Anda di halaman 1dari 99

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SENAM KAKI


UNTUK PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANYUMULEK TAHUN 2020

HIDAYATUL AINI
NIM. P07120117019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SENAM KAKI
UNTUK PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANYUMULEK TAHUN 2020

Diajukan Untuk enyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Mataram

HIDAYATUL AINI
NIM. P07120117019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tanngan dibawah ini:

Nama : Hidayatul Aini

NIM : P07120117019

Program studi : DIII Keperawatan Mataram

Institusi : Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan RI

Menyatakan dengan sebanarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan

atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulisan ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

...............,...... ............... 2020

Pembuat Pernyataan

Hidayatul Aini
NIM. P07120117019

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Akhmad Fathoni, S., KP.,M.Kes H. Jubair, SKM,M.Kes


NIP.197208132000031001 NIP.196310161989032001
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh HIDAYATUL AINI NIM. P07120117019 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Senam Kaki Untuk Penurunan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyumulek Tahun 2020” telah disetujui untuk diuji di depan
dewan penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan
Program Studi DIII Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020 pada
tanggal:

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Akhmad Fathoni, S., KP.,M.Kes H. Jubair, SKM,M.Kes


NIP.197208132000031001 NIP.196310161989032001
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh HIDAYATUL AINI NIM. P07120117019 dengan judul

“Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Senam Kaki Untuk Penurunan

Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja

Puskesmas Banyumulek Tahun 2020” telah dipertahankan di depan dewan

penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program

Studi DIII Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020 pada:

Hari :

Tanggal :

Mengesahkan:
Ketua Jurusan Keperawatan Mataram

Rusmini, S.Kep,Ns., MM
NIP. 197010161989032001

Tim Penguji,

1. Drs. H. Zulkifli, S.Kep.,MMKes.,MM : Penguji I


NIP. 19590629198103005

2. Akhmad Fathoni, S.Kp.,M.Kes : Penguji II


NIP.197208132000031001

3. Jubair, SKM.,M.Kes : Penguji III


NIP. 196310161989032001
KATA PEGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Senam Kaki Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada pAsien Diabtes Melitus

Tipe 2” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. Selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini, S.Kep. Ns.,MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

3. Bapak H. Moh. Arip, S.Kp.,M.Kes. Selaku Ketua Program Studi D.III

Keperawatan Mataram di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Bapak Drs. H.Zulkifli,S.Kep.,MMKes.,MM. Selaku penguji saya yang telah

memerikan banyak masukan dan arahan untuk mengenai peneltian saya, yang

selalu memotivasi untuk lebih baik kedepannya dalam Kaya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Akhmad Fathoni, S.kp.,M.kes. Sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh kesabaran penuh kasih

sayang dan memberikan motivasi serta saran-saran yang bermanfaat dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak Jubair, SKM.,M.kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan

saran dan bimbingannya serta motivasi demi kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini.
7. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada

penulis.

8. Kedua orang tua tersayang terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan

dan pengorbanannya, sehingga penulis bisa tetap semangat dan terus maju

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua teman-teman seperjuangan D.III Keperawatan Mataram angkatan

2019/2020 kelas A DIII, terima kasih atas suport dan dukungan dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahawa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat dan

menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Mataram, Januari 2020


Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SENAM KAKI UNTUK
PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUMULEK
LATIHAN ABDOMINAL STRETCHING UNTUK MENURUNKAN NYERI
PADA REMAJA PURTI DENGAN DISMINOREA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SAKRA TAHUN 2020

Hidayatul Aini1, Akhmad Fathoni, S.Kp.,M.Kes2, Jubair, SKM.,M.Kes3


Mataram Jl. Kesehatan V/10 Mataram Telp. (0370) 621383
Email: Hidayatulaini25@gmail.com

Dismenorea membuat wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan


memerlukan resep obat. Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas
hidup wanita, sebagai contoh mahasiswi yang mengalami dismenorea primer
tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena
nyeri yang dirasakan. Dismenorea primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari
50% wanita mengalami dan 15% wanita diantaranya mengalami nyeri yang hebat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan abdominal
stretching terhadap penurunan skala nyeri disminorea pada remaja putri di
wilayah kerja puskesmas sakra. Penelitian ini dilakukan terhadap satu responden.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini merupakan
pengamatan atau pengambilan data mengenai penerapan latihan abdominal
stretching pada remaja yang mengalami disminorea di wilayah kerja puskesmas
sakra pada tahun 2020.
Hasil penelitian ini intensitas nyeri menurun setelah melakukan latihan
abdominal stretching sebanyak tiga kali yang dilakukan seminggu selebum
menstruasi, nyeri responden menurun dari skala nyeri 7 (nyeri berat) menjadi
nyeri skala 5 (nyeri ringan). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh
latihan abdominal stretching terhadap penurunan nyeri disminorea remaja putri.
Remaja putri yang mengalami disminorea hendaknya melakukan latihan
abdominal stretching agar dapat mengurangi nyeri disminorea sehingga dapat
melakukan aktivitas seperti biasa.
Kata kunci: Disminorea, Latihan Abdominal stretching, remaja

1Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram


2,3Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

A. Konsep Penyakit Diabetes Melitus............................................................

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus......................................

C. Terapi Senam Kaki....................................................................................

D. Hubungan Senam Kaki dengan Penurunan Kadar Gula Darah.................

BAB III METODE STUDI KASUS ..................................................................

A. Rancangan Studi Kasus.............................................................................

B. Subyek Studi Kasus...................................................................................

C. Focus Studi................................................................................................

D. Definisi Oprasional Studi Kasus...............................................................


E. Instrumen Studi Kasus...............................................................................
F. Tempat dan Waktu ...................................................................................
G. Pengumpulan Data.....................................................................................
H. Penyajian data............................................................................................
I. Etika Studi Kasus......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Observasi gerakan responden
..................................................
Grafik 4.1 Observasi nyeri menstuasi responden pada saat sebelum dan
setelah dilakukan teknik latihan abdominal
stretching..............

Daftar Grafik
Gambar 2.1 Cat
Stretch.................................................................................
Gambar 2.2 Cat
Stretch.................................................................................
Gambar 2.3 Cat
Stretch.................................................................................
Gambar 2.4 Lower Truck
Rotation................................................................
Gambar 2.5 Lower Truck
Rotation................................................................
Gambar 2.6 Buttock/Hip
Stretch....................................................................
Gambar 2.7 Curl
Up......................................................................................
Gambar 2.8 Curl
Up......................................................................................
Gambar 2.9 Lower Abdominal
Strertching....................................................
Gambar Lower Abdominal
2.10 Strertching....................................................
Gambar The Bridge

2.11 Position...................................................................

Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Penjelasan Sebelum Penelitian
Lampiran 2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 3. Panduan Dalam Latihan Abdominal Stretching
Lampiran 4. Kuesioner Asuhan Keperawatan Dengan Latihan Abdominal Stretching
Untuk Mengurangi Nyeri Pada Remaja Putri Dengan Dismenorea
Lampiran 5. Format Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Dismenorea

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi

pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif

Mansyoer, 1997 : 580). Diabetes milletus merupakan suatu penyakit kronik

yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan

neurologis. Diabetes milletus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau

hormonal karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C.

Long, 1996:4)

Menurut World Health Organization (WHO), diabetes melitus

merupakan penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi

yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insulfisiensi

fungsi insulin, yang dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh

sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes Melitus juga disebut

dengan “Silent Killer” dikarenakan diabetes adalah penyakit yang dapat

membunuh seseorang secara perlahan atau diam-diam. Diabetes bisa disebut

pula dengan “Mother Of Disease” karena merupakan pembawa atau induk

dari penyakit seperti jantung, stroke, hipertensi, gagal ginjal dan kebutaan.

Diabetes Melitus merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi

di dunia..
Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat

mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM

yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronik terdiri dari

komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung

koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer

merupakan jenis komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan

neuropati merupakan jenis komplikasi mikrovaskuler (Nur, 2017)

Dalam Nur 2017, Retinopati adalah terganggunya retina mata

sehingga terjadi kebutaan secara parsial maupun permanen (Fox, dkk, 2010).

Apabila retina terganggu, maka otak tidak dapat memproses gambar yang

dilihat oleh mata. Retinopati sulit dideteksi karena gejalanya berjalan lambat.

Keluhan yang timbul akibat kerusakan mata adalah sebagai berikut: pada

penglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba, bayangan ke abu-abuan,

pandangan kabur, tidak dapat membaca karena pandangan kabur, di tengah

lapangan pandang terdapat titik gelap atau kosong, pada penglihatan seperti

ada selaput merah, mata terasa nyeri, lingkaran terang mengelilingi obyek

yang dilihat, terdapat perubahan garis vertikal yang terlihat, dan kebutaan

(Tandra, 2008).

Untuk mencegah diabetes, salah satu upaya yang dapat kita lakukan

adalah dengan cara mengubah gaya atau pola hidup yang sehat sejak

sekarang. Ada beberapa langkah yang dilakulan untuk memulai gaya hidup

sehat, antara lain, mengatur berat badan, mengganti sanck dengan buah dan

sayur, berhenti merokok dan berolahraga. Salah satu olahraga yang dapat

dilakukan yaitu Senam kaki dimana dapat membantu memperbaiki sirkulasi


darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot kecil pada pasien diabetes

dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha,

mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas.

Berdasarkan pengertian senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang

dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (S,Sumosardjuno,1986

dalam Widianti A & Artikah P, 2010).

Senam kaki juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk

kak. Selain itu juga dapat meningkatkan kekuatan otot betis, oto paha, dan

juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki yang konsisten

dapat menghindari cedera fisik, mengurangi resiko ulkus kaki dan

kemungkinan infeksi serta amput (Brasher,2014). Sebagaimana telah terbukti

bahwa pencegahan dan pengelolaan yang baik dari kaki yang diabetik dapat

mengurangi amputasi sekitar 49-85%, oleh karena itu sangat penting untuk

senam kaki (Helmanu & Hurrahmani, 2015)

Menurut Internasional Diabetes Federasi (IDF, 2017) menyatakan

bahwa 425 juta dari total populasi seluruh dunia, atau sekitar 8,8% orang

dewasa berumur 20-79 tahun merupakan penderita diabetes. Pada tahun 2040

diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Hampir 80% orang diabetes

terdapat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.


Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru Riset Kesehatan Dasar

2018, secara umum angka prevalensi diabetes mengalami peningkatan cukup

signifikan selama lima tahun terakhir. Tahun 2018 angka diabetes melonjak

menjadi 8,5%. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa Indonesia

menempati pringkat ke-6 sebagai jumlah penderita diabetes dewasa tertinggi

di dunia dengan total lebih dari 10,3 juta orang. Angka ini diprediksikan akan

terus mengalami peningkatan dan mencapai 16,7 juta pada tahun 2045.

(Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupeten Lombok Barat 2019

masyarakat yang terkena penyakit Diabetes Melitus estimasi umur diatas 15

tahun dimana perempuan lebih tinggi dibandingkan lelaki yaitu 4.408 jiwa,

sedangkan laki-laki sekitar 4078 jiwa. Sehingga total jiwa yang terkena kasus

Diabetes Melitus pada tahun 2019 sekitar 8.486 jiwa.

Sementara data dari Puskesmas Banyumulek menyatakan bahwa

penderita kasus diabetes mellitus pada tahun 2018 yaitu 597 jiwa.

Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala puskesmas Banyumulek yang

dilaksanakn pada tanggal 27 Desember 2019 menyatakan bahwa kasus

diabetes mellitus tiap tahun meningkat ungkapnya dan total pada tahun 2019

kasus Diabetes mellitus menjadi 612 jiwa yang terkena Diabetes Melitus.

Penanganan pada diabetes melitus dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yaitu

senam kaki yang dapat dilakukan pada pada daerah kaki. Senam kaki ini juga

mudah dilakukan dan alat yang digunakan juga mudah didapat selain mudah,

biaya yang dikeluarkan untuk senam kaki ini juga murah dan mudah
dijangkau untuk masyarakat ke yang ekoniminya ke bawah. Selama ini

Penanganan diabetes melitus kepada pasien di Puskesmas Banyumulek ini

dengan menggunakan terapi farmakologi dan melaksanakan program senam

lansia yang dilaksanakan 1x dalam satu bulan. Seiring dengan berjalannya

waktu program senam, masih banyak orang ditemukan mengeluh kesemutan,

dan gula darahnya meningkat. Sedangkan untuk program senam kaki DM

belum pernah diterapkan pada pasien Diabetes Melitus tipe II.

Teknik ini merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk

menurunkan kadar gula darah sehingga perlu dilakukan penelitian senam kaki

terhadap penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II bertujuan

untuk menggambarkan asuhan keperawatan dengan senam kaki untuk

mengurangi kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Asuhan keperawatan dengan pemberian Senam Kaki

untuk menurunkan kadar Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus tipe II

di puskemas Banyumulek Lombok Barat”.

B. Rumusan Masalah

Bagimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian senam kaki

terhadap penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II ?.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum
Tujuan studi kasus pada karya tulis ini adalah “Menggambarkan

asuhan keperawatan dengan pemberian senam kaki untuk penurunan

kadar gula darah pada pasien deiabetes melitus tiper II di wilayah kerja

Puskesmas Banyumulek.”

2. Tujuan Khusus

a) Melakukan pengkajian pada pasien diabetes melitus tipe II di wilayah

kerja puskesmas Banymulek.

b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe

II di wilayah kerja puskesmas Banymulek.

c) Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe

II di wilayah kerja puskesmas Banymulek.

d) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II

di wilayah kerja puskesmas Banymulek..

e) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II

di wilayah kerja puskesmas Banymulek.

3. Manfaat Studi Kasus

1. Pasien/keluarga

Pasien dan keluarga dapat melakukan senam kaki secara mandiri

dirumah saat ada keluarga yang menderita diabetes milletus II.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan senam kaki dalam menurunkan kadar gula darah dalam

darah pada pasien dengan diabetes milletus II.

3. Bagi instansi kesehatan

Menambah informasi kepada tenaga kesehatan sehingga dapat

memberikan dedukasi dan kominkasi tentang senam kaki dalam

menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus II.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data

acuan pada peneliti selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemyakit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)

akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

(Brunner & Suddart 2013).

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai

berbagai kelainanmetabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan

pembuluh darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam

pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif Mansyoer, 1997 : 580).

2. Klasifikasi menurut Brunner & Suddarth (2013)

a. Tipe 1 (dulu disebut dengan Diabetes Melitus Tergantung Insulin)

Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1.

Tipe ini ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas, akibat

faktor genetic, imonologis, dan mungkin juga lingkungan

(misalnya virus). Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol

kadar glukosa darah. Awitan diabetes tipe 1 terjadi secara

mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahun.

b. Tipe 2 (Dulu Disebut Dengan Diabetes Melitus Tak Tergantung

Insulin)
Sekitar 90% sampai 95% pasien menyandang diabetes

melitus diabetes tipe 2. Tipe ini disebebkan oleh penurunan

sensitivitas terhadap insulin (resitensi insulin) atau akibat

penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Pertama-tama, diabetes

tipe 2 ditangani dengan diet dan olahraga, dan juga dengan agens

hipoglemik oral sesuai kebutuhan . Diabetes tipe dua sering dialami

oleh pasien di atas usia 30 tahun dan pasien yang obes.

3. Etiologi

a. DM tipe I

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan

penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :

1) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu

sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan

genetic kearah terjadinya diabetes tipe I

2) Faktor imunologi (autoimun)

3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu

proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta

b. DM tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi

insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya

diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga. Hasil

pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi

menjadi 3 (Sudoyo Aru, dkk 2009) yaitu <140 mg/dL normal

1) 140-<200 mg/dL toleransi glukosa terganggu


2) > 200 mg/dL diabetes

4. Patofisiologi

Ada 2 tipe DM : tipe I, atau IDDM (unsulin-dependent DM),

akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta pankreas.

Sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan

normal atau di bawah normal. Gejala klasik IDDM yang tidak diobati

adalah poliuria, polidipsia (peningkatan cairan yang masuk), polifagia

(peningkatan makanan yang masuk), dan kehilangan berat. Tipe II,

atau NIDDM (non-insulin-dependent DM), ini ditandai dengan

kerusakan fungsi sel beta pankreas dan resisten insulin, atau oleh

menurunnya pengambila glukosa oleh jaringan sebagai respons

terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat,

tapi sekresi insulin terganggu dalam hubungannya dengan tingkat

hiperglikemia. Ini biasanya didiagnosa setelah berusia 30 tahun, dan

75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat

obesitas (Marry Courtney Moore, 1997).

Diabetes berhubungan dengan komplikasi.Komplikasi kronik

utama yaitu mempercepat terjadinya penyakit makrovaskuler (penyakit

jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, dan penyakit

serebrovaskuler), retinopati, nefropati, dan neuropati.Komplikasi akut

dari tipe II termasuk hiperglikemia hiperosmolar non ketotik koma

(HHNC), hipoglikemia, dan infeksi seperti pneumonia, selulitis,

bakteriuria, dan vulvoganitis. DKA adalah akibat defisiensi insulin-

dosis terlalu kecil. Kelalaian 1 dosis atau beberapa dosis,


meningkatnya kebutuhan insulin, atau meningkatnya hormone yang

mengatur balik antagonis insulin (glukagon, katekolamin, kortisol dan

hormone pertumbuhan), ini dapat terjadi selama infeksi atau trauma.

Tanda-tanda metabolic dari DKA meliputi hiperglikemia, dieresis

osmotic dan dehidrasi, hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan

lipolisis dan asidosis akibat dari naiknya produksi keton dari asam

lemak (Gb. 12-1). Sebaliknya pihak HHNC selalu dipresipitasi oleh

beberapa stressor yang meningkatkan glikemia (operasi; trauma; luka

bakar; penyakit kronis; infeksi; obat-obatan seperti kortikosteroid atau

diuretic; dialysis). Ini mengakibatkan kenaikan hebat hiperglikemia

(sering lebih besar dari 1000 mg/dL), tanpa atau dengan ketosis ringan,

kenaikan osmolalitas serum, dan dehidrasi (Marry Courtney Moore,

1997).

5. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala DM dikaitkan dengan konsikuensi

metabolik dengan defisiensi insulin (Price dan Wilson)

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi

dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine (poliura)

dan timbul rasa haus (polidipsia)

c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia). BB berkurang

d. Lelah dan mengantuk

e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritas vulva.


Kriteria diagnosis DM: (Sudoyo Aru, dkk 2009)

a. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1

mmol/L)

b. Glikosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu

c. Gejala klasik DM+glukosa plasma > 126 mg/dL (7,0 mmo/L).

puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam

d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO < 200 mg/dL (11.1 mmo/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban

glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan

kedalam air.

6. Komplikasi

a. Akut

1) Ketoasidosis diabetic

2) Hipoglikemi

3) Koma non ketotik hiperglikemi hyperosmolar

4) Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam

hari diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )

5) Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi

hari antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan

peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari )

b. Komplikasi jangka panjang


1) Makroangiopati

a) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )

b) Penyakit vaskuler perifer

c) Stroke

2) Mikroangiopati

a) Retinopati

b) Nefropati

c) Neuropati diabetik.

(Price and Wilson, 2000)

7. Penatalaksanaan menurut Brunner & Suddarth (2013)

a. Penatalaksanaan medis

Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi

vascular dan neropatik. Tujuan teapeutik pada setiap tipe diabetes

adalah untuk mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)

tanpa disertai hipglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas pasien

sehari-hari. Ada 5 komponen penatalaksanaan diabetes : nutrisi,

olahraga, pemantauan, terapi farmakologis, dan edukasi.

1) Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin

2) Terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah penurunan berat badan

3) Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin

4) Penggunaan agens hipoglikemik oral apabila diet dan olahraga

tidak berhasil mengontrol kadar gula darah. Injeksi insulin dapat

digunakan dikondisi akut.


5) Meningkatkan terapi bervariasi selama perjalanan penyakit karena

adanya perubahan gaya hidup dan status fisik serta emosional dan

juga kemajuan terapi, terus kaji dan S modifikasi rencana terapi

serta lakukan penyesuaian terapi setiap hari. Edukasi diperlukan

untuk pasien dan keluarga.

a. Penatalaksanaan nutrisi

1) Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar

glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran normal (atau

seaman mungkin mendekati normal) dan profil lipid dan

lipoprotein dan menurunkan resiko penyakit vaskuler; mencegah,

atau setidaknya memperlambat, munculnya komplikasi kronik;

memenuhi kebutuhan nutrisi individu; dan menjaga kepuasan

untuk makan hanya pilihan makanan yang terbatas ketika bukti

ilmiah yang ada mengindikasikan demikian.

2) Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan

pasien, gaya hidup, waktu biasanya pasien makan, dan latar

belakang etnis serta budaya pasien.

3) Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu

mengontrol kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam

mempertahankan jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi

pada sesi makan.

4) Edukasi awal membahas pentingnya kebiassan makan yang

konsisten, keterkaitan antara makanan dan insulin, dan penetapan

rencana makan individual. Selanjutnya, edukasi lanjut berfokus


pada keterampilan manajemen, seperti makan di restoran;

membaca label makanan; dan menyesuaikan/mengatur rencana

makan untuk olahraga, kondisi sakit, dan acara-acara khusus.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang

diabetes dapat mencakup banyak macam gangguan fisiologis,

bergantung pada kondisi kesehatan pasien atau apakah pasien baru

terdiagnosis diabetes atau tengah mencari perawatan untuk masalah

kesehatan lain yang tidak terkait. Karena semua pasien penyandang

diabetes harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan

untuk penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari

kemungkinan komplikasi diabetes, landasan pendidikan yang solid

mutlak diperlukan dan menjadi focus asuhan keperawatan yang

berkelanjutan.

B. Asuhan keperawatan pasien diabetes melitus

Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien.

Informasi yang di dapat dari klien (sumber data primer), data yang di

dapat dari orang lain (sumber data sekunder), catatan kesehatan klien,

informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang

yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar

[ CITATION Hid12 \l 1033 ].

Pengkajian yang dialkukan menurut menurut Doengoes (2000)

1. Pengkajian.
a. Aktivitas/Istirahat.

Gejala:

Kelemahan,letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot

menurunn. Gangguan tidur/istirahat.

Tanda:

Takikardia, dan takipnea pada keadaan isitirahat atau dengan

aktiviats. Letargi atau disorientasi,koma. Penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi

Gejala:

1) Adanya riwayat hipertensi: IM akut.

2) Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ektremitas.

3) Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda:

a) Takikardia.

b) Perubahan tekanan darah postural: Hipertensi.

c) Nadi yang menurun atau taka da.

d) Disritmia.

e) Krekels: DVJ (GJK).

f) Kulit panas, kering, dan kemerahan: Bola mata cekung.

c. Integritas ego

Gejala:

1) Stress: tergantung pada orang lain.


2) Masalah pinansial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda:

a) Ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala:

1) Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia

2) Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi). ISK

baru atay berulang.

3) Nyeri tekan abdomen.

4) Diare.

Tanda :

a) Urina encer, pucat, kuning: poliuri ( dapat berkembang menjadi

oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat).

b) Urine berkabut, bau busuk (infeksi).

c) Abdomen keras, adanya asites.

d) Bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare).

e. Makanan/cairan

Gejala:

1) Hilang nafsu makan.

2) Mual atau muntah.

3) Tidak mengukuti diet: peningkatan masukan glukosa atau

karbohidrat.
4) Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau

minggu.

5) Haus.

6) Penggunaan diuretik (tiazid).

Tanda:

a) Kulit kering atau bersisik, turgor jelek.

b) Kekakuan atau distensi abdomen, muntah.

c) Pembesaran tiroid (peningkata kebutuhan metabilok dengan

peningkatan gula darah ).

d) Bau halitosis atau manis, bau buah (nafas aseton).

f. Neurosensori

Gejala:

1) Pusing atau pening.

2) Sakit kepala.

3) Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia.

4) Gangguan penglihatan.

Tanda:

a) Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor, koma (tahap lanjut).

Gangguan memori (baru,masa lalu): kacau mental.

b) Reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma).

c) Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri atau ketidak nyamanan

Gejala:
1) Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat).

Tanda:

a) Wajah meringis dengan palpitasi: tampak sangat berhati- hati.

h. Pernapasan

Gejala:

1) Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum

purulent (tergantung adanya infeksi atau tidak).

Tanda:

a) Lapar udara.

b) Batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi).

c) Frekuensi pernafsan.

i. Keamanan

Gejala:

1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit.

Tanda:

a) Demam, diaporisis.

b) Kulit rusak, lesi atau ulserasi.

c) Menurutnya kekuatan umum atau rentang gerak.

d) Parestesia atau paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan

( jika kadar kalium menuurn dengan cukup tajam).

j. Sekualitas .

Gejala:
1) Rabas vagina (cenderung infeksi).

2) Masalah inkoten pada pria: kesulitan orgasme pada wanita.

k. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala:

1) Faktor risiko keluaraga: DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi. Penyembuhan yang lambat.

2) Penggunaan obat seperti seteroid, diuretik (tiazid) : Dilantin

dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).

3) Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.

4) DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari.

i. Pemeriksaan Diagnostik.

1) Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dl

2) Aseton Plasma (keton) :positif secara menyolok

3) Asam lemak bebas : Kadar Lipid dan kolestrol meningkat

4) Osmomalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari

300 mOsm/I

5) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

6) Kalium :Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler).

selanjutnya akan menurun.

7) Fospor : Lebih sering menurun.

8) Hemoglobin Glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat.


9) Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan PH rendah dan

penurunan pada HCO3 (Asidosis Metabolik) dengan

kompensasi Alkalosis respiratorik.

10) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi),

leukositosis , hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap

stres atau infeksi.

11) Ureum/kreatinin: Mungkin meningkat/normal

(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal).

12) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan

adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari Diabtetes

mellitus (Diabetik ketoasidosis).

13) Pemriksaan fungsi teroid: Peningkatan aktivitas hormon tiroid

dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

14) Urine: Gula dan Asetan positif, berat jenis dan osmomalitas

mungkin meningkat.

15) Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksi saluran

kemih, infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka

1. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul menurut Dongoes

(2000)

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Dieuretik osmotik

( dari hiperglikemia). Kehilangan gastrik yang berlebihan dan

masukan yang dibatasi dengan ditandai adanya peningkatan

haluraran urine, urine encer, kelemahan, penurunan berat badan dll.


b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, status

hipermetabolisme ditandai dengan adanya kurang minat terhadap

makanan, penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan dll.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

pemajanan/pengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi. Ditandai dengan pertanyaan/meminta

informasi, mengungkapkan maasalah, ketidakakuratan megikuti

instruksi, terjadinya komlikasi yang dapat dicegah.

2. Intervensi Keperawatan menurut Doengeoes (2000)

a. Kekurangan volume cairan dapat berhubungan dengan : Diuresis

osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare,

muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Mendemonstrasikan hidrat adekuat dibuktikan oleh

2) Tanda vital stabil.

3) Nadi perifer dapat diraba.

4) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.

5) Haluran urine tepat secara invidu.

6) Kadar elektrolit dalam batas normal

No Intervensi Rasional
1 Dapatkan riwayat pasien/orang Rasional : Membantu dalam

terdekat sehubungan dengan memperkirakan kekurangan volume

lamanya/intensitas dari gejala total. Tanda dan gejala mungkin


seperti muntah, pengeluaran urine sudah ada pada beberapa waktu

yang sangat berlebihan sebelumnya. Adanya proses infeksi

mengakibatkan demam dan

keadaan hipermetabolik yang

menignkat kehilangan air tidak

kasatmata.
2 Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemia dapat

adanya perubahan TD ortostatik dimanifestasikan oleh hipotensi dan

takikardi. Perikaraan berat

ringannya hipovolemia dapat dibuat

ketika tekanan darah sistolik pasien

turun lebih dari 10 mmHg dari

posisi berbaring ke posisi duduk.

3 Pola nafas seperti adanya Paru-paru mengeluarkan asam

pernafasan kusmaul atau karbonat melalui pernafasan yang

pernafasan berbau keton menghasilkan kompensasi alkalosis

respiratoris terhadap keadaan

ketoasidosis. Pernafasan yang

berbau keton berhubungan

pemecahan asam aseton-asetat dan

harus berkurang bila ketosis harus

terkoreksi.
4 Frekuensi dan kualitas pernafasan, Koreksi hiperglikemia dan asidosis

penggunaan otot bantu nafas dan akan menyebabkan pola dan


adanya periode apnea dan frekuensi pernafasan mendekati

munculnya sianosis. normal. Tetapi peningkatan kerja

pernafasan dangkal, pernafasan

cepat dan munculnya sianosis

mungkin merupakan indikasi dari

kelelahan pernafasan dan/ munkin

pasien itu kehilangan

kemampuannya untuk melakukan

kompensasi pada asidosis.


5 Suhu, warna kulit dan Meskipun demam, menggigil dan

kelembabannya diaphoresis merupakan hal umum

terjadi pada proses infeksi, demam

dengan kulit yang kemerahan,

kering mungkin sebagai cerminan

dan dehidrasi.
6 Kaji nadi perifer, pengisian Merupakann indikator dari tingkat

kapiler, turgor kulit, dan dehidrasi, atau volume sirkulasi

membrane mukosa. yang adekuat.

b. Nutrisi, Perubahan: Kurang dari kebutuhan tubuh dapat

berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan

dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan

metabolisme protein atau lemak.

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Mencerna jumlah kalori /nutrient yang tepat


2) Menunjukkan tinkat enegri biasanya.

3) Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke

arah rentang biasanya/ yang diinginkan dengan nilai

laboratorium normal.

No Intervensi Rasional
1 Timbang berat badan setiap hari Mengkaji pemasukan makanan

atau sesuai dengan indikasi yang adekuat (termasuk absorpsi

dan utilisasinya).

2 Tentukan program diet dan pola Mengindentifikasi kekurangan dan

makan pasien dan bandingkan meyimpangan dari kebutuhan

dengan makanan yang dapat terapeutik

dihabiskan pasien.

3 Auskultasi bising usus, catat Hiperglikermia dan gangguan

adanya nyeri abdomen/perut keseimbangan cairan dan

kembung, mual, muntahan elektrolitdapat menurunkan

makanan yang belum sempat mortilitas/fungsi lambung (distensi

dicerna, pertahankan keadaan atau ileus paralitik) yang akan

puasa sesuai dengan indikasi memepengaruhi saluran pencernaan

dan memerlukan pengobatan secara

simptomatik.

4 Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral

mengandung zat makanan lebih baik jika psien sadar dan


(nutrient) dan elektrolit dengan fungsi gastrointestinal baik.

segera jika psien sudah dapat

mentoleransinya melalui

pemberian cairan melalui oral.

Dan selanjutnya terus

mengupayakan pemberian

makanan yang lebih padat sesuai

dengan yang dapat ditoleransi

5 Identifikasi makanan yang Rasional : Jika makanan yang

disukai/dikhendaki termasuk disukai pasien dapat dimasukkan

kebutuhan etnik/kultural. kedalam perencanaan makan, kerja

sama ini dapat diupayakan setelah

pulang.

6 Libatkan keluarga pasien pada Meningkatkan rasa keterlibatannya,

perencanaan makan ini sesuai memberikan informasi pada

dengan indikasi keluarga untuk memahami

kebutuhan nutrisi pasien.Catatan

berbagai metode bermanfaat untuk

perencanaan diet meliputi

pergantian daftar menu, sistem

perhitungan kalori, indeks glikemia

atau seleksi awal menu.


c. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) Mengenal Penyakit,

Proknosis, dan kebutuhan pengobatan. Dapat dihubungkan dengan:

Kurang pemahaman / mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Tujuan dan kriteria hasil

1. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

2. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses

penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

3. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan

rasional tindakan

4. Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam

program pengobatan.

No Intervensi Rasional
1 Ciptakan lingkungan yang saling Menanggapi dan memperhatikan

percaya dengan mendengarkan perlu diciptakan sebelum pasien

penuh perhatian, dan selalu ada bersedia mengambil bagian dalam

untuk pasien. proses belajar.

2 Bekerja dengan pasien dalam Rasional : Partisipasi dalam

menata tujuan belajar yang perencanaan meningkatkan antusias

diharapkan dan kerja sama pasien dengan

prinsip-prinsip yang dipelajari


3 Pilih berbagai strategi belajar, Penggunaan cara berbeda tentang

seperti teknik demonstrasi yang mengakses informasi meningkatkan

memerlukan keterampilan dan pencerapan pada invidu yang


biarkan pasien belajar.

mendemonstrasikan ulang,

gabungkan keterampilan baru ini

kedalam rutinitas rumah sehari-

hari

4 Demonstrasikan cara pemeriksaan Melakukan pemeriksaan gula darah

gula darah dengan menggunakan oleh diri sendiri 4 kali atau lebih

“finjer stick” dan beri kesempatan dalam setiap harinya

pasien untuk mendemonstrasikan memungkinkan fleksibilitas dalam

kembali, instruksikan pasien perawatan diri, meningkatkan

untuk pemeriksaan keton urinenya kontrol dalam gula darah dengan

jika glikosa darah lebih tinggi lebih ketat (misalnya, 60-150

250/dL. mg/dL) dan dapat

mencegah/mengurangi

perkembangan komplikasi jangka

panjang.

5 Diskusikan tentang rencana diet, Kesadaran tentang pentingnya

penggunaan makanan tinggi serat kontrol diet akan membantu pasien

dan cara melakukan makan diluar dalam merencanakan

rumah makan/mentaati program. Serat

dapat memperlambat absorbs

glukosa yang akan menurunkan


fluktasi kadar gula dalam darah,

tetapi dapat menyebabkan

ketidaknyamanan pada saluran

cerna. Flatus meningkat dan

mempengaruhi absorbs

vitamin/mineral.

6 Diskusikan faktor-faktor yang Informasi ini akan meningkatkan

memegang peranan dalam kontrol pengendalian terhadap DM dan

DM tersebut, seperti latihan fisik dapat sangat menurunkan

(aerobik, versus isumetrik), stress, berulangnya kejadian ketoasidosis.

pembedahan dan penyakit tertentu Catatan: Latihan aerobik (sepeeti

berjalan, berenang) meningkatkan

kefektifan penggunaan insulin yang

menurunkan kadar gula darah dan

memperkuat sistem kardiovaskuler.


7 Buat jadwal latihan/ aktivitas Waktu latihan/olahraga tidak boleh

seperti olahraga/ senam kaki DM bersamaan waktunya dengan kerja

dan identifikasi hubunga dengan puncak insulin. Makanan kudapan

penggunaan insulin yang perlu harus diberikan sebelum atau

menjadi perhatian. selama latihan sesuia kebutuhan

dan rotasi injeksi harus

menghindari kelompok otot yang

akan digunakan untuk aktivitas

(mis. Daerah abdomen lebih dipilih


daripada paha atau lengan sebelum

melakukan senam kaki/jogging

serta berenang) untuk mencegah

percepatan ambilan insulin.


8 Instruksikan pentingnya Mencegah/mengurangi komplikasi

pemeriksaan secra rutin pada aki yang berhubungan dengan

dan perawatan kaki tersebut. neuropati perifer dan/atau

Demosntrasikan cara gangguan sirkulasi terutama

pemeriksaaan kaki selulitis, ganggren, dan amputasi


.

3. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan

rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan

guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Implementasi keperawatan dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:

a. Independent, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat

tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

b. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama

dari tenaga kesehatan lainnya.

c. Dependen, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis/instruksi dari tenaga medis.[ CITATION Sua13 \l 1033 ]

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil


akhir yang teramati dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada

tahap perencanaan.[ CITATION Sua13 \l 1033 ]

a. Pasien paham tentang penyakitnya dan bagaimana prosedur

penanganan mandiri yang baik dan benar.

b. Pasien sudah menjalani kehidupannya dengan lebih terbuka serta

menerima kondisinya.

c. Pasien tidak lagi mengalami mual muntah sehingga kebutuhan

nutrisi dan berat badannya kini sudah kembali normal seperti

sebelum-sebelumnya saat pasien merasa sangat bertenaga.

d. Pasien dapat berbagi kecemasannya sehingga perasaannya selalu

tenang, damai, dan merasa bahagia.

e. Aktivitas pasien yang sempat tertunda sudah kembali berjalan

normal karena pasien mengatasi gejala sakitnya dengan bik.

f. Pasien patuh dalam menjauhi hal-hal yang dapat memperburuk

kondisi tubuhnya.

g. Pasien menjalani pola hidup bahagia banyak bersyukur sehingga

emosi yang sering kali mengganggu kehidupan pasien hingga

mengalami stress berat kini dapat dikendalikan dengan baik.

h. Pasien menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan

dan minuman yang bergizi baik dan olah raga teratur.

i. Pasien bisa berbagi pengalaman sakitnya hingga membuat keluarga

atau orang-orang terdekat dilingkungannya mengikuti anjurannya

untuk menjalani pola hidup sehat dan bahagia.


C. Terapi Senam Kaki untuk Pasien Diabetes Melitus

1. Pengertian Senam Kaki

senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh

pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki

(S,Sumosardjuno,1986 dalam Widianti A & Artikah P,2010).

Senam kaki juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah

dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki. Selain itu juga dapat meningkatkan kekuatan otot betis,

oto paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam

kaki yang konsisten dapat menghindari cedera fisik, mengurangi resiko

ulkus kaki dan kemungkinan infeksi serta amput (Brasher,2014).

Sebagaimana telah terbukti bahwa pencegahan dan pengelolaan yang

baik dari kaki yang diabetik dapat mengurangi amputasi sekitar 49-

85%, oleh karena itu sangat penting untuk senam kaki (Helmanu &

Hurrahmani, 2015)

2. Fungsi senam kaki

Adapun fungsi senam kaki adalah sebagai berikut:

a. Memperbanyak/ memperbaiki sirkulasi darah.

b. Memperkuat otot-otot kecil.

c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.

d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha.

e. Membatasi keterbatasan gerak sendi.

f. Meningkatkan kebugaran klien (Widianti, 2010).


3. Manfaat Senam Kaki

a. Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan

mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.

b. Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha.

c. Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.

(Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Hal: 119)

4. Indikasi senam kaki

Senam kaki dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes

mellitus tipe 1 maupun tipe. Tetapi sebaiknya senam kaki ini

disarankan kepada penderita untuk dilakukan semenjak penderita di

diagnosis diabetes mellitus sebagai tindakan pencegahan

(Widianti,2010)

5. Kontra indikasi

a. Penderita mengalami perubahan fungsi fisiologi seperti dispneu

atau nyeri dada.

b. Orang yang defresi, khawatir atau cemas (Widianti,2010).

6. Tehnik prosedur senam kaki

a. Persiapan alat

1) Kursi ( jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk).

2) 2 lembar Koran.

b. Persiapan klien

1) Kontrak waktu dan topik.

2) Kontrak tempat.

3) Menjelaskan tujuan dilaksanakan senam kaki.


c. Persiapan lingkungan

1) Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2) Jaga privacy pasien.

d. Prosedur senam kaki

1) Persiapan alat

Cuci tangan

2) Langkah 1 :.

Posisikan klien duduk


tegak dikursi dengan
nyaman serta kedua kaki
menyentuh lantai
(Purwanto, 2014)

Gambar 1 posisi pasien tegak lurus

3) Langkah 2 :

1. Tumit
2. Ujung kaki/Jari kaki

Letakkan tumit dilantai,


2
kemudian jari-jari kedua
kaki diluruskan ke atas
lalu di bengkokkan
kembali kebawag seperti
cakar ayam. Gerakan ini
dilakukan sebanyak (2
1
Set 10 Revitasi)

Gambar 2 Tumit diletakkan dilantai


4) Langkah 3 :

1. Tumit
2. Ujung kaki/jari
kaki
3. Telapak Kak
Letakkan salah
satu tumit
dilantai, angkat
2 telapak kaki ke
atas, pada kaki
lainnya, jari-jari
kaki diletakkan
dilantai kemudian
tumit dinaikkan ke
atas. Cara ini
dilakukan
bersamaan pada
kaki kiri dan
kanan secara
bergantian dan
diulaangi
sebanyak (2 set 10
repitasi)
Gambar 3 Angkat telapak kaki ke atas

5) Langkah 4

1. Tumit
2. Jari kaki
3. Telapak kaki
2
3 Tumit kaki diletakkan
dilantai, Bagian ujung
kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan
memutar dengan
pergerakan kaki
1 sebanyak (2 set 10
Repitasi)

Gambar 4 Ujung kaki di angkat


6) Langkah 5:.

1. Ujung kaki
2. Tumit
1 3. Pergelangan kaki
3 Jari- jari diletakn
dilantai. Tumit
diangkat dan buat
gerakan memutar
dengan
pergerakan pada
pergelangan kaki
sebanyak ( 2 set
2 10 repitasi)

Gambar 5 tumit diangkat, buat gerakan memutar.

7) Lanhkah 6:

1. Jari Kaki
1 Luruskan salah
satu kaki diatas
lantai kemudian
angkat kaki
tersebut lalu
gerakkan ujung
kaki ke arah wajah
lalu turunkan
kembali kelantai

Gambar 6 Luruskan pada salah satu kaki

8) Langkah 7:

1. Ujung kaki
1 Luruskan salah
satu kaki diatas
kemudian angkat
kaki ttersebut lalu
gerakkan ujung
kaki menjauh dari
wajah lalu
turunkan kembali
ke lantai.
9) Langkah ke 8 :
1. ujung kaki
2. Pergelangan
1 kaki
Angkat kedua
kaki lalu
luruskan,
2 pertahankan
posisi tersebut,
Gerakan
pergelngan
kaki ke depan
dan belakang.
Ulangi
pergerakan
sebanyak (2
set 10 repitasi)
Gambar 8 angkat kedua kaki secara bergantian

10) Langkah 8:

1. ujung kaki
luruskan kaki
1 dan angkat,
putar aki pada
pergelangan
kaki, tuliskan
pada udara
dengan kaki
angka 0-10
lakukan juga
pada kaki kiri.
Gambar 9 angkat kedua kaki membentuk angka
11) Langkah 9

1. Koran
1 Bentuk Koran menjadi
bola dengan kedua belah
kaki, buka kembali dan
robek koran menjadi 2
bagian dan kecil-kecil,
pindahkan kumpulan
sobekan tersebut dengan
kedua kaki lalu letakkan
sobekan pada koran yang
utuh dan bungkus
semuanya dengan kedua
kaki menjadi bentuk bola.

Gambar 10 Bentuk koran menjadi bola menjadi

kecil

D. Pengaruh Pemberian Senam Kaki dengan Penurunan Kadar Gula Darah

Salah Satu tindakan yang diberikan untuk menurunkan Gula Darah

pada pasien diabetes adalah senam kaki, senam kaki ini sangat dianjurkan

untuk pasien diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan

neuropathy di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan

tubuh pasien. Gerakan dalam senam kaki diabetes seperti yang

disampaikan dalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp tahun

2005 dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Mengurangi


keluhan dari neuropathy sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan,

gringgingen di kaki.

Penelitian yang di lakukan oleh Anggraini (2017), berpendapat

bahwa senam kaki yang dilakukan oleh penderita DM berpengaruh pada

penurunan kadar gula darah sewaktu. Pengaruh senam kaki terhadap kadar

glukosa darah penderita diabetes melitus tipe II terjadi karena senam kaki

menyebabkan peningkatan kontraksi otot ektremitas bawah seperti otot

fleksor hip, fleksor-ektensor knee dan utamanya otototot penggerak ankle

(dorsal fleksor, plantar fleksor, invertor, dan evertor) serta otot intrinsik

jari-jari kaki. Kontraksi otot tersebut menyebabkan peningkatan Ca2+,

AMP, ROS, dan mekanis sementara insulin memberikan sinyal terhadap

insulin receptor substrate dan PI 3-kinase yang menyebabkan kerjasama

antara insulin dan latihan untuk memfosforilasi AS160 dan TBC1D1

dalam mengaktivasi translokasi GLUT4 sehingga dapat meningkatkan

ambilan glukosa dalam otot. Peningkatan translokasi GLUT4 ini akan

meningkatkan kapasitas ambilan glukosa dalam jaringan. Di dalam

jaringan, glukosa akan diubah menjadi ATP (energi). Semakin banyak

ekspresi GLUT4 maka jumlah glukosa dalam darah menjadi berkurang

karena meningkatkan glukosa darah yang diangkut ke dalam jaringan

(Stanford & Goodyear, 2014 cit Hikmasari, 2016).

Peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah sewaktu,

kemudian peneliti mendemonstrasikan teknik senam kaki kepada

responden, setelah itu peneliti mengintruksikan responden untuk

melakukan senam kaki. Metode ini dilakukan selama 4 kali dalam 1


minggu dengan rentang waktu 30 menit setiap melakukan senam kaki,

kemudian peneliti mengukur kembali kadar gula darah responden. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penderita kadar gula darah sewaktunya

menurun. Penurunan kadar gula darah sewaktu ini sebagai salah satu

indikasi terjadinya perbaikan diabetes melitus yang dialami.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Graceistin Ruben

Dkk (2016), dimana metode yang diberikan yaitu senam kaki

direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70 maksimum

heart rate), durasi 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dan

tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam. Hasilnya dari

responden yang melakukan senam kaki dengan baik dan benar secara

teratur relatif memiliki nilai kadar gula darah <200 mg/dl. Nilai kadar gula

darah yang lebih rendah atau turun ini menggambarkan terjadinya

perbaikan nilai kadar gula darah setelah melakukan senam kaki. Sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yanuar (2011) dalam Yudono

(2012) bahwa pada saat latihan (senam) kebutuhan energi meningkat

sehingga otot menjadi lebih aktif dan terjadi peningkatan pemakaian

glukosa sehingga terjadi penurunan kadar gula darah, hal ini juga

dilatarbelakangi oleh faktor kontinuitas atau keteraturan pasien dalam

mengikuti senam sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.

Dari beberapa penjelasan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan

bahwa senam kaki sangat bermanfaat terhadap penurunan kadar gula darah

dalam tubuh bagi penderita diabetes melitus. senam kaki menyebabkan

peningkatan kontraksi otot ektremitas bawah sehingga senam kaki jika


dilakukan dengan baik dan benar secara teratur relatif memiliki nilai kadar

gula darah <200 mg/dl..

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Karya tulis ilmiah yang digunakan adalah studi kasus : prosedur

tindakan keperawatan. Studi kasus berorientasikan pada asuhan

keperawatan dengan pendekatan yang dilaksanakan secara komperehensif

dimana bentuk pelaporannya lebih memaparkan secara mandalam salah

satu tindakan focus sesuai masalah (prosedur tindakan tertentu) dari

rencana tindakan keperawatan menurut asosiasi institusi pendidikan vokasi

keperawatan Indonesia [ CITATION AIP17 \l 1033 ].

Dalam studi kasus ini membahas tentang asuhan keperawatan

dengan pemberian senam kaki untuk menurunkan gula darah pada pasien

diabetes melitus.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus *merupakan bagian dari populasi yang dapat

dijangkau dan dapat dipergunakan sebagai subjek karya tulis ilmiah untuk

menyeleksi bagian dari populasi yang dapat mewakili sebagian subyek


pada studi kasus tersebut. Dalam subyek studi kasus ini menggunakan

orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus.

Berdasarkan ketetapan teori tentang subyek studi kasus diatas,

maka jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang yang

menderita diabetes melitus. Dalam studi kasus ini terdapat kriteria inklusi

dan eksklusi yaitu:

1. Kriteria inklusi

a. Seseorang dengan diabetes melitus yang mengalami kurang

pengetahuan tentang senam kaki diabetes melitus.

b. Usia 45-50 tahun.

c. Bersedia menjadi responden dari awal sampai dengan akhir

penelitian.

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden.

b. Sakit yang mengganggu aktivitas selama penelitian.

C. Fokus Studi

Fokus studi kasus ini adalah penerapan pemberian Senam Kaki

pada seseorang yang mengalami diabetes melitus melalui pendekatan

proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan,

perencanaan, implementasi, sampai evaluasi.

D. Definisi Oprasional

1. Diabetes Melitus.

Diabetes milletus merupakan suatu penyakit kronik yang

kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme yang umunya sering


terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Alat ukur yang digunakan adalah

pemeriksaan kadar gula darah cara mengukurnya yaitu dengan

pengambilan darah yang kemudian di periksa dengan alat pemeriksaan

kadar gula darah.

2. Senam Kaki

senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh

pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki pada responden

yang sedang mengalami diabetes melitus.

E. Instrument Studi Kasus

instrument dalam penelitian ini yang akan digunakan yaitu berupa

leafleat, SOP senam kaki, video senam kaki dan alat ukur gula darah yang

membantu dalan penerapan senam kaki diabetes melitus..

F. Tempat Dan Waktu

1. Tempat penelitian yaitu di Puskesmas Banyumulek.

2. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Maret sampai dengan

bulan April 2020 selama tiga kali dalam satu minggu (3x semingggu).

G. Pengumpulan Data

1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut[ CITATION Mol10 \l

1033 ]. Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara


terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah

disusun.

2. Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang

harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk

melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar

peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan

yang diteliti. Dalam penelitian ini, dilakukan observasi secara langsung

dan mengunakan beberapa model instrument seperti skala penilaian.

Peneliti melakukan pelaksanaan tindakan Asuhan Keperawatan

Dengan Latihan Senam Kaki Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah

Pada pasien Diabetes Melitus.

H. Penyajian Data

Untuk studi kasus data yang disajikan secara deskriptif/ narasi dan

dari hasil penulis yang meneliti setelah dilakukan tindakan keperawatan

senam kaki terhadap penurunan kadar gula darah.

I. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan studi kasus yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut [ CITATION Not12 \l 1033 ]. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari

institusi untuk mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga


tempat penelitian. Menurut [ CITATION Ali08 \l 1033 ] dalam melaksankan

penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupkan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangai lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa

informasi yang harus ada dalam Informed consent tersebut adalah:

partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan

lain-lain [ CITATION Ali08 \l 1033 ]

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur yang telah diisi oleh responden, penulis tidak mencantumkan

nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial

saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Confidentiality adalah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset [ CITATION Ali08 \l 1033 ] Peneliti

menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus

Penelitian tentang pemberian senam kaki untuk penurunan kadar

gula darah pada pasien Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas

Banyumulek terletak di Jln Pariwisata Banymulek Desa Banyumulek

kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Untuk menjangkau Puskesmas Banyumulek relative lebih mudah,

karena transportasi dan jalan baik. Luas wilayah kerja Puskesmas

Banyumulek secara keseluruhan mencapai

Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Sakra terdiri dari 6

desa 37 dusun. Jumlah penduduk 23.232 jiwa dan jumlah remaja

diwilayah kerja Puskesmas Sakra 4.646 jiwa, upaya

pembagunan/program yang dilakukan untuk remaja adalah pelayanan


kesehatan remaja. Salah satu dusun di desa Suwangi Timur yang

menjadi lokasi penelitian adalah dusun Penye Timur.

2. Proses Keperawatan Studi Kasus

A. Pengkajian

a. Data Umum

1) Nama KK : Ny K

2) Pekerjaan KK : Ibu Rumah Tangga

3) Pendidikan KK : SD

4) Agama KK : Islam

5) Alamat : Desa Banyumulek Kecamatan

Kediri

6) Genogram

Suami

Istri
39

?
35

?
29

2
2
5
2,

7
3
4
3
9
1

?
Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal dunia

---- = Tinggal bersama

___ = Menikah

= Pasien
7) Suku Bangsa

Keluarga yang terdiri suami, istri, dan anak memiliki

suku yaitu suku sasak.

8) Agama

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak

menganut agama Islam.

9) Status Sosial Ekonomi

Keluarga Tn.A memiliki penghasilan dari

hasil bertani, sumber pendapatan yang diperoleh hanya dari

Tn.A.

10) Aktivitas/Istirahat.

Ny K setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga dan

kadang mengalami kram otot

11) Sirkulasi

Pasien Ny K mengatakan kadang kesemutan dikaki ketika

terlalu lama duduk denan kak dilipat, dan pasin Ny K

mempunyai riwayat tekanan darah tinggi

12) Integritas ego

Pasien Ny K mengatakan kadang stres dikarenakan pandemi

virus corona yang membuat pamasukan berkurang dan

pekerjaan suami terhambat

13) Eliminasi.

Pasien Ny K mengatakan kadang sering kencing pada

malam hari leih dari 5x dan tidak ad nyari saat buang air
kecil, sementara untuk BAB pasien BAB 1x2 hari, dengan

intensitas lunak.

14) Makanan/cairan.

Pasien Ny K mengatakan nafsu makan sering tidak ke

kontrol, pasien kadang makan 4x sehari dengan nasi

sepiring full dan pasien Ny K mengatakan sering haus.

15) Neurosensori

Pasien Ny K mengatakan kadang pusing ketika bangun dar

dari duduk yang lama dan terkadang mengalami kesemutan

di kaki dan tangan dan penglihatan sedikit kabur

16) Nyeri atau ketidak nyamanan

Pasien Ny K mengatakan hanya nyeri di kaki dan tangan

karena kesemutan dan nyeri pada bagian tengkuk.

17) Pernapasan.

Pasien Ny K mengatakan tidak ada masalah dalam

pernafasan.

b. Pemeriksaan Fisik

Data Tn. I Ny. R An. N

TTV

- TD 120/80mmhg 100/70mmhg -

- Nadi 80 76 92

- Respirasi 18 20 26

- Suhu 36,50 36,20C 37,50C


Kepala:

- Bentuk Simetris Simetris Simetris


- Rambut Hitam Hitam Hitam

- Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih


Mata:

- Sclera

- Kongjungtiva Tidak Tidak Anemis

- Palpebra anemi anemi

- Fungsi Baik Baik Baik


Telinga :

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Keadaan Bersih Bersih Bersih

- Fungsi Normal Normal Normal


Hidung

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Keadaan Bersih Bersih Bersih

- Fungsi Normal Normal Normal


Mulut:

- Gigi Lengkap Lengkap Belum

- Fungsi Lengkap

Menela Baik Baik Baik

Leher

- Pembesaran

kelenjar Tidak ada Tidak Tidak

tiroid ada ada


Dada:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Suara paru Normal Normal Normal

- Respirasi

- Bunyi jantung
Abdomen:

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Nyeri Tekan Tidak Tidak Tidak

Ada ada ada


Ekstremitas

- Oedema Tidak Tidak Tidak

- Kotrak-tur ada ada ada

- Gerakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Integumen:

- Turgor Elastis Elastis Elastis

- Keadaan Normal Normal Normal

- Kuku Bersih Bersih Bersih

a. Analisa Data

Problem Etiologi Symtom


DS : Gangguan Nyeri
Responden reproduksi
mengatakan sangat
terasa sakit pada Meningkatnya
daerah perut bagian kontraktilitas uterus
bawah.
Nyeri
DS :
Responden tampak
meringis menahan
sakit,
P : nyeri dirasakan
saat
beraktivitas/
banyak
bergerak.
Q : seperti diremas
dari dalam
perut
R : perut bagian
bawah
S : Skala 7 dari
skala nyeri 0-
10.
T : terus menerus

DS : Gangguan Ansietas
Responden reproduksi
mengatakan tidak tau
cara alternatif untuk Kurangnya
mengatasi nyeri haid. pengetahuan

DO : Ansietas
Responden tampak
cemas, dan pucat

b. Diagnosa
Berdasarkan analisis data tersebut maka didapatkan dua

diagnosa keperawatan, yaitu:

1. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus

yang ditandai dengan responden merasakan nyeri hebat pada

perut bagian bawah.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai

dengan responden mengatakan tidak tahu cara alternatif untuk

mengatasi nyeri haid.

c. Rencana Keperawatan
Intervensi Rasional
1. Mengajak pasien untuk 1. Dapat mengatasi nyeri karena
melakukan olah raga ringan, adanya stimulus sentuhan
seperti mengerak-gerakkan terapeutik yang nantinya akan
badan, dan lainnya. membuat skala nyeri menurun.
2. Menerapkan teknik relaksasi non 2. Agar dapat mengurangi
farmakologi : Latihan tekanan yang berguna untuk
Abdominal Stretching untuk pasien merasakan rileks
mengurangi nyeri dismenorea Berguna untuk menurunkan
pada remaja putri. skala nyeri pasien.
3. Sarankan pasien untuk 3. Untuk menurunkan kongesti.
mengkonsumsi dieresis natural
seperti vitamin, atau hanya
dengan tidur atau beristirahat
yang cukup.

1. Berikan informasi lengkap pada 1. Agar pasien tidak takut dan


pasien tentang penyakitnya. bersiap dengan segala resiko
2. Menjelaskan bagaimana cara karena penyakitnya.
penanganan mandiri yang harus 2. Dapat membantu pasien
dilakukan saat pertama kali. melakkan tindakan penanganan
3. Menjelaskan secara rinci secara mandiri dengan baik
prosedur penanganan yang akan saat penyakitnya terjadi lagi.
dilakukan dan bagaimana reaksi 3. Agar pasien merasa aman yang
dari prosedur tersebut. dapat mengurangi ansietas.
4. Mengajak keluarga atau orang 4. Agar pasien merasa
terdekat untuk ikut berpartisipasi didampingi dan akan
dalam penanganan. membuatnya lebih terbuka.
5. Mengajak pasien berdiskusi 5. Untuk membuat pasien merasa
tentang penyakitnya dan ditemani dan disemangati
mendengarkan keluhan pasien 6. Dapat membantu pasien untuk
dengan seksama. lebih tenang dan dapat
6. Menerapkan teknik relaksasi non mengatasi rasa takut, cemas,
farmakologi seperti latihan serta menghilangkan setress.
abdominal stretching.

d. Implementasi
Diagnosa pertama mendemostrasikan lahihan abdominal

stretching pada tanggal 12 April 2020. Responden mampu

melakukan latihan abdominal stretching secara mandiri dan bener

setelah dicontohkan.

Pada diagnosa kedua responden melakukan latihan

abdominal strertcing tiga kali dalam satu minggu sacara mandiri.

Tabel 4.1. Observasi gerakan responden

Pelaksanaan Tahapan Gerakan Latihan Abdominal


Stretching
Hari/Tanggal 1 2 3 4 5 6

13 April 2020 √ √ √ √ √ √

14 April 2020 √ √ √ √ √ √

15 April 2020 √ √ √ √ √ √
Berdasarkan tabel 4.1. responden melakukan latihan

abdominal strertcing sebanyak 3 kali, latihan abdominal stretching

ini dilakukan sebelum menstruasi pada bulan April. Responden

mampu melakukan gerakan latihan abdominal stretching dari

gerakan 1 sampai gerakan 6 pada tanggal 13 April, sedangkan pada

tanggal 14 April dan 15 April responden sudah mampu melakukan

gerakan latihan abdominal strerching secara benar dan mandiri.

e. Evaluasi
Penilaian nyeri dilakukan pada tanggal 5 April 2020 untuk

menilai skor nyeri sebelum diajarkan teknik latihan abdominal

stretching. Setelah itu pada taggal 13 April 2020 responden

diajarkan teknik latihan abdominal stretching sebanyak 3 kali pada

tanggal 13 April 2020, 14 April 2020, dan 15 April 2020.

Kemudian bulan menstruasi berikutnya pada tanggal 16 April 2020

– 22 April 2020 dilakukan penilaian skor setelah melakukan

latihan abdominal stretching. Penilaian skor nyeri sebelum

dilakukan latihan abdominal stretching pada menstruasi bulan

Maret dan penilaian skor nyeri setelah melakukan latihan

abdominal strertcing sejak hari pertama menstruasi sampai hari

terakhir menstruasi karena responden mengalami nyeri disminorea

sejak hari pertama menstruasi.

Grafik 4.1. Observasi nyeri menstruasi responden pada saat


sebelum dan setelah dilakukan teknik latihan
abdominal stretching
7

5 Sebelum Sesudah
4
4
3 4
2
2
2
0 1 0
0
Hari I Hari II 0
Hari III Hari IV
Hari V Hari VI Hari VII

Berdasarkan Grafik 4.1. nyeri maksimal yang dirasakan

responden sebelum dilakukan latihan abdominal stretching terjadi

pada hari ke-2 menstruasi dengan skala nyeri 7 (0-10) dan sesudah
melakukan terapi latihan abdominal stretching sebanyak 3 kali dan

hasilnya adalah nyeri maksimal yang dirasakan responden setelah

melakukan latihan abdominal stertching terjadi pada hari ke-2

menstruasi dengan skor nyeri skala 4 (0-10) dan pada hari ke-5

responden sudah tidak merasakan nyeri.

B. Pembahasan Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 April sampai dengan 23

April 2020 dengan 1 responden. Penelitian ini membandingkan perubahan

tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah terapi latihan abdominal

stretching pada satu remaja putri yang mengalami dismenore. Proses

pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti yaitu dimulai saat

pencarian data remaja dengan dismenore yang sesuai dengan kriteria

inklusi yang sudah ditetapkan. Kemudian menemui responden,

memperkenalkan diri, mejelaskan tentang maksud, tujuan serta manfaat

penelitian dan mengajukan informed consent kepada responden. Setelah

itu responden diajarkan gerakan terapi latihan abdominal stretching dan

melakukan terapi latihan abdominal stretching 3 kali seminggu sebelum

haid. Kemudian peneliti mengobservasi nyeri sebelum diberikan terapi dan

setelah diberikan terapi. Dismenore adalah nyeri menstruasi yang

memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja

dan berkurangnya aktifitas sehari-hari [ CITATION Pro09 \l 1057 ].

Dismenore primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat

intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang

tidak diperlukan lagi. Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami
yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut

prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot-otot halus dinding

rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan

makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat.

Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi.

Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai

terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid

pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar

prostaglandin [ CITATION Sin171 \l 1057 ]. Pengkajian pada penelitian ini

dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi.

Responden pada penelitian ini berusia 16 tahun dan mengalami

dismenore, hal ini sesuai dengan teori Dawood (2006) bahwa dismenore

primer terjadi pada awal siklus menstruasi dan nyerinya meningkat pada

masa remaja sekitar umur 15-17 tahun dan puncak nyeri yang dialami

adalah ketika umur 20-24 tahun. Responden tidak memiliki riwayat

pemyakit reproduksi dan dapat dikatakan responden mengalami dismenore

primer. Hal ini sesuasi dengan teori [ CITATION Sin171 \l 1057 ] dismenore

primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram

menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat

intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang

tidak diperlukan lagi. Responden tidak dikatakan mengalami dismenore

sekunder karena berdasarkan teori [ CITATION Low13 \l 1057 ] dismenore

sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi setelah usia 25 tahun. Hal

ini berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis


endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma

submukosa atau interstisial (fibroid uterus), atau penggunaan alat

kontrasepsi dalam kandungan. Menarche pada responden terjadi pada usia

14 tahun, lama siklus responden tersebut yaitu 30 hari, lama menstruasi

yaitu selama 7 hari. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

[ CITATION Placeholder2 \l 1057 ] bahwa menstruasi biasanya diawali pada

usia remaja 9-12 tahun. Ada sebagian kecil yang mengalami lebih lambat

dari itu, 13-15 tahun meski sangat jarang terjadi. Masa rata-rata

perempuan menstruasi antara 3-8 hari. Rata- rata perempuan mengalami

siklus menstruasi selama 21-40 hari. Pada setiap wanita biasanya lama

menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc.

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) menimbulkan adanya kontraksi

uterus, dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi

prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan

kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus

terhenti dan terjadi dismenore [ CITATION Placeholder2 \l 1057 ]. Nyeri yang

dirasakan oleh responden sejak hari pertama menstruasi, merasakan nyeri

maksimal pada hari kedua (nyeri skala 7), nyeri pada perut bagian bawah

nyeri seperti diremas dari dalam, responden mengatakan cara mengatasi

nyeri haid dengan cara istirahat saja. Hal ini sesuai dengan teori [ CITATION

Placeholder3 \l 1057 ] dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian

bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri

dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang

terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau
selama menstruasi. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data untuk

mengindentifikasi permasalahan dalam keperawatan. Pada analisa data

responden ditemukan permasalahan dan penyebab, yaitu nyeri

berhubungan dengan gangguan menstruasi ditandai dengan nyeri ketika

melakukan aktivitas. Diagnosis ini muncul karena responden merasakan

nyeri pada perut bagian bawah ketika menstruasi, skala tertinggi nyeri

yang diungkapkan termasuk nyeri berat yaitu 7 dalam rentang 0 -10.

Menurut [ CITATION Placeholder3 \l 1057 ] salah satu cara untuk mengatasi

nyeri haid adalah dengan melakukan latihan fisik, maka pada tahap

perencanaan pada kasus responden akan diajarkan terapi latihan

abdominal stretching untuk mengatasi dismenore terlebih dahulu lalu

sebelum pelaksanaannya. Alasan peneliti memilih latihan abdominal

stretcing adalah karena latihan mampu abdominal stretcing mengurangi

rasa nyeri saat menstruasi (Alter,2008). Latihan ini juga tidak

membutuhkan biaya yang mahal, mudah dilakukan dan tentunya tidak

menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Menurut

[ CITATION The10 \l 1057 ] Stretching (peregangan) adalah aktivitas fisik

yang paling sederhana. Stretching merupakan suatu latihan untuk

memelihara dan mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan. Adapun

salah satu cara exercise/latihan untuk mengurangi intensitas nyeri haid

adalah dengan melakukan abdominal stretching exercise. Lama latihan

abdominal stretching ini dilakukan selama kurang lebih 10-15 menit.

Diagnosa keperawatan kedua adalah ansietas berhubungan dengan kurang

pengetahuan/ informasi terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan


tersebut. Responden belum mengetahui cara alternatif (non farmakologi)

untuk mengatasi dismenore yaitu latihan fisik seperti latihan abdominal

stretcing. Responden melakukan latihan abdominal stretching 3 kali dalam

seminggu sebelum menstruasi dan didapatkan data bahwa penurunan skala

nyeri. Berikut hasil penurunan nyeri responden dalam rentang skala 0-10,

Responden melakukan latihan abdominal stretcing sebanyak tiga kali

sebelum mensruasi, latihan abdominal stretcing ini dilakukan 3 kali dalam

waktu kurang lebih satu minggu saat menstruasi oleh responden.

Penurunan nyeri pada responden turun dari nyeri skala 7 (nyeri berat)

turun menjadi nyeri skala 4 (nyeri sedang), Hasil penelitian ini

menunjukan latihan abdominal stretcing efektif untuk mengatasi nyeri

haid apabila dilakukan secara benar dan teratur.

C. Kendala atau Hambatan selama Penelitian

Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari

penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam

melaksanakan penelitian. Adapun kendala atau hambatan peneliti selama

proses penelitian ini antara lain yaitu:

1. Tidak tersedianya alat penunjang untuk menentukan diagnosa nyeri

haid atau disminorea yang dialami oleh remaja putri yaitu disminorea

primer atau skunder. Sehingga peneliti menggunakan alternatif lain

untuk menentukan jenis nyeri haid atau dismenorea yaitu melakukan

pengkajian tentang riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita.


2. Konsep yang digunakan door to door atau rumah kerumah

dikarenakan adanya wabah virus corona (covid-19) sehingga tidak

memungkinkan melakukan pasa satu tempat atau perkumpulan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan maka penulis dapat

menyimpulkan pada pengkajian dengan gangguan sistem reproduksi

dengan disminorea primer didapatkan data subjektif dan data objektif.

Data subjektif diperoleh dari wawancara dengan pasien dimana pasien

mengeluh bahwa nyeri pada perut bagian bawahnya sehingga mengganggu

aktifitas pasien. Setelah diberikan asuhan keperawatan dan diberikan terapi

non farmakologi seperti latihan abdominal stretching mengatakan nyeri

pada perut bagian bawahnya berkurang sehingga dapat beraktifitas seperti

biasanya. Di buktikan dengan responden nyeri yang dirasakan responden

dari nyeri berat ke nyeri sedang.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Agar menambah jumlah buku sumber khususnya materi tentang

menstruasi, siklus menstruasi, dismenorea, patofisiologi dari


menstruasi dan diamenorea unutk melengkapi refrensi dalam

penyusunan selanjutnya.

2. Bagi Remaja Putri

Remaja perlu menerapkan latihan abdominal stretching pada saat

mengalami nyeri haid.

3. Bagi Penulis

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan

tentang menstruasi terutama dismenorea sehingga kedepannya dapat

memberikan asuhan yang kompherensif dan meningkatkan pelayanan

yang berkualitas.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Agar meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian dengan

mengaplikasikan teori dan praktek keperawatan yang telah didapat

selama studi sehingga menghasilkan penelitian selanjunya yang lebih

baik dan berkualitas.


DAFTAR PUSTAKA
Adrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC.
AIPViKI. (2017). PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN
DIPLOMA
III KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Pusat.
Alimul, H. A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Alter, M. J. (2008). Sport Stretch. Floride International Univwesity.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Anugroho, D., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
Andi.
Anurogo, D., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
Penerbit
ANDI.
Haryono, R. (2016). Sikap Menghadapi Menstruasi dan Monopause. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Hutahaean, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info
Media.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2. (Tahun 2018/2019). Ikhtisar Data
Pendidikan.
Jakarta.
Lowdermilk, D., Shannon, P., & Mery, C. (2013). Keperawatan Maternitas, Ed. 8.
Singapura:
Elsevier.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, D. T., & Utama, D. B. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nugroho, T. B. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawirohardjo.S. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Keenam. . Jakarta:
Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, & Maisaroh. (2009). Manarch. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmawati, a. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rahmawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sinaga, E. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Iwwash.
Suara, M., & Een, R. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Thermacare. (2010). Abdominal Stretching Exercise for Menstrual Pain. Diperoleh 18
November 2019: FKIK.
Woo, P., & McEneaney, M. J. (2010). New Strategis to treat primary dysmenorrhea.The
Clinical Advisior.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan Sebelum Penelitian


PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
(PSP)
1. Kami adalah peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan

Mataram dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela

dalam penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Tindakan

Latihan Abdominal Stretching Untuk Mengurangi Nyeri Pada Remaja

Putri Dengan Dismenorea Di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2020”.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah memberikan gambaran

asuhan keperawatan dengan latihan abdominal stretching dalam

menuruhkan nyeri pada remaja putri dengan dismenorea yang dapat

memberi manfaat untuk masyarakat setelah dilakukan tindakan latihan


abdominal stretching dalam membantu mengatasi dismenorea dapat

menambah pengetahuan tentang latihan abdominal stretching sehingga

aktivitas dapat dijalankan meskipun dalam keadaan menstruasi, untuk ilmu

keperawatan dapat menjadi salah satu topik pembahasan terutama di

keperawatan remaja untuk menambah cara mengatasi dismenorea dengan

menggunakan jenis terapi non farmakologi, untuk penulis memperoleh

pengetahuan dan wawasan mengenai penanganan dismenorea dengan cara

non farmakologis yaitu salah satunya dengan cara latihan abdominal

stretching, dan untuk remaja putri setelah diberikan latihan abdominal

stretching diharapkan remaja putri dapat memberikan informasi ke orang

lain dan menerapkan latihan abdominal stretching yang merupakan salah

satu jenis terapi non farmakologis dalam penanganan dismenorea.

Penelitian ini akan berlangsung selama 3 kali 24 jam.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin

dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih

kurang 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan

tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan

pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian

ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan

asuhan/tindakan yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.


6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 087805931699

Peneliti,

(RIANTI PUSPITA

CAHYANI)

Lampiran 2. Lembar Persetujuan (Informed Consent).

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Rianti Puspita
Cahyani. Penelitian ini berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Tindakan Latihan
Abdominal Stretching Untuk Mengurangi Nyeri Pada Remaja Putri Dengan
Dismenorea”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarel tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu waktu tanpa sanksi
apapun.
Mataram, 20Jamuari 2020
Saksi Responden

………………………… …………………………

Mataram, 20 Jamuari 2020
Peneliti

……………………………

Lampiran 3. Panduan Dalam Latihan Abdominal Stretching

LATIHAN ABDOMINAL STRETCHING

Pengertian  Latihan pereganagn dalam memelihara dan mengembangkan

fleksibilitas atau kelenturan daerah perut untuk mengurangi

intensitas nyeri haid (dismenorea).

 Latihan Abdominal Stretching dilakukan selama 10-15 menit.


Manfaat Latihan 1. Meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet.

abdominal 2. Mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan penampilan atlet

Stretching pada berbagai bentuk gerakan yang terlatih.

3. Meningkatkan mental dan relaksasi fisik

4. Meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh.

5. Mengurangi resiko keseleo sendi dan cedera otot (keram).


6. Mengurangi resiko cedera punggung.

7. Mengurangi rasa nyeri otot dan ketegangan otot.

8. Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi.


Persiapan Alat 1. Bola

2. Matras

3. Musik
Prosedur 1. Cat stretch

Posisi awal : tangan dan lutut dilantai

a) Punggung dilengkungkan, perut digerakkan kearah lantai

senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat

lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan

bersuara, lalu relaks.

Gambar 1.1. Cat stretch

b) Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala

menunduk ke lantai. Tahan selama 10 detik sambil

hitung dengan bersuara, lalu relaks.

Gambar 1.2. Cat stretch

c) Duduk diatas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh

mungkin. Tahan 20 detik sambil dihitung dengan


bersuara, lalu relaks.

Gambar 1.3. Cat stretch

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.


2. Lower Truck Rotation

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai,

kedua lengan dibentangkan keluar.

a) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan

lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20

detik sambil dihitung dengan bersuara.

Gambar 2.1. Lower Truck Rotation

b) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin

dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan

selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara,

kemudian kembali ke posisi awal.

Gambar 2.1. Lower Truck Rotation

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

3. Buttock/Hip Stretch

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk


a) Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha

kiri diatas lutut.

b) Pegang bagian belakang paha dan tarik kea rah dada

senyaman mungkin. Tahan selama 20 detik sambil

dihitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi

awal dan relaks.

Gambar 3. Buttock/Hip Stretch

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

4. Abdominal Stretching : Curl Up

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai,

tangan ke bawah kepala.

a) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong kea rah

langit langit. Tahan selama 20 detik sambil dihitung

dengan bersuara.

Gambar 4.1. Curl Up

b) Ratakan punggung sejajar dengan lantai dan


mengecangkan otot-otot perut dan bokong.

c) Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke ara lutut,

tahan selama 20 detik.

Gambar 4.2. Curl Up

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

5. Lower Abdominal Stretching

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan

dibentangkan sebagian keluar.

a) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan

punggung bawah ke lantai dengan mengecangkan otot-

otot-otot perut dan bokong.

Gambar 5.1. Lower Abdominal Stretching

b) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik

tumit dan bola, kencangkan otot bokong. Jangan

melengkungkan punggung.
Gambar 5.2. Lower Abdominal Stretching

Latihan dilakukan sebanyak 15 kali.

6. The Bridge Position

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan

siku dilantai, lengan dibentangkan sebagian keluar.

a) Ratakan punggung dilantai dengan mengecangkan otot-

otot perut dan bokong.

b) Angkat pinggul dan punggung bawah untuk membentuk

garis lurus dari lutut ke dada.

Tahan selama 20 detik sambil dithitung dengan bersuara,

kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan relaks.

Gambar 2.11 The Bridge Posisition.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali


Lampiran 4. Kuesioner Asuhan Keperawatan Dengan Latihan Abdominal
Stretching Untuk Mengurangi Nyeri Pada Remaja Putri Dengan
Dismenorea.
KUESIONER ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN LATIHAN
ABDOMINAL STRETCHING UNTUK MENGURANGI NYERI PADA
REMAJA PUTRI DENGAN DISMENOREA.
Tanggal Pengisian :

Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Dengan Tindakan Latihan Abdominal


Stretching Untuk Mengurangi Nyeri Pada Remaja Putri
Dengan Dismenorea

Petunjuk : Pilihlah salah satu dari jawaban yang tersedia dengan


Pengisian member tanda rumput (√) pada kotak kiri yang saudara pilih.
1. Data Demografi
a. Umur : 1. 10-19 tahun

b. Usia Manarche : 1. 10-12 tahun

2. 13-16 tahun

3. >16 tahun

c. Pengalaman : 1. Minum obat pereda nyeri


Mengatasi Nyeri
2. Beristirhat tidur
3. Dibiarkan sambil menahan nyeri

4. Lai-lain :. . . . . . . . . . . .

2. Tunjukkan pada titik mana yang saudara rasakan saat ini.


Skala Nyeri Deskriptif

Keterangan:
1 = Tidak Nyeri :

1-3 = Nyeri Ringan :

4-6 = Nyeri Sedang :

7-10 = Nyeri Berat :

A. Tingkat Nyeri Sebelum B. Tingkat Nyeri Setelah


Intervensi Intervensi
Lampiran 5. Format Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Dismenorea.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DISMENOREA.

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

nama :

umur :

tempat tingal :

pekerjaan :

b. Pemeriksaan pasien

tekanan darah :

denyut nadi :

suara jantung :

suhu tubuh :

c. Riwayat penyakit dahulu :

d. Riwayat penyakit sekarang :

e. Riwayat penyakit keluarga :

f. Gelaja utama yang dikeluhkan :

g. Riwayat mentruasi, meliputi :

1) Pertama kali menstruasi :

2) Siklus :

3) Banyaknya :

4) Lamanya :

5) Keluhan :

h. Riwayat menikah :
i. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi:

j. Pemeriksan tambahan, meliputi :

1) Pemeriksaan Abdomen :

2) Pemeriksaan pelvis :

3) Ekstremitas (integument atau muskuloskletal) :

k. Analisa Data

Problem Etiologi Symtom

2. Diagnose Keperawatan

1. . . . . .

2. . . . . .

3. Intervensi

Hari/Tanggal Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasion


Hasil al

4. Implementasi

Hari/Tanggal Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


5. Evaluasi

Hari / Tanggal Dx Evaluasi Paraf


S

O:

A:

P:

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai