Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELUARGA TN.

S
KHUSUSNYA NY. W DENGAN KOLESTEROL DI KAMPUNG 11
MAHAKARYA KECAMATAN LUHAK NAN DUO
KABUPATEN PASAMAN BARAT
TAHUN 2021

OLEH :
ONDRA

PROGRAM STUDI S1 NERS


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kolesterol bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Simpang Empat, 12 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
D. Manfaat ................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
A. Konsep Lansia......................................................................................
B. Konsep Dasar Kolesterol......................................................................
C. Asuhan Keperawatan............................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN....................................
A. Asuhan Keperawatan............................................................................
B. Pembahasan .........................................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolesterol merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih,
yang perlu mendapatkan perhatian karena prevalensi kolesterol meningkat dari
tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang
(Satoto, 1988).
Kolesterol adalah lemak kekuningan berbentuk seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Beberapa jenis
makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol diantaranya, konsumsi
makanan gorengan, telur puyuh, kuning telur, dan makanan seafood (Anies,
2015:39). Pola makan tersebut apabila tidak terkontrol dan kurang berolahraga
maka hal ini akan menyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah,
tingginya kadar kolesterol dalam darah akan menumpuk dalam pembuluh
darah yang dapat menyebabakan resiko terkena kolesterol tinggi atau
hiperkolesterolemia (Setiati, 2009:105).
Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu problema yang sangat
serius karena merupakan salah satu faktor resiko yang paling utama untuk
terjadinya penyakit jantung pada seseorang masalah lainya ialah pada
seseorang yangtekanan darah tinggi dan perokok (AnwarBahri,2003:2).
Resiko penyakit jantung koroner sesuai dengan peningkatan kadar kolesterol
darah, jika ada faktor lain (hipertensi dan perokok) maka resiko akan lebih
besar (Kusmana,2006:128).
Pada umumnya, penyakit kolesterol banyak diderita oleh orang gemuk
saja,akan tetapi tidak menutup kemungkinan kolesterol juga dapat diderita
oleh orang kurus juga, itu di sebabkan karena faktor makanan yang tidak
terkontrol dengan baik sehingga terjadi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya
(Sutanto,2010:117).
Kolesterol banyak diderita oleh para lansia itu dikarenakan karena
faktor usia yang semakin lama badan akan semakin malas digerakkan,
sehingga kolesterol didalam tubuh akan menumpuk dihati, oleh sebab itu
dibutuhkan gerak yang seimbang antara pola makanan dan olahraga agar para
lansia terhindar dari kolesterol berlebih, terutama penyakit yang dapat
membunuh manusia dalam sekejap yaitu penyakit jantung dan lain lain.
Didalam tubuh kita kolesterol sangat diperlukan akan tetapi jika
penggunaannya berlebih maka akan terjadi masalah, meskipun mereka
mengubah gaya hidup. Pola makan atau yang lain lain jika sudah terkena
penyakit yang menyangkut dengan kolesterol (Sutanto,2010:116).
Bila berat badan lebih maka penurunan berat badan adalah salah satu
cara untuk dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh seseorang,
menurut (Sadoso sumosardjuno,1991:165). Salah satu cara agar dapat
menurunkan berat badan terhadap penderita kolesterolterutama pada usia
lanjut atau (lansia ) adalah dengan berolahraga. Dengan melakukan olahraga
yang teratur maka peredaran darah kedalam tubuh tidakmengalami
penyumbatan sehingga tidak mengalami kolesterol, salah satu olahraga yang
sangat bermamfaat pada usia lanjut dengan melakukan senam jantung sehat.
Menurunkan kadar kolesterol tidak harus dengan menggunakan obat
obatan akan tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode
berolahraga, Olahraga dapat membantun mengurangi bobot badan,
mengendalikan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah yang
merupakan faktor resiko lain terkena jantung dan stroke (Sutanto,2010:47).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam laporan ini
adalah “Bagaimanakah penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Kolesterol di Kampung 11 Mahakarya Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten
Pasaman Barat ?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Kolesterol di Kampung 11 Mahakarya Kecamatan Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman Barat.
2. Tujuan Khusus
Dapat mempelajari kasus atau masalah kesehatan secara rinci
dan mendalam pada setiap proses keperawatan.
a. Mengkaji klien Kolesterol
b. Merumuskan diagnosis keperawatan Kolesterol
c. Menyususun perencanaan keperawatan Kolesterol
d. Melaksanakan intervensi keperawatan Kolesterol
e. Mengevaluasi klien Kolesterol
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan dan menjadi bahan pengetahuan dan menambah wawasan
dalam melakukan asuhan keperawatan Rhematik . Peneliti selanjutnya
dapat mempelajari asuhan keperawatan lansia dengan Kolesterol.
2. Bagi tempat penelitian
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan sebagai bukti nyata mengenai penerapan asuhan
keperawatan gerontik dengan Kolesterol.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil studi kasus ini diterapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan keperawatan khususnya pada asuhan
keperawatan gerontik dan sebagai acuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Gerontik
dengan Kolesterol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh”
dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari
waktu yang penuh dengan manfaat. Secara biologis lansia adalah proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
2. Batasan Lansia
Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
Batasan Lansia menurut Depkes RI (2009) meliputi:
1) Menjelang usia lanjut (45-54 thn) : masa vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55 – 64 thn) : masa presenium
3) Kelompok usia Lanjut (> 64 thn) : masa senium
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial membagi
lansia ke dalam 2 kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non
potensial. Usia lanjut potensial adalah usia lanjut yang memiliki potensi
dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu sesamanya.
Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak
memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri (Hayati, 2010).
3. Proses Menua
Proses menua menurut (Santi, 2009), (aging) adalah suatu keadaan
alami selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa.
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses menua secara
alamiah.
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami
yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi
pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis.
Apabila seseorang mengalami proses menua secara fisiologis maka proses
menua terjadi secara alamiah atau sesuai dengan kronologis usianya
(penuaan primer). Proses menua seseorang yang lebih banyak dipengaruhi
faktor eksogen, misalnya lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup
disebut mengalami proses menua secara patologis (penuaan sekunder).
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori
biologis dan psikososial. Secara umum teori biologi dan psikososiologis
dijelaskan sebagai berikut (Stanley, 2008):
1) Teori Biologi
a. Teori Genetika
Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetik, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah
sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
b. Teori Wear and Tear
Teori Wear and Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metebolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molecular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung
teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal.
c. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan
(misalnya karsinogen dari industry, cahaya matahari, trauma
dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak
sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.
d. Teori Imunitas
Teori Imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika
orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap orgenisme
sering mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah
peningkatan dalam respons autoimun tubuh.
e. Teori Neuroendokrin
Para ahli menyatakan bahwa penuaan terjadi karena
suatu perlambatan dalam suatu sekresi hormon tertentu yang
mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh suatu
sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar
hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi.
2) Teori Psikososiologis
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah
pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir
kehidupannya. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau
tugas spesifik lansia.
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan
harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Pada kondisi
tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati
kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk
mengalami penyesalan atau putus asa.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan)
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini.
Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak
dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh. Manfaat pengurangan kontak
sosial untuk lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu
untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk
menghadapi harapan yang tidak terpenuhi.
d. Teori Aktivitas
Menurut teori ini, jalan menuju penuaan yang sukses
adalah dengan cara tetap aktif. Berbagai penelitian telah
memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan
fisik dan mental orang tersebut. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa pentingnya aktivitas mental dan fisik yang
berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar
dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut.
Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas
pada saat orang tersebut bertambah tua.
4. Kebutuhan Hidup Lansia
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al,
2011):
1) Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
2) Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan
mendapatkan perhatian lebih dari sekelilingnya.
3) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan
masyarakat sekitar.
4) Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga
mempunyai kebutuhan secara ekonomi sehingga harus terdapat
sumber pendanaan dari luar, sementara untuk lansia yang potensial
membutuhkan adanya tambahan keterampilan, bantuan modal dan
penguatan kelembagaan.
5) Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dan
pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa
memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan spiritual diidentifikasi
sebagai kebutuhan dasar segala usia. Fish dan Shelly
mengidentifikasi kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan akan
makna dan tujuan, akan cinta dan keterikatan dan akan
pengampunan (Stanley, 2008).
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut (Stanley, 2008):
1) Perubahan penampilan
Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik
akan berubah. Misal sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk tubuh
berubah, rambut mulai menipis.
2) Perubahan fungsi fisiologis
Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia.
Perubahan fungsi organ ini yang menyebabkan lansia tidak tahan,
terhadap temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin, tekanan
darah meningkat, berkurangnya jumlah waktu tidur.
3) Perubahan panca indera
Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan
bertahap, sehingga setiap individu mempunyai kesempatan untuk
melakukan penyesuain dengan perubahan tersebut. Misal, kacamata
dan alat bantu dengar hampir sempurna untuk mengatasi penurunan
kemampuan melihat atau kerusakan pendengaran.
4) Perubahan seksual
Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada
fase ini klimakterik pada lansia laki – laki dan menopause pada wanita.
Tapi, hal itu juga tidak membuat potensi seksual benar – benar
menurun. Ini disebabkan penurunan atau peningkatan potensi seksual
juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kesehatan dan penyesuain seksual
yang dilakukan di awal.
5) Perubahan Kemampuan Motorik
a. Kekuatan
Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan
lansia lebih cepat capai dan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk memulihkan diri dari keletihan dibandingkan orang yang
lebih muda.
b. Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak nampak sangat menurun
setelah usia enam puluhan.
c. Belajar keterampilan baru
Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih
lambat dalam belajar dibanding dengan yang lebih muda dan
hasil akhirnya juga cenderung kurang memuaskan.
d. Kekakuan
Lansia cenderung canggung dan kagok, yang
menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah
dan jatuh. Selain itu, lansia juga melakukan sesuatu dengan
tidak hati – hati dan dikerjakan secara tidak teratur.
6) Perubahan Kemampuan Mental
a. Belajar
Lansia lebih berhati – hati dalam belajar, memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasiakan
jawaban mereka dan kurang mampu mempelajari hal – hal baru
yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa
lalu.
b. Berpikir dalam memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam
mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun
deduktif.
c. Kreativitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk
berpikir kreatif bagi lansia cenderung berkurang.
d. Ingatan
Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam
mengingat hal – hal yang baru dipelajari dan sebaliknya baik
terhadap hal-hal yang telah lama dipelajari.
e. Mengingat kembali
Kemampuan dalam mengingat ulang banyak
dipengaruhi oleh faktor usia dibanding pemahamam terhadap
objek yang ingin diungkapkan kembali. Banyak lansia yang
menggunakan tanda – tanda, terutama simbol visual, suara, dan
gerakan, untuk membantu kemampuan mereka dalam
mengingat kembali.
f. Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi
pada masa lalu meningkat semakin tajam sejalan dengan
bertambahnya usia.
g. Rasa humor
Kemampuan lansia dalam hal membaca komik
berkurang dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka
baca bertambah dengan bertambahnya usia.
h. Perbendaharaan kata
Menurunnya perbendaharaan kata yang dimiliki lansia
menurun dengan sangat kecil, karena mereka secara konstan
menggunakan sebagian besar kata yang pernah dipelajari pada
masa anak – anak dan remajanya.
i. Kekerasan mental
Kekerasan mental tidak bersifat universal bagi usia
lanjut.
j. Perubahan Minat
a) Minat Pribadi
Minat pribadi meliputi minat terhadap diri
sendiri, minat terhadap penampilan, minat pada pakaian
dan minat pada uang. Minat terhadap diri sendiri pada
lansia cenderung meningkat, sedangkan minat terhadap
uang dan penampilan cenderung menurun. Untuk minat
terhadap pakaian, disesuaikan dengan kegiatan sosial
lansia.
b) Minat Kegiatan Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan
banyak orang yang merasa menderita karena jumlah
kegiatan sosial yang dilakukannya semakin berkurang.
Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan
kemasyarakatan (social disengagement).
c) Minat Rekreasi
Lansia cenderung untuk tetap tertarik pada
kegiatan rekreasi yang biasa dinikmati pada masa
mudanya, dan mereka hanya akan mengubah minat
tersebut kalau betul – betul diperlukan.
d) Minat Kegiatan Keagamaan
Sikap sebagian besar lansia terhadap agama
mungkin lebih sering dipengaruhi oleh bagaimana
mereka dibesarkan atau apa yang telah diterima pada
saat mencapai kematangan intelektualnya.
Bagaimanapun juga, perubahan minat dan sikap
terhadap kegiatan keagamaan merupakan ciri orang
berusia lanjut dalam beberapa kebudayaan dewasa ini.
Beberapa perubahan keagamaan selama usia lanjut
memberi pengaruh pada usia lanjut, antara lain dalam
hal toleransi keagamaan dan ibadat keagamaan.
Terdapat bukti-bukti bahwa kualitas keanggotan
dalam tempat peribadatan memainkan peranan yang
lebih penting bagi penyesuaian individual pada usia
lanjut dibanding keanggotan itu sendiri. Mereka yang
aktif di tempat peribadatan secara sukarela di waktu
masih muda cenderung dapat menyesuaikan diri dengan
pada masa tuanya dibanding mereka yang minat dan
kegiatannya dalam perkumpulan keagamaan terbatas.
e) Minat Mengenai Kematian
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka
menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan
akherat dan lebih mementingkan tentang kematian itu
sendiri serta kematiannya sendiri.
B. Kolesterol
1. Definisi Kolestrol
Kolesterol merupakan zat berlemak yang diproduksi oleh
hati.  Kolesterol dapat ditemukan diseluruh tubuh dan berperan
penting  terhadap terhadap fungsi tubuh sehari-hari (Simple Guide
kolesterol,2007).
Kolesterol adalah komponen lemak yang terdapat pada pembuluh
darah semua binatang dan juga manusia. Kolesterol sebenarnya berguna
sebagai sumber energi, membentuk dinding sel-sel dalam tubuh, dan
sebagai bahan dasar pembentukan hormon - hormon steroid. (Anwar.dkk,
1996)
Kolesterol memang dibutuhkan tubuh, namun dapat membentuk
endapan pada dinding pembuluh darah. Sebagai kolesterol baik, HDL
bertugas mengambil kolesterol jahat serta fosolipida dari darah dan
menyerahkan pada lipoprotein lain, untuk diangkut kembali ke hati.
Kemudian lemak akan diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh.
Inilah mengapa, kadar HDL tinggi justru dianggap baik. (Anwar.dkk,
1996)
Selain itu, kolesterol merupakan bahan semacam lilin dan seperti
lemak yang sesungguhnya diperlukan untuk kesehatan kita. Kolesterol
merupakan komponen esensial dari setiap sel dan diperlukan oleh tubuh
untuk melakukan banyak fungsi dasar. Kolesterol membantu hati
menghasilkan empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak, dan
merupakan bahan pembentuk yang darinya tubuh membuat kalenjar
adrenal dan hormon seks. Kolesterol juga membentuk jubah pelindung
disekitar dinding sel dan selubung mielin saraf, serta bekerja sebagai
pelumas pada dinding arteri, membantu kelancaran aliran darah.
Kolesterol dalam jumlah seimbang sangat penting bagi tubuh.
Terlalu sedikit kolesterol tidaklah sehat, sama dengan terlalu banyak.
Kadar kolesterol di bawah 135 bisa merupakan tanda adanya stres
kalenjer adrenal, kerusakan hati yang berat (akibat bahan kimia, obat, atau
hepatitis), serta gangguan autoimun atau “penyerangan diri sendiri”
seperti alergi, lupus, dan artritis rematoid. Kadar kolesterol yang menurun
juga telah dihubungkan dengan kanker dan gangguan fungsi kekebalan
tubuh secara umum yang tampak melalui kelelahan.
Jika jumlah lebih banyak dari yang bisa diproses dan digunakan
oleh tubuh, kolesterol bisa disimpan dalam dinding pembuluh darah,
dimana kemudian menjadi berbahaya bagi tubuh. Kenaikan kadar
kolesterol, yaitu angkannya lebih dari 200, merupakan faktor risiko
tunggal yang paling penting pada penyakit jantung koroner.
Hubungan antara kadar kolesterol dan penyakit jantung sangat
rumit, karena kenyataannya bahwa tubuh menghasilkan dua bentuk utama
dari kolesterol. Kolesterol dibawa melalui aliran darah dalam dua
komponen protein : lipoprotein berdensitas rendah (Low Density
Lipoprotein/HDL) dan lipoprotein berdensitas tinggi (High Density
Lipoprotein/HDL). LDL dianggap kolesterol yang “jahat”, atau merusak,
karena membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh dan pembuluh darah
dimana kolesterol itu kemudian tinggal di dalam sel-sel yang melapisi
dinding arteri. Sedangkan HDL dianggap “baik”, atau melindungi, karena
membaawa kolesterol dari dinding arteri ke hati, di mana kolesterol
dipecah untuk dibuang dari tubuh.
Berikut ini uraian kadar koleseterol dalam darah manusia, yakni :
1) Kurang dari 200mg/dl; tingkat kolesterol yang sangat baik.
Apabila kadar LDL, HDL, dan trigliserida kurang dari 200
mg/dl, maka kita tidak beresiko untuk terkena penyakit jantung.
Walaupun demikian, sebaiknya kita tetap makan yang tidak terlalu
berlemak, rajin berolaharga dan menghindari rokok.
2) 200-239 mg/dl; tingkat kolesterol yang cukup.

Jika total kolesterol adalah sekitar 200 - 239 mg/dl, maka


biasanya dokter akan memeriksa kadar LDL, HDL, dan
triglyceride.

3) Lebih dari 240 mg/dl; tingkat kolesterol yang beresiko tinggi.

Orang yang mempunyai total kolesterol diatas 240 mg/dl


beresiko 2 kali lebih besar terkena serangan jantung.

4) Kadar HDL.

Makin tinggi kadar HDL, semakin kecil resiko terkena


penyakit jantung. Kadar HDL yang normal untuk pria berkisar
antara 40 - 50 gr/dL, wanita antara 20 - 60 mg/dL.

5) Kadar LDL.

Sebaliknya, semakin sedikit kadar LDL dalam darah, maka


semakin kecil resiko terkena penyakit jantung. Pada umumnya,
kadar LDL dalam kategori sebagai berikut :

a. < 100 mg/dL = sangat baik


b. 100-129 mg/dL = diatas rata-rata
c. 130-159 mg/dL = cukup
d. 160-189 mg/dL = buruk (resiko tinggi)
e. > 190 mg/dL = sangat buruk (resiko sangat tinggi).
6) Kadar Trigliserida.

Ini adalah sejenis lemak yang terdapat dalam darah dan


berbagai organ tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah
juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat
mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah, misalnya
kegemukan, konsumsi alkohol, gula dan makanan berlemak.

a. < 150 mg/dL = baik


b. 150-199 mg/dL = cukup
c. 200-499 mg/dL = tinggi
d. 500 mg/dL = sangat tinggi (Anwar.dkk, 1996).
2. Sistem Pengangkutan Kolesterol
Kolesterol tidak dapat bergerak sendiri didalam tubuh karena tidak
larut dalam air. Oleh karena itu, kolesterol diangkut sebagai bagian dari
struktur yang bernama lipoprotein. Bayangkan lipoprotein seperti kereta
yang mengangkut kolesterol ke seluruh tubuh kita.
Kolesterol itu sendiri tidak berubah. Pengangkutan kolesterol,
yaitu ‘ kereta’ atau lipoprotein, yang menentukan apa yang terjadi dengan
kolesterol yang bawanya. Kolesterol LDL mengagkut kolesterol dari hati,
tempatnya diproduksi ke jaringan tubuh yang memerlukan. LDL
merupakan transporter kolesterol terbanyak di dalam darah. Sedangkan
kolesterol HDL mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan dan
membawanya kembali ke hati untuk diproses kembali atau dibuang dari
tubuh.
Trigliserida termasuk ‘si jahat’ yang juga perlu diwaspadai.
Seperti kolesterol LDL, kadar trigliserida yang tinggi juga dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan penyakit vaskuler
lainnya. Orang dengan kadar trigliserida tinggi (saat ini batasannya di atas
1,7 mmol/L), seringkali memiliki kadar kolesterol tinggi, kolesterol LDL
tinggi, dan kolesterol HDL rendah. Hal tersebut seperti tiga serangkai
walaupun kadar trigliserida yang tinggi membawa risiko sendiri, namun
risiko itu semakin bertambah bila disertai kadar kolesterol HDL rendah,
keadaan yang sering terjadi pada penyandang diabetes atu prediabetes.
Penigkatan kadar trigliserida juga membuat kolesterol LDL semakin
merusak dan bersifat toksis pada dinding arteri (semakin menjadi jahat)
dan mengurangi efek menguntungkan kolesterol HDL yang baik.
Kadar trigliserida dalam darah seringkali dikelompokkan bersama
kadar kolesterol. Trigliserida merupakan lemak yang terdapat pada
daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi
utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak
tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti kolesterol,
trigliserida merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah. Kolesterol
LDL, HDL, dan trigliserida disebut ‘lipid darah.
3. Fatofisiologi
Riset selama dekade menjunjukkan bahwa kolesterol hanya
bersembunyi dalam sel-sel yang melapisi arteri, tidak selalu berubah
menjadi plak yang menyumbat arteri. Kini diduga proses oksidasi yang
membuat komponen LDL dari kolesterol menjadi begitu berbahaya.
Oksidasi terjadi bila sistem antioksidan dalam  tubuh tidak dapat
menetralkan molekul-molekul tak stabil yang berubah secara negatif dan
bernama radikal bebas. Radikal bebas terjadi secara alamiah dalam tubuh
atau bisa diawali oleh paparan terhadap polutan lingkunganseperti asap
rokok, bahan kimia, obat bebas dan obat resep dokter, logam berat, dan
stres.
Tanpa perlindungan antioksidan yang cukup, kolesterol HDL
bergabung dengan oksigen dan membentuk oksi-kolesterol. Substansi ini
bekerja di dalam dinding arteri radikal bebas yang sangat reaktif, di mana
substansi ini mengiritasi dinding arteri, yang memulai proses peradangan,
dan akhirnya turut menyebabkan pembentukan plak. Jika tidak diatasi,
plak ini akhirnya akan sama sekali menutup arteri yang terkena atau pecah
dan hancur, menyebabkan angina, dan mungkin, serangan jantung stroke.
Karena kolesterol merupakan campuran antara kolesterolbaik
(HDL) dan jahat (LDL), pemeriksaan kadar kolesterol dikelompokkan
menjadi kolesterol total (jumlah LDL dan HDL yang beredar dalam
darah), dan trigliserida. Semakin tinggi jumlah kolesterol total, kolesterol
LDL, dan trigliserida, semakin tinggi risiko penyakit jantung. Sebaliknya,
semakin tinggi kadar kolesterol HDL, semakin rendah risiko masalah
jantung.
4. Etiologi
Kadar kolesterol darah bisa dipengaruhi oleh apa yang kita makan.
Jika kolesterol yang ada lebih banyak dibanding mekanisme alami tubuh
untuk menghadapinya, kolesterol bisa menempel dinding dalam pembuluh
darah, membuatnya jadi lebih sempit. Karena digunakan oleh hati untuk
menghasilkan kolesterol, konsumsi lemak jenuh dalam jumlah berlebihan
bisa meningkatkan kadar kolesterol darah secara signifikan. Daging
merah berlemak dan produk susu merupakan sumber utama kolesterol dan
lemak jenuh dari makanan. Selain itu, lemak jenuh yang telah digunakan
atau telah digoreng, diasap, diawetkan, atau disimpan, juga tepung telur
dan moldly cheese (sering ditemukan pada makanan siap saji),
mengandung jumlah oksi-kolesterol yang tinggi dan meningkatkan kadar
kolesterol darah.
Makanan dan keadaan berikut paling berperan dalam
menyebabkan kadar kolesterol yang tinggi :
1) Kekurangan asam amino akibat asupan protein berkualitas rendah
2) Kekurangan antioksidan ( vitamin C dan E, selenium, dan seng)
akibat rendahnya asupan buah dan sayuran
3) Kekurangan biotin dan karnitin (bahan yang berhubungan dengan
vitamin  B) akibat pengolahan serelia utuh
4) Kekurangan asam lemak esensial akibat asuhan lemak berkualitas
rendah
5) Asupan alkohol yang berlebihan
6) Asupan lemak terhidrogenasi atau lemak olahan secara berlebihan
(lemak babi, lemak untuk kue kering atau shortening, minyak biji
kipas, minyak kelapa sawit, margarin, dan lain-lain) yang
ditemukan pada banyak makanan olahan
7) Asupan zat tepung yang berlebihan (jagung, kentang putih, dan
lain-lain)
8) Asupan gula secara berlebihan yan ditemukan pada banyak
makanan olahan
9) Kekurangan serat akibat kurangnya asupan buah dan sayuran
10) Alergi makanan
11) Kekurangan hormon (testosteron, DHEA, estrogen, hormon
pertumbuhan, dan lain-lain)
12) Disfungsi hati
13) Meningkatkan kerusakan jaringan akibat infeksi, radiasi, kerusakan
fungsi hati, atau aktivitas oksidatif.
5. Faktor Resiko
Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa kadar kolesterol
menjadi tinggi dan dapat juga dikendalikan, namun ada juga yang tidak
dapat dikendalikan. Dibawah ini beberapa faktor yang menyebabkan
kadar kolesterol dalam darah menjadi tinggi :
1) Usia Dan Jenis Kelamin
Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan
hal alami yang terjadi dalam proses penuaan. Dengan kata lain,
semakin tua kita, semakin banyak waktu yang kita miliki untuk
merusak tubuh. Kadar kolesterol meningkat tinggi seiring usia pada
pria dan wanita. Pada pria kadar kolesterol tingggi terlihat pada usia
usia antara 45 sampai 54 tahun. Sedangkan pada wanita, kadar
kolesterol tertinggi pada usia antara 55 sampai 64 tahun.
Kecenderungan ini menunjukkan penyakit jantung yang berbeda antara
pria dan wanita, dengan kejadianpenyakit jantung koroner pada wanita
biasanya lebih lambat 10 tahun dibandingkan pria.
2) Pola Makan
Orang yang paling berisiko memiliki kadar kolesterol tinggi
adalah mereka yang menerapkan pola makan yang mengandung kadar
lemak jenuhyang tinggi. Lemak  jenuh (ditemukan pada daging,
mentega, keju, dan krim) meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam
darah. Namun, pola  makan yang sehat dapat menurunkan kadar
kolesterol sekirat 5-10%, bahkan lebih. Mengurangi asupan lemak
jenuh (menggantinya dengan lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak
jenuh ganda) dan makan lebih banyak buah, sayur, salad, sterol
tumbuhan dan kedelai juga dapat membantu. Cara memasak seperti
memanggang yang lebih sehat daripada menggoreng juga dapat
dilakukan.
3) Berat Badan
Berat badan berlebih tidak hanya mengganggu penampilan tapi
lebih banyak efek buruk kesehatannya. Kelebihan berat badan dapat
meningkatkan trigliserida dan menurunkan HDL (kolesterol baik).
4) Kurang Bergerak
Tubuh manusia didesain untuk selalu bergerak sehingga sangat
dianjurkan untuk banyak bergerak. Kurang bergerak dapat
meningkatkan LDL (kolesterol jahat) dan menurunkan HDL
(kolesterol baik).
5) Penyakit Tertentu
Bisa saja kita sudah berusaha menjauhi makanan berlemak
tetapi kolesterol masih tinggi. Kemungkinan itu kita Memiliki penyakit
tertentu seperti diabetes atau hipotiroidisme sehingga dapat
menyebabkan kolesterol kita menjadi tinggi.
6) Merokok
Merokok dapat menurunkan kolesterol baik, sehingga yang
beredar di tubuh hanya kolesterol jahat. Kolesterol jahat ini jika  tidak
dikendalikan bisa berakibat fatal.Itulah beberapa Penyebab Kolesterol
Tinggi (detikhealth) yang bisa saja terjadi pada setiap orang dan perlu
diketahui pula dikatakan memiliki kadar kolesterol normal jika
ukurannya 160-200 mg sedangkan masuk kondisi berbahaya jika sudah
di atas 240 mg sehingga menyebabkan stroke.
7) Riwayat Penyakit Keluarga
Hiperkolesterolemia familial (HF) adalah istilah untuk sindrom
kolesterol tinggi yang bersifat diturunkan dari generasi ke generasi.
Singkatnya, kadar kolesterol yang tinggi tersebut ditentukan oleh gen
yang cacat dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.
Penyandang HF memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi (biasanya
8-12 mmol/L, seringkali lebih dan jarang sekali di bawah nilai tersebut.
Penyandang HF lebih berisiko terkena aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskular. HF dimulai sejak lahir dan menetap seumur hidup.
6. Komplikasi
Jika kadar kolesterol di dalam darah melebihi dari nilai normal,
maka risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke akan lebih
besar. Kelebihan kolesterol dapat menyebabkan mengendapnya kolesterol
pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah yang dikenal sebagai aterosklerosis (proses
pembentukan plak pada pembuluh darah).
Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga
menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul
sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan
menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard.
Jika infark miokard meluas, maka akan timbullah gagal jantung.
Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar
terjadinya penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah
(< 40 mg/dl), memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi
(140/90 atau sedang dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung
berisiko lebih tinggi pada usia  45 tahun (pria) dan  65 tahun (wanita), dan
yang diketahui memiliki riwayat keluarga  menderita penyakit jantung.
Adapun gejala penyakit jantung adalah :
1) Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar ) di
dada yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung
2) Tercekik atau sesak berlangsung lebih dari 20 menit.
3) Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa sampai pingsan
Gejala akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat
dengan aktivitas. Jika sumbatan ini menyerang pembuluh darah otak maka
akan terjadi stroke. Gejala serangan stroke tergantung dari derajat
serangan, mulai dari yang ringan sampai berat.
1) Gejala stroke ringan : bicara tiba-tiba menjadi tidak tepat
2) Gejala stroke berat :
a. kelumpuhan anggota gerak tubuh
b. wajah menjadi tidak simetris
c. jika terjadi pendarahan otak dapat menyebabkan kematian
gejala-gejala stroke memerlukan tindakan yang cepat agar tidak
jatuh pada derajat yang lebih berat.
7. Penatalaksanaan Hiperkolesterol
Makanlah makanan tinggi serat, gunakan minyak MUFA (mono-
unsaturated fatty acid)dan PUFA (poly-unsaturated fatty acid),
suplementasi minyak ikan, vitamin antioksidan dan pertahankan berat
badan ideal.
Apabila pengaturan gaya hidup tidak mampu menurunkan kadar
kolesterol dalam darah, maka kita harus mengkonsumsi obat. Obat yang
dapat digunakan yaitu:
1) Golongan Fenofibrate dan Ciprofibrate.
Fibrate menurunkan produksi LDl dan meningkatkan kadar HDL.
LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan resiko penyakit
jantung, sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukkan
itu.
2) Golongan resin à Kolestirmin (Chlolestyramine)
Obat antihiperlidemik ini bekerja dengan cara mengikat asam
empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran
darah.
3) Golongan Penghambat HMGCoa Simvastatin,
Rosavastatin,    Fluvastatin, Atorvastatin.
Menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat
kerja enzim yang ada di jaringan hati yang memproduksi
mevalonate, suatu molekul kecil yang digunakan untuk mensintesa
kolesterol dan derivat mevalonate. Selain itu meningkatkan
pembuangan LDL dari aliran darah.
4) Golongan Asam nikotinat
Dengan dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk
meningkatkan HDL atau kolesterol baik dalam darah
5) Golongan Ezetimibe
Menurunkan total kolesterol dan LDL selain itu juga meningkatkan
HDL dengan cara  mengurangi penyerapan kolesterol di usus.
8. Pencegahan
Kolesterol dikatakan sebagai pemicu berbagai gangguan
kesehatan, seperti hipertensi, gangguan jantung, hingga stroke.
Sebenarnya kolesterol adalah unsur yang dibutuhkan oleh tubuh, kadar
yang berlebihan dalam tubuhlah yang menyebabkan berbagai
penyakit.Berikut langkah-langkah yang diketahui dapat mengendalikan
kadar kolesterol dalam darah :
1) Mengetahui kadar kolesterol
Periksakan kadar kolesterol Anda secara reguler. Umumnya
dokter menyarankan agar kadar kolesterol total seseorang berada di
bawah 200 mg/dL, dengan kadar LDL (kolesterol jahat) di bawah 130,
dan HDL (kolesterol baik) berada di atas 40. Jika hasil tes Anda tidak
konsisten berada dalam rentang angka tersebut, dokter cenderung
menyarankan untuk melakukan tes ulang, jika hasilnya tetap maka
Anda akan segera menjalani terapi pengendalian kolesterol.
2) Menjaga keseimbangan berat badan
Jika bobot tubuh Anda berlebih, menguranginya adalah salah
satu cara untuk mengendalikan kadar kolesterol darah. Penelitian telah
menunjukkan bahwa berat badan yang berlebih mengganggu proses
metabolisme tubuh menghancurkan lemak. Sehingga sekalipun Anda
hanya mengonsumsi sedikit lemak, tidak terlihat penurunan kadar
kolesterol yang berarti. Mengurangi 2,5 - 4,5 kg dapat memperbaiki
kadar kolesterol. Namun tak perlu melakukan diet ketat. Upayakan saja
penurunan berat sebanyak 0,3 - 0,5 kg dalam seminggu.
3) Aktvitas fisik rutin
Salah satu cara mengendalikan kadar kolesterol adalah
berolahraga secara rutin. Jalan kaki atau jenis olahraga ringan lain
yang dilakukan secara rutin, akan membantu meningkatkan kadar
HDL. Pastikan saja bahwa Anda berolahraga 30 menit setiap hari, 5
hari dalam seminggu.
4) Berkenalan dengan lemak baik
Jika telah terdiagnosa bahwa kadar kolesterol Anda tergolong
tinggi, dokter biasanya memberi saran agar Anda menurunkan
konsumsi lemak. Hati-hati, jangan menghentikan konsumsi lemak,
melainkan menguranginya. Sebaiknya Anda mengonsumsi jenis
makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal, seperti selai
kacang, avokad, minyak Zaitundan kanola, serta kacang-kacangan.
Penelitian telah membuktikan bahwa jenis lemak ini membantu
menurunkan kadar LDL dan trigliserida dalam darah, dan
meningkatkan HDL.
5) Mengonsumsi multivitamin
Sekalipun telah mengonsumsi makanan sehat, tetap ada
kemungkinan tubuh kita kekurangan unsur nutrisi tertentu. Untuk
mengatasi kondisi ini, para ahli kesehatan menyarankan untuk
mengonsumsi multivitamin/makanan suplemen untuk mencukupi
kebutuhan dasar nutrisi dan menurunkan risiko penyakit jantung.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut
(Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-
hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Nama kepala keluarga
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
f. Tipe keluarga
g. Suku bangsa
h. Agama
i. Status sosial ekonomi keluarga
j. Aktifitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti.
b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu
menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan
yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
3) Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat
d. Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai
cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-
masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengaan kesehatan.
e. Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana
berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan
sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji
adalah sejauh mana kemampuan keluarga dalam
mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan,
merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.
f. Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang
dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
- Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang
dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/
stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila
menghadapi permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua
anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan
pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas. Perawat mendiagnosis masalah kesehatan, menyatakan resiko,
dan kesiapan untuk promosi kesehatan. Diagnosis berfokus masalah tidak
boleh dipandang lebih penting darpada diagnosis dengan prioritas
tertinggi bagi pasien.
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif
dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Masalah yang lazim muncul (Nanda 2018):
1) Nyeri akut
2) Resiko penurunan curah jantung
3) Hambatan rasa nyaman
4) Intoleransi aktivitas.
3. Perencanaan Keperawatan
Pembuatan kriteria hasil dan perencanaan tindakan adalah tahap
ketiga dari proses keperawatan. Setelah perawat mengkaji kondisi klien
dan menetapkan diagnosis keperawatan, perawat perlu membuat rencana
tindakan dan tolok ukur yang akan digunakan untuk mengevaluasi
perkembangan klien (DeLaune dkk, 2002).
Perencanaan keperawatan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut
ini (DeLauner dkk, 2002).
1) Bersifat individual, bergantung pada kebutuhan dan kondisi klien.
2) Bisa dikembangkan bersama-sama dengan klien, tenaga kesehatan
lain, atau orang yang ada di sekitar klien
3) Harus terdokumentasi.
4) Berkelanjutan.
Perencanaan keperawatan didefinisikan sebagai “berbagai
perawatan, berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang
dilakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan hasil klien atau
pasien” (CNC, n.d). Perencanaan tindakan keperawatan adalah tulisan
yang dibuat dan digunakan sebagai panduan saat melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul.
4. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri Akut NOC : NIC :
Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
1. Klien melaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri
nyeri berkurang secara komprehensif
2. Klien tidak (P,Q,R,S,T)
mengalami 2. Observasi reaksi
ketegangan pada nonverbal dari Nyeri Akut
otot 3. Ajarkan kepada klien
teknik relaksasi non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
4. Kolaborasikan pemberian
analgetik sesuai
kebutuhan.
2 Resiko NOC : NIC :
Penurunan Tanda-tanda vital Memonitor Tanda-tanda vital
Curah Jantung 1. Tekanan darah 1. Memonitor tekanan darah,
dalam keadaan suhu, pernafasan dengan
normal cepat
2. Tekanan nadi 2. Memonitor
normal irama,frekuensi dan
auskultasi bunyi jantung
3. Monitor terkait dengan
adanya tiga tanda cushing
reflex misalnya tekanan
nadi lebar, bradikardial
dan peningkatan tekanan
darah sistolik
4. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
3 Hambatan NOC : NIC :
Rasa Nyaman 1. Nyeri : Efek yang 1. Manajemen Nyeri
Mengganggu 2. Lakukan pengkajian nyeri
2. Klien mengatakan secara komprehensif
nyaman (P,Q,R,S,T)
3. Tidak mengalami 3. Observasi reaksi
gangguan konsentrasi nonverbal dari Nyeri Akut
4. Tidak mengalami 4. Ajarkan kepada klien
gangguan dalam teknik relaksasi non
aktifitas fisik farmakologi untuk
mengurangi nyeri
5. Kolaborasikan pemberian
analgetik sesuai
kebutuhan.

Intoleransi NOC : NIC :


Aktifitas Toleransi terhadap Manajement energi
aktifitas 1. Kaji status fisiologi klien
1. Frekuensi pernafasan yang menyebabkan
menjadi baik saat kelelahan
untuk beraktifitas 2. Monitor respon oksigen
2. Tekanan sistolik dan klien (Tekanan darah,
diastolik normal Nadi, Respirasi)
3. Kemudahan bernafas 3. Anjurkan aktifitas fisik
ketika beraktivitas sesuai kemampuan pasien
4. Edukasi pada keluarga
untuk membantu dan
memfasilitasi pasien
dalam melakukan ADL
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolestrol adalah suatu molekul lemak di dalam sel dibagi menjadi
LDL, HDL, total kolestrol dan trigliserida. Kolestrol sebenarnya merupakan
salah satu komponen lemak. Penyebab utama Kolesterol kebanyakan adalah
karena makanan. Tapi selain makanan ternyata ada penyebab lain yang perlu
diketahui.
Kadar kolesterol di dalam darah penting utnuk tetap dipantau. Karena
dengan demikian status kesehatan tubuh kita dapat terdeteksi lebih awal
sebelum kita mendapatkan sinyal keluhan dari gejala-gejala hiperkolesterol
Langkah-langkah berikut diketahui dapat mengendalikan kadar
kolesterol dalam darah adalah : Mengetahui kadar kolesterol, Menjaga
keseimbangan berat badan, Aktvitas fisik rutin, Berkenalan dengan lemak baik
dan Mengonsumsi multivitamin.
B. Saran
Demikian yang dapat saya tulis mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul laporan ini.
Semoga laporan ini berguna bagi saya dan khususnya juga untuk para
pembaca sebagai pengetahuan terhadap kolesterol bagi tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA

Nilawati, Sri. 2008. Care Yourself, Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus.


Le, Denny dkk. 2006. Prevalence and Risk Factors of
Hypercholesterolemia among Thai Men dan Women Receiving Health
Examination. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health,
vol. 37(5), p. 1005-14.
Ruixing, Y dkk. 2007. Comparison of demography, diet, lifestyle, and
serum lipid levels between the Guangxi Bai Ku Yao and Han populations. Journal
of Lipid Research, vol 48(12), p. 2673-81.
Eshak, Ehab S. 2010. Dietary Fiber Intake Is Associated with Reduced
Risk of Mortality from Cardiovascular Disease among Japanese Men and
Women. Journal of Nutrition,vol. 140(8), p. 1445-53.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI Press).
Soeharto, Imam. 2004. Proses Terjadi Serangan Jantug dan Stroke.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soekirman. 2005. Kecenderungan Masalah dan Program Gizi dalam PJP.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan
Pemakaian secara Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).
Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.
Chai, Sheau C. 2012. Daily Apple versus Dried Plum Impact on
Cardiovascular Disease Risk Factors in Postmenopausal Women. Journal of the
Academy of Nutrition and Dietetics, vol 112(8), p. 1158-1168.
M. U., Eteng . 2006. Effect of Vitamin C on Serum Lipids and Electrolyte
Profile of Albino Wistar Rats. Nigerian Journal of Physiological Sciences, Vol.
21(1-2), p. 15-9.

Anda mungkin juga menyukai