Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI:


BERMAIN KARTU TAKS
PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SADEWA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Disusun Oleh:
1. Eka Fitriani (P1337420216088)
2. Almas Nida Nabila (P1337420216089)
3. Dea Permata Putri (P1337420216090)
4. Shinta Yuliana (P1337420215118)
5. Isrotun Khasanah (P1337420216113)
6. Hani Reviana Suko Putri (P1337420216114)
7. Ashraf Ismail (P1337420216115)
8. Amalia Adibah (P1337420216117)
9. Menik Rahmawati (P1337420216118)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI:
BERMAIN KARTU TAKS
PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SADEWA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

A. Topik
Meningkatkan harga diri klien dengan bermain kartu TAKS
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Peningkatan Harga Diri
diharapkan klien mampu meningkatkan harga diri klien.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Peningkatan Harga Diri
selama 1x45 menit maka diharapkan klien mampu:
a. Klien mampu bersosialisasi,
b. Klien mampu bekerja sama,
c. Klien mampu mengetahui kelebihan-kelebihan yang dimiliki,
d. Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan masalah
pribadinya kepada orang lain.
C. Landasan Teori
1. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya
(Barry, dalam Fitria 2009).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang
berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak
mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri dan harga diri merasa gagal mencapai
keinginan.
2. Faktor Penyebab
Berikut ini merupakan faktor penyebab (umum) dari harga diri rendah
antara lain :
a. Situasional, yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi,
kecelakaan cerai, putus sekolah, Phk, perasaan malu karena terjadi (korban
perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
b. Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis
pemasangan kateter).
c. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena
dirawat atau sakit atau penyakitnya.
d. Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa
pemeriksaan.
e. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit
atau dirawat. Pasien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian
sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Ada pula penggolongan faktor penyebab terjadinya HDR (Harga diri
rendah) digolongkan menjadi dua golongan:
a. Faktor Predisposisi (faktor yang mendasarai atau mempermudah
terjadinya HDR). Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang
tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya
pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah,
b. Faktor Presipitasi (faktor pencetus HDR)
1) Ketegangan peran (ketidak nyamanan peran),
2) Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran
atau posisi,
3) Konflik peran, ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan,
4) Peran yang tidak jelas,
5) Kurangnya pengetahuan individu tentang peran,
6) Peran yang berlebihan,
7) Menampilkan seperangkat peran yang konpleks,
8) Perkembangn transisi,
9) Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri,
10) Situasi transisi peran,
11) Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu,
12) Transisi peran sehat-sakit,
13) Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut beberapa pendapat para ahli gejala dan tanda seseorang merasa
harga dirinya rendah dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap
tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok
(botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kank,
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke
RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri,
c. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa – apa,
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, Pasien tak mau bertemu
orang lain, lebih suka menyendiri,
e. Percaya diri kurang, Pasien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan,
f. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram
mungin Pasien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah.
a. Definisi
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Terapi inidi berikan dalam upaya mengubah perilaku Pasien dari perilaku
maladaptif menjadi perilaku adaptif (Keliat, 2004).
b. Jenis Terapi Modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu diantaranya:
1) Terapi individual
Terapi individual adalah penanganan Pasien gangguan jiwa
dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan
seorang Pasien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara
perawat dan Pasien untuk mengubah perilaku Pasien.
2) Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan
agar terjadi perubahan perilaku pada Pasien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan
rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi
kesempatan Pasien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan Pasien
dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi
yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke
lingkungan rumah tinggalnya. Terapi lingkungan dapat di bagi menjadi:
a) Terapi rekreasi
Terapi rekreasi ini bisa di kombinasikan dengan terapi-terapi
lain, seperti terapi lingkungan, terapi musik, terapi seni dan terapi
gerak. Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan
perawatan kepada orang-orang yang menderita berbagai cacat dan
penyakit. Terapi rekreasi digunakan di beberapa daerah penyakit
seperti Alzheimer, Parkinson, gangguan kognitif dan neurologis.
Diharapkan setelah mengikuti terapi rekreasi ini, pasien yang
awalnya menarik diri dapat merubah sikap dan prilakunya untuk
bersosialisasi dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan
sekitar.
b) Terapi kreasi seni
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa proses kreatif
seperti menggambar, melukis, atau membuat kerajian lainnya
bersifat menyembuhkan dan menguatkan kehidupan. Bagi beberapa
orang, trauma psikologis bisa sangat sulit untuk diungkapkan dengan
kata-kata. Karena itu, terapi seni bisa menjadi sarana untuk
menggambarkan emosi dan perasaan tersakiti yang terlalu
menyakitkan jika diungkapkan dengan kata-kata.
c) Petheraphy
3) Terapi biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model
medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian
obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive
therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak.
4) Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku Pasien. Proses yang diterapkan
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian
dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang
tidak akurat tentang stressor tersebut. Ada tujuan terapi kognitif
meliputi:
a) Mengembangkan pola berfikir yang rasional.
b) Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta
dan informasi yang actual. Membiasakan diri selalu menggunakan
pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga
terhindar dari distorsi pikiran.
c) Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi
dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
5) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh
anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan
terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.
6) Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah Pasien dengan masalah
hubungan sosial, yang bertujuan untuk meningkat hubungan sosial
dalam kelompok secara bertahan (Keliat & Akemat, 2005)
7) Terapi okupasi
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang
menguasai keterampilan motorik halus dengan lebih baik.
Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan.
Contoh kemampuan motorik halus :
a) Menulis dan menggambar
b) Mewarnai
c) Menggunting dan menempel
d) Mengancing baju
e) Mengikat tali sepatu
f) Melipat
8) Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang
lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan,
mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori
pembelajaran perilaku, yang selanjutnya didasarkan pada classical
danoperant conditioning. Penilaian objektif berkelanjutan mengenai
kemajuan pasien dibuat.
5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a. Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok Pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat Pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptive.
b. Tujuan
Tujuan umum TAK stimulasi yang baru adalah Pasien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara tujuan khususnya :
1) Pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya
dengan tepat,
2) Pasien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang di
alami
c. Aktifitas dan Indikasi
Aktivitas dibagi dalam empat bagian yaitu:mempersepsikan
stimulus nyata sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang di alami dalam
kehidupan, stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam
kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.
d. Jenis – Jenis TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa
yang paling banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut :
1) TAK sosialisasi (untuk Pasien dengan menarik diri yang sudah sampai
pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara
fisik).
2) TAK stimulasi sensori (untuk Pasien yang mengalami gangguan
sensori).
3) TAK orientasi realita (untuk Pasien halusinasi yang telah mengontrol
halusinasinya, Pasien waham yang telah dapat berorientasi kepada
realita dan sehat secara fisik).
4) TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk Pasien dengan halusinasi)
5) TAK peningkatan harga diri (untuk Pasien dengan HDR)
6) TAK penyaluran energy (untuk Pasien perilaku kekerasan yang telah
dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, Pasien menarik
diri yang dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan
sehat secara fisik).
Terapi aktifitas kelompok yang digunakan Pasien untuk HDR yang
dapat diberikan pada Pasien sendiri bisa dalam bentuk:
1) Terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negatif
yang dialami oleh Pasien dengan harga diri rendah kronis ke arah
berpikir yang positif.
2) Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari
masalah gangguan jiwa di masyarakat.
e. Aktivitas memperbaiki persepsi stimulus nyata yang menyebabkan harga
diri rendah, aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu:
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengidentifikasi aspek
yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemampuan yang
dimiliki selama hidup (dirumah dan di rumah sakit)
2) Terrapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : melatih kemampuan
yang dapat digunakan dirumah sakit dan dirumah .
3) Pasien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah Pasien gangguan
konsep diri : harga diri rendah.
D. Pasien
1. Kriteria Pasien (Fisik)
a. Usia 20-35 tahun
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Memiliki riwayat Harga Diri Rendah
d. Pasien yang sudah kooperatif
e. Pasien yang bersedia mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok
2. Proses Seleksi
a. Melihat Rekam Medis pasien
b. Melakukan anamnesa pada pasien
c. Melakukan seleksi
d. Daftar Nama Pasien
No Nama Pasien Ruang/Kamar Usia
1.
2.
3.
4.
5.
6.

E. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
Hari, tanggal : Kamis, 3 Agustus 2018
Waktu : 08.00-08.45 WIB
Lama Kegiatan : 45 menit
Tempat Kegiatan : Ruang Sadewa
Pembagian Tugas :
a. Leader : Ashraf Ismail
Tugas :
1) Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok,
2) Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok,
3) Menetapkan jalannya tata tertib,
4) Menjelaskan tujuan diskusi,
5) Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut,
6) Kontrak waktu,
7) Menyimpulkan hasil kegiatan,
8) Menutup acara
b. Co leader : Menik Rahmawati N
Tugas :
1) Membantu leader,
2) Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan,
3) Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah,
c. Observer : Shinta Yuliana
Tugas :
1) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
2) Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
3) Mengobservasi perilaku pasien
d. Fasilitator : Almas Nida Nabila, Dea Permata Putri, Amalia Adibah, Eka
Fitriani, Hani Reviana Suko P, Isrotun Khasanah
Tugas :
1) Memfasilitasi kebutuhan pasien,
2) Mendampingi peserta TAK,
3) Memotivasi Pasien untuk aktif dalam kelompok,
2. Metode
a. Diskusi,
b. Permainan.
3. Alat dan Bahan
a. Bola
b. Sound
c. Kartu TAKS
4. Setting Tempat
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
c. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Observer
: Fasilitator
: Pasien

5. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengantisipasi
kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah
yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
a. Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada
saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah:
mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria
dan telah disepakati dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
b. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak menaati tata
tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur
terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative maka dikeluarkan dari
kegiatan.
c. Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak
boleh dilakukan.

F. Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Pasien : 6 orang
b. Tempat : Ruang Sadewa RSUD Banyumas
c. Alat : Bola, Sound, Kartu TAKS
d. Terapis : 9 orang
1) Leader : Ashraf Ismail
2) Co leader : Menik Rahmawati N
3) Observer : Shinta Yuliana
4) Fasilitator : Almas Nida Nabila, Dea Permata Putri, Amalia
Adibah, Eka Fitriani, Hani Reviana Suko P, Isrotun Khasanah

2. Orientasi (10 menit)


a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien: leader mengucapkan salam dan
membuka acara terapi aktivitas kelompok
“Assalamualaikum teman-teman selamat pagi.”
b. Berkenalan
Klien memperkenalkan diri dengan permainan sederhana
(menggunakan bola dan diiringi musik)
“Sebelum memulai kegiatan pada hari ini kita akan berkenalan terlebih
dahulu ya, saya Ashraf Ismail sebagai leader, dan di samping saya ada
teman saya Menik Rahmawati sebagai co leader silahkan
memperkenalkan diri, kemudian dibelakang kalian ada Shinta Yuliana
sebagai observer silahkan memperkenalkan diri”
“Nah sekarang tinggal teman-teman ya yang memperkenalkan diri, nanti
perkenalanya sambil bermain ya.”
“Caranya akan saya jelaskan terlebih dahulu. Nanti akan diputarkan
musik dan saya akan memberikan bola, nanti bolanya diberikan kepada
teman sebelahnya sesuai arah jarum jam, apabila musik berhenti maka
orang terakhir yang memegang bola harus memperkenalkan diri,
menyebutkan nama, hobby, dan alamatnya.”
“Bagaimana apakah ada yang ingin ditanyakan sebelum kita mulai?”
c. Validasi perasaan
- Menanyakan perasaan klien saat ini
“Bagaimana perasaan hari ini?”
- Menanyakan masalah yang dirasakan
“ Bagaimana keadaan teman-teman saat ini? Apakah masih ada yang
merasa minder dan tidak percaya diri sekarang?”
d. Tujuan
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok diharapakan Klien
mampu untuk meningkatkan harga diri.
“Tujuan diadakanya kegiatan ini diharapkan teman-teman dapat
meningkatkan harga diri”
e. Tata tertib
- Kegiatan ini dilakukan selama 45 menit
- Selama kegiatan peserta dilarang membuat kegaduhan
- Selama kegiatan tidak boleh makan dan minum
- Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi
- Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peerta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh
pemimpin
- Peserta dilarang keluar sebelum acara Terapi Aktivitas Kelompok
selesai
3. Kerja (25 menit)
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
“Sebelum dimulai saya akan menjelaskan cara permainanya, nanti saya
akan memberikan kartu yang didalamnya berisi gambar dan perintah
yang harus teman-teman lakukan, nah nanti ketika musik berhenti dan
balon berada ditangan salah satu dari kalian mas ashraf akan mengacak
kartu dan kalian pilih lalu silahkan dibacakan perintah yang ada
didalam kartu tersebut.”
“Bagaimana apakah bisa dimengerti teman-teman?”
b) Beri kesempatan pasien untuk bertanya
“Sebelum TAK ini dimulai apakah teman-teman ada yang ingin
ditanyakan?”
“Baik, langsung saja kita mulai ya.”

4. Terminasi (10 menit)


a. Evaluasi
S:

O:

b. Rencana Tindak Lanjut


Menjelaskan salah satu Strategi Pelaksanaan Harga diri rendah
Strategi Pelaksanaan 1:
“Bagaimana kalau kita mendiskusikan kemampuan positif teman-teman
dan melatihnya???”
“Misalnya salah satu dari teman-teman ada yang suka merapikan tempat
tidur, kita akan berlatih bersama ya?”
“ Baik apakah teman-teman setuju dan mau melakukannya?”
“Bagus sekali!”
c. Akhiri dengan baik
“Terimakasih, teman-teman sudah mau mengikuti TAK hari ini dengan
baik. Teman – teman juga mampu mengikuti permainan dengan baik.
Semoga TAK ini bermanfaat untuk teman-teman sekalian. Kalian bisa
kembali ke kamar masing-masing dengan didampingi fasilitator sehingga
teman-teman dapat melanjutkan aktivitasnya. Wassalamualaikum
wr.wb. Selamat Siang”

G. Lembar Evaluasi
Terlampir
Lampiran
LEMBAR EVALUASI
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PENINGKATAN HARGA DIRI: BERMAIN KARTU TAKS

A. Evaluasi Proses

No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6


1 Menjawab salam
2 Perkenalan
3 Bermain
4 Melakukan SP
5 Mengikuti kegiatan
sampai akhir
Petunjuk :
Untuk tiap klien, beri tanda () jika klien mampu melakukan kegiatan dan tanda
(x) jika klien tidak mampu melakukan kegiatan.

B. Evaluasi Hasil

No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6


1 Klien mampu bersosialisasi
2 Klien mampu bekerja sama
3 Klien mampu mengetahui
kelebihan-kelebihan yang
dimiliki
4 Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya dan
menyampaikan masalah
pribadinya kepada orang
lain
DAFTAR PUSTAKA

Barry. (2009). Ilmu Perawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Fitria Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B. A. dan Akamat. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok

Cetakan I. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2004). Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. EGC, Jakarta.

Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2010). Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah. Jakarta: UI.

Anda mungkin juga menyukai