Di susun oleh :
Kelompok 5
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti akan
terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses
berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan biologis, psikologis, sosial dan spiritual
(Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam pembangunan nasional berdampak pada
tingginya angka harapan hidup penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut
usia meningkat (Suardiman, 2011). Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah
dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi
penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai
penyakit baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan Martono, 2010). Proporsi
penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah stroke (Riset Kesehatan Dasar,
2013).
Penyakit stroke banyak ditemukan pada masyarakat yang berusia 45 tahun ke
atas. Stroke terjadi secara mendadak dan dapat berakhir pada kematian serta kecacatan
yang pemanen pada anggota gerak (Lumbantobing, 2010). Stroke memiliki tingkat
mortalitas yang tinggi sebagai penyakit terbanyak ketiga yang menyebabkan kematian di
dunia setelah penyakit jantung dan kanker. Persentase yang meninggal akibat kejadian
stroke pertama kali adalah 18% hingga 37% dan 62% untuk kejadian stroke berulang.
Data Internasional Classification of Disease yang diambil dari National Vital Statistics
Reports Amerika Serikat untuk tahun 2011 menunjukkan rata-rata kematian akibat stroke
adalah 41,4% dari 100.000 penderita.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7
per 1000 penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per
1000 penduduk. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di
Sulawesi Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per 1000
penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta (masing-masing 9,7 per 1000 penduduk).
Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat
di Sulawesi Selatan (17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000 penduduk),
Sulawesi Tengah (16,6 per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per 1000
penduduk. Kasus stroke di provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 12,3 per seribu
penduduk.
Dampak yang ditimbulkan akibat stroke antara lain adalah kelemahan atau
kelumpuhan pada ekstremitas anggota gerak. Akibat dari kelemahan anggota gerak akan
menyebabkan munculnya masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dan resiko
jatuh. Selain itu lansia juga akan mengalami gangguan pada otak bagian thalamus atau
sub kortikal yang dapat mempengaruhi kualitas dan pola tidur akibat terjadinya insomnia
post stroke. Kesepian juga dapat terjadi pada lansia yang tinggal di rumah pelayanan
social karena merasa ditinggalkan oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan
ketidakmampuan penderita stroke dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Mereka menjadi bergantung kepada orang lain di sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan penyakit stroke
sebagai makalah ilmiah, agar penulis lebih memahami bagaimana proses keperawatan
yang dilakukan pada klien dengan penyakit stroke.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien post stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa resiko jatuh.
b. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan mobilitas
fisik.
c. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pola tidur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke atau CVA (celebro-vascular accident) merupakan gangguan saraf permanen yang
mengakibatkan terganggunya peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau
lebih. Sindrom klinis ini terjadi secara mendadak serta bersifat progresif sehingga
menimbulkan kerusakan-kerusakan otak secara akut dengan tanda klinis yang terjadi
secara fokal atau global (lingga, 2013).
Stroke dibagi menjadi 2, yaitu Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik.
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
straumatik (Arif Mansjoer, 2009).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan
tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
F. KOMPLIKASI STROKE
1. Otot mengerut dan kaku sendi
Bagian tubuh tertentu pada pasien stroke sering kali mengecil, misalnya tungkai atau lengan
yang lumpuh menjadi lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak lumpuh. Hal ini dapat
pula terjadi pada bagian tubuh yang tidak mengalami kelumpuhan jika kurang digerakkan.
Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh dapat menyebabkan pasien malas untuk
menggerakkan tubuhnya yang sehat sehingga persendian akhirnya menjadi kaku.
2. Darah beku
Akibat sumbatan pada sisi tubuh yang mengalami kelumpuhan, maka bagian tersebut akan
membengkak. Pembekuan darah bukan hal yang pantas diremehkan, jika terjadi pada arteri
yang mengalir ke paru-paru maka akan menyebabkan pasien sulit untuk bernafas. Tanpa
pertolongan yang mamadai untuk mengencerkan darah (misalnya dengan mengonsumsi
obat) maka kondisi tersebut dapat berujung pada kematian. Jenis obat yang bermanfaat
untuk mengatasi persoalan ini adalah antiplatelet atau antikoagulan.
3. Memar
Ketidakmampuan dalam mengerakkan tubuh menyebabkan pasien stroke akhirnya
berbaring pada posisi yang sama sepanjang hari. Bagian tubuh yang tidak bergeser akan
mengalami tekanan hingga menyebabkan memar atau lecet, sehingga peka terhadap infeksi.
Banyak ditemukan pasien stroke yang mengalami kudisan, eksem, ruam pada punggung dan
lipatan tubuh kulitnya melepuh, atau menderita gangguan dermatitis lain karena sepanjang
hari selama berbulan-bulan tubuhnya tergolek diatas ranjang. Untuk mencegah hal tersebut,
maka posisi tidur pasien harus sering dirubah.
4. Nyeri di bagian pundak
Kelumpuhan menyebabkan pasien mengalami nyeri di bagian pundaknya. Tangannya yang
lemas terkulai tidak mampu mengontrol gerakan otot dan sendi di sekitar pundak sehingga
terasa nyeri ketika digerakkan. Nyeri dibagian pundak dan leher akan sangat terasa ketika
pasien dibantu berdiri, diangkat, atau ketika akan diganti pakaiannya.
5. Radang paru-paru (pneumonia)
Kesulitan menelan yang dialami pasien menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di
dalam paru-paru. Batuk-batuk kecil yang sering mereka alami setelah minum dan makan
menandakan adanya tumpukan cairan atau lender yang menyumbat saluran napas. Jika
cairan tersebut terkumpul di paru-paru makan dapat menyebabkan pneumonia.
6. Fatigue
Kelelahan kronis (fatigue) merupakan problem umum yang sering dijumpai pada pasien
pasca stroke. Sekitar 30-70% pasien pasca stroke mengalami fatigue. Fakto yang
menyebabkannya cukup beragam, antara lain karena penyakit jantung yang dideritanya,
penurunan nafsu makan, gangguan berkemih, infeksi paru-paru (pneumonia), dan depresi.
Ada bebrapa solusi untuk mengatasi fatigue, yaitu dengan pengaturan diet tepat agar nafsu
makan terjaga, pemilihan makanan padat gizi, suplementasi zat gizi, dan mengatur jadwal
tidur dengan baik (lingga, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama lansia : Tn. R
2. Usia : 72 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : laki-laki
6. Nama wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
7. Riwayat Pendidikan : SD
8. Riwayat pekerjaan : Pengangguran
9. Status perkawinan : Belum menikah
10. Pengasuh wisma : Ny. Y
Alasan Berada di Wisma:
Tn. R berkata mengatakan “ Dia dibawa ke panti gara-gara sakit stroke, keluarganya
tidak mampu buat ngobatin dia, tetangga kasian melihatnya sakit dan terlantar terus maka
dibawa Wisma
B. Keluhan Utama
1. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Tn. R berkata “karena stroke yang diderita tangan kanan dan kaki kiri tidak bisa
digerakan, dulu itu tidak bisa apa-apa cuma bisa tiduran, kalau sekarang sudah
lumayan”
2. Riwayat Penyakit (dalam 6 bulan terakhir)
Tn. R berkata “ kadang-kadang merasa pusing, batuk, pilek dan kadang juga merasa
panas dingin dan tensinya tinggi terus, kemarin ditensi 150/110 mmHg“.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tn. R berkata “ tidak ada keluarga yang sakit seperti yang dialami, semuanya sehat.
4. Status Gizi (diukur dengan grafik indeks massa tubuh)
IMT = BB (kg) : TB (m2)
= 55 kg : 160 cm
= 55 kg : 2.56 m2
= 21.4
IMT Tn.R termasuk dalam kategori normal yaitu 21.4
5. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi
a. Masalah pada Mulut
Tn. R berkata “giginya masih banyak, masih bisa mengunyah makanan, gigi
depan udah lepas satu didepan dan 3 yang dibelakang. Tn. R terlihat giginya
menguning kehitam-hitaman tidak ada stomatitis pada mulut klien, saat dilakukan
pengkajian tidak tercium bau muulut.
b. Perubahan Berat Badan
Tn. R berkata terakhir nimbang itu berat badannya 55 kg mbak, tapi lupa itu
kapan”.
c. Masalah Nutrisi
Tn, R berkata “tiap makan, nasi selalu habis, tidak ada sisa, ditambah biasanya
buah pisang mbak, makan sehari 3x, minumnya air putih biasanya habis banyak.
6. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Tn. R berkata setiap hari minum obat yang buat menurunkan darah tinggi”.
Saat pengkajian terlihat obat yang diminum Tn. R adalah obat amlodipine.
7. Status Fungsional (AKS) (dinilai dengan indeks KATZ)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi √
2 Berpakaian √
3 Ke kamar kecil √
4 Berpindah √
5 Kontinensia √
6 Makan √
Hasil:
Nilai D yang berarti kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan
8. Status Mobilisasi
a. Tes Keseimbangan
No
Instruksi Reaksi Pasien Skor
.
1 Keseimbangan Bersandar 0
duduk Tenang dan Aman 0
2 Duduk ke berdiri Tidak mampu tanpa bantuan 0
Mampu dengan bantuan tangan 1
Mampu 0
3 Upaya untuk bangkit Tidak mampu tanpa bantuan 0
(duduk ke berdiri) Mampu dengan lebih dari 1 kali upaya 1
mata
8 Berputar 360 derajat Langkah tidak kontinyu 0
Langkah kontinyu 0
Goyah 1
Stabil 0
9 Berdiri ke duduk Tidak aman (salah penempatan, duduk 0
dengan menjatuhkan diri ke kursi)
b. Tes Berjalan
Instruksi Reaksi pasien Skor
1 Inisiasi berjalan Memulai dengan ragu-ragu 0
dengan Instruksi Tanpa ragu 0
2 Panjang dan tinggi
langkah
Ayunan kaki kanan Tidak melewati kaki kiri yang menumpu 0
Melewati kaki kiri yang menumpu 0
Kaki kanan menyentuh lantai 0
Kaki kanan tidak menyentuh lantai 0
Panjang dan tinggi
langkah
Ayunan kaki kiri Tidak melewati kaki kanan yang 1
menumpu
Melewati kaki kanan yang menumpu 0
Kaki kiri menyentuh lantai 1
Kaki kiri tidak menyentuh lantai 0
3 Kesimetrisan langkah Jarak langkah kanan dan kiri tidak sama 1
Jarak langkah kanan dan kiri sama 0
4 Kontinyuitas langkah Stop atau tidak kontinyu pada setiap 1
langkah
Kontinyu pada setiap langkah 0
5 Berjalan lurus pada Terdapat deviasi 1
jalur ( estimasi jarak Deviasi moderat/ berjalan dengan alat 0
D. Faktor Psikologi
1. Status Kognitif (short portable mental state quesonnare)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Tanggal berapa hari ini? X
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon anda? X
4a. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Apan anda dilahirkan?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu anda?
10. Kurangi anka 20 dengan angka 3 berturut-turut 3
kebawah atau menurun
TOTAL 8
Baik
4. Status Depresi
6. Keadaan Emosi
a. Anxietas
Tn. R. berkata “dia selalu memikirkan keadaan dirinya, dan takut jika sewaktu-
waktu kondisinya semakin parah”.
b. Perubahan perilaku
Tn. R. berkata “dia dari dulu gini-gini saja, tidak ada yang berubah.”
c. Mood
Tn. R berkata “Kalau lagi rame dia senang, tapi kalau sepi dan gak ngapa-ngapain
sedih. Rasanya bosen.”
3 2
IV IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
Waktu Keperawata Implementasi
Umum Khusus
n
18 Resiko Jatuh Setelah dilakukan Setelah dilakukan -Mengkaji adanya faktor-faktor resiko
November (00155) tindakan tindakan jatuh.
2019
-Menjelaskan kepada pasien tujuan
dan rencana dari latihan
keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics. Retrieved from
http://www.strokeaha.org
Atkinson, & Leslie, D. (2008). Understanding the nursing process : fundamental of care
planning (4th ed.). bloomington: pergamon press 1990.