Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

A DENGAN DX MEDIS
GASTROENTERITIS DI RUANG SADEWA 4
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing: Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Indri Ambarwati
NIM P27220019159

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN BERLANJUT PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2021
BAB I
KONSEP TEORI

A. Pengertian
GE (gastroenteritis) atau yang lebih dikenal dengan diare adalah
pengeluaran feses yang tidak normal dan berbentuk cair/ encer dengan
frekuensi lebih dari 3x dalam sehari. Kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 ml / 24 jam. Buang air besar encer dapat atau tanpa
disertai lendir dan darah. GE akut sering ditandai dengan tanda dan gejala
klinis lainnya seperti gelisah, suhu tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan
menurun, BB menurun, mata dan ubun – ubun cekung (terutama pada balita)
keadaan ini merupakan gejala GE infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri
dan parasit perut.
GE juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya
seperti malaria dan campak begitu juga dengan keracunan kimia. Perubahan
gut flora (bakteri usus) yang dipicu oleh antibiotik dapat menyebabkan GE
akut karena pertumbuhan kelebihan dan toksin dari clostridium difficile
(bakteri gram positif anaerob dalam usus besar) [ CITATION Sya20 \l 1033 ].
B. Etiologi
GE disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu sebagai
berikut [ CITATION Pal18 \l 1033 ]:
1. Infeksi Interal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama GE
a. Infeksi Bakteria: Vibrio, E. coli, Salmonella, Campylobacter, Shigella.
b. Infeksi Virus: Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus.
c. Infeksi Parasit: Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba histolyca, Tricomonas hominis, Giardia lambia), Jamur
(Candida albicans).
2. Infeksi Parental
Infeksi di luar alat pencernaan seperti: Tonsilitis, Encefalitis,
Bronkopneumonia.
3. Faktor Malabsorbsi
a. Karbohidrat
Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulin dalam susu formula dapat
menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE berat, tinja berbau asam, sakit
daerah perut. Jika sering terkena GE seperti ini, maka bisa
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
b. Malabsorbsi Lemak
Lemak terdapat dalam makanan yang disebut dengan trigliserida.
Dengan bantuan kelenjar lipase, trigliserida mengubah lemak menjadi
micelles yang bisa di serap usus. Tetapi karena kegagalan penyerapan
sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase karena
kerusakan dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini
fesesnya berlemak.
c. Malabsorbsi Protein
GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap protein.
d. Faktor Makanan
Makanan yang sudah basi, alergi makanan tertentu, makanan kurang
matang, makanan tercemar atau beracun.
e. Faktor Psikis
Rasa takut dan cemas
C. Manifestasi Klinis
GE akut sering disertai tanda dan gejala klinis seperti gelisah, suhu
tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi, tinja cair berlendir kadang
bercampur darah, turgor kulit buruk, BB menurun, mata cekung, ubun-ubun ke
dalam (pada balita) keadaan ini merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan parasit. Selain itu, tanda dan gejala klinis GE antara lain:
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit buruk, elastisitas kulit
menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir
kering)
3. Kram abdominal
4. Demam, mual, muntah dan anorexia
5. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat)
6. Urin menurun atau tidak ada pengeluaran (anuria).
Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE.
Pada anak-anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering,
menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak
dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsive, mata cekung, serta
turgor kulit buruk. Sedangkan dehidrasi pada orang dewasa, antara lain
kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, mulut
kering, pusing dan nyeri kepala[ CITATION Agu19 \l 1033 ].
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari GE adalah terlalu cepatnya pengosongan pada
intestinal akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik. GE yang terjadi merupakan
proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan
intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan
dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya
nutrisi dan elektrolit [ CITATION Per19 \l 1033 ].
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GE meliputi hal-
hal berikut yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh mukosa
usus akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul GE.
2. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus
dan selanjutnya timbul GE karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul GE. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa
timbul GE juga. Dari ketiga mekanisme di atas GE dapat menyebabkan:
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
berlebihan)
c. Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah
E. Pathway
F. Malabsorbsi
Faktor Faktor Makanan
-Karbohidrat -Makanan basi
-Lemak -Alergi makanan
-Protein Infeksi -Beracun

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran cerna terganggu/ tidak adekuat

Terdapat zat-zat yang tidak Peradangan Gangguan motilitas


diserap usus dinding usus

Hiperperistaltik
Tekanan osmosis Gangguan sekresi
meningkat
Kesempatan usus menyerap makanan

Reabsorbsi usus terganggu Sekresi air dan elektrolit


dalam usus meningkat

Gastroenteritis

BAB sering dengan konsistensi cair Inflamasi saluran cerna

Kulit di sekitar anus Frekuensi eliminasi Mual dan muntah Agen pirogenik
lecet dan teriritasi meningkat

Hipertermia
Kemerahan/ gatal BAB encer dengan/
tanpa darah
Risiko gangguan
Defisit Nausea
integritas kulit Diare
nutrisi
G. Faktor Risiko
Beberapa komplikasi dari GE adalah [ CITATION Sya20 \l 1033 ]:
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram)
2. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemia
3. Hiponatermi
4. Syok hipovolemik
5. Asidosis dehidrasi.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yaitu pengobatan dengan cara pengaturan diet dan
pemberian cairan:
1. GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya
air gula, sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI, dll.
2. GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut Larutan Rehidrasi Oral (LRO).
LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi ke
dalam 1 liter air.
3. GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
Penatalaksanaan keperawatan antara lain [ CITATION Per19 \l 1033 ]:
1. Penderita yang dirawat inap harus di tempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita.
2. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
3. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero
patogen dan cara mengurangi penularan.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pununjang GE adalah [ CITATION Pal18 \l 1033 ]:
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada GE kronik
3. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
4. Pemeriksaan darah: Analisa Gas Darah (AGD), perifer lengkap, elektrolit
terutama Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
BAB II
KONSEP ASKEP

A. Pengakajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa
data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi, observasi, psikal assesment. Pengkajian data meliputi [ CITATION
Sya20 \l 1033 ]:
1. Identitas pasien/ biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan dan nomor
telepon.
2. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB kurang dari 4 kali dan
cair (GE tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/sedang), atau BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE
berlangsung kurang dari 14 hari maka GE tersebut adalah GE akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah GE
persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Keadaan umum klien. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
menurun atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
e. Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi.
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE.
c. Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE.
Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
a. Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan
yang tidak biasa dimakannya.
b. Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan
ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas
minum atau tidak mau minum.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Baik dan sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).
b. Kulit, untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan
menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Apabila turgor
kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit kembali dalam
waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi ringan/ sedang. Apabila
turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini
termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c. Kepala. Pada klien dewasa tidak di temukan tanda-tanda tapi pada anak
berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun-
ubun cekung ke dalam.
d. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja.
e. Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
f. Abdomen, kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus
yaitu:
1) Inspeksi: melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda
lain.
2) Auskultasi: terdengar bising usus meningkat >30 x/ menit.
3) Perkusi: biasanya terdengar bunyi timpani/ kembung
4) Palpasi: ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi
distensi perut.
g. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasen dengan GE
yaitu [ CITATION PPN17 \l 1033 ]:
No Diagnosa Penyebab Gejala dan Gejala dan
. Tanda Mayor Tanda Minor
1 Hipertermi 1. Dehidrasi Subjektif Subjektif
a 2. Terpapar (tidak tersedia) (tidak
lingkungan panas Objektif tersedia)
3. Proses penyakit 1. Suhu tubuh Objektif
(mis. infeksi, di atas nilai 1. Kulit
kanker) normal merah
4. Ketidaksesuaian 2. Kejang
pakaian dengan 3. Takikardia
suhu lingkungan 4. Takipnea
5. Peningkatan laju 5. Kulit
metabolisme terasa
6. Respon trauma hangat
7. Aktivitas
berlebihan
8. Penggunaan
incubator
2 D.0076 1. Gangguan Subjektif Subjektif
Nausea biokimiawi (mis. 1. Mengeluh 1. Merasa
uremia, mual asam di
ketoasidosis 2. Merasa mulut
diabetik) ingin 2. Sensasi
2. Gangguan pada muntah panas/
esofagus 3. Tidak dingin
3. Distensi lambung berminat 3. Sering
4. Iritasi lambung makan menelan
5. Gangguan Objektif Objektif
pancreas (tidak tersedia) 1. Saliva
6. Peregangan meningkat
kapsul limpa 2. Pucat
7. Tumor 3. Diaforesis
terlokalisasi (mis. 4. Takikardia
neuroma akustik, 5. Pupil
tumor otak primer dilatasi
atau sekunder,
metastasis tulang
di dasar
tengkorak)
8. Peningkatan
tekanan
intraabdominal
(mis. keganasan
intraabdomen)
9. Peningkatan
tekanan
intrakranial
10. Peningkatan
tekanan
intraorbital (mis.
glaukoma)
11. Mabuk perjalanan
12. Kehamilan
13. Aroma tidak
sedap
14. Rasa makanan/
minuman yang
tidak enak
15. Stimulus
penglihatan tidak
menyenangkan
16. Faktor psikologis
(mis. kecemasan,
ketakutan, stress)
17. Efek agen
farmakologis
18. Efek toksin
3 D.0020 Fisiologis Subjektif Subjektif
Diare 1. Inflamasi (tidak tersedia) 1. Urgency
gastrointestinal Objektif 2. Nyeri/
2. Iritasi 1. Defekasi kram
gastrointestinal lebih dari abdomen
3. Proses infeksi tiga kali Objektif
4. Malabsorpsi dalam 24 1. Frekuensi
jam peristaltik
Psikologis 2. Feses meningkat
1. Kecemasan lembek atau 2. Bising
2. Tingkat stress cair usus
tinggi hiperaktif
4 D.0019 1. Ketidamampuan Subjektif Subjektif
Defisit menelan makanan (tidak tersedia) 1. Cepat
nutrisi 2. Ketidakmampuan Objektif kenyang
mencerna 1. Berat badan setelah
makanan menurun makan
3. Ketidakmampuan minimal 2. Kram/
mengabsorbsi 10% di nyeri
nutrient bawah abdomen
4. Peningkatan rentang 3. Nafsu
kebutuhan ideal makan
metabolisme menurun
5. Faktor ekonomi Objektif
(mis. finansial 1. Bising usus
tidak mencukupi) hiperaktif
6. Faktor psikologis 2. Otot
(mis. stress, pengunyah
keengganan untuk lemah
makan) 3. Otot
menelan
lemah
4. Membran
mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum
albumin
turun
7. Brambut
rontok
berlebihan
8. Diare
5 D.0139 - - -
Risiko
gangguan
integritas
kulit
C. Perencanaan Keperawatan
No. Tujuan dan Intervensi Rasional
Dx Kriteria Hasil [ CITATION PPN181 \l
[ CITATION PPN18 \l 1033 ].
1033 ].
1 L. 14134 I. 15506
Termoregulasi Manajemen
Setelah dilakukan Hipertermia
tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor suhu tubuh 1. Memantau suhu
3x24 jam, dengan tubuh
ekspetasi membaik 2. Monitor berat badan 2. Memantau berat
diharapkan masalah badan pasien
keperawatan Terapeutik
hipertermia dapat 1. Sediakan lingkungan 1. Menghindari
teratasi dengan yang dingin peningkatan suhu
kriteria hasil: tubuh pada
1. Menggigil cukup pasien
menurun 2. Longgarkan atau 2. Pakaian yang
2. Kulit merah lepaskan pakaian tipis membantu
cukup menurun penguapan suhu
3. Suhu tubuh lebih lancar
cukup membaik 3. Lakukan 3. Mengurangi
4. Suhu kulit cukup pendingunan peradangan
membaik eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Meningkatkan
kenyamanan
istirahat
Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Mengatasi
pemberian cairan kehilangan cairan
dan elektrolit tubuh secara
intravena, jika perlu hebat
2 L. 08065 I. 15506
Tingkat Nausea Manajemen Mual
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
keperawatan selama pengalaman mual pengalaman mual
3x24 jam, dengan 2. Identifikasi isyarat 2. Mengetahui
ekspetasi menurun nonverbal maksud
diharapkan masalah ketidaknyamanan mengenai tujuan
keperawatan nausea (mis. bayi, anak- pasien
dapat teratasi anak, dan mereka
dengan kriteria yang tidak dapat
hasil: berkomunikasi secara
1. Nafsu makan efektif)
cukup 3. Identifikasi faktor 3. Mengetahui
meningkat penyebab mual (mis. faktor penyebab
2. Keluhan mual pengobatan dan mual
cukup menurun prosedur)
3. Perasaan ingin 4. Monitor mual (mis. 4. Memantau mual
muntah menurun frekuensi, durasi, dan pasien
4. Sensasi panas tingkat keparahan)
menurun 5. Memantau
5. Monitor asupan asupan nutrisi
nutrisi dan kalori dan kalori

Terapeutik 1. Mengurangi
1. Kendalikan faktor risiko penyebab
lingkungan penyebab mual
mual (mis. bau tak
sedap, suara, dan
rangsangan visual
yang tidak
menyenangkan) 2. Menghilangkan
2. Kurangi atau keadaan
hilangkan keadaan penyebab mual
penyebab mual ( mis.
kecemasan,
ketakutan, dan
kelelahan) 3. Membantu pasien
3. Berikan makanan memenuhi
dalam jumlah yang kebutuhan nutrisi
kecil dan menarik
Edukasi 1. Mencegah pasien
1. Anjurkan istirahat merasa lemas
dan tidur yang
cukup 2. Mendistraksi
2. Ajarkan peggunaan mual
teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual
(mis. biofeedback,
hipnosis, relaksasi,
terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
1. Membantu
1. Kolaborasi
mengatasi gejala
pemberian
mual dan muntah
antiemetik, jika
perlu
3 L. 04033 I. 03101
Eliminasi Fekal Manajemen Diare
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifiksi penyebab 1. Membantu
keperawatan selama diare (mis. inflamasi mengidentifikasi
3x24 jam, dengan gastrointestinal, penyebab diare
ekspetasi membaik iritasi
diharapkan masalah gastrointestinal,
keperawatan diare proses infeksi,
dapat teratasi malabsorpsi,
dengan kriteria ansietas, stress, efek
hasil: obat-obatan,
1. Kontrol pemberian botol
pengeluaran susu)
feses cukup 2. Identifikasi riwayat 2. Mengidentifikasi
meningkat pemberian makanan penyebab diare
2. Konsistensi 3. Monitor warna, 3. Memantau
feses cukup volume, frekuensi, warna, volume,
menurun dan konsistensi tinja frekuensi, dan
3. Frekuensi BAB konsistensi tinja
cukup membaik 4. Monitor tanda dan 4. Memantau tanda
gejala hypovolemia gejala yang
(mis. takikardi, nadi mengarah ke
teraba lemah, hypovolemia
tekanan darah turun,
mukosa mulut
kering, CRT
melambat, BB
menurun)
Terapeutik
1. Berikan asupan 1. Memberikan
cairan oral (mis. hidrasi cairan
larutan garam gula, tubuh secara oral
oralit, Pedialyte,
renalyte)
2. Pasang jalur 2. Memberikan
intravena cairan melalui
intravena
3. Berikan cairan 3. Memberikan
intravena (mis. ringer hidrasi cairan
asetat, ringer laktat), tubuh secara
jika perlu parental
4. Ambil sampel darah 4. Untuk dilakukan
untuk pemeriksaan pemeriksaan
darah lengkap dan darah lengkap
elektrolit dan elektrolit
Edukasi
1. Anjurkan makanan 1. Untuk menjaga
porsi kecil dan sering asupan makanan
secara bertahap pasien
2. Anjurkan 2. Menghindari
menghindari diare berlanjut
makanan pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian obat menghambat
antimotilitas (mis. gerakan usus dan
loperamide, mengurangi
difenoksilat) frekuensi diare
4 L. 03030 I. 03119
Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Monitor asupan 1. Memantau
keperawatan selama makanan asupan makan
3x24 jam, dengan 2. Monitor berat badan 2. Memantau berat
ekspetasi membaik badan pasien
diharapkan masalah Terapeutik
keperawatan defisit 1. Lakukan oral hygiene 1. Untuk
nutrisi dapat teratasi sebelum makan, jika menghindari
dengan kriteria perlu terjadinya infeksi
hasil: Edukasi
1. Porsi makanan 1. Anjirkan posisi 1. Memudahkan
yang dihabiskan duduk, jika mampu pasien saat
cukup 2. Ajarkan diet yang makan
meningkat diprogramkan 2. Untuk mencegah
2. Frekuensi makan terjadinya
cukup membaik Kolaborasi komplikasi
3. Nafsu makan 1. Kolaborasikan
cukup membaik dengan ahli gizi 1. Untuk
untuk menentukan menentukan
jumlah kalori dan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang jenis nutrien yang
dibutuhkan dibutuhkan

5 L. 14125 I. 11353
Integritas Kulit Perawatan Integritas
dan Jaringan Kulit
Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui
keperawatan selama gangguan integritas penyebab
3x24 jam, dengan kulit (mis. perubahan gangguan
ekspetasi membaik sirkulasi, perubahan integritas pada
diharapkan masalah status nutrisi, kulit
keperawatan risiko penurunan
gangguan integritas kelembaban, suhu
kulit dapat teratasi lingkungan ekstrem,
dengan kriteria penurunan mobilitas)
hasil: Terapeutik
1. Kerusakan 1. Ubah posisi tiap 2 1. Menurunkan
jaringan cukup jam jika tirah baring risiko terjadinya
menurun luka tekan
2. Kerusakan 2. Hindari produk 2. Untuk
lapisan kulit berbahan dasar menghindari kulit
cukup menurun alkohol pada kulit kering
3. Kemerahan kering
cukup menurun Edukasi
4. Tekstur cukup 1. Anjurkan 1. Melembabkan
membaik menggunakan kulit
pelembab (mis.
lotion, serum)
2. Anjurkan minum air 2. Menghindari
yang cukup kulit kering
3. Anjurkan mandi dan 3. Menjaga
menggunakan sabun kebersihan
secukupnya terutan kulit
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kegiatan melakukan tindakan sesuai
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas masalah.
Tindakan tersebut berupa observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya. Sebelum melakukan tindakan, ada baiknya perawat
melakukan validasi lagi apakah rencana yang disusun dibutuhkan klien atau
tidak. Kemudian, setelah memastikan semuanya sesuai, maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan tindakan keperawatan. Setelah melakukan setiap
tindakan, perawat melakukan dokumentasi apa yang telah dilakukan dan
bagaimana respon klien terhadap tindakan tersebut.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai
meliputi pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan menggunakan
metode SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning).
S: Pasien mengatakan responnya terhadap tindakan yang didapatkan
O: Perawat melihat respon tubuh klien terhadap tindakan yang dilakukan
A: Perawat menilai apakah tindakan tersebut tercapai atau tidak
P: Perawat merencanakan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. N. (2019). Profil Terapi Obat Gastroenteritis Akut pada Pasien Rawat
Jalan di Klinik Al-Bashiroh Turen. Thesis.
Palupi, M. D. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastroenteritis dengan
Masalah Defisit Volume Cairan di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Karya Tulis Ilmiah.
Pereira, I. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. E. T. A. D. dengan
Diagnosa Gastroenteritis Akut di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2019. Thesis.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanal Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Syaefudin, A. A. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Gangguan
Sistim Pencernaan GE (Gastroenteristis) di Ruang Hecules/ II RS AU dr.
Sukirman Pekanbaru. Karya Tulis Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai