari yang lalu kurang lebih 10 kali
per hari. Dari rumah sudah meminum obat entrostop dan panadol.
Telah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil Tekanan Darah
110/70, Nadi 154 x/menit, Suhu 38,4 C, Berat Badan 45kg.
b. Keluhan Utama
Diare dari 2 hari yang lalu kurang lebih 10 kali per hari.
P Pasien mengatakan nyerinya saat BAB cair
Q Pasien mengatakan rasa nyeri seperti ditusuk tusuk
R Pasien mengatakan nyerinya pada bagian perut
S Skala nyeri 5
T Pasien mengatakan nyerinya terus menerus
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Pasien mengatakan tidak ada.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Pasien mengatakan tidak ada.
e. Riwayat Psikososial dan Ekonomi Sosial Cultural
Ekonomi daan Sosial Cultural : Pasien beragama Kristen
Psikologis : Cemas
f. Riwayat Pertumbuhan
1. Status Pertumbuhan
Anak tidak ada gangguan
2. Antropometri
BB : 40 Kg
TB : 152 cm
g. Riwayat Perkembang
1. Perkembangan bahasa
Pasien menggunakan bahasa sehari-hari dengan bahasa jawa
dan tidak membutuhkan penerjemah
2. Hambatan edukasi : Tidak ada
3. Cara belajar : Verbal
h. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi secara
lengkap
i. Pola Gordon
1. Pola Persepsi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan kesehatan itu sangat
penting, tetapi pasien jarang
mengkonsumsi makanan dan minuman
yang sehat
Setelah sakit : Pasien mengatakan semenjak sakit lebih
mengerti makanan dan minuman yang
sehat adalah keutaaman dari jiwa yang
sehat
2. Pola Aktivitas
0 : Mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu dibantu oranglain
3 : perlu bantuan oranglain dan alat
4 : tergantung atau tidak mampu

Sebelum Sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Mobilisasi V
Pindah V
Ambulasi V
Makan Minum V

Saat Sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Mobilisasi V
Pindah V
Ambulasi V
Makan Minum V

3. Pola eliminasi
- Sebelum masuk rumah sakit
Ibu pasien mengatakan 2 hari yang lalu di rumah BAK 4x
sehari dengan kencing berwarna kuning jernih. BAB tidak
normal 10x sehari dengan warna dan bau khas, lembek, dan
tidak keras.
-Saat masuk rumah sakit
Selama di RS pasien BAB lebih dari 20x dalam sehari. BAK
Pasien berwarna kuning jernih.
4. Pola istirahat tidur
-Sebelum Masuk Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur rata-rata
selama ±7 jam.
-Saat Masuk Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan selama dirawat di RS pasien tidur siang
hanya 1 jam, jika tidak merasakan sakit dan tidur malam ±7
jam.
5. Pola kognitif perseptual
Pasien mengatakan masih mampu merespon dan berkomunikasi
dengan baik orang-orang di sekitarnya
6. Pola tolerasansi koping stress
Pasien selalu terbuka dengan orang tua jika ada masalah serta
maupun kesulitan dalam melakukan sesuatu hal
7. Persepsi diri
Sebelum sakit :
1)Gambaran diri
Pasien mengatakan percaya dengan keadaan dirinya
2)Ideal diri
Pasien mengatakan ingin menjadi anak yang pandai
3)Harga diri
Pasien mengatakan bersyukur dengan dirinya
4)Peran diri
Pasien mengatakan ia sehari hari sekolah secara tatap muka
5)Identitas diri
Pasien mengatakan ia seorang anak ke satu

Saat sakit :
1)Gambaran diri
Pasien mengatakan kurang percaya diri pada dirinya
2)Ideal diri
Pasien mengatakan ingin menjadi anak yang pandai
3)Harga diri
Pasien mengatakan bersyukur dengan dirinya
4)Peran diri
Pasien mengatakan ia tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya
5)Identitas diri
Pasien mengatakan ia seorang anak ke satu
8. Pola seksual reproduksi
Pasien masih mengalami menstruasi siklus 28 hari
9. Pola hubungan dan peran
Sebelum sakit : Pasien mengatakan menjalin hubungan baik
dengan semua anggota keluarga. Pasien selalu
menceritakan masalahnya kepada semua
keluarganya.
Saat sakit : Pasien mengatakan masih tetap mampu
berkomunikasi dengan keluarganya
10. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya pasien
memiliki makan yang kurang baik dan tidak
sehat. Namun terkadang pasien tetap suka
makan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
Saat sakit : Pasien lebih paham mengenai konsumsi
makanan yang sehat dan higienis. Pasien juga
yakin akan kesembuhannya
11. Pola nilai dan keyakinan
Pasien yakin akan sembuh karena doa dan Ibadah pasien hanya
kepada Tuhan dan kesembuhan juga kasih dari-Nya
j. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang (E4 M6 V5)
2. Pemeriksaan TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 76x/menit
RR :–
S : 38,4 C
2. Kulit
Kulit tampak kering
3. Kepala
Wajah : tampak simetris, tidak ada bekas luka
Rambut : berwarna hitam pekat
Mata : normal
Hidung : normal
Telinga : normal
Mulut : tidak ada sariawan
4. Leher normal
5. Thorax
Jantung : S1 > s2
Paru : normal
6. Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung
Palpasi : terdapat nyeri abdomen pada di bawah tulang dada dan di atas
pusar atau bagian tengah perut atas
Perkusi: perkusi abdomen terdengan suara timpani
Auskultasi : terdengar bising usus
7. Genetalia
Tidak ada bau
8. Ekstremitas Atas/Bawah
Tangan terpasang infus, dibagian tangan kanan. Tangan kanan dan tangan
kiri normal. Kedua kaki normal. Terasa hangat saat di raba

h. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 1 November 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.7 g/ dL 12.3 – 15.5
Hematokrit 45.6 % 35 - 47
Jumlah Eritrosit H 5.54 ribu/ L 4.1 – 5.1
Jumlah Leukosit H 16.38 4.5 – 13.5
ribu/ L
Trombosit 273 154 - 424
MPV 7.7 ribu/ L 6.5 – 1200
PDW 16.0 9.0 – 17.0
fL
fL
INDEX
MCV 82.2 82.0 – 92.0
MCH L 26.5 28 - 33
fl
MCHC 32.3 32.0 – 37.0
pg
%
HITUNG JENIS
Neutrofil H 81.9 50.0 – 70.0
Limfosit L 10.5 25.0 – 40.0
%
Monosit 6.4 3.0 – 9.0
%
Eosinofil 1.0 % 0.5 – 5.0
Basofil 0.2 % 0.0 – 1.0
NLR H 7.8 % <3.13
ALC 1.72 % >1.5
RDW 13.0 % 11- 16
%
IMUNO SEROLOGI
Salmonella Typhi O 1/80 NEGATIVE
Salmonella Typhi H 1/80 NEGATIVE
Salmonella Paratyphi AH 1/160 NEGATIVE
Salmonella Paratyphi AO Negative NEGATIVE
Salmonella Paratyphi BO Negative NEGATIVE
Salmonella Paratyphi BH 1/60 NEGATIVE
Salmonella Paratyphi CO Negative NEGATIVE

i. Terapi Obat
Jenis Terapi Dosis Kegunaan
Infus Ringer Lacter 20 tpm (loading) Menggantikan cairan
250 cc tubuh yang hilang dan
sebagai cairan
pemelihara ketika
menjalani perawatan di
Rumah Sakit
Injeksi anagesik 450 450 mg/8jam Obat untuk meredakan
mg nyeri
Injeksi amoksan 1 gr 1 gr/8 jam Obat antibiotik untuk
menghambat
pertumbuhan bakteri
Injeksi ranitidin 1 ampul/12 jam Obat untuk asam
lambung
PO Zinc 1x sehari 1 tablet Obat untuk mengobati
berbagai masalah
kesehatan yang
berkaitan dengan
kondisi
kekurangan zinc di
dalam tubuh. 

D. DATA FOKUS

Hari, Tanggal Data Subyektif Data Obyektif


Selasa, 2/11/2021 - Pasien mengeluh - Keadaan umum
nyeri pada perut pasien baik
bagian kiri dan - TTV :
BAB lebih dari N : 68x/menit
30x dalam sehari S : 38,0oC
P : Pasien mengatakan - Skala nyeri 5
nyerinya saat BAB cair (sedang)
Q : Pasien mengatakan - Pasien nampak
rasa nyeri seperti ditusuk lemas dan
tusuk memegang perut
R : Pasien mengatakan - Pasien nampak
nyerinya pada bagian gelisah
perut kiri bawah - Ada nyeri tekan
S : Skala nyeri 5 (sedang) pada perut bagian
T : Pasien mengatakan kiri bawah
nyerinya terus menerus - Nyeri timbul terus
- Pasien menerus saat
mengatakan pasien melakukan
badannya lemas aktivitas,
dan tidak nyaman menggerakan
karena terus tubuh dan diam
menerus ke kamar
mandi

E. ANALISA DATA
NO Tgl Data Fokus Etiologi Problem
1 2/11/2021 Data Subjektif : Proses Hipertermi
Pukul - Ibu pasien Penyakit a
09.00 mengeluh
anaknya
diare sudah
lebih 20x
- Pasien
nampak
panas
Data Objektif
-Suhu tubuh pasien
38,0oC
2. 2/11/2021 Data Subjektif Iritasi Diare
Pukul - Ibu pasien Lambung
13.00 mengeluh
anaknya
diare sudah
lebih 30x
dari pagi
Data Objektif
-Pasien tampak
lemas
- Suhu :37,5o C
-Nadi : 68x/menit
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. 0130 Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
D. 0076 Nausea b.d iritasi lambung
G. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx Kriteria Hasil (PPNI T. P., 2018).
(PPNI T. P., 2018).
1 L. 14134 II.15506
Termoregulasi Manajemen
Setelah dilakukan Hipertermia
tindakan Observasi
keperawatan selama 1.Monitor suhu tubuh 1.Memantau suhu
3x24 jam, dengan tubuh
ekspetasi membaik 2.Monitor berat badan 2.Memantau berat
diharapkan masalah badan pasien
keperawatan Terapeutik
hipertermia dapat 1.Sediakan lingkungan 3.Menghindari
teratasi dengan yang dingin peningkatan suhu
kriteria hasil: tubuh pada pasien
1. Menggigil cukup 2.Longgarkan atau 4.Pakaian yang tipis
menurun lepaskan pakaian membantu
2. Kulit merah penguapan suhu
cukup menurun 3.Lakukan lebih lancer
3. Suhu tubuh pendingunan eksternal 5.Mengurangi
cukup membaik (mis. selimut peradangan
4. Suhu kulit cukup hipotermia atau
membaik kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Edukasi
1.Anjurkan tirah 1.Meningkatkan
baring kenyamanan istirahat

Kolaborasi
1.Kolaborasi 2.Mengatasi
pemberian cairan dan kehilangan cairan
elektrolit intravena, tubuh secara hebat
jika perlu
2 L. 08065 II.15506
Tingkat Nausea Manajemen Mual
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1.Identifikasi 1.Mengetahui
keperawatan selama pengalaman mual pengalaman mual
3x24 jam, dengan
ekspetasi menurun 2.Identifikasi isyarat 2.Mengetahui
diharapkan masalah nonverbal maksud mengenai
keperawatan nausea ketidaknyamanan (mis. tujuan pasien
dapat teratasi bayi, anak-anak, dan
dengan kriteria mereka yang tidak
hasil: dapat berkomunikasi
1. Nafsu makan secara efektif)
cukup 1.Identifikasi faktor 3.Mengetahui faktor
meningkat penyebab mual (mis. penyebab mual
2. Keluhan mual pengobatan dan
cukup menurun prosedur)
3. Perasaan ingin 2.Monitor mual (mis. 4.Memantau mual
muntah frekuensi, durasi, dan pasien
menurun tingkat keparahan)
4. Sensasi panas 3.Monitor asupan 5.Memantau asupan
menurun nutrisi dan kalori nutrisi dan kalori

Mengurangi risiko
Terapeutik penyebab mual
1.Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual (mis. bau tak
sedap, suara, dan
rangsangan visual yang
tidak menyenangkan) 4. Menghilangkan
4. Kurangi atau keadaan
hilangkan keadaan penyebab mual
penyebab mual
(mis. kecemasan,
ketakutan, dan
kelelahan) 5. Membantu
5. Berikan makanan memenuhi
dalam jumlah yang nutrisi
kecil dan menarik
Edukasi 3. Mencegah pasien
3. Anjurkan istirahat merasa lemas
dan tidur yang 4. Mendistraksi
cukup mual
4. Ajarkan peggunaan
teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual
(mis. biofeedback,
hipnosis, relaksasi,
terapi musik,
akupresur) 2. Membantu
Kolaborasi mengatasi gejala
1. Kolaborasi mual dan muntah
pemberian
antiemetik, jika
perlu

I. IMPLEMENTASI
No Hari, Implementasi Respon Pasien Paraf
Dx tanggal/jam
Selasa, 02- DS:
09-2021 Ibu pasien mengatakan
1 Pukul 09.00 -Memonitor suhu badan anaknya hangat
tubuh DO:
Suhu : 38,0o C

1 09.15 WIB DS:


-Menyediakan Ibu pasien mengatakan
lingkungan yang bersedia
dingin DO:
AC ruangan nyala dengan
suhu ruangan 16o C

2 09.00 WIB DS:


Ibu pasien mengatakan
-Memonitor mual hari ini pasien mual
sebanyak 2x
DO:
Pasien tampak lemas
1 09.15 WIB
DS:
-Menganjarkan tirah Ibu pasien mengatakan
baring untuk bersedia
pencegahan risiko DO:
jatuh Ibu pasien dan pasien
tampak kooperatif
2 09.20 WIB
DS:
Pasien mengatakan “Ya”
Memberi makan DO:
pasien Setelah diberikan makan
1 09.00 WIB pasien hanya makan
sedikit
DS:
Ibu pasien mengatakan
-Memberikan terapi bersedia
injeksi IV DO:
Terpasang terapi IV RL
250 cc/jam, dengan injeksi
antagesik 450 mg/8jam
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. N. (2019). Profil Terapi Obat Gastroenteritis Akut pada Pasien Rawat
Jalan di Klinik Al-Bashiroh Turen. Thesis.
Palupi, M. D. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastroenteritis dengan
Masalah Defisit Volume Cairan di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Karya Tulis Ilmiah.
Pereira, I. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. E. T. A. D. dengan
Diagnosa Gastroenteritis Akut di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2019. Thesis.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanal Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Syaefudin, A. A. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Gangguan
Sistim Pencernaan GE (Gastroenteristis) di Ruang Hecules/ II RS AU dr.
Sukirman Pekanbaru. Karya Tulis Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai