PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara geografis Indonesia yang berada di antara dua benua yaitu Benua
Asia dan Benua Australia serta berada di antara dua Samudera yaitu Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik serta di kawasan Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire) menyebabkan Negara Indonesia menjadi salah satu negara “laboratorium
bencana” di dunia karena berbagai bencana dapat ditemukan.
Beberapa bencana alam yang paling mematikan dan banyak memakan
korban adalah bencana alam gempa bumi dan tsunami.
Menurut Beritabali.com, di Bali telah tercatat sebuah peristiwa gempa
bumi besar dengan pusatnya di laut sebelah utara Kerajaan Buleleng di Bali utara
pada tahun 1815. Sebanyak 1.200 jiwa menjadi korban akibat bencana susulan
naiknya air laut ke daratan.
Pada tahun 2018 Bali telah diguncang dengan beberapa gempa bumi.
BMKG menyebutkan gempa bumi tektonik yang mengguncang Bali dengan
kekuatan 5,4 SR terjadi pada Kamis, 23 Agustus 2018. Gempa juga terjadi pada
tanggal 11 Oktober 2018 dini hari yang mengguncang Jawa Timur dan Bali pada
saat pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia (World
Bank) atau IMF-WB Annual Meeting yang sedang berlangsung di Nusa Dua,
Bali.
Selain gempa bumi, kenaikan air laut juga pernah terjadi di Bali. Menurut
surat kabar Tribun Bali, pada 25 Juli 2018, terjadi kenaikan air laut di seluruh
bentang pantai di Badung.
Untuk menghadapi serta mengantisipasi banyaknya korban bencana tentu
diperlukan kurikulum penanggulangan bencana tsunami dan gempa melalui
pelatihan kesiapsiagaan.
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat
diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan. Melalui pendidikan kebencanaan,
mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman bencana mempunyai
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan bencana dan tanggap
1
darurat bencana (Sunarto et.al., 2010). Masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana dapat beradaptasi melalui pendidikan kebencanaan. Menerapkan
pemahaman konsep-konsep kebencanaan sebagai upaya pengambilan sikap saat,
sebelum, dan atau setelah terjadi bencana.
Salah satu sekolah yang akan menjadi sasaran pendidikan kebencanaan
adalah SDN 2 Kusamba, Dawan, Klungkung, Bali. SDN 2 Kusamba terletak
kurang lebih 200 m dari pantai Kusamba. Hal ini mengakibatkan rawannya lokasi
sekolah apabila terjadi bencana gempa bumi yang sampai mengakibatkan tsunami.
Maka dari itu, pelatihan tanggap darurat bencana harus dilakukan secara periodik
kepada siswa agar tidak panik saat terjadi gempa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
merumuskan masalah “Bagaimanakah pengaruh pelatihan kesiapsiagaan bencana
(gempa bumi dan tsunami) terhadap tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan siswa
SD Negeri 2 Kusamba, Dawan, Klungkung, Bali”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pelatihan kesiapsiagaan bencana (gempa bumi dan tsunami)
terhadap tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan siswa SD Negeri 2
Kusamba, Dawan, Klungkung, Bali.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan siswa
SDN 2 Kusamba sebelum pelatihan tentang kesiapsiagaan
bencana (gempa bumi dan tsunami).
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan siswa
SDN 2 Kusamba sesudah pelatihan tentang kesiapsiagaan
bencana (gempa bumi dan tsunami).
2
c. Menganalisis pengaruh pelatihan kesiapsiagaan bencana
(gempa bumi dan tsunami) terhadap tingkat pengetahuan dan
kesiapsiagaan siswa SDN 2 Kusamba.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan atau
informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan bencana
khususnya kesiapsiagaan bencana pada anak sekolah.
b. Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar bagi
mahasiswa keperawatan untuk penelitian selanjutnya
khususnya tentang kesiapsiagaan bencana pada anak sekolah
dasar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagi tenaga perawat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
perawat dalam intervensi maupun implementasi kesiapsiagaan
bencana pada siswa sekolah dasar.
b. Bagi guru sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
atau pertimbangan dalam meningkatkan pendidikan
kesiapsiagaan bencana di tingkat sekolah dasar.
c. Bagi pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi
gambaran kesiapsiagaan pada siswa sekolah dasar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007). Menurut The United
Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR, 2009),
kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan oleh
pemerintah, lembaga-lembaga profesional dalam bidang respons dan pemulihan,
serta masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespons dan pulih
secara efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi ancaman bahaya yang
mungkin ada, akan segera ada atau saat ini ada.
Jadi dapat diambil kesimpulan, pada intinya kesiapsiagaan itu meliputi
kesiapsiagaan masyarakat atau perorangan sebelum, pada saat dan sesudah
bencana.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi masyarakat yang
baik secara individu atau kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan
psikis dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari manajemen bencana secara terpadu. Kesiapsiagaan adalah bentuk
apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi.
Maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat
tinggal seperti jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas
sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas
operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi.
Perubahan paradigm penanggulangan bencana yang tidak lagi memandang
penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi
penanggulangan bencana lebih diperioritaskan pada fase bencana yang bertujuan
untuk mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang berada dalam
lingkup pra bencana lebih diutamakan. Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara
umum adalah :
1. Kemampuan menilai resiko
4
2. Perencanaan siaga
3. Mobilisasi sumber daya
4. Pendidikan dan pelatihan
5. Koordinasi
6. Mekanisme respon
7. Manajemen informasi
8. Gladi atau simulasi
B. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu : indera pengeliatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002). Menurut Soekidjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
2. Fungsi Pengetahuan
Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan
merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur,
tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan
menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi dan intisari dan
berfungsi sebagai pengendali moral dari pada pluralitas keberadaan ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011).
3. Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu
bersumber pada daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan
indrawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan indranya tetapi bersifat
rasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung
5
kekuatan psikis, daya indra memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal
konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial
disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indra. Pengetahuan indrawi
bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indra.
Penngetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia,
melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk
atau kodrat objek dan tetap menyimpan di dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003
dalam Wawan & Dewi, 2011).
4. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat untuk terbentuknya tindakan
seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suati yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainnya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemmapuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara
benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu
objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
6
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sistesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justigfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi 2011, cara mengetahui
pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1. Cara coba salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat
baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai
prinsip orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang
yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
7
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh
dalam memcahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi ilmiah. Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626),
kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven menjadi penelitian ilmiah.
8
yang ditentukan dan dipengaruhi oleh factor pengalaman, keyakinan, sarana fisik
dan sosial budaya.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi.
2. Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah keburukan yang harus
dilakukan terutama untuk menunjng kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
3. Umur
Menurut Notoatmodjo (2014) usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa,
dipercaya memiliki tingkat kedewasaan yang lebih tingg sebagai hasil dari
pengalaman dan kematangan jiwanya.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi
yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
9
2. Faktor sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
8. Kriteria Tingkat Pengetahuan
C. Konsep Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Menurut Gomes (2003:197) pelatihan adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang
menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan
pekerjaannya. Selanjutnya menurut Dearden (1984) dalam Kamil (2010, hlm.7)
yang menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya meliputi proses belajar mengajar
dan latihan bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu atau efisiensi
kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan tepat
dan sesuai situasi tertentu. Selanjutnya Fiedman dan Yarbrough dalam Sudjana
(2007, hlm.4) menunjukan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang
diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau
untuk mencapai tujuan organisasi. Sastrodipoera (2006) dalam Kamil (2010,
hlm.152) memberikan definisi pelatihan adalah “salah satu jenis proses
pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem
pengembangan sumber daya manusia, yang berlaku dalam waktu yang relatif
singkat dengan metode yang lebih mengutamakan taktik daripada teori”. Sejalan
dengan pendapat diatas Sastraadipoera (2006, hlm.121) menyebutkan juga bahwa
pelatihan bisa dianggap sebagai suatu proses penyampaian pengetahuan,
keterampilan, dan pembinaan sikap dan kepribadian.
10
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan merupakan suatu bentuk bantuan dalam
proses pembelajaran yang terorganisir dan sistematis dengan jangka waktu yang
relatif singkat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta
pelatihan yang sifatnya praktis guna mencapai tujuan tertentu.
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan
Sebuah pelatihan idealnya dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan,
baik tujuan organisasi yang menyelenggarakan pelatihan maupun tujuan para
peserta yang mengikuti pelatihan secara perorangan. Karena tujuan penelitian
tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan juga
untuk mengembangankan bakat.
Dari pengertian diatas mengungkapkan bahwa pelatihan harus menjadi
sarana pemenuh kebutuhan peserta pelatihan untuk dapat mengembangkan
keterampilan, pengetahuan, sikap yang dapat dimanfaatkan oleh peserta pelatihan
setelah mengikuti pelatihan tersebut sesuai dengan kompetensinya sebagai upaya
pengembangan usaha. Secara khusus dalam kaitan dengan pekerjaan, Simamora
dalam Kamil (2010, hlm. 11) mengelompokan tujuan pelatihan ke dalam lima
bidang, yaitu:
a. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan
teknologi.
b. Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat
secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.
c. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten
dalam pekerjaan.
d. Membantu memecahkan permasalahan operasional.
e. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
f. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
Sedangkan menurut Marzuki dalam Kamil (2010, hlm. 11) ada tiga tujuan
pokok yang harus dicapai dengan pelatihan, yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan organisasi.
11
b. Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang
pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan
dalam keadaan yang normal serta aman.
c. Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Komponen-Komponen Pelatihan
Dalam suatu penyelenggaraan pelatihan terdapat bebrapa komponen yang
saling berkaitan satu sama lain. Komponen pelatihan adalah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas dan mutu suatu pelatihan serta merupakan kunci
utama dalam sebuah menyusun sebuah program pelatihan. Dilihat sebagai suatu
sistem, Sudjana (1996) dalam Kamil (2012, hlm.21) mengemukakan komponen-
komponen pelatihan sebagai berikut:
a. Masukan sarana (instrument input)
Yaitu meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang menunjang kegiatan
belajar. Masukan sarana dalam pelatihan ini mencakup kurikulum, tujuan
pelatihan, sumber belajar, fasilitas belajar, biaya yang dibutuhkan dan pengelola
pelatihan.
b. Masukan mentah (raw input)
Yaitu peserta pelatihan dengan berbagai karektiristiknya, seperti
pengetahuan, keterampilan dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan
belajar, latar belakang sosial budaya, latar belakang ekonomi dan kebiasaan
belajarnya.
c. Masukan lingkungan (environment input)
Yaitu meliputi faktor lingkungan yang menunjang pelaksanaan kegiatan
pelatihan, seperti lokasi pelatihan.
d. Proses (process)
Yaitu kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan
pelatihan antara sumber belajar dengan warga belajar peserta pelatihan.
e. Keluaran (output)
Yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran pelatihan.
f. Masukan lain (other input)
12
Yaitu daya dukung pelaksanaan pelatihan, seperti pemasaran, lapangan
kerja, informasi dan situasi sosial-budaya yang berkembang.
g. Pengaruh (impact)
Yaitu yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta
pelatihan, yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang
lain lebih lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan
pembangunan masyarakat.
4. Prinsip-Prinsip Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian dari proses pembelajaran dan merupakan
kegiatan meningkatkan keterampilan seseorang didalam mengerjakan sesuatu.
Sebuah pelatihan dapat berjalan secara efektif dan optimal bila prinsip-prinsip
pelatihan dikembangkan sesuai dengan pelatihan yang berkaitan sesuai dengan
tujuan pelatihan yang diharapkan. Menurut William B. Werther, prinsip-prinsip
pelatihan sebagai berikut :
a. Prinsip Partisipasi Pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan
lama apabila peserta belajar terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan
motivasi dan empati terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung,
peserta dapat belajar lebih cepat dan memahaminya lebih lama.
b. Prinsip Repetisi Repetisi akan memperkuat suatu pola ke dalam memori
seseorang. Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari ide-ide akan
dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan.
c. Prinsip Relevansi Belajar akan lebih efektif apabila materi yang
dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi dengan kebutuhan seseorang.
d. Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan Semakin dekat
kebutuhan program pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan
pekerjaan, maka akan semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan
tersebut. Dengan kata lain, pengalihan pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi
karena penerapan teori dalam situasi yang nyata atau karena praktek yang bersifat
simulasi. Artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam simulasi
dapat dengan mudah dialihkan dalam situasi sebenernya.
e. Prinsip Umpan Balik Melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan
dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pelatihan. Artinya, dengan umpan balik
13
peserta termotivasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya,
baik kemampuan, keterampilan, maupun kepribadian dan termotivasi untuk
menyesuaikan tingkah laku mereka untuk secepat mungkin meningkatkan
kemajuan belajarnya.
Sejalan dengan prinsip-prinsip pelatihan yang dikemukakan William B.
Werther diatas, prinsip-prinsip pembelajaran akan memberikan arah bagi cara-
cara seseorang (peserta pelatihan) belajar efektif dalam kegiatan pelatihan.
Prinsip-prinsip pelatihan akan berjalan baik jika asas-asas maupun prinsip-prinsip
penyelenggaraan pelatihan hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
D. Gempa Bumi
14
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk
dari petugas atau satpam.
Jika berada di daerah dekat gunung, ada kemungkinan longsor terjadi dari
atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Jika berada dekat dengan
pesisir pantai, bahaya datang dari tsunami. Apabila masyarakat merasakan
getaran-getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran
yang tinggi.
Setelah terjadi gempa bumi, segera periksa kondisi keluarga dan sekitar,
jauhi bangunan yang sudah retak-retak dan tidak aman, laporkan kejadian,
kerugian, korban orang hilang, membersihkan puing-puing dan kerusakan yang
terjadi, gotong royong dengan masyarakat dan aparat sekitar untuk kembali
memperbaiki rumah atau kerusakan sarana dan prasarana yang ada di sekitar
wilayah bencana, bangun kembali bangunan yang sudah rusak dengan konstruksi
bangunan tahan gempa, obati trauma yang terjadi khususnya pada anak-anak,
wanita dan manula, selalu waspada akan terjadinya gempa susulan, berikan
pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada disekitar anda jika
memungkinkan, dengarkan informasi, saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat
terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, bersikaplah tenang dan
bertindak sesuai dengan informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau
polisi. Jangan bertindak karena informasi yang belum jelas. Secara singkat, kunci
tindakan sebelum gempa terjadi yaitu sikap sadar bencana yang terdiri atas
mengetahui resiko lingkungan dan tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi
gempa. Saat terjadi gempa tetap tenang, cari tempat aman untuk berlindung
seperti di bawah meja, pada sudut ruangan, dan hindari dekat kaca. Jika gempa
sudah selesai, segera berkumpul di titik atau lokasi berkumpul yang telah
ditentukan dengan tetap berhati-hati, lindungi kepala, dan tidak menggunakan lift.
15
Kejadian gempa bumi dapat menimbulkan bahaya lain yang terkadang
lebih banyak membawa korban, dibandingkan dengan dampak akibat gempa bumi
itu sendiri seperti tsunami, bangunan roboh, kebakaran, tanah longsor, rekahan
tanah, kecelakaan industri, banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul
penahan lainnya.
E. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang "tsu" berarti pelabuhan dan "name"
berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai gelombang atau
ombak yang besar di pelabuhan. Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut
yang disebabkan oleh gempa bumi dengan pusat di bawah laut, letusan gunung
api bawah laut, longsor di bawah laut, dan atau hantaman meteor di laut. Tsunami
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu gempa bumi yang berpusat di laut
(magnitudo lebih besar dari 6,8 skala richter, kedalaman pusat gempa tidak
melebihi 70 km, dan pola patahan sesar), diikuti dengan dislokasi atau
perpindahan massa tanah atau batuan yang sangat besar di bawah air, longsor di
bawah laut, letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau, dan
hantaman meteor di laut.
Pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan susut
laut. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya grmpa bumi sebagai sumber
tsunami dengan waktu tiba tsunami di pantai. Gelombang air laut datang secara
mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat. Di Indonesia, tsunami
terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah gempa bumi besar di bawah laut.
Strategi mitigasi dan upaya pengurangan resiko dalam menghadapi tsunami tentu
sangat penting, sehingga harus dilakukan seperti pembangunan sistem peringatan
dini tsunami, pembangunan tempat evakuasi (shelter) di sekitar daerah
pemukiman, pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang
beresiko, penanaman mangrove serta tanaman lainnya di sepanjang garis pantai
untuk meredam gaya air tsunami, meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal
khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang tsunami dan cara-cara
penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami, melaporkan secepatnya jika
mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang
16
berwenang : kepala desa, polisi, stasiun radio, SATLAK PB maupun institusi
terkait. Ketika terjadi tsunami, jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan
gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba, segeralah lari menuju ke
tempat yang lebih tinggi (perbukitan atau bangunan yang tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain, jika sedang berada dalam perahu atau
kapal di tengah laut, jika mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami,
jangan mendekati pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang telah benar-
benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
F. Kesiapsiagaan Bencana
17
BAB III
KERANGKA KONSEP
Bencana Alam
(gempa bumi dan tsunami)
18
Keterangan :
: diteliti
: alur
Gambar 1. Kerangka konsep faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
sosialisasi dan pelatihan.
Penjelasan:
19
dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada
variabel dependent. Variabel bebas biasanya dimanipulasi,
diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya dengan variabel
lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah pelatihan.
b. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat (dependent) adalah faktor yang diamati dan
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh
dari variabel bebas (Nursalam,2016). Dalam penelitian ini
variabel terikatnya yaitu tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan.
2. Definisi Operasional
Setiadi (2013) menyatakan derfinisi operasional adalah penjelasan semua
variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
memudahkan pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Adapun definisi
operasional dapat dijelaskan secara lebih rinci dalam tabel 1. Berikut:
Tabel 1
Definisi Operasional Pengaruh Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana (Gempa Bumi
dan Tsunami) terhadap Tingkat Pengetahuan dan Kesiapsiagaan Siswa SDN 2
Kusamba
20
4 dan 5 SDN 2 Kusamba Kurang:
dalam menjawab dengan <56%
benar pertanyaan- jawaban
pertanyaan tentang benar.
gempa bumi dan
tsunami.
2 Kesiapsiagaan Tingkat pengetahuan --- --
siswa SDN 2 dan sikap siswa SDN 2
Kusamba dalam Kusamba dalam
mengahadapi menghadapi bencana
bencana (gempa (gempa bumi dan
bumi dan tsunami) yang akan
tsunami) diberi pelatihan yaitu
pemberian informasi
tentang siaga bencana
melalui kegiatan
ceramah dan simulasi
selama 1 x 6 jam
menggunakan modul
mini.
C. Hipotesis
BAB IV
21
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
22
dan angket yang telah dibuat sesuai standar dengan memperhitungkan sampel
yang merupakan siswa sekolah dasar kelas 4 dan 5 yang memenuhi kriteria
inklusi.
Mulai
Populasi : Siswa kelas 4 dan 5 SDN 2 Kusamba
Samplel :
Siswa kelas 4 dan 5 SDN 2 Kusamba yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 34 orang
Pre test
Post test
Penyajian data
Selesai
23
C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SDN 2 Kusamba pada bulan Mei sampai Juli
2019. Alasan dilakukannya penelitian di SDN 2 Kusamba karena jarak sekolah
yaitu kurang lebih 200 meter dari pantai Kusamba, sehingga beresiko terdampak
bencana tsunami apabila terjadi gempa bumi di dasar laut.
Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas 4 dan 5 SDN 2 Kusamba yang memenuhi kriteria inklusi.
24
3) Siswa yang bertempat tinggal 500 meter sampai 2
kilometer dari bibir pantai.
b. Kriteria eksklusi
Krtiteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena
berbagai sebab (Setiadi, 2013). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
1) Siswa yang tidak bersekolah di SDN 2 Kusamba.
2) Siswa yang mengundurkan diri pada saat proses
pengumpulan data berlangsung.
3) Siswa yang menderita kelainan fisik.
Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500
(Sugiyono, 2007). Besar sampel yang diteliti yakni banyaknya masyarakat
yang memiliki kriteria penelitian untuk dijadikan sampel penelitian pada bulan
Mei-Juni 2019.
25
mengkorelasikan masing-masing skor item pertanyaan dengan skor total.
Pengujian uji dua sisi dengan taraf signifikan 0,05 memiliki kriteria penguji
sebagai berikut : jika r hitung > r tabel maka item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total dan dinyatakan valid, sedangkan jika r hitung < r
tabel maka item pertanyaan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap skor total
dan dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2011). Setelah mengukur validitas, maka
perlu dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha cronbach.
Apabila beberapa item pertanyaan dalam kuesioner tidak valid atau tidak
reliable, maka item pertanyaan akan diganti dengan pertanyaan yang baru.
Kemudian akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas ulang pada kuesioner yang
telah diperbaiki.
Data yang dikumpulkan dari sampel penelitian adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
pengukuran, pengamatan, survey, dan lain-lain. Dalam penelitian ini data
diperoleh dari sampel yang akan diteliti dengan menggunakan instrument
pengumpulan data kuisioner. Adapun data yang dikumpulkan adalah data hasil
pengkajian pengetahuan dan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana
gempa bumi dan tsunami sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kuisioner.
Pengumpulan data dilakukan dengan langgfkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1) Mengajukan ijin mengadakan penelitian kepada Ketua
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
melalui bidang pendidikan Poltekkes Kemenkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.
2) Mengajukan ijin penelitian kepada Direktur Politeknik
Kesehatan Denpasar secara kolektif.
3) Mengajukan ijin penelitian kepada Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali.
4) Mengajukan ijin penelitian kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten Klungkung.
26
5) Mengajukan ijin penelitian kepada kepala SDN 2
Kusamba.
6) Menetapkan peneliti pendamping (enumerator) yakni
SDN 2 Kusamba.
7) Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria
inklusi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Memberikan pre test kepada siswa SDN 2 Kusamba
mengenai kesiapsiagaan bencana (gempa bumi dan
tsunami).
2) Melakukan pelatihan kepada siswa SDN 2 Kusamba
mengenai kesiapsiagaan bencana (gempa bumi dan
tsunami).
3) Memberikan post test kepada siswa SDN 2 Kusamba
setelah diberikan pelatihan kesiapsiagaan bencana
(gempa bumi dan tsunami).
c. Tahap akhir
1) Responden mengumpulkan kuisioner kemudian peneliti
memeriksa kuisioner.
2) Mengumpulkan hasil dan mengolah menjadi data.
F. Analisis Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data
ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus
tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013).
Langkah-langkah pengolahan data yaitu:
1. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar
pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap kelengkapan
jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban. Pada
penelitian ini peneliti akan melakukan editing terhadap data
27
responden yang diteliti dengan memeriksa kembali kelengkapan
responden meliputi informed concernt, usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, serta jawaban pada lembar pedoman
wawancara.
2. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari
responden ke dalam bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi
dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada
masing-masing jawaban. Kegunaan dari coding adalah
mempermudah pada saat análisis data dan juga mempercepat
pada saat entry data. Pada penelitian ini, peneliti akan
memberikan kode angka untuk mempermudah melakukan
tabulasi dan analisa data. Coding pada penelitian ini adalah
kelompok responden pertama diberi kode 1 dan kelompook
responden kedua diberi kode 2. Kelompok responden pertama
merupakan kelas 4 dan kelompok responden kedua merupakan
kelas 5 siswa SDN 2 Kusamba.
3. Processing
Setelah semua data terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar data yang di-entry dapat dianalisis. Pada tahap ini, jawaban-
jawaban yang sudah diberikan kode kategori kemudian
dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.
Data dimasukan dengan cara manual dan melalui pengolahan
komputer.
4. Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau
belum, mengecek kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Mengecek kesalahan-kesalahan yaitu
menghubungkan jawaban satu sama lain untuk mengetahui
konsistensi jawaban. Data kemudian disajikan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
28
Analisis data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara
sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya data trend
dan relationship bisa dideteksi (Nursalam, 2016).
1. Analisis univariat
Analisis univariat adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggunakan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Nursalam, 2016). Karakteristik
responden meliputi jenis kelamin akan dianalisis dengan cara
statistic deskriptip dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang memuat frekuensi dan persentase mengenai umur,
jenis kelamin dan kelas.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian sosialisasi dengan
menggunakan kuisioner. Nilai masing-masing kategori dapat di
presentasikan dengan rumus:
Keterangan:
P : Persentase
f : Jumlah jawaban yang benar
n : Jumlah skor maksimal
Setelah didapatkan data tersebut, kemudian untuk tingkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan dikategorikan menjadi baik jika
76-100% jawaban benar, cukup jika 56-75% jawaban benar, dan
kurang jika <56% jawaban benar (Nursalam, 2011).
29
G. Etika Penelitian
30
BAB V
RENCANA BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Biaya Penelitian
Tabel 2.
Rencana Biaya Penelitian.
1. HONOR
Honor
Waktu
Honor Justifikasi Anggaran
Honor/Jam (Rp) (Jam)
Penelitian (Rp)
31
(Rp)
Perjalanan Peneliti Proses pengumpulan 3 Orang (20
10,000 600,000
ke PMB data kali)
50 paket
Konsumsi responden,
Konsumsi snack dan 18,000 900,000
peneliti dan enumerator
nasi bungkus
SUB TOTAL (Rp) 1,500,000
4. LAIN-LAIN
Harga
Satuan
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Biaya (Rp)
(Rp)
Biaya ijin di Sekolah
1 Paket 1,000,000 1,000,000
Administrasi, dan dan kelaikan penelitian
Biaya Belanja Jasa (jasa 1 orang (2
lain - lain 300,000 300,000
supir dan angkut barang) hari)
SUB TOTAL (Rp) 1,300,000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (RP) 5.000.000
B. Jadwal Penelitian
Tabel 3.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan
Kegiatan Usaha
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Studi kegiatan
32
Penyusunan
proposal
Melakukan
bimbingan
proposal
Melakukan revisi
proposal
Melakukan
bimbingan
proposal
Melakukan revisi
proposal
Pengesahan
proposal
Presentasi
proposal
Sosialisasi
tentang Bencana
Tsunami dan
Gempa
Pembagian
Kuesioner kepada
siswa
Pemberian Materi
pelatihan
menghadapi
bencana tsunami
dan gempa
kepada siswa
Evaluasi tingkat
pengetahuan
siswa setelah
diberi materi
Pelatihan
Simulasi Bencana
Tsunami dan
33
Gempa
Evaluasi Simulasi
Bencana
Pengujian
34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Revisi V1 ed.
Jakarta: Rieka Cipta.
Beritabali, 2015. Beritabali.com. [Online]
Available at: beritabali.com/read/2015/11/24/201511240001/gempa-dhsyat-dan-
tsunami-pernah-terjadi-di-buleleng-tahun-1815.html
BNPB, 2017. siaga.bnpb.go.id. [Online]
Available at: Siaga.bnpb.go.id/hkb/po-content/uploads/document/buku panduan
_latihan_kesiapsiagaan_bencana_revisi_april_2017.pdf
Gomes, F., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
Kamil, M., 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).
Bandung: Alfabeta.
Khoirunisa, N., 2014. Tingkat Kesiapsiagaan dan Implementasi Mitigasi Bencana
Bagi Pelajar di Lereng Gunung Merapi. Surakarta: Universitas Muhamadyah.
Korps Sukarelawan PMI Proklamator, 2013. Seminar dan Mitigasi Bencana
"Ciptakan Rasa Aman dengan Mitigasi Bencana". Padang: Universitas Bung
Hatta.
Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 4 ed. Jakarta: Salemba Medika.
Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2 ed.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana Nana, A. R., 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan dan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, d., 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Wawan A, D. M., 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
35
Lampiran 1.
1. HONOR
Honor
Waktu
Honor Justifikasi Anggaran
Honor/Jam (Rp) (Jam)
Penelitian (Rp)
36
(Rp)
3 Orang (20
Perjalanan Peneliti Proses pengumpulan [ CITATIO
10,000 600,000
ke PMB data N BNP17 \l
1033 ]kali)
50 paket
Konsumsi responden,
Konsumsi snack dan 18,000 900,000
peneliti dan enumerator
nasi bungkus
SUB TOTAL (Rp) 1,500,000
4. LAIN-LAIN
Harga
Satuan
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Biaya (Rp)
(Rp)
Biaya ijin di Sekolah
1 Paket 1,000,000 1,000,000
Administrasi, dan dan kelaikan penelitian
Biaya Belanja Jasa (jasa 1 orang (2
lain - lain 300,000 300,000
supir dan angkut barang) hari)
SUB TOTAL (Rp) 1,300,000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (RP) 5.000.000
37
Lampiran 2.
Lampiran 4
38
BIODATA KETUA DAN ANGGOTA PENELITI
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
No D-IV semester VI
1 Nama Perguruan Tinggi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar
2 Bidang Ilmu Ilmu Keperawatan
3 Tahun Masuk-Lulus 2016-2021
Annisa Pratiwi
P07120216031
39
BIODATA ANGGOTA PENELITI
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
No D-IV semester VI
1 Nama Perguruan Tinggi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar
2 Bidang Ilmu Ilmu Keperawatan
3 Tahun Masuk-Lulus 2016-2021
Anggota
A. Identitas Diri
40
1 Nama Lengkap Desak Made Ari Wahyuni
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Mahasiswa
4 NIM P07120216011
5 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 15 April 1998
6 Email desakwahyuni78@yahoo.co.id
7 No. Hp 081338322974
8 Alamat Jl. Nuansa Kori II, No. 3, Ubung
Kaja, Denpasar Utara.
B. Riwayat Pendidikan
No D-IV semester VI
1 Nama Perguruan Tinggi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar
2 Bidang Ilmu Ilmu Keperawatan
3 Tahun Masuk-Lulus 2016-2021
Anggota
41
B. Riwayat Pendidikan
2.
3.
42
Dst.
Dst.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam penelitian ……………………
Tanda tangan
Annisa Pratiwi
NIM. P07120216031
43
Lampiran 5.
Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar,
44
Lampiran 6.
45
………………………Risiko (perlakuan)…………….. ini yaitu menimbulkan
…………. Bagi peserta akan (manfaat yang diperoleh peserta)…………….
Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan
imbalan sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini.
Kompensasi lain yaitu peneliti akan menanggung biaya perawatan yang diberikan
selama menjadi peserta penelitian ini. Peneliti menjamin kerahasiaan semua data
peserta penelitian ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Kepesertaan Bapak/Ibu/Saudara/Adik pada penelitian ini bersifat sukarela.
Bapak/Ibu/Saudara/Adik dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan pada penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja
tanpa ada sanksi. Keputusan Bapak/Ibu/Saudara/Adik untuk berhenti sebagai
peserta peneltian tidak akan mempengaruhi mutu dan akses/ kelanjutan
pengobatan yang akan diberikan.
Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Bapak/Ibu/Saudara/Adik
diminta untuk menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan
(Informed Consent) Sebagai *Peserta Penelitian/ *Wali’ setelah
Bapak/Ibu/Saudara/Adik benar-benar memahami tentang penelitian ini.
Bapak/Ibu/Saudara/Adik akan diberi Salinan persetujuan yang sudah ditanda
tangani ini.
Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang
dapat mempengaruhi keputusan Bapak/Ibu/Saudara/Adik untuk kelanjutan
kepesertaan dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada
Bapak/Ibu/Saudara/Adik. Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada
peneliti, silakan hubungi peneliti : (nama)…………dengan no HP ……………..
Tanda tangan Bapak/Ibu/Saudara/Adik dibawah ini menunjukkan bahwa
Bapak/Ibu/Saudara/Adik telah membaca, telah memahami dan telah mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui
untuk menjadi peserta *penelitian/Wali.
46
Peserta/ Subyek Penelitian, Wali,
_________________________ ________________________
_______________________
(Wali dibutuhkan bila calon peserta adalah anak < 14 tahun, lansia, tuna
grahita, pasien dengan kesadaran kurang – koma)
Peneliti
__________________________________ __________________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi
tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau
buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian
ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian
invasive)
Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
47
Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan
dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan
untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.
________________________________________ __________________
Nama dan Tanda tangan saksi Tanggal
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)
48