PENDAHULUAN
1. KONSEP LANSIA
A. Definisi
Pengertian konsep lansia Menurut World Health Organization
(WHO, 2018) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya dan akan
terjadi proses anging process atau proses penuan.
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2019).
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994) (Dalam Reny Yuli, 2014)
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya
(Reny Yuli, 2014).
a. Perubahan Fisik
Bertambahnya usia dan kondisi fungsi tubuh yang menurun merupakan
hal yang wajar. Adapun masalah yang sering terjadi pada lansia
meliputi gangguan penglihatan dan pendengaran, imobilisasi,
inkontenasia, depresi, malnutrisi dan gangguan tidur sehingga
menyebabkan menurunnya system kekebalan tubuh pada lansia (Sarbini
et al., 2019).
b. Perubahan Mental Lansia
Perubahan mental pada lansia antara lain memori (daya ingat), IQ
(Intellegent Quecient), kemampuan pemahaman (Comprehension) dan
pengambilan keputusan (Dession Making). Mental dan emosional pada
lansia sering muncul saat perasaan yang pesimis, akibat timbul rasa
tidak aman dan cemas (Kusumaningati, 2019).
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial merupakan masa pensiun dimana ada perubahan
aspek dan peran sosial masyarakat. Kehilangan kontak sosial dari
pekerjaannya atau pensiunan, maka lansia merasa hampa dan kesepian.
Perubahan ini dapat menyebabkan stress psycososial pada lansia
(Ramadani, 2020).
d. Gangguan Tidur
Proses normal yang penting dalam kehidupan manusia yaitu makan dan
tidur. Walaupun keduanya sangat penting, akan tetapi karena sangat
rutin maka lansia sering melupakan proses tersebut. Berbagai gangguan
tidur yang sering dikeluhkan oleh lansia salah satunya sulit untuk masuk
dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, sering
mimpi ketika tidur, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dini
hari dan lesu setelah bangun dipagi hari.
2. Konsep Kolestrol.
A. Definisi Kolestrol
Kolesterol darah adalah salah satu unsur yang paling penting dalam tubuh.
Kolesterol salah satu dari sejumlah lemak yang dibawah dalam aliran darah. Di
dalam tubuh kita diliputi lipid dengan protein khusus yang membuatnya dapat larut
dalam air (Rahman, 2020).
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh
yang memiliki fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel.
Kolesterol penting bagi tubuh, apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan
juga berbahaya bagi kesehatan (Djojodibroto, 2019). Kadar kolesterol di dalam
darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar kolesterol melampaui batas normal
disebut hiperkolesterolemia, biasanya terdapat pada penderita obesitas, diabetes
melitus, hipertensi, peroko serta orang yang sering minum-minuman beralkohol
(Leksono, 2021).
Kolesterol dalam Keadaan normal dapat disintesis dalam jumlah dua kali
dari kadar kolesterol di dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang disintesis
diubah menjadi jaringan hormon dan vitamin yang kemudian beredar ke dalam
tubuh melalui darah, namun ada juga kolesterol yang kembali ke hati diubah
menjadi asam empedu. Hasil sintesa kolesterol disimpan dalam jaringan tubuh
(Robert, 2021).
B. Etiologi Kolestrol
C. Patofisiologi
D. Manisfetasi Klinis
Pada permulaan biasanya belum terlihat gejala. Apabila lama, bisa ditemukan,
antara lain:
a. Pengendapan lemak pada tendon dan kulit atau yang disebut xanthoma
b. Hati dan limpa membesar yang dapat ditemukan pada pemeriksaan palpasi.
c. Nyeri perut yang berat akibat adanya radang pancreas (pancreastitis)
d. Nyeri dada (Yatim, 2021)
Namun apabila kadar kolesterol dirasakan sudah memasuki stadium yang cukup
parah atau semakin tinggi kadar kolesterolnya baru akan memperlihatkan gejala-
gejala sebagai berikut :
a. Sakit kepala pada bagian tengkuk dan kepala bagian belakang sekitar tulag
leher bagian belakang
b. Merasa pegal pada bagian pundak
c. Merasa cepat lelah dan capek dan sendi terasa sakit
d. Kaki terkadang bengkak
e. Mudah mengantuk
f. Merasakan vertigo atau migrain
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
c. Penatalaksanaan
1) Terapi non-farmakologi
a. Mengurangi asupan lemak jenuh
Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL dalam
darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada makanan yang
berasal dari hewan, seperti daging dan produk susu.
b. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol
Merekomendasikan untuk memilih buah-buahan, sayur, gandum dan
makanan yang rendah lemak untuk menurunkan kadar kolesterol total
dalam darah. Diet serat larut seperti oatmeal, kacang-kacangan, apel jeruk
dan strawberry.
c. Menurunkan berat badan
Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya hyperlipidemia,
CHD, sindrom metabolic, hipertensi, diabetes mellitus, dan stroke.
Menekankan penurunan berat badan pada pasien obesitas sebagai bagian
dari intervensi dan penurunan berat badan.
d. Meningkatkan aktivitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik diketahui dapat menurunkan factor resiko penyakit
pembukuh perifer dan arteri koroner, termasuk obesitas, stress fisiologi,
control glikemik yang lemah dan hipertensi. Latihan fisik juga dapat
meningkatkan sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta pembukuh darah
(Stapleton dkk, 2020).
2) Terapi farmakologi
Terapi menggunakan obat-obatan bertujuan untuk mengurangi kadar
kolesterol total, namun potensi dari masing-masing obat sangat bervariasi.
Berikut adalah golongan obat yang biasanya digunakan dalam terapi untuk
menurunkan kadar kolesterol LDL :
A. Bile acid sequestrant (Resin)
Obat ini menurunkan kadar kolesterol dengan mengikat asam empedu
dalam saluran cerna yang dapat mengganggu sirkulasi enterohepatik
sehingga eksresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Terdapat
tiga jenisnya yaitu kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam. Terapi
menggunakan resin dapat menimbulkan beberapa gejala gastrointestinal
seperti, mual perut kembung dan nyeri abdomen.
B. Hydroxymethylglutaryl-Coenzime A Reductase (Statin)
Obat yang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol total dan LDL
didalam darah statin dan telah terbukti mengurangi kejadian jantung coroner
bahkan juga mengurangi kematian total akibat jantung coroner. Ada 5 jenis
statin yang tesedia, dua diantaranya dalam generic yaitu simvastatin
(generik), ravastatin (generik), atorvastatin (ipitor), fluvastatin (lescol),
rosuvastatin (cretor).
C. Derivat Asam Fibrat
Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
siprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan sintesis trigliserida
dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Obat ini dapat
menyebabkan pusing, dan keluhan gastrointestinal.
D. Ezetimibe
Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
siprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan sintesis trigliserida
dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Obat ini dapat
menyebabkan pusing, dan keluhan gastrointestinal.
d. Pencegahan
Cara mencegah agar terhinadar dari kolestrol yaitu, menerapakan gaya
hidup sehat merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah hiperkolestrol.
Caranya adalah mengatur pola makan (tinggi serat, batasi lemak), berolahraga
dengan teratur, tidak merokok, dan menghindari obesitas (Nurrahmani, Ulfah,
2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Format pengkajian pada lansia yaitu format yang terdiri atas nama, usia,
alamat,pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, dsb. Format pengkajian
menggunakan Teori Model Callor A.Miller yaitu teori yang dipernalkan oleh Carol
atau teori konsekuensi fungsional untuk promosi kesehatan bagi lansia (Functional
Consequences Theory for Promoting Wellnes in older Adults). Teori ini bertujuan
untuk promosi kesehatan bagi lansia. (Miller).
A. Pengkajian umum
- Data Klien
Pada data diri klien terdapat data diantaranya nama klien (hanya inisial), usia,
alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, tempat tanggal lahir, dsb.
(Kurniadi dan Nurrahmani, 2015)
- Data Keluarga
Pada data keluarga pasien ini, yang diambil datanya adalah seseorang yang
memiliki hubungan darah baik anak, ibu, ayah. Dan didalam data meliputi
nama, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat, serta nomor telpon.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data saat kapan gejala itu muncul dan bagaimana gejala
berkembang. Apakah terdapat penggunaan obat analgestik dan berapa lama
pemakaian.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah terdapat penyebab pendukung (penyakit penyerta) seperti Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronis. Apakah klien pernah dirawat
sebelumnya serta kaji penggunaan Alkohol berlebihan, obat deuretik.
B. Pengkajian Psikologi
C. Pemeriksaan Fisik
- Memerikasa tanda-tanda vital seperti tekanan darah,suhu,pernafasan,dan nadi
- Pemeriksaan dan Kebersihan perorangan
1) Kepala
a. Rambut
Bersih, pendek, tidak kusut, tidak berminyak, tidak ada benjolan, sedikit
beruban.
b. Mata
Simetris, Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, Pupil isokor, RCL + dan
RTCL +, lensa mata tampak sedikit keruh.
c. Hidung
Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan dari hidung, tidak ada pernafasan
cuping hidung
d. Telinga
Bersih, Serumen tidak ada, pendengaran baik dan cairan telinga tidak ada
2) Leher
Nadi karotis teraba kuat, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3) Dada / Thorax
Bentuk dada Simetris
4) Jantung
Pulsasi jantung teraba kuat, Bunyi jantung normal Bj1 : lub Bj2 : dup, tidak ada
bunyi jantung tambahan ( gallop, mur-mur), Batasbatas jantung dalam batas
normal
5) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, bising usus 10x menit
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnose Intervensi
1 Nyeri kronis Observasi
berhubungan dengan
kondisi muskuloskeletal - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kronis ditandai dengan - frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
mengeluh nyeri, takut - Identifikasi skala nyeri
mengalami cedera - Identifikasi respons nyeri non verbal
berulang, tampak
Terapeutik
meringis, gelisah, tidak
mampu menuntaskan
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
aktifitas, bersikap mengurangi rasa nyeri
protektif, anoreksia, - Kontrol lingkungan yang memperberat
berfokus pada diri rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
sendiri. pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang dapat menpengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, Lilik Ma’ rifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Yogyakarta :
GrahaIlmu
2. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction
3. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction.
4. Setiyati, Siti & dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 6 jilid 2.
Jakarta : Interna Publishing.
5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 23 Maret 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf