Anda di halaman 1dari 69

PENERAPAN TINDAKAN LATIHAN SENAM KAKI PADA PASIEN

NY.H DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS


DI RUANGAN CENDRAWASIH BAWAH
RSU ANUTAPARU PALU

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program

Pendidikan Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Prodi D III Keperawatan Palu

Oleh

Dea Safira
NIM: PO7120115011

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN PALU
2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN PALU

Safira, Dea 2018. Penerapan Tindakan Latihan Senam Kaki Pada Pasien Ny.H
Dengan Asuhan Keperawatan Penyakit Diabetes Melitus diruangan
Cendrawasih Bawah RSU Anutapura Palu. Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII
Keperawatan Palu Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu.
Pembimbing : (1) Junaidi (2) Amyadin.

ABSTRAK

(i-xii + 63 halaman + 5 tabel + 8 lampiran)

Penatalaksanaan yang tidak efektif dalam menangani penyakit Diabetes


Melitus akan mengakibatkan komplikasi akut bahkan kronis. Usaha pencegahan
dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kecatatan lebih lanjut
walaupun sudah terjadi penyakit adalah pencegahan tersier misalnya berupa
Senam Diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan tindakan latihan
senam kaki pada pasien dengan asuhan keperawatan penyakit Diabetes Melitus di
RSU Anutapura palu.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit
Anutapura Palu pada bulan Juli 2018 dimulai sejak tanggal 03-06 Juli 2018.
Subjek penelitian adalah Ny.H yang dirawat di ruang Cendrawasih Bawah di RSU
Anutapura Palu dengan diagnosa DM Tipe II .
Hasil penelitian didapatkan bahwa tindakan latihan senam kaki pada Ny.H,
sebelum dilakukan tindakan pada hari pertama keluhan yang dirasakan seperti
kesemutan, kaku pada otot kaki dan setelah dilakukan latihan senam kaki
sebanyak 2 kali pada hari pertama dan 1 kali pada hari kedua dan ketiga, dalam 3
hari keluhan yang dirasakan mulai berkurang.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan telah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan dimana pemberian
tindakan latihan senam kaki dapat mengatasi keluhan yang dirasakan pasien.
Diharapkan dengan penelitian ini perawat memiliki tanggung jawab dan
keterampilan yang baik serta selalu berkomunikasi dengan tim kesehatan yang
lain terkait penerapan tindakan latihan senam kaki pada pasien dengan asuhan
keperawatan Diabetes Melitus.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Asuhan Keperawatan, Latihan Senam Kaki
Daftar Pustaka : 12 Pustaka (2013- 2018)
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dea Safira

NIM : PO7120115011

Jurusan/Prodi : DIII Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini benar-benar karya

saya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang

saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan KTI ini hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Palu, 01 Agustus 2018

Yang membuat pernyataan

DEA SAFIRA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan judul “Penerapan Tindakan Latihan Senam kaki Pada Pasien Ny.H

Dengan Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus diruang Cendrawasi Bawah RSU

Anutapura Palu”.

Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palu. Peneliti menyadari bahwa, tanpa batuan dan

bimbingan dari berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah

sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasi kepada keluarga tercinta khususnya kepada papa saya

Harjun Arubamba dan mama saya Husnawati Dg.Pacidda, dan juga kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

diantaranya :

1. Nasrul, SKM, M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

2. Selvi Alfrida, M, S.Kp, Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Palu.

3. I Wayan Supetran, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Program Studi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

4. Drs. Junaidi, M.Kes, dosen pembimbing pertama yang telah menyediakan

waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.


5. Amyadin, SKM, M.Si, dosen pembimbing kedua saya yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Andi Nurhany Hamid, SKM, M.Kes, penguji pertama yang telah memberikan

banyak sekali masukan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Metrys Ndama, SST, M.Kes, penguji kedua yang telah memberikan banyak

masukan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Lindanur Sipatu, S.Kep, Ns, MM, penguji tiga yang telah memberikan banyak

masukan untu kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Dr. Ruslan R Ramli Sp.S, Direktur Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

10. Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Prodi Keperawatan Palu yang telah memberikan saya bekal ilmu pengetahuan,

bimbingan serta dorongan moril kepada peneliti selama penyusuna Karya

Tulis Ilmiah ini.

11. Kepada teman-teman mahasiswa DIII Keperawatan angkatan 2015 yang

sama-sama berjuang dalam menyelesaikan studi dan saling membantu mulai

dari penyusunan proposal hingga karya tulis ilmiah.

Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada peneliti,

mendapat balasan dari Allah SWT. Basar harapan peneliti agar Karya Tulis Ilmiah

akhir ini dapat bermanfaat.

Palu, 01 Agustus 2018

Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................ i
Halaman Persetujuan .................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................ iii
Kata pengantar ............................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................ v
Daftar Lampiran ............................................................................................ vi
Daftar Tabel.................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Batasan Masalah .............................................................................. 4
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Diabetes Melitus .................................................. 6
1. Pengertian Diabetes Melitus ........................................................ 7
2. Klasifikasi Diabetes Melitus........................................................ 7
3. Etiologi Diabetes Melitus ............................................................ 7
4. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus............................................ 9
5. Patofisiologi Diabetes Melitus .................................................... 9
6. Komplikasi Diabetes Melitus ...................................................... 10
7. Faktor Risiko Diabetes Melitus ................................................... 11
8. Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus .................................. 12
9. Penatalaksanaan Diabetes Melitus............................................... 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................... 14
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................. 14
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 20
3. Rencana Keperawatan ................................................................. 20
C. Konsep Senam Kaki Diabetes Melitus ............................................ 32
1. Pengertian Senam Kaki ............................................................... 32
2. Manfaat Senam Kaki ................................................................... 33
3. Indikasi Dan Kontraindikasi ........................................................ 33
4. Pelaksanaan Senam Kaki ............................................................. 33
5. Prosedur Tindakan Penerapan Latihan Senam Kaki ................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 35
C. Subyek Studi Kasus ......................................................................... 35
D. Fokus Studi ...................................................................................... 35
E. Definisi Operasional ........................................................................ 36
F. Pengumpulan Data ........................................................................... 37
G. Analisa Data .................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 41
1. Biodata Klien ............................................................................... 41
2. Pengkajian ................................................................................... 41
3. Perumusan Masalah ..................................................................... 45
4. Perencanaan ................................................................................. 45
5. Pelaksanaan Dan Evaluasi ........................................................... 46
B. Pembahasan ..................................................................................... 51
1. Pengkajian ................................................................................... 51
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan ............................................. 56
3. Intervensi ..................................................................................... 58
4. Implementasi ............................................................................... 59
5. Evaluasi ....................................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Pengkajian Keperawatan

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Prosedur Tindakan Senam Kaki

Lampiran 6 Jadwal Kegiatan

Lampiran 7 Surat izin meneliti

Lampiran 8 Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Analisa Masalah……………………………………………….47

Tabel 42. Tabel Perencanaan……………………………………………………50

Tabel 4.3 Tabel Implementasi…………………………………………………..51

Tabel 4.4 Tabel Evaluasi………………………………………………………..54


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula

sederhana (Glukosa) di dalam darah tinggi. Di Indonesia Diabetes Melitus

dikenal juga dengan istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu

penyakit yang prevalensinya terus meningkat (Pudiastuti, 2013).

Berdasarkan data international Diabetes Federation (IDF) pasien

Diabetes Melitus di seluruh dunia mengalami peningkatan sebesar 34% yaitu

dari 285 jiwa (6,4% dari populasi dunia) tahun 2010 menjadi 382 jiwa (8,3%

dari populasi dunia) tahun 2013. Data World Health Organization (WHO)

tahun 2013, jumlah penderita DM di Indonesia dari 7 juta jiwa tahun 2009

menjadi 8,5 juta jiwa (peningkatan 21%) di tahun 2013 (IDF, 2014 dalam

Widiastuti, 2014).

Diabetes Melitus adalah kumpulan penyakit metabolic yang ditandai

dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, kinerja insulin, atau

keduanya. Hiperglikemia terjadi akibat defisiensi insulin (DM tipe I) atau

penurunan responsivitas sel (DM tipe II) terhadap insulin (Mangiwa, 2017).

Penatalaksanaan yang tidak efektif dalam menangani penyakit Diabetes

Melitus akan mengakibatkan komplikasi akut bahkan kronis. Komplikasi dari

DM terdiri dari komplikasi akut yaitu perubahan kadar glukosa dan komplikasi

kronik yaitu perubahan pada sistem kardiovaskuler, perubahan pada sistem

saraf perifer, dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Selain itu,


perubahan vaskuler di ekstremitas bawah pada penyandang DM dapat

mengakibatkan terjadinya arteriosclerosis sehingga terjadi komplikasi yang

mengenai kaki yang menyebabkan tingginya insidensi amputasi pada pasien

Diabetes Melitus. Tingkat keparahan DM tipe II berperan penting dalam

terjadinya penyakit arteri perifer (PAP). Sekitar 75% penyandang Diabetes

Melitus tipe II akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler. Berdasarkan data

tersebut, usaha pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi

kecatatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi penyakit adalah pencegahan

tersier misalnya berupa Senam Diabetes (Mangiwa, 2014).

Senam Diabetes Indonesia merupakan senam aerobic low impact dan

ritmis yang telah dilaksanakan sejak tahun 1997 di klub-klub Diabetes di

seluruh Indonesia. Senam aerobic adalah latihan fisik yang direkomendasikan

sebagai aktivitas utama yang dapat dilakukan oleh penderita DM tipe II karena

efeknya dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga menghambat

perkembangan Diabetes Melitus (Damayanti, 2015).

Senam Diabetes bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani atau nilai

aerobic yang optimal untuk penderita Diabetes, dengan olah gerak yang

disesuaikan dengan kebutuhan penderita Diabetes tanpa komplikasi-komplikasi

yang berat. Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-

70 maksimum heart rate), durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali/

minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam

(Sunaryo, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Octavia dkk, 2014 dalam jurnal tentang

efektifitas senam kaki diabetik dengan bola plastik efektif terhadap

peningkatan sensitivitas kaki pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD

Arifin Achmad diketahui bahwa senam kaki diabetik efektif untuk

meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien Diabetes Melitus.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada

tahun 2013 diketahui jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus sejumlah

8,774 kasus , pada tahun 2015 jumlah kasus baru penyakit diabetes mellitus

sejumlah 5,605 kasus , sedangkan pada kasus kematian yang disebabkan oleh

diabetes melitus dari tahun 2013 sampai 2015 terus meningkat dengan jumlah

laki-laki 84 jiwa dan perempuan 85 jiwa dengan total keseluruhan 169 jiwa

yang meninggal akibat diabetes melitus . Serta diketahui data yang masuk

terakhir pada tahun 2016 kemarin jumlah kasus lama dengan diabetes mellitus

sejumlah 17,751 kasus dan jumlah kasus baru diabetes melitus yang masuk

sejumlah 25,582 kasus .

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palu jumlah kasus

penyakit diabetes melitus tiap tahunnya meningkat cukup derastis, pada tahun

2015 kasus baru dengan diabetes melitus sejumlah 2350jiwa, Sedangkan pada

tahun 2016 jumlah penderita diabetes melitus meningkat menjadi 3045 jiwa.

Berdasarkan data dari Rekam Medis RSU Anutapura Palu pada tahun

2016 pasien penderita diabetes melitus mencapai 128 jiwa dengan usia

penderita kebanyakan diatas 65 tahun, hingga pada tahun 2017 jumlah

penderita diabetes melitus meningkat menjadi 137 jiwa.


Berdasarkan hasil pengamatan saat dinas Keperawatan Medikal Bedah

(KMB) pemberian latihan senam kaki Diabetes pada pasien Diabetes Melitus

di Rumah Sakit Anutapura Palu belum diberikan kepada pasien Diabetes

Melitus, yang diberikan hanya tindakan perawatan luka dan pemberian insulin.

Berdasarkan uraian latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Penerapan Tindakan Latihan Senam Kaki Pada Pasien Dengan

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Di RSU Anutapura Palu”.

B. Batasan Masalah

Batasan Masalah Pada Studi Kasus Ini Adalah “Penerapan Tindakan

Latihan Senam Kaki Pada Pasien Dengan Asuhan Keperawatan Diabetes

Melitus Di RSU Anutapura Palu

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat dirumuskan sebagai berikut

“Bagaimanakah penerapan tindakan latihan senam kaki pada pasien Ny.H

dengan asuhan keperawatan DM Tipe II di RSU Anutapura Palu ?”

D. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum :

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan tindakan latihan senam kaki

pada pasien Ny.H dengan asuhan keperawatan Diabetes Melitus Tipe II di

RSU Anutapura Palu.

2. Tujuan khusus :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny.H dengan Diabetes

Melitus
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Ny.H dengan Diabetes

Melitus

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien Ny.H dengan

Diabetes Melitus

d. Mengimplementasikan latihan senam kaki pada pasien Ny.H dengan

Diabetes Mellitus

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ny.H dengan Diabetes

Melitus

E. Manfaat Studi kasus

Manfaat studi kasus memuat uraian tentang implikasi temuan, studi

kasus diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Poltekkes Kemenkes Palu

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam penerapan latihan senam kaki pada pasien diabetes mellitus.

2. Rumah Sakit

Membudayakan pengelolaan latihan senam kaki pada pasien Diabetes

Melitus dan mengurangi terjadinya neuropati pada penderita Diabetes

Melitus

3. Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan latihan senam kaki

pada pasien diabetes mellitus .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Diabetes Melitus

1. Pengertian

DM (Diabetes Melitus) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa

(gula sederhana) didalam darah tinggi. Di Indonesia diabetes melitus dikenal

juga dengan istilah penyakit kencing manis yang merupakan salah satu

penyakit yang prevalensinya kian meningkat. Menurut kriteria diagnostic

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2006, Seseorang

dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126

mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL (Pudiastuti, 2013).

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sesitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (Nurarif,

2016)

Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang di

karakteristikkan dengan hiperglikemi bersama dengan gangguan metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh defek sekresi insulin

dan aksi insulin (Alberti, 2010 dalam widyanto 2013).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi klinis :

a. Diabetes Melitus

1) Tipe 1: IDDM

Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses

autoimun.

2) Tipe II: NIDDM

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.

Resistensi insuli adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati yaitu tipe II dengan obesitas

dan tipe II tanpa obesitas.

b. Gangguan Toleransi Glukosa

c. Diabetes Kehamilan

Klasifikasi Resiko Statistik :

a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

b. Berpotensi menderita kelainan glokosa (Nurarif, 2016).

3. Etiologi

a. Faktor keturunan merupakam faktor yang tidak dapat diubah, tetapi

faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang

berolahraga dan asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan

merupakan faktor yang dapat diperbaiki.

b. Nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya DM tipe 2. Gaya

hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta panjangnya angka


harapan hidup merupakan faktor yang meningkatkan prevalensi diabetes

mellitus.

c. Kadar kortikosteroid yang tinggi

d. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan

e. Obat-obatan yang dapat merusak pancreas .

f. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

g. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk

mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak

memberikan respon yang tepat terhadap insulin.

Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan

tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-

orang yang tidak aktif bergerak. Kadar gula darah sepanjang hari

bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal

dalam waktu 2 jam. Seseorang dikataan sebagai penyandang diabetes

bila pada pemeriksaan laboratorium kimia darah konsentrasi glukosa

darah dalam keadaan puasa (GDP) pagi hari >126 mg/dL dan atau

glukosa sewaktu (GDS) melebihi 200 mg/dL.

Naiknya kadar gula darah setelah makan atau minum akan

merangsang pankreas dalam menghasilkan insulin sehingga akan

mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut akan menyebabkan

kadar gula darah menurun secara perlahan-lahan (Pudiastuti, 2013)

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin (Price, 2006 dalam Nurarif 2016)

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (Poliuria) dan timbul rasa

haus (Polidipsia)

c. Rasa lapar yang semakin besar (Polifagia), Berat badan berkurang.

d. Lelah dan mengantuk

e. Luka yang sulit sembuh

f. Kesemutan pada kaki/tungkai

g. Penglihatan kabur (sering berganti ukuran kacamata)

h. Gatal-gatal terutama pada daerah sekitar kelamin

i. kemampuan seks menurun

5. Patofisiologi

DM tipe I disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas yang dimediasi

oleh sistem imun. Konsekuensi dari tidak adanya insulin, berhubungan

dengan glukagon yaitu cepat terjadinya kelaparan. Pada orang yang sehat,

puasa untuk beberapa hari berlanjut pada rendahnya sekresi insulin, hal ini

untuk menjaga keseimbangan aksi glukagon pada modulasi produksi

glukosa dan keton oleh liver. Walau demikian, pada DM tipe I, defisiensi

insulin sangat parah, dan liver terus menerus memprosuksi glukosa dan

keton bahkan dalam jumlah yang berlebih dibanding dengan yang mereka

gunakan. Akibatnya, konsentrasi substansi ini di dalam darah sangat tinggi.


Bahkan, ketika konsentrasi glukosa mencapai level 5-10 kali di atas normal,

tidak ada insulin yang dikeluarkan karena tidak ada sel β. Peningkatan

glukosa dan keton memberikan beban yang terlalu besar untuk ginjal karena

osmosis diuresis (Born, 2009 dalam Widyanto, 2013).

Berdasarkan (Guyton, 2011 dalam Widyanto, 2013) DM tipe II lebih

umum terjadi dari pada DM tipe I, berkisar antara 90-95% dari semua kasus

DM. DM tipe II merupakan gangguan heterogen yang disebabkan oleh

kombinasi genetik dan faktor lingkungan yang mempengaruhi fungsi sel β

dan sensitivitas insulin pada jaringan target. Pada DM tipe II, kerusakan

yang terjadi pada sel β pankreas dapat mencapai 50%.

6. Komplikasi

Diabetes tipe 2 dapat menyebabkan terjadinya perubahan serius pada

jantung, syaraf, ginjal, dan mata. Kelainan tersebut disebut komplikasi

diabetes.

Seseorang dapat mengalami diabetes selama bertahun-tahun tanpa

mengetahui bahwa orang tersebut sudah terkena diabetes mellitus

konsentrasi glukosa darah yang tinggi dapat merusak bagian/organ tubuh.

Oleh karena itu pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin. Pengendalian

diabetes mellitus dilakukan dengan mengusahakan agar konsentrasi glukosa

darah mendekati normal sehingga dapat menghentikan atau memperlambat

kerusakan pada mata, syaraf, dan ginjal. Kompikasi yang dapat disebabkan

oleh Diabetes sebagai berikut (Pudiastuti, 2013).


a. Penderita Diabetes Melitus akan mengalami berbagai komplikasi jangka

panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi adalah

serangan jantung dan stroke. Kerusakan pada retina mata (retinopati

diabetikum). Kelainan fungsi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal

sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialisasi).

b. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera .

c. Karena penderita tidak dapat meredakan perubahan tekanan maupun suhu.

Berkurangnya aliran darah ke kulit juga dapat menyebabkan ulkus

(borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki

dapat sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya

lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.

d. Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika

satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati) maka sebuah

lengan atau tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah.

e. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan

(polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai dapat

dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.

7. Faktor Risiko

a. Obesitas (gemuk) atau berat badan lebih

b. Prediabetes (glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi normal

atau toleransi glukosa terganggu)

c. Melahirkan bayi lebih dari 4 kg

d. Mempunyai saudara, orang tua atau keluarga dengan diabetes.


e. Usia di atas 45 tahun

f. Mempunyai tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi (Pudiastuti, 2013

:53)

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes Melitus, seabagai

berikut (Nurarif, 2016).

a. Kadar glukosa darah

Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

sebagai patokan penyaringan.

b. Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200

mg/dl).

c. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes saring

Tes saring pada DM adalah:

1) GDP, GDS

2) Tes glukosa urin


a) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)

b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

e. Tes diagnostic

Tes-tes diagnostik pada Diabetes Melitus adalah GDP, GDS, GD2PP

(Glukosa darah 2 jam post prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO.

f. Tes monitoring terapi

Tes-tes monitoring terapi DM adalah:

1) GDP : plasma vena, darah kapiler

2) GD2 PP : plasma vena

3) A1c : darah vena, darah kapiler

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:

1) Mikroalbuminuria : urin

2) Ureum, Kreatinin, Asam urat

3) Kolesterol total

4) Kolesterol LDL

5) Kolesterol HDL

6) Trigliserida

9. Penatalaksanaan

Tujuannya:

a. Jangka panjang : mencegah komplikasi

b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala diabetes mellitus

Penatalaksanaan DM
a. Diet

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Perusahaan Diabetik Amerika

Merekomendasikan = 50-60% kalori yang berasal dari :

1) Karbohidrat 60-70%

2) Protein 12-20%

3) Lemak 20-30%

b. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Sulfonilurea: Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

a) Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan

b) Menurunkan ambang sekresi insulin

c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid: Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah

normal.

3) Inhibitor α glucosidase: Menghembat kerja enzim α glucosidase di

dalam saluran cerna; sehingga menurunkan peyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia pasca prandial.

4) Insulin sensiting agent : Thoazahdine diones meningkatkan sensivitas

insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin tanpa

menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum beredar di Indonesia.

5) Insulin:
Indikasi gangguan:

a) Diabetes mellitus dengan berat badan menurun dengan cepat

b) Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hyperosmolar

c) Diabetes mellitus yang mengalami stress berat (infeksi sistemik,

operasi berat dll)

d) Diabetes mellitus dengan kehamilan atau diabetes mellitus

gastasioanal yang tidak terkendali dalam pola makan.

e) Diabetes mellitus tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik

oral dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat tersebut). Insulin

oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan,

sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah

pasien.

6) Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju

metabolisme istirahat, dapat menurunkan berat badan, stress dan

menyegarkan tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma pada

ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara panas dan dingin,

serta pada saat pengendalian metabolic buruk. Gunakan alas kaki yang

tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.

7) Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri

8) Terapi (jika diperlukan)

9) Pendidikan

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes mellitus

1. Pengkajian

Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah

komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, memvalidasi data,

mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data

di antara lain meliputi :

a. Biodata

1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, diagnose medis)

2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan

dengan pasien)

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat

dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki

diabetik yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10)

2) Riwayat kesehatan sekarang 23 Data diambil saat pengkajian berisi

tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD

sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal.


3) Riwayat kesehatan dahulu adakah riwayat penyakit terdahulu yang

pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi

berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.

4) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keluarga , adakah

anggota keluarga dari pasien yang menderita penyakit Diabetes

Mellitus karena DM ini termasuk penyakit yang menurun.

c. Pola fungsional gordon

1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi

pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota

keluarganya.

2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah

makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan

minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak,

jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.

3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama

sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari,

konstipasi, beser.

4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat

dingin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,

kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.

5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,

gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman. 24


6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan

mengetahui tentang penyakitnya

7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau

perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

8) Pola reproduksi dan seksual

9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,

kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.

10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,

komunikasi, cara berkomunikasi

11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah

selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.

d. Pemeriksaan penunjang (Wijaya, 2013)

1) Kadar glukosa

a) Gula darah sewaktu/ random >200 mg/dl

b) Gula darah puasa/ nuchter >140 mg/dl

c) Gula darah 2 jam pp (post prandial) >200 mg/dl

2) Aseton plasma : hasil (+) mencolok

3) Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol

4) Osmolaritas serum (>330 osm/l)

5) Urinalisis : proteinuria, ketoniuria, glukosuria

2. Diagnosa Keperawatan (Nurarif, 2016)


a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko Syok

c. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan

jaringan (nekrosis luka gangrene)

d. Resiko Infeksi

e. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung

kemih, sfingter kuat dan poliuri

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

sirkulasi darah keperifer, proses penyakit DM

g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

h. Keletihan

3. Rencana Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan :

1. Nutritional status

2. Nutritional status : Food and

3. Fluid intake

4. Nutritional status : Nutrient

5. Intake

6. Weight control

Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

9. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

10. BB pasien dalam batas normal

11. Monitor adanya penurunan berat badan

12. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan


13. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan

14. Monitor lingkungan selama makan

15. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

16. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

17. Monitor turgor kulit

18. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

19. Monitor mual dan muntah

20. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

21. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

22. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

23. Monitor kalori dan intake nutrisi

24. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas

oral

b. Resiko Syok

Tujuan :

1. Syok prevention

2. Syok management

Kriteria Hasil :

1. Nadi dalam batas yang diharapkan

2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan

3. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan

4. Irama pernafasan dalam batas yang diharapkan

5. Natrium serum dbn


6. Kalium serum dbn

7. Klorida serum dbn

8. Kalsium serum dbn

9. Magnesium serum dbn

10. PH darah serum dbn

Intervensi :

1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung,

HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill

2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan

3. Monitor suhu dan pernafasan

4. Monitor input dan output

5. Pantau nilai laboratorium

6. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai

7. Monitor tanda dan gejala asites

8. Monitor tanda awal syok

9. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan

preload dengan tepat

10. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas

11. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat

12. Berikan vasodilator yang tepat

13. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok

14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala

syok
c. Kerusakan intergritas jaringan

Tujuan :

1. Tissue integrity : skin and mucous membranes

2. Hemodyalis akses

Kriteria Hasil :

1. Perfusi jaringan normal

2. Tidak ada tanda-tanda infeksi

3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cidera berulang

5. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

4. Monitor kulit akan adanya kemerahan

5. Oleskan lotion atau minyak atau baby oil pada daerah yang tertekan

6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

7. Monitor status nutrisi pasien

8. Ajarkan latihan/olahraga tertentu

9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

10. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,

tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus


11. Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka

12. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP (tinggi kalori tinggi

protein)

13. Cegah kontaminasi fase dan urin

14. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

15. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

16. Hindari kerutan pada tempat tidur

d. Resiko infeksi

Tujuan :

1. Immune status

2. Knowledge : Infection control

3. Risk control

Kriteria Hasil :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya

3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4. Jumlah leukosit dalam batas normal

5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi :

1. Bersikan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Pertahankan teknik isolasi

3. Batasi pengunjung bila perlu


4. Intruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung

dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antrimikrobia untuk cuci tangan

6. Cuci tangan setiap sebulan dan sesudah tindakan keperawatan

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum

10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung

kencing

11. Tingkatkan intake cairan

12. Berikan terapi antibiotik bila perlu infection protection

13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

14. Monitor hitung granulosit, WBC

15. Monitor kerentanan terhadap infeksi

16. Batasi pengunjung

17. Sering pengunjung terhadap penyakit menular

18. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko

19. Pertahankan teknik isolasi k/p

20. Berikan perawatan kulit pada area epidema

21. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,

drainase

22. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah


23. Dorong masukkan nutrisi yang cukup

24. Dorong masukan cairan

25. Dorong istirahat

26. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

28. Laporkan kecurigaan infeksi

29. Laporkan Kultur positif

e. Retensi urine

Tujuan :

1. Urinary elimination

2. Urinary continence

Kriteria Hasil :

1. Kandung kemih kosong secara penuh

2. Tidak ada residu urine >100-200 cc

3. Bebas dari ISK

4. Tidak ada spasme bladder

5. Balance cairan seimbang

Intervensi :

1. Monitor intake dan output

2. Monitor penggunaan obat antikolionergik

3. Monitor derajat distensi bladder

4. Instruksikan pada pasien dan keluarga mencatat output urine

5. Sediakan privasi untuk eliminasi


6. Stimulasi reflex bladder dengan kompres dingin pada abdomen

7. Katerisasi jika perlu

8. Monitor tanda dan gejala ISK (Panas, Hematuria, Perubahan baud an

konsistensi urine)

9. Monitor pengeluaran urine (Frekuensi, Konsistensi, Aroma, Volume,

Warna)

10. Monitor tanda dan gejala retensi urine

11. Ajarkan kepada pasien mengenai tanda dan gejala infeksi saluran

kemih

12. Batasi cairan

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Tujuan :

1. Circulation status

2. Tissue perfusion : cerebral

Kriteria Hasil :

1. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

2. Tidak ada ortostatik hipertensi

3. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekana intracranial

Intervensi :

1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas,

dingin, tajam, tumpul

2. Monitor adanya paretese

3. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi

5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

6. Monitor kemampuan BAB

g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

Tujuan :

1. Fluid balance

2. Hydration

3. Nutritional status : food and

4. Fluid intake

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine

normal, HT normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi :

1. Timbangan popok atau pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian

6. Kolaborasi pemberian cairan IV

7. Monitor status nutrisi

8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan


9. Dorong masukan oral

10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

12. Tawarkan snack

13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk

14. Atur kemungkinan tranfusi

15. Persiapan untuk trafusi

h. Keletihan

Tujuan :

1. Endurance

2. Concentrasion

3. Energy conservation

4. Nutritional status : energy

Kriteria Hasil :

1. Memverbalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik

2. Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan

3. Kecemasan menurun

4. Glukosa darah adekuat

5. Kualitas hidup meningkat

6. Istirahat cukup

7. Mempertahankan kemmpuan untuk berkonsentrasi

Intervensi

1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas


2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

3. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

4. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat

5. Monitor pasien akan adanya kelelaha fisik dan emosi secara berlebihan

6. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat pasien

8. Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan,

berhubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan keletihan

9. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan

10. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas

11. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan

yang berenergi tinggi (Nurarif, 2016).

4. Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata

berupa rangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk

mencapai hal yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala

kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan

terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien Diabetes

Melitus. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya sebagai

independen, interdependen, dan dependen.

Pada fungsi independen adalah mencangkup dari semua kegiatan

yang di prakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki. Interdependen adalah dimana fungsi yang


dilakukan dengan kerja sama dengan profesi/displin ilmu yang lain dengan

keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen

adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang

lain.

5. Evaluasi

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam Asuhan Keperawatan yang

telah dilakukan pada klien yang perlu dilakukan evaluasi.

C. Konsep Senam kaki Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki (Maryunani, 2013).

Sensitivitas kaki adalah meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh

terhadap insulin sehingga membantu menurunkan kadar gula darah dan

kadar lemak darah, sedangkan sirkulasi darah adalah aliran darah yang

dipompakan ke pembulu darah dan dialirkan oleh arteri keseluruh organ-

organ tubuh salah satunya pada organ kaki. Pengukuran sensitivitas

dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran sensitivitas atau

kepekaan antara yang menggunakan bolpen, sikat, dan kapas. kriteria

sensitivitas pada ujung telapak kaki nilai 0 adalah tidak ada sensitivitas, nilai

1 adalah sensitivitas kurang, nilai 2 adalah sensitivitas sedang dan nilai 3

adalah sensitivitas baik (normal) (Priyanto, 2012).

2. Manfaat Senam Kaki Diabetes Melitus


Berikut ini adalah beberapa manfaat senam kaki diabetes (Maryunani, 2013)

a. Memperbaiki sirkulasi darah

b. Memperkuat otot-otot kecil

c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

3. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi:

Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes

Melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak

pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan

pencegahan dini (Maryunani, 2013).

b. Kontraindikasi:

Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau

nyeri dada, orang yang depresi, khawatir atau cemas (Maryunani, 2013).

4. Pelaksanaan umum senam kaki

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

senam kaki, sebagai berikut (Maryunani, 2013).

a. Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan

tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki, misalnya

berdiri dengan kedua tumit diangkat, menggangkat kaki dan menurunkan

kaki.
b. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat,

memutar keluar atau kedalam dan mencengkeram pada jari-jari kaki.

c. Latihan senam kaki Diabetes dapat dilakukan setiap hari secara teratur,

sambil santai di rumah bersama keluarga, dan juga apabila kaki terasa

dingin, senam kaki ulang dapat dilakukan.

5. Langkah-langkah senam kaki Diabetes

Langkah-langkah yang akan di lakukan pada senam kaki Diabetes

sebagai berikut (Maryunani, 2013).

a. Posisikan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh

lantai

b. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke

atas lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10

kali.

c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke

atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai dengan tumit

kaki diangkat ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan

kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan

buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali.

e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.


f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakkan jari-jari kedepan

turunkan kembali secara bergantian kekiri dan kekanan. Ulangi sebanyak

10 kali.

g. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan

gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.

Ulangi sebanyak 10 kali.

h. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakkan

pergelangan kaki ke depan dan kebelakang. Ulangi sebanyak 10 kali.

i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara

bergantian.

j. Letakkan sehelai Koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola

dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran

seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya

sekali saja:

1) Robek Koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian Koran.

2) Sebagian Koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua

kaki.

3) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu

letakkan sobekan kertas pada bagian kertas yang utuh.

4) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmia adalah

deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien Diabetes Melitus

Tipe II, pasien di observasi selama 3 hari.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian studi kasus dilakukan di RSU Anutapura Palu, pada tanggal

03-06 Juli 2018, penelitian dilakukan selama 3 hari setiap pagi dan sore hari.

Jika sebelum 3 hari pasien pulang maka akan dilakukan pergantian pasien

lainnya yang sama.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam penelitian adalah 1 pasien penderita

Diabetes Melitus Tipe II yang tidak mengalami ulkus diabetikum yang akan

dilakukan tindakan latihan senam kaki Diabetes.

D. Fokus Studi

Model 2 (Tindakan Keperawatan) adalah proses atau rangkaian kegiatan

pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Tindakan keperawatan yang akan

dilakukan adalah latihan senam kaki pada pasien Diabetes Melitus yang tidak

mengalami ulkus dibetikum dan latihan senam kaki berfokus pada frekuensi
dan durasi dilakukannya latihan senam kaki pada pasien Diabetes Melitus.

frekuensi dilakukannya senam kaki selama 3 hari berturut-turut akan dilakukan

pada pagi hari dan sore hari, durasi senam kaki selama 30-60 menit.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan dan cara pengukuran variabel yang

akan diteliti. Definisi operasional di buat untuk memudahkan dan menjaga

konsistensi pengumpulan data, menghindari perbedaan interpretasi serta

membatasi ruang lingkup variabel (Supardi, 2013).

1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan yang dimaksud dan dipahami dalam penelitian ini

adalah proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, serta

dilakukannya evaluasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus.

2. Senam Kaki

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

Diabetes Melitus yang tidak mengalami ulkus diabetikum dan latihan senam

kaki berfokus pada frekuensi dan durasi.

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki.

Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk


kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga

mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.

3. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya

kadar gula darah dalam darah akibat gangguan sekresi insulin. Diabetes

melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi

yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja

insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat

memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan

oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat

menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada

pasien tersebut.

F. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah cara pegumpulan data penelitian melalui

pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada respon dan untuk

menjawabnya. Wawancara biasa dilakukan secara tatap muka antara peneliti

dengan responden atau cara lain, misalnya melalui telepon (Supardi, 2013).

Wawancara yang akan dilakukan untuk mengetahui hasil anamnesis

tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit. wawancara bisa

dilakukan kepada pasien keluarga dan perawat.


2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui

pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual maupun

dengan alat. Kelebihan observasi adalah mudah, murah dan langsung.

Kekurangan observasi adalah memerlukan pedoman pengamatan (Supardi,

2013).

Observasi yang akan dilakukan melihat dari pemeriksaan fisik yang

akan dilakukan (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh.

Observasi juga dilakukan untuk mengamati pasien Diabetes Melitus dalam

melakukan latihan senam kaki selama 3 hari berturut-turut.

3. Penelusuran Data Sekunder

Penelusuran data sekunder atau teknik dokumentasi adalah cara

pengumpulan data penelitian dengan menyalin data yang tersedia ke dalam

format isian yang telah disusun (Supardi, 2013).

Studi dokumentasi dilihat dari hasil pemeriksaan diagnostic seperti

hasil tes laboratorium tentang hasil tes darah pasien atau tes lain-lainnya

yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.

G. Analisa Data

Hasil pengumpulan data tersebut akan dilakukan proses mengagregasi,

mengorganisasi dan mengklarifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.

Analisa data dapat dilakukan ketika peneliti melakukan pengumpulan data

ataupun setelah data terkumpul (Pamungkas, 2017).


1. Pengumpulan Data :

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, studi

dokumen dituliskan dalam bentuk catatan lapangan yang selanjutnya

disalin bentuk transkrip (Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, 2018).

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori :

Data yang sudah dibuat bentuk transkrip dibuat koding oleh peneliti

sesuai dengan topic penelitian. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostic dan dibandingkan dengan nilai normal (Panduan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah, 2018).

3. Penyajian Data :

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan disertai

narasi. Kerahasiaan responden tetap harus diperhatikan (Panduan Penulisan

Karya Tulis Ilmiah, 2018).

4. Kesimpulan :

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan

hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang mendukung. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induktif. Pembahasan dilakukan

sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan, evaluasi (Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah,

2018).

H. Etika Penelitian

1. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan (the right to freedom

from harm and discomfort)


2. Hak perlindungan dari eksploitasi

3. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian, memiliki

kebebasan untuk menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Oleh karena itu peneliti harus

mempersiapkan formulir persetujuan responden (informend consent)

4. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu, termasuk

informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang menginginkan

informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu

memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut. Peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas responden, baik nama maupun

alamat dalam kuesioner/alat ukur. Peneliti dapat menggunakan

koding (inisial atau nomor identitas responden).

5. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil. Penelitian harus

dilakukan secara jujur, hati – hati, profesional, berperikemanusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,

intimitas, psikologis, serta perasaan religius responden.

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan,


kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat. Misalnya dalam prosedur

penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak

responden untuk mendapatkan perlakuan yang sama, baik sebelum, selama,

maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. (Supardi, 2013)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Biodata Klien

Tanggal Masuk RS : 20 Juni 2018

Tanggal Pengkajian : 03 Juli 2018

Jam Masuk : 07:00

Jam Pengkajian : 09:00

Nama Klien : Ny.H

Umur : 58 tahun

Agama : Islam

Suku : Bugis

Alamat : Jln. petalolo

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : URT

Status : Menikah

Dx Medis : DM Tipe II

2. Pengkajian

a. Keluhan utama : Kadar gula darah tinggi

b. Riwayat keluhan utama : klien masuk rumah sakit dengan keluhan

kadar gula darah tinggi sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, sebelumnya klien


beranggapan bahwa nanti juga akan kembali

normal tetapi sudah 2 hari keluhan yang

dirasakan klien tidak kembali normal seperti

biasanya dan akhirnya klien menyuruh

suami klien untuk merujuk klien ke IGD

RSU Anutapura palu pada tanggal 20 Juni

2018 pada pukul 07:00 WITA

c. Keluhan dirasakan saaat ini : klien mengatakan merasa kesemutan,

klien mengatakan merasa kaku pada

otot-otot kakinya

d. Riwayat penyakit dahulu : klien mengatakan tidak memilki riwayat

penyakit terdahulu

e. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan ibunya memiliki

penyakit yang sama seperti yang dia

derita saat ini yaitu penyakit diabetes

f. Pemeriksaan pola fungsi

1. Pola persepsi kesehatan klien mengatakan sakit adalah hal yang

wajar dan klien juga mengatakan ketika klien sakit keluarga akan

langsung membawa klien ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

2. Pola metabolik klien mengatakan pada saat klien sehat klien makan

teratur 3 kali sehari, pada saat sakit klien mengatakan makan 3 kali

sehari namun nafsu makan klien berkurang dan klien hanya

menghabiskan setengah porsi dari makanan yang disajikan, pada saat


sehat klien minum air putih sebanyak 8 sampai 10 gelas perhari dan

pada saat sakit juga sama.

3. Pola eliminasi BAB klien mengatakan pada saat sehat adalah 1 kali

sehari dengan konsentrasi padat, warna kuning kecoklatan, pada saat

sakit klien mengatakan BAB 2 hari sekali dengan konsentrasi padat,

warna kecoklatan, sedangkan pola BAK klien mengatakan pada saat

sehat 3 sampai 4 kali sehari dengan warna kuning dan aroma

amoniak, pada saat sakit 5 sampai 7 kali sehari dengan warna kuning

dan bau amoniak.

4. Pola istirahat tidur klien mengatakan pada saat sehat diwaktu malam

klien tidur 8 sampai 10 jam namun saat sakit klien mengatakan

hanya tidur sekitar 5 sampai 6 jam karena sering terbangun di malam

hari.

5. Pola aktifitas pada saat sehat klien mengatakan mampu melakukan

semua aktifitas sendiri tanpa batuan dari keluarga klien namun saat

sakit klien membutuhkan bantuan dari keluarga karna tidak mampu

melakukan senidiri dikarenakan klien merasa kaku dan kesemutan

pada bagian kakinya sehingga klien membutuhkan bantuan

keluarganya dan klien juga diberikan latihan senam kaki untuk

menghilangkan kesemutan yang dirasakan dan kaku pada kaki agar

dapat beraktifitas seperti semula.

6. Pola kebersihan diri pada saat sehat klien mengatakan mandi 2 kali

sehari pada saat pagi dan sore, selalu menjaga kebersihan gigi dan
selalu keramas 3 kali seminggu, pada saat sakit klien tidak mandi

dan hanya membasuh badan dengan kain basah, sikat gigi sekali

sehari dan belum pernah keramas selama sakit.

7. Pola spiritual klien mengatakan selalu beribadah saat sehat namun

saat sakit klien mengatakan kesulitan saat beribadah.

g. Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan yang data yang

bermasalah yaitu tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 80x/m, respirasi

20x/m, suhu , dan ditemukan masalah pada bagian ekstremitas

bawah seperti sensitivitas kaki 1 (sensitivitas kurang), klien merasa

kesemutan dan kaku pada otot-otot kaki.

h. Terapi yang di peroleh Ny.H selama perawatan di RSU Anutapura Palu

yaitu Ceftriaxone 2gr termasuk golongan obat antibiotik yang berfungsi

untuk pengobatan sejumlah infeksi bakteri, Ketorolac dengan dosis

10mg termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid untuk

meredakan peradangan, IVFD RL 20 tpm termasuk golongan cairan

elektrolit yang berfungsi untuk resusitasi cairan dan mengembalikan

keseimbangan cairan, novorapid flexpen 100u/ml 3ml untuk

mengurangi tingkat gula darah tinggi

i. Pemeriksaan penunjang hasil laboratorium pada tanggal 20 Juni 2018

pada Ny.H menunjukan glukosa sewaktu 203 mg/dl normalnya 80-199

mg/dl, glukosa pusa 306 mg/dl normalnya 80-125 mg/dl dan glukosa 2

jam pp 379 mg/dl normalnya 100-199 mg/dl.


3. Analisa Data

Tabel 4.1

Tabel Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds: Kurang Ketidakfektifan
- Klien mengatakan pengetahuan perfusi jaringan
merasa kesemutan tentang proses perifer
pada kakinya penyakit Diabetes
- Klien mengatakan Melitus
merasa kaku pada
otor-otot kakinya
Do:
- K.u : Lemah
- Kesadaran :
Composmentis
- TTV
TD : 140/80 mmhg
N : 80x/m
S :
R : 20x/m
- Akral dingin
- Sensitivitas kaki 1

4. Perencanaan

Tabel 4.2

Tabel Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Untuk
perfusi jaringan tindakan TTV mengetahui
perifer keperawatan 2. Observasi keadaan umum
berhubungan selama 3x24 jam daerah tertentu klien
dengan kuang diharapkan yang hanya 2. Untuk
pengetahuan keluhan klien peka terhadap mengetahui
tentang proses dapat diatasi panas, dingin, anggota tubuh
penyakit diabetes dengan kriteria tajam, dan mana yang
melitus hasil tekanan tumpul lebih peka
systole dan 3. Ajarkan latihan terhadap
diastole dalam senam kaki sesuatu
rentang yang diabetik 3. Untuk
diharapkan, tidak 4. Instruksin mencegah
ada ortostatik keluarga untuk terjadinya luka
hipertensi, dan mengobservasi dan mongontrol
tidak ada tanda- kulit jika ada sirkulasi darah
tanda peningkatan lesi atau laserasi 4. Untuk
tekanan intra 5.Kolaaborasi mengetahui
kranial pemberian keadaan kulit
insulin klien apakah
ada lesi atau
laserasi
5.Untuk
menurunkan
kadar glukosa
dalam darah dan
mempercepat
proses
penyembuhan

5. Implementasi

Tabel 4.3

Diagnosa Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Keperawatan 04 Juli 2018 05 Juli 2018 06 Juli 2018
Ketidakefektifan Jam 09.00 Jam 09.30 Jam 10.15
perfusi jaringan 1. Memonitoring 1. Memonitoring 1. Memonitoring
perifer b/d TTV klien TTV klien TTV klien
kurang TD : 140/80 TD : 140/90 TD : 120/90
pengetahuan mmhg mmhg mmhg
tentang proses N : 80x/m N : 78x/m N : 80x/m
penyakit S : S : S :
diabetes melitus R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
Jam 09.15 Jam 09.40 Jam 10. 23
2. Mengobservasi 2. Mengajarkan 2. Mengajarkan
daerah tertentu latihan senam latihan senam
yang hanya peka kaki diabetik kaki diabetik
terhadap panas, Hasi : Pertama- Hasil : Pertama-
dingin, tajam, tama tama
dan tumpul memposisikan memposisikan
Hasil : klien klien agar kaki klien agar kaki
mengatakan klien menyentuh klien menyentuh
terkadang lantai dan jari- lantai dan jari-
kakinya lebih jari kaki jari kaki
peka terhadap diluruskan diluruskan
rangsangan keatas lalu keatas lalu
dingin dibengkokan dibengkokan
Jam 09.30 kebawah kebawah
3. Mengajarkan sebanyak 10 sebanyak 10
latihan senam kali, lalu kali, lalu
kaki, Hasil : meletakkan meletakkan
Pertama-tama tumit salah satu tumit salah satu
memposisikan kaki dilantai dan kaki dilantai dan
klien agar kaki angkat telapak angkat telapak
klien menyentuh kaki keatas dan kaki keatas dan
lantai dan jari- pada kaki pada kaki
jari kaki lainnya jari kaki lainnya jari kaki
diluruskan keatas diletakkan diletakkan
lalu dibengkokan dilantai dan dilantai dan
kebawah tumit diangkat tumit diangkat
sebanyak 10 kali, keatas dilakukan keatas dilakukan
lalu meletakkan sebanyak 10 kali sebanyak 10 kali
tumit salah satu secara secara
kaki dilantai dan bergantian, lalu bergantian, lalu
angkat telapak tumit kaki tumit kaki
kaki keatas dan diletakkan diletakkan
pada kaki dilantai setelah dilantai setelah
lainnya jari kaki itu bagian ujung itu bagian ujung
diletakkan kaki diangkat kaki diangkat
dilantai dan keatas dan buat keatas dan buat
tumit diangkat gerakan gerakan
keatas dilakukan memutar dengan memutar dengan
sebanyak 10 kali pergerakan pada pergerakan pada
secara pergelangan kaki pergelangan
bergantian, lalu sebanyak 10 kaki sebanyak
tumit kaki kali, lalu 10 kali, lalu
diletakkan dilajutkan dilajutkan
dilantai setelah dengan gerakkan dengan
itu bagian ujung jari-jari kaki gerakkan jari-
kaki diangkat diletakkan jari kaki
keatas dan buat dilantai lalu diletakkan
gerakan memutar tumit diangkat dilantai lalu
dengan dan buat tumit diangkat
pergerakan pada gerakkan dan buat
pergelangan kaki memutar gerakkan
sebanyak 10 kali, sebanyak 10 memutar
lalu dilajutkan kali, gerakan sebanyak 10
dengan gerakkan selanjutnya kali, gerakan
jari-jari kaki angkat salah satu selanjutnya
diletakkan lutut kaki dan angkat salah
dilantai lalu luruskan satu lutut kaki
tumit diangkat gerakkan jari dan luruskan
dan buat kaki kedepan gerakkan jari
gerakkan dan turunkan kaki kedepan
memutar kembali lakukan dan turunkan
sebanyak 10 kali, sebanyak 10 kembali lakukan
gerakan kali, angkat sebanyak 10
selanjutnya kedua kaki dan kali, angkat
angkat salah satu luruskan lalu kedua kaki dan
lutut kaki dan perthankan luruskan lalu
luruskan posisi gerakkan perthankan
gerakkan jari pergelangan kaki posisi gerakkan
kaki kedepan kedepan dan pergelangan
dan turunkan kebelakang kaki kedepan
kembali lakukan sebanyak 10 dan kebelakang
sebanyak 10 kali, kali, lalu sebanyak 10
angkat kedua luruskan salah kali, lalu
kaki dan satu kaki dan luruskan salah
luruskan lalu angkat, putar satu kaki dan
perthankan kaki pada angkat, putar
posisi gerakkan pergelangan kaki pada
pergelangan kaki kaki, lalu pergelangan
kedepan dan tuliskan angka 0 kaki, lalu
kebelakang sampai angka 9 tuliskan angka 0
sebanyak 10 kali, dan dilakukan sampai angka 9
lalu luruskan secara dan dilakukan
salah satu kaki bergantian, dan secara
dan angkat, putar yang terakhir bergantian, dan
kaki pada letakkan sehelai yang terakhir
pergelangan koran, bentuk letakkan sehelai
kaki, lalu koran menjadi koran, bentuk
tuliskan angka 0 bola lalu buka koran menjadi
sampai angka 9 bola dengan bola lalu buka
dan dilakukan kedua kaki lalu bola dengan
secara robek menjadi kedua kaki lalu
bergantian, dan dua bagian robek menjadi
yang terakhir setelah itu dua bagian
letakkan sehelai bagian yang setelah itu
koran, bentuk telah di robek bagian yang
koran menjadi menjadi dua telah di robek
bola lalu buka ambil satu menjadi dua
bola dengan bagian lalu ambil satu
kedua kaki lalu robek menjadi bagian lalu
robek menjadi kecil-kecil robek menjadi
dua bagian setelah itu kecil-kecil
setelah itu angkat robekan setelah itu
bagian yang kecil angkat robekan
telah di robek menggunakan kecil
menjadi dua kaki lalu menggunakan
ambil satu pindahkan ke kaki lalu
bagian lalu robek kertas yang pindahkan ke
menjadi kecil- satunya lalu kertas yang
kecil setelah itu bungkus kembali satunya lalu
angkat robekan menjadi bola. bungkus
kecil Jam 10.45 kembali menjadi
menggunakan 3. Penatalaksanaan bola.
kaki lalu pemberian insulin Jam 11.00
pindahkan ke Hasil : Novorapid 3. Penatalaksanaan
kertas yang flexpen 100u/ml pemberian
satunya lalu insulin
bungkus kembali Hasil :
menjadi bola. Novorapid
Jam 09.50 flexpen 100u/ml
4.Menginstruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lesi
atau laserasi
Hasil : keluarga
klien
mengatakan
paham dan akan
selalu memantau
apakah ada lesi
atau lasersi
Jam 10.30
5.Penatalaksanaan
pemberian insulin
Hasil : Novorapid
flexpen 100u/ml

6. Evaluasi

Tabel 4.4

Tabel Evaluasi

No. Rabu, 04 Juli 2018 Kamis, 05 Juli 2018 Jumat, 06 Juli 2018
Dx Jam 16.00 Jam 16.00 Jam 16.00
1. S : klien mengatakan S : - Klien mengatakan S : - Klien
masih merasa kaku kaku pada otot mengatakan
pada kaki nya dan kakinya sudah sudah tidak
kesemutan mulai berkurang merasa kaku
O : TTV dan kesemutan yang pada otot-otot
TD : 130/80 mmhg biasa dialami sudah kakinya lagi dan
N : 80x/m mulai hilang sudah tidak
S : O : TTV sering kesemutan
R : 20x/m TD : 130/90 mmhg lagi dan klien
A : Masalah belum N : 78x/m juga mengatakan
teratasi S : sekarang sudah
P : Lanjutkan R : 20 x/m merasa lebih
intervensi - Klien nampak sudah segar dari
- Observasi TTV bisa melakukan sebelumnya
- Ajarkan latihan latihan senam kaki O : TTV
senam kaki walaupun masih TD : 120/70
- Kolaborasi dibantu oleh peneliti mmhg
pemberian A : Masalah teratasi N : 78x/m
insulin sebagian S :
P : Lanjutkan intervensi R : 20 x/m
- Observasi TTV - Klien nampak
- Ajarkan latihan sudah dapat
senam kaki melakukan
- Kolaborasi latihan senam
pemberian insulin kaki tanpa
bantuan
peneliti dan
sudah
menghafal
keseluruhan
gerakan sena
kaki
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
- Latihan senam
kaki mandiri

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “penerapan tindakan

latihan senam kaki pada pasien Ny.H dengan asuhan keperawatan diabetes
melitus di ruang Cendrawasi bawah RSU Anutapura Palu”. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memfokuskan pada tindakan latihan senam kaki pada

pasien diabetes mellitus. Disini penulis hanya akan membahas diagnosa

keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang proses penyakit diabetes mellitus.

1. Pengkajian

Dalam pengkajian keperawatan terhadap Ny.H didapatkan data bahwa

klien mengatakan kadar gulah dalam darah tinggi sudah sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, klien juga mengatakan merasa kesemutan di kaki

sebelah kirinya, klien mengatakan oto-otot kaki kaku.

Pada tinjauan pustaka menurut (Price, 2006 dalam Nurarif 2016)

manifestasi klinis pada pasien diabetes melitus meliputi kadar glukosa puasa

tidak normal, hiperglikemia, polifagia, lelah dan mengantuk, luka yang sulit

sembuh, kesemutan pada kaki atau tungkai, penglihatan kabur, rasa gatal

terutama pada daerah sekitar kelamin, kemampuan seks menurun

Hasil pengkajian penelitian pada pasien Diabetes Melitus didukung

dengan hasil studi terdahulu yaitu kadar glukosa puasa tidak normal selama

2 hari, kesemutan pada kaki.

Studi pendahulu Mangiwa (2017) di Rumah Sakit Pacaran Kasih

Gmim Manado, Komplikasi dari DM terdiri dari komplikasi akut yaitu

perubahan kadar glukosa dan komplikasi kronik yaitu perubahan pada

sistem kardiovaskuler, perubahan pada sistem saraf perifer, dan peningkatan

kerentanan terhadap infeksi.


Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara hasil

pengkajian dengan teori tentang Diabetes Melitus, peneliti hanya

menemukan beberapa gejala berupa kadar glukosa tidak normal dan

kesemutan pada kaki sedangkan menurut teori ada 10 manifestasi klinis

tentang diabetes mellitus yang tidak ditemukan pada keluhan yang dirasakan

Ny.H.

2. Perumusan diagnosa keperawatan

Berdasarkan teori yang ditemukan menurut Nurarif dan Kusuma

(2016) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan

Diabetes Melitus adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani,

resiko syok, kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan nekrosis

kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene), resiko infeksi, retensi urine

b.d inklomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliurim,

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah

keperifer, proses penyakit DM, resiko ketidakseimbangan elektrolit, dan

keletihan.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada Ny.H

didapatkan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit

diabetes melitus. Data yang menunjang dalam diagnosa keperawatan adalah

data subjektif Ny.H mengatakan merasa kesemutan di kaki sebelah kirinya,

klien mengatakan oto-otot kaki kaku. Data objektif dari masalah


keperawatan ini adalah tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 80x/m, suhu

, respirasi 20x/m, dan akral dingin.

Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara penentuan

diagnosa dengan teori tentang diagnosa keperawatan diabetes mellitus

dikarenakan peneliti hanya mengangkat 1 diagnosa dari 9 diagnosa

keperawatan diabetes mellitus, karena dari data hanya menunjang untuk

mengangkat 1 diagnosa keperawatan saja menurut peneliti.

Studi terdahulu Hidayati (2015) di RSUD Dr.Moewardi Surakarta

dengan hasil pada penderita Diabetes Melitus didapatkan diagnosa

Keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

3. Intervensi dan Perencanaan

Penulis melakukan intervensi keperawatan berdasarkan ONEC, O

(Observation), N (Nursing), E (Education), C (Colaboration) yaitu

Monitoring tanda-tanda vital yang bertujuan untuk mengetahui keadaan

umum, observasi adanya kepekaan terhadap panas, dingin, tajam dan

tumpul untuk mengetahui kepekaan anggota tubuh mana yang lebih peka

terhadap sesuatu, ajarkan latihan senam kaki yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya luka dan memperlancar sirkulasi darah, instruksikan

keluarga untuk memantau adanya lesi dan laserasi pada kulit untuk

mengetahui adanya lesi dan laserasi yang mungkin tiba-tiba muncul pada

kulit terutama pada kaki, kolaborasi pemberian insulin yang bertujuan

untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah dan mempercepat proses

penyembuhan.
Menurut Nurarif (2016) pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes melitus, yaitu

intervensi keperawatannya meliputi monitor adanya daerah tertentu yang

hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, dan tumpul, instruksikan

keluarga untuk memantau bila ada lesi atau laserasi, gunkan sarung tangan

untuk proteksi, batasi gerak pada kepala, leher dan pinggang, monitor

kemampuan Bab.

Studi pendahulu Damayanti (2015) di kelompok persadia RS Jogja,

Senam kaki diabetik adalah latihan fisik yang direkomendasikan sebagai

aktivitas utama yang dapat dilakukan oleh penderita DM tipe II karena

efeknya dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga menghambat

perkembangan Diabetes Melitus.

Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara teori dan

prinsip intervensi keperawatan berdasarkan ONEC, dikarenakan peneliti

tidak mengangkat keseluruhan intervensi tetapi memilih intervensi yang

paling cocok untuk dilakukan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

4. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengatasi diagnosa keperawatan pada Ny.H yaitu ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan diabetes mellitus dilakukan selama

tiga hari. Peneliti sudah melakukan tindakan sesuai intervensi keperawatan

yaitu, monitoring tanda-tanda vital, observasi adanya kepekaan terhadap

panas, dingin, tajam dan tumpul, ajarkan latihan senam kaki diabetik,
instruksikan keluarga untuk memantau bila ada lesi atau laserasi pada

kulit, kolaborasi pemberian insulin.

Studi pendahulu Octavia, dkk (2014), senam kaki efektif untuk

meningkatkan sensitivita kaki pada pasien DM tipe 2. Senam Diabetes

bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani atau nilai aerobic yang optimal

untuk penderita Diabetes, dengan olah gerak yang disesuaikan dengan

kebutuhan penderita Diabetes tanpa komplikasi-komplikasi yang berat.

Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70

maksimum heart rate), durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali/

minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam

(Sunaryo, 2014)

Berdasarkan asumsi peneliti tidak didapatkan kesenjangan antara

implementasi yang diberikan dengan teori yang ada dan dengan studi

terdahulu.

7. Evaluasi

Evaluasi keperawatan pada Ny.H yang dirawat di ruang catelia RSU

Anutapura Palu dilakukan selama tiga hari untuk diagnosa keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang proses penyakit diabetes mellitus, didapatkan hasil

data subjektif klien mengatakan sudah tidak merasa kaku pada otot-otot

kakinya lagi dan sudah tidak sering kesemutan lagi dan klien juga

mengatakan sekarang sudah merasa lebih segar dari sebelumnya dan klien

juga mengatakan sudah dapat melakukan senam kaki sendiri tanpa bantuan
peneliti. Data objektif TD : 130/80 mmhg, N : 78x/m, S : , R : 20

x/m. Analisa masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi.

Planning lanjutkan latihan senam kaki mandiri dikarenakan agar mencegar

terjadinya luka dan lebih memperlancar sirkulasi darah pada kaki klien.

Studi terdahulu Mangiwa (2017) Tingkat keparahan DM tipe II

berperan penting dalam terjadinya penyakit arteri perifer (PAP). Sekitar

75% penyandang Diabetes Melitus tipe II akhirnya meninggal karena

penyakit vaskuler. Berdasarkan data tersebut, usaha pencegahan dapat

dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kecatatan lebih lanjut

walaupun sudah terjadi penyakit adalah pencegahan tersier misalnya

berupa Senam Diabetes.

Berdasarkan asumsi peneliti dari hasil evaluasi yang peneliti

dapatkan didukukung oleh hasil evaluasi studi terdahulu Mangiwa dimana

pencegahan pada penderita Diabetes Tipe II berupa senam kaki Diabetes.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penerapan tindakan latihan senam kaki pada

pasien dengan asuhan keperawatan Diabetes Melitus pada Ny.H yang dirawat

di ruang Cendrawasi Bawah RSU Anutapura Palu, peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pengkajian Ny.H peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan kasus.

2. Pada penegakan diagnose keperawatan, peneliti menemukan perbedaan

antara teori dan kasus. Didalam teori didapatkan delapan diagnosa dan pada

kasus didapatkan satu diagnosa.

3. Tindakan keperawatan yang dilakukan pasien telah sesuai dengan rencana

yang telah disusun sebelumnya. Peneliti tidak menemukan perbedaan antara

teori dan kasus.

4. Pada evaluasi masalah keperawatan sudah mulai teratasi sebagian. Faktor

pendukung bagi peneliti dalam mengumpulkan data pada kasus tersebut

yaitu klien sudah tidak merasa kaku pada otot kakinya, klien sudah tidak

mengalami kesemutan lagi dank lien sudah dapat melakukan senam kaki

sendiri tanpa bantuan.


B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.H dengan kasus

Diabetes Melitus Tipe 2, penulis memberikan usulan dan masukan positif pada

bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi RSU Anutapura Palu

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

menjaga hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun

dengan klien, sehingga dapat mampu meningkatkan pelayanan mutu asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien dengan

kasus Diabetes Melitus.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang

baik serta selalu berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan kasus

Diabetes Melitus agar bisa memberikan pelayanan yang maklimal dalam

proses penyembuhan klien.

3. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Diharapkan selalu memberikan mutu pelayanan yang lebih berkualitas

sehingga dapat menghasilkan lulusan perawat yang professional, terampil,

inovatif, dan bermutu dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan

secara komperhensif berdasarkan ilmu dank ode etik keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA
Damayanti. 2015. Hubungan Antara Frekuensi Senam Diabetes Melitus Dengan
Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Dan Tekanan Darah Pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II Di Kelompok Persadia RS Jogja. Volume 6
Nomor 2, April 2015. Diakses 8 Februari 2018
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2018. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah 2013 Sampai 2016. Palu
Dinas Kesehatan Kota Palu. 2018. Profil Kesehatan Kota Palu 2015 Sampai
2017. Palu
Maryunani. 2013. Step By Step Perawatan Luka Diabetes Dengan Metode
Perawatan Luka Modern. Bogor: In Media
Mangiwa. 2017. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai Angkle Brachial
Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Pacaran
Kasih Gmim Manado. Volume 5 Nomor 1, Februari 2017. Diakses 7
Februari 2018
Nurarif. 2016. Asuhan Keprrawatan Praktis. Yogyakarta: Mediaction
Pamungkas. 2017. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Pudiastuti. 2013. Penyakit - Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rekam Medik RSU Anutapura Palu. 2018. Profil Rekam Medik RSU Anutapura
Palu. Palu
Sunaryo. 2014. Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan Resiko Ulkus
Kaki Diabetik Pada Pasien DM Tipe II Di Perkumpulan Diabetik.
Volume 3 Nomor 1 Mei, 2014. Diakses Pada 30 Maret 2018
Supardi & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta Timur: Trans
Info Media
Widiastuti. 2014. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial
Disease Pada Klien DM Tipe II Di RSAL DR. Midiyanto S Dan RSUD
Kota Tanjung Pinang. Volume 4 Nomor 2, Tahun 2014. Diakses Pada 29
Maret 2018
Widyanto & Triwibowo. 2013. Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini. Jakarta:
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai