Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GEA

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Dian Ristina Hidayah (14.401.16.013)


2. Dwi Ariska Styaningrum (14.401.16.017)
3. Faiz Adibi (14.401.16.026)
4. Febby Dwi Rimayanti (14.401.16.027)
5. Iin Latifatul Mina (14.401.16.040)
6. Indah Lestari (14.401.16.042)
7. Jeremi Thomas Sanotan (14.401.16.046)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah kepada
kami, sehingga kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan GEA”.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Anak
Dengan GEA. Dengan adanya makalah ini harapkan mahasiswa lain dapat memahami
Asuhan Keperawatan Anak Dengan GEA dengan baik.

Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan
mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa kami
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Anis Yuliastutik, S.Kep. Ns, M.Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan Rustida yang
telah membantu dan menyediakan fasilitas.
2. Ns. Roshinta Sony A., S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
Akademi Kesehatan Rustida.
3. Firdawsy Nuzula. S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
Akademi Kesehatan Rustida.
4. Sayektiningsih., S.ST., MM selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak Akademi
Kesehatan Rustida.
5. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan
dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
atau kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, 22 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.........................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.4 Tujuan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi.............................................................................................3
2.1.2 Etiologi.............................................................................................3
2.1.3 Tanda Gejala.....................................................................................4
2.1.4 Patofisiologi......................................................................................5
2.1.5 Pemerilsaan Penunjang.....................................................................7
2.1.6 Penatalasanaan..................................................................................7
2.1.7 Komplikasi........................................................................................9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian.........................................................................................9
2.2.2 Diagnosa...........................................................................................14
2.2.3 Intervensi..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih
dari tiga kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair).
Pengertian lain adalah defekasi cair atau encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa
darah dan atau lendir dalam tinja.(Sri Mulyani, 2013)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dan berbagai
kondisi patologis dari saluran dari gastroentestinal dari manifestasi diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamnan abdomen. Sangat banyak definisi diare,
tetapi pada situasi gastroenteritis, diare merupakan suatu keadaan dengan peningkatan
frekuensi, konsitensi feses yang lebih cair, feses dengan kandungan air yang banyak dan
feses bisa disertai dengan darah atau lendir (Muttaqin, 2011)
1.2 Batasan Masalah
Agar auhan keperawatan ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah yang ada di
asuhan keperawatan ini, meliputi : definisI, etioligi manifestasi klinis, komlpikasi pada
penyakit Gastroenteritis
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Gastroenteritis?
2. Bagaimanaetiologi dari penyakit Gastroenteritis?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakitGastroenteritis?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakitGastroenteritis?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakitGastroenteritis?

1.4 Tujuan
Setelah kita mempelajari proses mata kuliah medikal bedah mahasiswa diharapkan
mampu memahami tentang konsep dari penyakit Gastroenteritis ini dan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita Gastroenteritis
- Tujuan Mahasiswa diharapkan untuk mampu memahami definisi dari penyakit
Gastroenteritis?
- Mahasiswa mampu memahami bagaimana etiologi dari penyakit Gastroenteritis?

1
- Mahasiswa juga diharapkan mampu mengenali manifestasi klinis atau tanda dan
gejala dari penyakit Gastroenteritis?
- Mahasiswa juga diharapkan bisa mengerti dan memahamin bagaimana patofisiologi
dari penyakit Gastroenteritis?
- Mahasiswa juga diharapkan untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan dari
penyakit Gastroenteritis?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa (lebih dari tiga kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi
(feses cair). Pengertian lain adalah defekasi cair atau encer lebih dari tiga kali
sehari dengan/tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Namun demikian secara
umum akibat gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi akibat buang air besar cair dan suatu gejala dari banyak
gejala dan dari banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh banyak penyakit. (Sri
Mulyani, 2013, hal. 59)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dan berbagai kondisi patologis dari saluran dari gastroentestinal dari manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamnan abdomen. Sangat
banyak definisi diare, tetapi pada situasi gastroenteritis, diare merupakan suatu
keadaan dengan peningkatan frekuensi, konsitensi feses yang lebih cair, feses
dengan kandungan air yang banyak dan feses bisa disertai dengan darah atau lendir
(Muttaqin, 2011, hal. 459)
2.1.2 Etiologi
1. Faktor Infeksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada saluran pencernaan sebagai
sebab utama diare yang meliputi
- Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salmonella, Shigela
- Infeksi virus : Enterovirus, Rotavirus, Adenovirus.
- Infeksi parasit : Cacing Ascaris, Trichiulis, Oxyuris.
- Protozoa : Entamoeba histolitika, Giardia, Lambia, trichomonas.
- Jamur : candida, albicans.
b. infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar pencernaan, seperti
OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, ensephalitis (terutama pada bayi
dan anak dibawah dua tahun).

3
2. Keracunan makanan
Keracunan makanan di definisiakan sebagai penyakit yang terjadi dalam 24 jam
setelah makan. Sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah
terbentuk di dalam makanan itu sendiri. Bakteri yang paling sering adalah
staphilococcus, clostridium perfringens, bacillus cereus. Perkecualian dari
gambaran klinis diatas adalah butulisme dimana toksin postidium batulinum
yang potensian bersifat fatal. Ini sering ditemukan pada makanan kaleng.
3. Faktor malabsorpsi
Yaitu, ditoleransi disakarida (laktosa, malt iskeosa, sukrosa) monosakarida
(glukosa, galaktosa), malabsorpsi lemak, malabsorpsi protein.
4. Kerusakan struktural
Kerusakan struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis radiasi,
celiakdisease, iskemia) menyebabkan gangguan absobsi cairan, demikian pula
eksudasi kedalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme penyakit inflamasi
usus kronik dan infasi kuman patogen (shugela, shalmonela, E.colli) kemudian
menimbulkan diare.
5. Faktor imonologik
Defisiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
infestasi parasit dalam usus
6. Faktor pesikologis
Yaitu, takut dan cemas. (Sri Mulyani, 2013, hal. 59-61)
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. sering buang air besar dan konsistensi tinja cair.
2. Badan lemas
3. Dehidrasi : Turgon menurun, kulit kering, kadang lidah pecah-pecah \
4. Anoreksia, mual, dan muntah.
5. Berat badan turun.
6. Selaput lendir pucat.
7. Perut nyeri dan tegang
8. Peristaltik usus meningkat
9. Anus kadang lecet
10. Takikardi
11. Ketidakseimbangan antara intake dan output

4
12. Peningkatan serumnatrium
13. Urine pekat
14. Perilaku tidak konsentrasi, mudah tergangu.
15. Demam(Sri Mulyani, 2013, hal. 61)
2.1.4 Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (retravirius adenovirus
enteris, virus norwalk), bateri atau toksin (compylobacter salmonella, escherihia
coli, yersinia dan lainya). Beberapa miroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmitik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus,
isi ronngga usus berlebihan sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare) selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga seresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Ganguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia) ganguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

5
Pathway

Toksisitas makanan, efek obat,


Invasi virus dan bakteri kesaluran keracuanan bahan laut, makanan dan
gastroenteritis minuman

Invasi pada mukosa, memproduksi


enterotoksin, dan atau
memproduksi sitotoksin

Gastroenteritis

Peningkatan motilitas usus

Gangguan Respons sistemik


gastrointestinal
Gangguan absorpsi nutrisi dan cairan oleh
mukosa intestinal
Peningkatan
Mual, muntah, suhu tubuh
Diare kembung, anoreksia

Hipertermi
Penurunan Asupan nutrisi tidak
absorpsi cairan adekuat
dan elektrolit

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

6
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat alergi pada obat-obatan
b. Pemeriksaan tinja makroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap
berbagai antibitika ( pada diare persisten ).
c. Pemeriksaan darah : Darah perifer lengkap, analisi gas darah dan elektrolit.
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
e. intubasi duodenum untuk mengetahui kuman penyebab secara kua titatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
2.1.6 Penata laksanaan
a.Pemberian cairan
b.Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu di perhatikan
a) Memberikan asi
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral, dan makana yang bersih
c. obat-obatan
pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum, yakni:
1. Cairan per oral
pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan berisikan NaCl dan na, HCO,K dan glukosa , untuk diare akut
di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50
–60 meq dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air
tajin yang diberi gula dengan garam . hal tersebut di atas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelu dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral
Mengenai beberapa banya cairan yang harus diberikan tergantung pari berat
badan atau ringan dehidrasi, yang dihitung kehilangan cairan sesuai dengan
umur dan berat badan yakni :
a. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kgBB /hari kemudian 125 ml/kgBB/ oral

7
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/oral, kemudian 125 ml/kg BB/hari
c. Dehidrasi berat
Untuk untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan dengan berat badan 3-30
kg
a) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kgBB (infus set 1 ml = 15
tetes atau 13 tetes/kgBB/menit
b) 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam =3 tetes/kgBB/menit (infus set 1
ml = 20 tetes)
c) 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau minum,
teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebuh dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
a) 1 jam pertam a 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes ml/kgBB/jam (infus set 1
ml =15 tetes ) atau 10 ml/kgBB/jam (1 ml = 20 tetes)
b) 7 jam kemudia 127 ml/kg BB orallit per oral, bila anak tidak mau
minum dapat di teruskan dengan 2A intravena 2 tetes ml/kgBB/menit
atau 3 tetes/kg BB/ menit
Untuk anak lebeh dari 5-10 tahun dengan berat badab 15-25 kg
a) 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes kg BB/ menit (infus set 1
ml = 20 tetes)
b) 16 jamberikutnya 105 ml/kg BB orallit per oral
3. Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatatik adalah pemberian makanan dan minum khusus kepada klien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menja kesehatan klien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Memberikan ASI
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori, protein,
mineral dan vitamin, makan harus bersih.
4. Obat-obatan
a. Obat antisekresi
b. Obat antipasmolitik
c. Obat antibiotik

8
2.1.7 Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi, sbb:
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipoglikemia
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim
lactase.
e. Hipokalemia
f. Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energy protein. (Sri Mulyani, 2013)

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
a. Identitas
Biasanya sering terjadi pada bayi, anak kecil orang dengan sistem imun
lemah.
b. Status kesehatan saat ini
a) Keluhan utama pasien
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan
frekuensi dan feses menjadi cair. keluhan lain yang menyertai
muntah,demam,nyeri abdomen, keluhan dehidrasi. (muttaqin, gangguan
gastrointestinal, 2011)
b) Alasan masuk rumah saikit
Pasien mengeluh diare,lemas, tidak nafsu makan, juga tidak bergairah
untuk beraktivitas, dan pasien juga mengeluh demam, dengan atau disertai
muntah,dan nyeri abdomen.
c) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun
dari biasannya, mudah letih, klien juga terdapat nyeri abdomen, mual dan
muntah serta feses yang encer, biasannya lebih dari 3 x sehari.
d) Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya
9
Biasannya klien pernah mengkonsumsi alcohol dan obat-obatan seperti
OAINS/NSAID, kortikosteroid, aspirin. Sering jajan disembarang
tempat sehingga kebersihannya tidak terjaga.
2) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya anggota keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama.
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda – tanda vital
 Tekanan darah : 90/60 mmHg
 Suhu : 38.8ºC
 Respirsi : 20 x/menit
 Nadi : 120/menit
4) Body system (muttaqin & sari, 2011, hal. 491-492).
(a) Sistem pernapasan
Inspeksi:
- Bentuk dada normal chest, simetris, pernapasan abdominal
torakal.
Palpasi:
- Vokal fremitus sama kanan dan kiri, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat masa.
Perkusi:
- Sonor
Auskultasi:
- Suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara tambahan.
(b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi :
- Ictus cordis tampak
Palpasi:
- Batas kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
- Batas kanan : ICS IV Sternalis Dextra
Auskultasi:

10
- S1 dan S2 tunggal
(c) Sistem persyarafan
Inspeksi:
- Pasien sadar penuh atau composmentis.
(d) Sistem perkemihan
Inspeksi:
- Pasien mengalami penurunan output urine
(e) Sistem pencernaan
Inspeksi :
- Membran mukosa mulut pucat dan bibir tampak kering,anus
kadang lecet, anus kemerahan, nafsu makan menurun.
Auskultasi :
- Didapatkan peningkatan bising usus lebih dari 25 x/menit/
hiperperist yang berhubungan dengan peningkatan mortalitas
usus dari peradangan pada saluran gastrointestinal.
Perkusi :
- Didapatkan suara hipertimpani,perut kembung.
- Distensi abdomen
Palpasi :
- Terdapat nyeri tekan pada perut kiri bagian bawah

(f) Sistem integumen


Inspeksi :
- kulit tampak pucat dan kering
Palpasi :
- tidak terdapat massa, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit
menurun, akral teraba hangat.

(g) Sistem muskuluskeletal


Inspeksi:
- Simetris, tidak terdapat masa, tidak terdapat fraktur.
Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan, kekuatan otot: 4444 4444

11
5555 5555
(h) Sistem endokrin
Inspeksi:
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening,

(i) Sistem pengindraan


(1) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva anemis, mata
cekung,penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan.
(2) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa, tidak
terdapat sekret
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
(3) Telinga
Inspeksi : simetris, tidak terdpat sekret ataupu
serumen,tidak terdapat massa
Palpasi : tidak terdapt nyeri tekan, tidak teraba massa,
uji webber lateralisasi dextra, uji rinne hantaran udara dan
tulang sama, swabach memanjang
(4) Pengecap
Inspeksi : bibir kering, terdapat stomatitis, lidah tampak
berselaput atau kotor, tidak ada perdarahan, tidak terdapat
pembesaran tonsil.
(5) Peraba
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : pasien bisa membedakan antara panas dan
dingin

5) Fungsi Gordon
(a) Pola persepsi
Kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

12
(b) Nutrisi metabolic
Biasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan
berat badan
(c) Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
adannya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
(d) Pola persepsi dan kognitif
Biasannya klien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri pada abdomennya.
(e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasannya klien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologisnyya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak
tercapai pada fase sakit
(f) Pola peran dan hubungan
Biasannya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran klien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan
( example tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu rumah
tangga,
(g) Pola seksual-Reproduksi
Biasannya klien mengalami gangguan seksual- Reproduksi
( ex.tidak teraturnya siklus menstruasi.
(h) Pola aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi
tubuh yang lemah dan adannya nyeri akibat distensi abdomen,
aktivititas klien dibantu keluarga atau orang lain.
(i) Pola koping-Toleransi stress
Biasannya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur
dapat menjadi pencetus stress.
(j) Pola nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak bisa melaksanakan sholat seperti biasannya
karena posisi klien dalam keadaan tirah baring.
(k) Pola Eliminasi

13
Biasannya klien BAB lebih dari 4 x sehari dan BAK sering .
(muttaqin, gangguan gastrointestinal, 2011)

2.2.2 Diagnosa keperawatan


1. ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d diare, kehilangan cairan pada
gastrointestinal, gangguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit dari
muntah.
a.Ketidakseimbangan cairan berhubungan diare,kehilangan cairan
gastrointestinal .
Definisi : Penurunan cairan intra vaskuler interstisial, atau intra sel.
Penyebab
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabelitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi

Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif

2. objektif
Frekuensi nadi meningkat
Tekanan darah menurun
Tekanan nadi menyempit
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Volume urin menurun
Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda Minor

Subjektif

1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif

14
1. Pengisian vena menurun

2. Status mental berubah

3. Suhu tubuh meningkat

4. Konsentrasi urin meningkat

5. Berat badan turun tiba-tiba

Kondisi klinis terkait

1. Penyakit Addison
2. Trauma / pendarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah diare
7. Colitis ulseratif
8. Hipoalbuminemia

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan makanan


yang adekuat.
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolism.

Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Peningkatam kebutuhan metabolism
5. Factor ekonomis ( mis. Financial tidak mencukupi )
6. Factor psikologis ( mis. Stress, keenganan untuk makan )

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

15
-

Objektif

1. Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentan ideal.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare.
Kondisi klinis terkait
1. Strok
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft palate
6. Amyotropic lateral sclerosis
7. Kerusakan neuromuscular
8. Luka bakar
9. Kanker
10. Infeksi
11. AIDS
12. Penyakit crohn.

16
4. Hipertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastroenteritis.
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentan normal tubuh.
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit ( mis. Infeksi,kanker)
4. Ketidaksesuain pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon ytrauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan ingkubator

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

Objektif

1. Suhu tubuh diatas nilai normal


Gejala dan Tanda Minor
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat.

Kondisi klinis terkait


1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Strok
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas (PPNI, 2016)

17
2.2.3 Intervensi keperawatan
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d diare, kehilangan cairan pada
gastrointestinal,
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan diare, kehilangan cairan
pada gastrointestinal, gangguan absorpsi usus besar, pengeluaran elektrolit
dari muntah.
Tujuan atau kriteria hasil
Pasien akan :
1) Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat
jenis urine
2) Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien
3) Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang
diharapkan
4) Tidak mengalami haus yang tidak normal
5) Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24
jam
6) Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembap, mampu
berkeringat)
7) Memiliki asupan cairan oral dan intravena yang adekuat (Wilkinson,
2016, p. 178).
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
b) Observasi khusunya terhadap kehilangan cairan yang tinggi eliktrolit
(misalnya, diare, drainase luka, pengisapan nasogrenik, diaphoresis,
dan drainase ileostomi)
c) Pantau pendarahan (misalnya, obat-obatan, demam, stress, dan
program pengobatan)
d) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
pada pasien sakit terminal tepat dilakukan
Menejemen cairan (NIC)

18
a) Pantau status hidrasi (misalnya, kelembapan membrane mukosa, ke
adekuatan dan tekanan darah ortostatik)
b) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
c) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran (Wilkinson, 2016,
p. 179).
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bisa haus (Wilkinson,
2016, p. 179).
Aktivitas kolaboratif
a) Laporkan dan catat haluaran kurang dari ____ ml
b) Laporkan dan catat haluaran lebih dari _____ ml
c) Laporkan abnormalitas elektrolit
d) Menejemen cairan (NIC)
- Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, bila perlu
- Berikan ketentua penggantian nasogastrik berdasarkan haluaran,
sesuai dengan kebutuhan
- Berikan terapi IV, sesuai program (Wilkinson, 2016, p. 179).
Aktivitas lain
a) Lakukan hygiene oral secara sering
b) Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung asupan
yang diinginkan sepanjang shift siang, sore, dan malam
c) Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan
d) Ubah posisi pasien Trendelenburg atau tinggikan tungkai pasien bila
hipotensi, kecuali diskontraindikasikan
e) Menejemen cairan (NIC)
- Tingkatkan asupan oral (misalnya, sediakan sedotan, beri cairan di
antara waktu makan, ganti air es secara rutin, buat es dari jus
kesukaan anak, cetak agar-agar dalam bentuk yang lucu-lucu,
gunakan cangkir obat kecil), jika perlu
- Pasang kateter urine, bila perlu
- Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan (Wilkinson, 2016, pp.
179-180).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi

19
1) Tujuan : dalam 2x24 jam pasien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi
yang adekuat
2) Kriteria hasil:
a. Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
situasi individu
b. Menunjukkan peningkatan BB
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
b. Pantau nilai laboratorium, khusunya transferin, albumin, dan
elektrolit.
Menejemen nutrisi (NIC) :
- Ketahui makanan kesukaan pasien
- Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
- Timbang pasien pada interval yang tepat.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Ajrakan metode untuk perencanaan makan.
- Ajarkan pesien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal.
- Menejeman nutri (NIC) : beriakn informasi yang tepat tentang
keseimbangan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas kolaboratif
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
pasien yang menglami ketidakadekuatan asupan protein atau
kehilangan protein (misal, pasien anoreksia nervosaatau pasien
penyakit glomerular/dialisis peritoneal)
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melaui selang, atau
nutrisi perenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan.
c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi.

20
d. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasie tidak
dapat membeli atau menyiapkan mkanan yang adekuat.
e. Manajemen nutrisi (NIC): tentukan dengan melakukan kolaborasi
bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi
yang dibutuhkan unntuk memenuhi kebutuhan nutrisi (khususnya
untuk pasien dengan kebutuhan energi tinggi, seperti pasien pasca
bedah dan luka bakar trauma demam, dan luka)
3. Hipertermi (Wilkinson, 2011, hal. 390-393).
1) Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh.
2) Kriteria Hasil :
a. Termogulasi : keseimbangan antara produksi panas, penigkatan
panas, dan kehilangan panas.
b. Termogulasi: Neonatus: keseimbangan antara produksi panas,
penigkatan panas, dan kehilangan panas selama 28 hari pertama
kehidupan.
c. Tanda – tanda vital : nilai suhu denyut nadi, frekuensi pernapasan,
dan tekenan darah dalam normal.
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a. Pantau aktivitas kejang
b. Pantau dehidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran
mukosa)
c. Pantau tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernafasan
d. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Ajarkan psien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia (misalnya, sengatan panas, dan
keletihan akibat panas
b. Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan
tindakan kedaruratan yang diperlukan.
Regulasi suhu (NIC)
a. Pantau dan laporkan tanda atau gejala hipotermia serta hipertermia

21
Aktivitas kolaboratif
a. Regulasi suhu (NIC)
1. Berikan obat antipiretik , jika perlu
2. Gunakan matras dingin dan mandi air hangan untuk mengatasi
suhu tubuh

DAFTAR PUSTAKA

22
Muttaqin, A. (2011). gangguan gastrointestinal. jakarta: salemba medika.

Muttaqin, A., & sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal:Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (20116). Standart diagnosa keperawatan indonesia. jakarta: PPNI.

Sri Mulyani, S. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta:


Prenada Media Group .

Wilkinson, J. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. (2011). Diagnosis Keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai