Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Anemia pada Ibu Hamil


Sasaran : Ibu hamil
Waktu : 10 menit
Tanggal : Selasa, 28 Januari 2020

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan
penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai
perubahan fisiologik yang terjadi adalah perubahan haemodinamik. Selain
itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel – sel darah berpotensi
menyebabkan komplikasi perdarahan dan thrombosis jika terjadi
ketidakseimbangan faktor – faktor prokoaguasi dan hemostasis. (Sarwono,
2009)
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai
dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi
Hb tampak menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar
Hb rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada
trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan 30 minggu. Pada trimester
ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah
mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada pemeriksaan pertama.
(Sarwono, 2009)
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik
di Negara maju maupun di Negara berkembang. Anemia pada kehamilan
merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap
kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan
penanganan yang hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari
penyebab.

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan , klien mampu mengerti,
memahami dan dapat menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang anemia pada ibu
hamil, diharapkan ibu hamil dengan anemia dapat mengetahui tentang :
1) Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil
2) Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
3) Macam-macam anemia pada ibu hamil serta penyebabnya
4) Akibat anemia pada ibu hamil
5) Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

C. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 10 menit, diharapkan ibu
hamil memahami tentang penyakit anemia dan pencegahannya.

D. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 10 menit, diharapakan klien
dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Menjelaskan hal yang perlu dilakukan ibu hamil untuk menangani
penyakit Anemia pada ibu hamil.
5. Menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu
hamil.
6. Menjelaskan cara pengolahan jus jambu biji

E. Materi
Terlampir

F. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Demonstrasi

G. Kegiatan
Kegiatan Penceramah Waktu Kegiatan Responden
1. Mengucapkan salam dan 30 detik Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan 1 menit Mendengarkan penjelasan
umum dan tujuan
khusus penkes
3. Apersepsi tentang 1 menit Mengungkapkan
penyakit anemia kepada pemahaman atau istilah lain
ibu hamil yang klien ketahui
4. Memberikan penjelasan 6 menit Mendengarkan dan
tentang definisi, memperhatikan penjelasan
penyebab, tanda dan
gejala spesifik dari
penyakit Anemia pada
ibu hamil serta
penanganan
sederhananya
5. Memberikan 1 menit Bertanya
kesempatan kepada ibu
hamil untuk bertanya
6. Menutup kegiatan dan 30 detik Menjawab salam
mengucapkan salam

H. Media
1. Leaflet
2. Buku KIA

I. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Sebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Jelaskan hal yang perlu dilakukan untuk menangani penyakit Anemia pada
ibu hamil.
5. Jelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.

LAMPIRAN : Materi Anemia Pada Ibu Hamil


2.1 Definisi

Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah (erytrhropoetic) dalam
produksinya untuk mempertahankan kosentrasi Hb pada tingkat normal
(Asyirah, 2012).
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai Hb di
bawah 11 g5% pada trimester I dan III, atau kadar nilai Hb kurang dari 10,5 gr
% pada trimester II (Asyirah, 2012).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11
gr/dl pada trimester I dan II, kadar Hb <10,5 gr/dl pada trimester ke II. Nilai
batas tersebut terjadi karena hemodialisis terutama pada trimester II
(Salmariantity, 2012).

2.2 Klasifikasi Anemia


Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi
menjadi 3 kategori sebagai berikut :
1) Normal : >11 gr%
2) Anemia Ringan : 8-10 gr%
3) Anemia Berat : <8 gr%
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah
(2012) yaitu:
1) Anemia defisiesi besi
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia
akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam
makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau
karena terlampau bayaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya
perdarah. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih
dari ukuran normal dan warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe
komponen Hb dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa Hb.
Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan
gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak adekuat untuk mengangkat
oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, vertigo, keletihan,
sakit kepala, deprsi, takikardi, dan amenorhe
2) Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita
dengan anema hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka
aneminya biasanya menjadi berat
3) Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar
yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan
megaloblas, anemia megaloblas disebabkan oleh difisiensi B12, asam
folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan asam folat, gangguan sintesis
DNA akibat dari defisiensi enzim congenital dan didapat setelah
pemberian obat sitostatik tertentu, patofisiologinya defisiesi asam folat dan
vitamin B12 jelas akan menganggu sintesis DNA higga terjadi gangguan
maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas
4) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang
tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini
belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar
rontgen, racun dan obat-obatan

2.3 Etiologi
Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) yaitu:
1) Kurangnya gizi (malnutrisi)
2) Kurangnya zat besi besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5) Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Prawirohardjo
dalam Salmariantity (2012) yaitu:
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah
2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3) Kurangya zat besi dalam makanan
4) Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat
5) Gagguan pencernaan dan abortus
6) Perdarahan kronik
7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8) Terlalu sering menjadi donor darah
9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe
yang diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe.
Penyebab terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Secara langsung anemia disebabkan
oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorsi Fe, kurangnya
mengkonsumsi promoter absorsi non Fe serta ada infeksi parasit. Sedangkan
faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tak langsung
mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe
dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya
pendidikan dan pengetahuan (Prawirohardjo dalam Asyirah, 2012)
Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah, 2012)
a) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b) Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
c) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita
akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi

2.4 Faktor Risiko


Menurut Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada
ibu hamil yaitu:
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status
gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas.
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi
pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk
mencegah terjadinya anemia
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu
hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani
masalah gizi dan kesehatan keluarga
2) Faktor Tidak Langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan terutama pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia
defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi
parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani
pengawasan antenatal
b) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur
muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena selain
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga
harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk
umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung
3) Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia
gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun.
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa
memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan
frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan
aborsi.
d) Status Gizi
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk
bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai
darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan
terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi
ibu hamil sangatlah penting dilakukan.

2.5 Manifestasi Klinis


Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya Hb dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman
oksigen ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat
dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi oleh pigmentasi kulit, suhum
kedalaman serta distribusi bantalan perifer. Bantalan kuku, telapak tangan dan
membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang lebih
baik untuk menilai pucat (Asyirah, 2012).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu,
nafas, pendek, muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah
yang berlebihan, gejala ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami
kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita
anemia biasanya lebih cepat karena berusaha megkompensasi kekurangan
oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan
kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung
menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat besi
juga bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh
mudah terinfeksi (Salmariantity, 2012).
Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia pada
kehamilan yaitu:
a) Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b) Wajah tampak pucat
c) Sering pusing
d) Mata berkunang-kunang
e) Nafsu makan berkurang
f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
g) Sering sakit
h) Nafas pendek (pada anemia berat)
i) Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda

2.6 Patofisiologi
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan
dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun
sedikit menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi
yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah dalam Hutabarat, H., 2011).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-
1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah
membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32
minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg
terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum
kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami
kekurangan zat besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang
mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh
mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien
mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan
dipergunakan oleh tubuh (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan
keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang
negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat
cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi
(Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-
masing berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu.
Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana
banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal namun besi didalam
sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia
kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau
hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang.
Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel
darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum
berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu
besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali (Kusharto dalam
Hutabarat, H., 2011).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Masrizal (2007), berikut pemeriksaan penunjang :
a) Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b) Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c) Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d) Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat
e) sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
Menurut Masrizal (2007), Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan
pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi
besi. Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu :
a) Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF <
12 mg/dl maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b) Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum
merupakan salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat
besi, kadar besi menurun dan TIBC meningkat, rasionya yang disebut
dengan TS. TS < dari 16 % maka orang tersebut defisiensi zat besi
c) Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah
meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.

2.8 Penatalaksanaan
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan
penatalaksaan menurut (Masrizal, 2007) :
a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena
harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk
itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling
melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50,
100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4
dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun
dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi
konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti:
fitat, fosfat, tannin.
b) Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki
status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi
yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat.
Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90
tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung
FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. program tersebut
bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil
c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi
d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.

2.9 Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia
adalah (Masrizal 2007) :
a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi
pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya
mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah
darah. Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi
dapat meningkatkan kada Hemoglobin
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah
dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi
tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa
suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.
f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi
besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat

2.10 Bahaya dan Dampak Anemia pada Kehamilan


1) Bahaya Selama Kehamilan
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan prematuritas
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6gr%)
f) Molahidatidosa (hamil anggur)
g) Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda)
h) Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan)
i) Ketuban Pecah Dini (KPD) sebelum proses melahirkan
(Salmariantity, 2012)
2) Bahaya Saat Persalinan
a) Gangguan his-kekuatan mengejam
b) Kala pertma dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlatar
c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
d) Kala uri dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan
spontan), dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena
atonia uteri (rahim tidak berkontraksi)
(Salmariantity, 2012)
3) Bahaya pada Kala Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
b) Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia)
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e) Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)
f) Mudah terjadi infeksi mamae (payudara)
(Salmariantity, 2012)
4) Bahaya pada Janin
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine (dalam rahim)
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensia rendah
(Salmariantity, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Asyitah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Nurhidayati, Rohmani. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo”. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Salmariatity. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai