Disusun oleh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “Pengkajian Primer Dan Sekunder Isu End Of Life Dalam Keperawatan Gawat Darurat
Mekanisme Trauma” dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterimakasih kepada Ns. Yana Setiawan, S. Kep., M. Kep selaku dosen mata kuliah
KeperawatanGawat Darurat yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai persiapan pelaksanaan pemeriksaan dan data-data penunjang
keperawatan sebagai calon Perawat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalah kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang memebangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang dialami pasien dan
juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluaga.
Sistem pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, Keterampilan, teknik serta ilmu pengtahuan yang tinggi dalam
memberikan pertolongan kedaruratan kepada pasien.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di sebuah rumah sakit mempunyai peran yang sangat penting yaitu menyelenggarakan
pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan darurat bagi pasien (Ali, 2014). Kondisi pasien yang datang ke IGD
bervariasi dengan kondisi yang mengancam jiwa maupun yang menjelang ajal. Pasien dengan kondisi mengancam nyawa
berfokus pada tindakan resusitasi, sedangkan pada pasien yang menjelang ajal lebih berfokus pada perawatan End of Life.
End of Life Care diberikan pada pasien yang menjelang meninggal atau fase kritis dengan menerapkan Teori Peaceful
End of Life. (Ruland & Moore, 1998 dalam Aligood & Tomey, 2014). Teori ini terdiri dari konsep persiapan yang baik dalam
menghadapi kematian. Intervensi dalam konsep teori ini dilakukan yang bertujuan pasien merasa bebas dari rasa nyeri,
merasa nyaman, merasa dihargai, dihormati dan berada dalam kedamaian dan ketenangan juga merasa dekat dengan orang
dirawatnya.
Menurut Beckstrand et al (2015) menyatakan bahwa perawat mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan End of
Life yang baik pada pasien, khususnya pada pasien yang tidak mempunyai identitas. Perawat yang bertugas di IGD merasa
bahwa pendampingan end of life pada pasien terlantar bukan merupakan prioritas, mereka masih memprioritaskan pasien
dengan kondisi emergency.
Berdasarkan hasil penelitian Ose, Ratnawati & Lestari (2017) menyatakan bahwa perawat yang bertugas di IGD terkait
pengalaman merawat pasien terlantar menjelang ajal yaitu Merasakan hati tersentuh pada pasien terlantar menjelang ajal 2.
Tidak membedakan perlakuan pada pasien terlantar dengan pasien lain yang menjelang ajal 3. Menghargai harkat dan
martabat pasien 4. Memastikan tidak ada kecurangan pemberian nota dinas 5. Memilih perawatan suportif sebagai tindakan
terbaik 6. Terpaksa meninggalkan pasien tanpa pendampingan spritual 7. Mengalami konflik dalam menempatkan pasien
terlantar yang menjelang ajal 8. Mengharapkan situasi lingkungan kerja yang mendukung.
Beberapa kesulitan perawat dalam pendampingan pasien terlantar yang menjelang ajal yaitu banyaknya pasien yang
dalam kondisi emergency yang dilakukan tindakan terlebih dahulu. Perawatan pasien dalam tahap End of Life, yang
membutuhkan penanganan yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman, ketenangan, kedekatan suport sosial (Beckstrand
et.al, 2012, Decker, et.al, 2015).Perawatan pasien yang menjelang fase End of Life melibatkan berbagai displin yang meliputi
pekerja sosial, ahli agama, perawat, dokter (dokter ahli atau dokter umum yang berfokus pada perawatan yang holistic
meliputi fisik, emosional, sosial, dan spiritual. (Hockenberry &Wilson, 2005).
Perawat harus tetap bersikap profesional menghormati harkat dan martabat pasien dalam memberikan perawatan.
Konflik batin, emosi, perasaan hati tersentuh muncul dengan melihat kondisi pasien terlantar menjelang ajal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat. Darurat adalah suatu keadaan yang
tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti
kegawatan. Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan
oleh gangguan Airway (jalan napas), Breathing (Pernapasan), circulation (sirkulasi),
jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau cacat. (Wijaya., 2010).
Penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD) adalah suatu pertolongan yang
cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecatatan. Berasal dari istilah
critical ill patient (pasien kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat).
Penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD) memiliki tujuan antara lain
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita. Gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
Triage
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Triage adalah suatu system
pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/kegawatdaruratannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter
mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat
pelayanan kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang
tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status
triase pasien dapat
berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem
triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation)
TUJUAN TRIAGE
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan triage
selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau drajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
1.Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2.Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan 3.
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
PRINSIP TRIAGE
“Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah keselamatan hidup), The Right
Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care Provider.
Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah
penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu
pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
Dapat mati dalam hitungan jam
Trauma ringan
Sudah meninggal
f.Tag warna
KLASIFIKASI KETERANGAN
KeadaanGawat
mengancam
tidak darurat
nyawa (P2)
tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya : pasien ka
lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misa
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya.
Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk
resusitasi. Tidak memerlukan perhatian.
Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas,
pernafasan dan sirkulasi Misalnya :
- gagal nafas
- cedera torako-abdominal
- cedera kepala atau maksilo-fasial berat
- shok atau perdarahan berat
- luka bakar berat (luka bakar tingkat II dan III >25%)
Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat,
dapat ditunda hingga beberapa jam. Penanganan dan pemindahan bersifat
jangan terlambat Misalnya :
- cedera abdomen tanpa shok,
- cedera dada tanpa gangguan respirasi,
- fraktura mayor tanpa syok
- cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran
- luka bakar ringan (luka bakar tingkat II dan III <25%)
Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir Misalnya :
- cedera jaringan lunak,
- fraktura dan dislokasi ekstremitas,
- cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
- gawat darurat psikologis
pserntial apieang ykaniagn t eurlarnagh ,m kelmaludi ipaen dieikautai nolaeshs epsesmmbeenrti,a in tienrtvervneti
A. Pengkajian Airway
Kaji
o Bersihan jalan nafas
o Ada tidaknya sumbatan jalan nafas o Distress pernafasan
o Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab
obstruksi:
- Muntahan
- Perdarahan
- Gigi lepas atau hilang
- Gigi palsu
- Trauma wajah
Jika terjadi obstruksi jalan napas, maka pastikan jalan napas pasien terbuka. Lindungi tulang
belakang dari gerakan yang tidak perlu, pada pasien yang beresiko untuk mengalami cedera
tullang belakang. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan napas pasien sesuai
indikasi: chin lift / jaw thrust, lakukan suction (jika tersedia), Oropharyngeal airway/
nasopharyngel airway, laryngealmask airway, lakukan intubasi.
C. Pengkajian Circulation
- Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (Capilary refiil)
- Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
Responds to pain only (harus dinilai semua keempat tugkaai jika ekstremitas awal yng
digunakan untuk mengkaji gagal merespon)
Unresponsive to pain jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun
stimulus verbal.
Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing, dan circulation yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian ini dilakukan setelah kondisi pasien
mulai stabil yakni tidak menglami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
Pengkajian
sekunder meliputi pengkajian objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan dan pengkajian
dari kepala sampai kaki (head to toe)
a. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara
continue Kaji :
1.Tekanan darah
2.Irama dan kekuatan nadi
3.Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu 4.
Saturasi oksigen
- radian (R) : disebelah mana nyeri yang dirasakan, apakah nyerinya menyebar atau di satu
titik lokasi tertentu?
- severity (S): seberapa parah nyerinya, dri rentang skala 0-10 dengan 0 tidak ada nyeri dn 10
adalah nyeri hebat.
- time (T) : kapan nyeri itu timbul, berapa lama nyeri itu timbul, apakah terus menerus
ataau hilang timbul?
5.Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi pembedahan/kehamilan
6.Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yang
dilakukan dan riwayat alergi klien.
7.Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
c. Pengkajian Head to toe
1.Pengkajian kepala, leher dan wajah
o Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
o Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan, benda asing,
o Bising usus
o Distensi abdomen
o Genitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada meatus, ekimosis, tonus spinkter ani
4. Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi :
o Tanda-tanda injuri eksternal
o Nyeri
o Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
o Sensasi keempat anggota gerak
o Warna kulit
- Tanda-tanda perdarahan
- Laserasi
- Jejas
- Luka
o Palpasi deformitas tulang belakang
6.Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang ditelti meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, pemeriksaan motorik dan sensorik. Pemeriksaan neurologis ini dapat menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) dengan nilai tertinggi adalah 15 yaitu respon bukaa mata (4),
respon
Balance cairan
Pemassaangan keteter urin
Pemeriksaan Diagnosti
Endoskopi
Broncoskpoi
CT Scan
USG
Radiologi
MRI
Ngge paham sa mau yang tiik