Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1. KONSEP LANSIA

A. Definisi
Pengertian konsep lansia Menurut World Health Organization
(WHO, 2018) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya dan akan
terjadi proses anging process atau proses penuan.
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2019).
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994) (Dalam Reny Yuli, 2014)
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya
(Reny Yuli, 2014).

B. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur


yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
- Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas”.
- Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
- Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia
- Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric) age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old(70-75 tahun),
old(75-80 tahun), dan very old( > 80 tahun).

C. Penurunan Fungsi pada Lansia

a. Perubahan Fisik
Bertambahnya usia dan kondisi fungsi tubuh yang menurun merupakan
hal yang wajar. Adapun masalah yang sering terjadi pada lansia
meliputi gangguan penglihatan dan pendengaran, imobilisasi,
inkontenasia, depresi, malnutrisi dan gangguan tidur sehingga
menyebabkan menurunnya system kekebalan tubuh pada lansia (Sarbini
et al., 2019).
b. Perubahan Mental Lansia
Perubahan mental pada lansia antara lain memori (daya ingat), IQ
(Intellegent Quecient), kemampuan pemahaman (Comprehension) dan
pengambilan keputusan (Dession Making). Mental dan emosional pada
lansia sering muncul saat perasaan yang pesimis, akibat timbul rasa
tidak aman dan cemas (Kusumaningati, 2019).
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial merupakan masa pensiun dimana ada perubahan
aspek dan peran sosial masyarakat. Kehilangan kontak sosial dari
pekerjaannya atau pensiunan, maka lansia merasa hampa dan kesepian.
Perubahan ini dapat menyebabkan stress psycososial pada lansia
(Ramadani, 2020).

D. Masalah Kesehatan pada Lansia

Menurut (Sunarti & Ratnawati, 2019) lansia mengalami perubahan


dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
kehidupannya, antara lain :
a. Hipertensi
Hipertensi menjadi penyakit nomor satu yang paling banyak diderita
pada lansia, menurut Riskesdas 2013. Berkurangnya kelenturan
pembuluh arteri besar dan aorta berkaitan dengan adanya perubahan
pada enzim plasma renin di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh mengalami
retensi cairan dan tidak dapat membuang garam dari dalam tubuh
dengan baik. Pada lansia, kondisi ini dapat meningkatkan terjadinya
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit lain seperti penyakit jantung dan
stroke.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit yang sering diderita oleh para lansia.
Karena pada lansia berkurangnya massa tulang membuat lansia harus
berhati-hati dalam menjalankan kegiatan sehari-hari demi menghindari
terjatuh atau mengalami patah tulang.
c. Penyakit Jantung
Penyakit jantung juga menyerang para lansia. Hal ini terjadi karena otot
jantung bekerja kurang efektif dalam memompa jantung sehingga
dibutuhkan kerja lebih keras untuk memompa darah dalam jumlah yang
sama ke dalam tubuh. Penyakit jantung yang sering menyerang lansia
adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan serangan jantung.

d. Gangguan Tidur
Proses normal yang penting dalam kehidupan manusia yaitu makan dan
tidur. Walaupun keduanya sangat penting, akan tetapi karena sangat
rutin maka lansia sering melupakan proses tersebut. Berbagai gangguan
tidur yang sering dikeluhkan oleh lansia salah satunya sulit untuk masuk
dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, sering
mimpi ketika tidur, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dini
hari dan lesu setelah bangun dipagi hari.

2. Konsep Kolestrol.

A. Definisi Kolestrol
Kolesterol darah adalah salah satu unsur yang paling penting dalam tubuh.
Kolesterol salah satu dari sejumlah lemak yang dibawah dalam aliran darah. Di
dalam tubuh kita diliputi lipid dengan protein khusus yang membuatnya dapat larut
dalam air (Rahman, 2020).
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh
yang memiliki fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel.
Kolesterol penting bagi tubuh, apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan
juga berbahaya bagi kesehatan (Djojodibroto, 2019). Kadar kolesterol di dalam
darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar kolesterol melampaui batas normal
disebut hiperkolesterolemia, biasanya terdapat pada penderita obesitas, diabetes
melitus, hipertensi, peroko serta orang yang sering minum-minuman beralkohol
(Leksono, 2021).
Kolesterol dalam Keadaan normal dapat disintesis dalam jumlah dua kali
dari kadar kolesterol di dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang disintesis
diubah menjadi jaringan hormon dan vitamin yang kemudian beredar ke dalam
tubuh melalui darah, namun ada juga kolesterol yang kembali ke hati diubah
menjadi asam empedu. Hasil sintesa kolesterol disimpan dalam jaringan tubuh
(Robert, 2021).

B. Etiologi Kolestrol

Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol:


a. Faktor Genetik
Faktor genetik cukup mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah
dimana tubuh memproduksi kolesterol mencapai 80%. Seseorang yang
memproduksi kolesterol dalam jumlah banyak akan mengalami hiperkolesterol
(Rifdah, 2021).
b. Faktor Gaya Hidup Dan Pola Makan
Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dapat mempengaruhi tingginya
kadar kolesterol seperti minum alkohol berlebihan, minum kopi berlebihan,
meroko, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh,
sedikit mengkonsumsi makanan kaya serat dari sayuran dan buah-buahan
(Rifdah, 2021).
c. Faktor Usia Dan Jenis Kelamin
Usia yang semakin meningkat juga salah satu faktor penyebab kolesterol tinggi
yang diakibatkan menurunnya daya kinerja organ tubuh. Berdasarkan jenis
kelamin, pria sampai sekitar 50 tahun memiliki resiko 2-3 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita utuk mengalami atherosklerosis oleh
kolesterol.Usia 50 tahun kebawah pada wanita atau pasca menopause memiliki
resiko yang sama dengan pria. Masa premenopause wanita dilindungi oleh
hormon estrogen sehingga dapat mencegah timbulnya aterosklerosis. Hormon
ini bekerja dengan cara meningkatkan HDL dan menurunkan LDL pada darah.
Setelah menopause, kadar hormonestrogen pada wanita akan menurun sehingga
resiko hiperkolesterol dan aterosklerosis akan menjadi setara dengan laki-laki
(Rifdah, 2021).
d. Penyakit
Salah satu penyakit yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam tubuh adalah
diabetes mellitus, merupakan suatu kekacauan metabolisme. Konversi lemak
tubuh terganggu sehingga lemak didalam tubuh meningkat (Sri Nilawati, 2018).
e. Merokok
Merokok memasukkan karbon monoksida kedalam tubuh, memekatkan darah,
menurunkan kolesterol baik (HDL), dan meningkatkan lemak lain (Sri
Nilawati, 2018). Merokok meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol HDL.
f. Obesitas dan kurang aktivitas
Orang dengan berat badan berlebih cenderung mempunyai kadar kolesterol dan
lemak yang tinggi dalam darah. Kurangnya aktivitas menyebabkan
penumpukan lemak yang tidak seimbang dengan pembakaran lemak (Sri
Nilawati, 2018).

C. Patofisiologi

Hiperkolesterol merupakan tingginya fraksi lemak darah, yaitu berupa


peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar LDL kolesterol dan
penurunan kadar HDL kolesterol. Kolesterol dimetabolisme di hati, jika kadar
kolesterol berlebih maka akan dapat mengganggu proses matabolisme sehingga
kolesterol tersebut menumpuk di hati. Kolesterol yang masuk ke dalam hati
tidak dapat diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari aliran
darah diseluruh tubuh. Apabila keadaan ini dibiarkan untuk waktu yang cukup
lama, maka kolestrol berlebih tersebut akan menempel di dinding pembuluh
darah yang semula elastis (mudah berkerut dan mudah melebar) akan menjadi
tidak elastis lagi (Notoatmodjo, Soekidjo, 2013).
Kolesterol di dalam jaringan meningkat akibat dari : lipoprotein yang
mengandung kolesterol oleh reseptor, misalnya reseptor LDL. Kolesterol bebas
dan lipoprotein yang kaya akan kolesterol akan menembus membran sel.
Sintesis kolestrol. Hidrolisis ester kolestteril oleh enzim ester kolesteril hidrlase

D. Manisfetasi Klinis

Pada permulaan biasanya belum terlihat gejala. Apabila lama, bisa ditemukan,
antara lain:
a. Pengendapan lemak pada tendon dan kulit atau yang disebut xanthoma
b. Hati dan limpa membesar yang dapat ditemukan pada pemeriksaan palpasi.
c. Nyeri perut yang berat akibat adanya radang pancreas (pancreastitis)
d. Nyeri dada (Yatim, 2021)
Namun apabila kadar kolesterol dirasakan sudah memasuki stadium yang cukup
parah atau semakin tinggi kadar kolesterolnya baru akan memperlihatkan gejala-
gejala sebagai berikut :
a. Sakit kepala pada bagian tengkuk dan kepala bagian belakang sekitar tulag
leher bagian belakang
b. Merasa pegal pada bagian pundak
c. Merasa cepat lelah dan capek dan sendi terasa sakit
d. Kaki terkadang bengkak
e. Mudah mengantuk
f. Merasakan vertigo atau migrain

E. Komplikasi

Menurut (Herliana, STP &Sitanggang, 2019) Komplikasi akibat hiperkolesterol


bisa muncul di organ tubuh yang terserang. Bahkkan, beberapa penyakit yang
banyak dikenal ternyata disebabkan oleh hiperkolesterol antara lain:
1) Hipertensi (Tekanan darah tinggi).
Akibat penumpukam kolesterol di pembulu darah.Menempel dan
menumpuknya kolesterol di permukaan dalam dinding pembulu darah
mengakibatkan tekanan darah meningkat. Faktor resiko tekanan darah tinggi
adalah makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, garam
(termasuk makanan yang diasinkan), daging kambing, durian, serta minuman
beralkohol yang diminum berlebihan.
2) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus atau lebih dikenal sebagai kencing manis atau penyakit gula
ditandai oleh kadar glukosa dalam darah. yang melebihi batas normal.
Penyebabnya adalah tubuh penderita kekurangan insulin atau jumlahnya
mencukupi tetapi tidah ber fungsi dengan normal.
3) Jantung Koroner
Jantung koroner terjadi penyempitan pembulu darah koroner di jantung
(disebabkan oleh plak-plak kolesterol). Akibatnya, aliran darah ke jaringan -
jaringan di jantung terhambat, menyebabkan jaringan-jaringan tersebut mati.
4) Stroke
Stroke diakibatkan penyumbatan pembuluh darah di otak.
5) Katarak atau kebutaan
Akibat penumpukan kolesterol di pembuluh darah mata
6) Gagal ginjal
Terjadi penyempitan pembulu darah di ginjal akibat penumpukan kolesterol
sehingga kerja ginjal menjadi lebih keras. Karena itu, penderita harus cuci
darah seumur hidup.

F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendapatkan hasil kolesterol yang akurat, disarankan sebelum


melakukan pemeriksaan untuk menghindari olahraga berat selama 24 jam sebelum
tes, tidak makan atau minum apapun kecuali air selama 12 jam sebelum dan jika
hasil tes normal, tes kedua harus dilakukan antara 1 minggu dan 2 bulan setelah tes
pertama.
a. Pemeriksaan lengkap di laburatorium
Pengambilan sampel darah kemudian hasilnya dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis. Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol
total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Untuk pemeriksaan lemak darah
sebaiknya berpuasa selama kurang lebih 12 jam. (Mulyanto, 2022).
b. Pemeriksaan menggunakan alat portable
Test kolesterol biasanya dilakukan dirumah umumnya untuk mengukur kadar
lemak total dalam darah saja, meskipun ada juga beberapa alat tes yang sudah
dilengkapi untuk mengukur kadar kolesterol HDL dan kadar kolestrol LDL.
Untuk menggunakan tes kolestrol dirumah seseorang hanya perlu menusuk jari
dengan jarum khusus dan menaruh setetes darah diselembar kertas
menggunakan bahan kimia diatasnya, setelah itu dimasukkan kedalam alat
hingga muncul hasilnya (Mulyanto, 2022)

c. Penatalaksanaan

1) Terapi non-farmakologi
a. Mengurangi asupan lemak jenuh
Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL dalam
darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada makanan yang
berasal dari hewan, seperti daging dan produk susu.
b. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol
Merekomendasikan untuk memilih buah-buahan, sayur, gandum dan
makanan yang rendah lemak untuk menurunkan kadar kolesterol total
dalam darah. Diet serat larut seperti oatmeal, kacang-kacangan, apel jeruk
dan strawberry.
c. Menurunkan berat badan
Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya hyperlipidemia,
CHD, sindrom metabolic, hipertensi, diabetes mellitus, dan stroke.
Menekankan penurunan berat badan pada pasien obesitas sebagai bagian
dari intervensi dan penurunan berat badan.
d. Meningkatkan aktivitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik diketahui dapat menurunkan factor resiko penyakit
pembukuh perifer dan arteri koroner, termasuk obesitas, stress fisiologi,
control glikemik yang lemah dan hipertensi. Latihan fisik juga dapat
meningkatkan sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta pembukuh darah
(Stapleton dkk, 2020).

2) Terapi farmakologi
Terapi menggunakan obat-obatan bertujuan untuk mengurangi kadar
kolesterol total, namun potensi dari masing-masing obat sangat bervariasi.
Berikut adalah golongan obat yang biasanya digunakan dalam terapi untuk
menurunkan kadar kolesterol LDL :
A. Bile acid sequestrant (Resin)
Obat ini menurunkan kadar kolesterol dengan mengikat asam empedu
dalam saluran cerna yang dapat mengganggu sirkulasi enterohepatik
sehingga eksresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Terdapat
tiga jenisnya yaitu kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam. Terapi
menggunakan resin dapat menimbulkan beberapa gejala gastrointestinal
seperti, mual perut kembung dan nyeri abdomen.
B. Hydroxymethylglutaryl-Coenzime A Reductase (Statin)
Obat yang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol total dan LDL
didalam darah statin dan telah terbukti mengurangi kejadian jantung coroner
bahkan juga mengurangi kematian total akibat jantung coroner. Ada 5 jenis
statin yang tesedia, dua diantaranya dalam generic yaitu simvastatin
(generik), ravastatin (generik), atorvastatin (ipitor), fluvastatin (lescol),
rosuvastatin (cretor).
C. Derivat Asam Fibrat
Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
siprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan sintesis trigliserida
dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Obat ini dapat
menyebabkan pusing, dan keluhan gastrointestinal.
D. Ezetimibe
Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
siprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan sintesis trigliserida
dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Obat ini dapat
menyebabkan pusing, dan keluhan gastrointestinal.

d. Pencegahan
Cara mencegah agar terhinadar dari kolestrol yaitu, menerapakan gaya
hidup sehat merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah hiperkolestrol.
Caranya adalah mengatur pola makan (tinggi serat, batasi lemak), berolahraga
dengan teratur, tidak merokok, dan menghindari obesitas (Nurrahmani, Ulfah,
2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Format pengkajian pada lansia yaitu format yang terdiri atas nama, usia,
alamat,pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, dsb. Format pengkajian
menggunakan Teori Model Callor A.Miller yaitu teori yang dipernalkan oleh Carol
atau teori konsekuensi fungsional untuk promosi kesehatan bagi lansia (Functional
Consequences Theory for Promoting Wellnes in older Adults). Teori ini bertujuan
untuk promosi kesehatan bagi lansia. (Miller).

A. Pengkajian umum

- Data Klien
Pada data diri klien terdapat data diantaranya nama klien (hanya inisial), usia,
alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, tempat tanggal lahir, dsb.
(Kurniadi dan Nurrahmani, 2015)
- Data Keluarga
Pada data keluarga pasien ini, yang diambil datanya adalah seseorang yang
memiliki hubungan darah baik anak, ibu, ayah. Dan didalam data meliputi
nama, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat, serta nomor telpon.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data saat kapan gejala itu muncul dan bagaimana gejala
berkembang. Apakah terdapat penggunaan obat analgestik dan berapa lama
pemakaian.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah terdapat penyebab pendukung (penyakit penyerta) seperti Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronis. Apakah klien pernah dirawat
sebelumnya serta kaji penggunaan Alkohol berlebihan, obat deuretik.

B. Pengkajian Psikologi

- Proses Pikir ( lupa, bingung, pikun, curiga) :


saat ditanya pada kejadian dahulu klien mampu mengingatnya dengan baik,
klien juga mampu mengingat tentang identitas dirinya.
- Gangguan Perasaan ( depresi, wajah tanpa ekspresi, kelelahan , acuh tak acuh,
mudah tersinggung) :
Saat diwawancara pasien menunjukan ekspresi wajah dan perasaan senang,
pasien tidak memiliki gangguan perasaan, klien menunjukan sesuai dengan apa
yang disampaikan. pasien juga terbuka dengan masalah masalah yang di
tanyakan oleh perawat
- Komunikasi (Penggunaan protesa, kesulitan berkomunikasi, putus asa dll) :
Klien berkomunikasi dengan baik dan jelas.
- Orientasi ( Tempat, Waktu dll)
Orientasi baik, Klien mampu mengingat sekarang berada diruang mana , klien
tidak memiliki gangguan pada orientasi.
- Mekanisme koping klien terhadap masalah yang ada pasien jika ada masalah
selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan berdoa dan berusaha
menerima apapun yang terjadi

C. Pemeriksaan Fisik
- Memerikasa tanda-tanda vital seperti tekanan darah,suhu,pernafasan,dan nadi
- Pemeriksaan dan Kebersihan perorangan
1) Kepala
a. Rambut
Bersih, pendek, tidak kusut, tidak berminyak, tidak ada benjolan, sedikit
beruban.
b. Mata
Simetris, Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, Pupil isokor, RCL + dan
RTCL +, lensa mata tampak sedikit keruh.
c. Hidung
Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan dari hidung, tidak ada pernafasan
cuping hidung
d. Telinga
Bersih, Serumen tidak ada, pendengaran baik dan cairan telinga tidak ada
2) Leher
Nadi karotis teraba kuat, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3) Dada / Thorax
Bentuk dada Simetris
4) Jantung
Pulsasi jantung teraba kuat, Bunyi jantung normal Bj1 : lub Bj2 : dup, tidak ada
bunyi jantung tambahan ( gallop, mur-mur), Batasbatas jantung dalam batas
normal
5) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, bising usus 10x menit

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau


respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. (Tim pokja SDKI DPP PPNI,
2017)
D. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis ditandai
dengan mengeluh nyeri, takut mengalami cedera berulang, tampak meringis,
gelisah, tidak mampu menuntaskan aktifitas, bersikap protektif, anoreksia,
berfokus pada diri sendiri. (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
E. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
F. Defisit pengetahuan B.D kurang terpapar informasi
C. Rencana Keperawatan

No Diagnose Intervensi
1 Nyeri kronis Observasi
berhubungan dengan
kondisi muskuloskeletal - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kronis ditandai dengan - frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
mengeluh nyeri, takut - Identifikasi skala nyeri
mengalami cedera - Identifikasi respons nyeri non verbal
berulang, tampak
Terapeutik
meringis, gelisah, tidak
mampu menuntaskan
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
aktifitas, bersikap mengurangi rasa nyeri
protektif, anoreksia, - Kontrol lingkungan yang memperberat
berfokus pada diri rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
sendiri. pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

- jelaskan penyebab, periode, dan pemicu


nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik

2 Intoleransi aktivitas Observasi


berhubungan dengan
imobilisasi, kelemahan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
umum, mengakibatkan kelelahan
ketidakseimbangan - Monitor kelelahan fisik dan emosional
antara suplai dan - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen.
Terapeutik

- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah


stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan

3 Defisit pengetahuan B.D Edukasi Kesehatan


Observasi :
kurang terpapar informasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi perilaku-perilaku hidup
bersih dan sehat.

Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya.

Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang dapat menpengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah, Lilik Ma’ rifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Yogyakarta :
GrahaIlmu
2. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction
3. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction.
4. Setiyati, Siti & dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 6 jilid 2.
Jakarta : Interna Publishing.
5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 23 Maret 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf

Anda mungkin juga menyukai