Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

W DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI RUANG
ASOKA BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

BUDIAWAN
NIM. 144012017000167

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI RUANG
ASOKA BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program


Diploma III Keperawatan

Diajukan Oleh:

BUDIAWAN
NIM. 144012017000167

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Budiawan

NIM : 144012017000167

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W DENGAN

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER:

HIPERTENSI DI RUANG ASOKA BLUD RUMAH

SAKIT KONAWE SELATAN TAHUN 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 01 Agustus 2018


Yang membuat Pernyataan,

BUDIAWAN

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Budiawan

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Punggaluku, 28 Juli 1987

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Suku/ Kebangsaan : Indonesia

6. Alamat : Kel, Punggaluku, Kec.Laeya

7. No. Telp/HP : 0821 9108 7202

II. PENDIDIKAN

1. Tamat SD Negeri 03 Punggaluku, Kec. Lainea, Kab. Konawe Selatan

Tahun 1998

2. Tamat SMP Negeri 01 Lainea, Kec. Lainea, Kab. Konawe Selatan 2001

3. Tamat SPK PPNI KENDARI di Kendari Tahun 2004

4. Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari Tahun 2017

Sampai Sekarang.

v
HALAMAN MOTTO

Tidak ada kata mennyerah sebelum bertanding.

Lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali

Kesempatan hanya datang satu kali, begitu juga kepercayaan.

Ikhtiar menuju tawakal , dan berakhir keterharuan atas kesabaran.

Keberhasilan tidak datang secara tiba-tiba, tapi karena usaha dan kerja keras

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. W Dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit

Konawe Selatan Tahun 2018”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Keperawatan (Amd.Kep). ucapan

terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan kepada Fitri Wijayati,

S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing dan terwujudnya Karya Tulis

Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Program Studi

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

3. Direktur BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan yang telah memberikan

izin dalam melakukan pengambilan kasus

4. Seluruh Dosen dan Staf Poltekkes Kemenkes Kendari

5. Orang Tua Tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, semangat

dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan studi

6. Buat Kakek, Nenek, Tante yang telah memberikan dukungan dan

doanya selama ini

7. Kakakku yang telah memberikan dukungan dan doanya

8. Buat istri tercinta Ariani, Amd.Keb yang telah memberikan semangat

dan doanya, semoga Allah SWT memberi jalan yang indah pada kita
vii
9. Buat teman-teman angkatan 1 program studi RPL Poltekkes

Kemenkes Kendari, semoga kebersamaan ini akan tetap terjalin

10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini

Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat.

Kendari, 1 Agustus 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii
KEASLIAN PENELITIAN ............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 6
C. Manfaat Penulisan ................................................................... 7
D. Metode Penelitian ..................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
A. Definisi .................................................................................... 10
B. Etiologi .................................................................................... 11
C. Patofisiologi ............................................................................. 11
D. Manifestasi Klinik ................................................................... 13
E. Komplikasi .............................................................................. 14
F. Penatalaksanaan ....................................................................... 14
G. Pengukuran Intensitas Nyeri .................................................... 17
H. Fokus Pengkajian ..................................................................... 20
I. Fokus Diagnosa Keperawatan ................................................. 26
J. Fokus Intervensi Keperawatan ................................................ 27
BAB III LAPORAN KASUS ....................................................................... 34
A. Pengkajian ............................................................................... 34
B. Data Fokus ............................................................................... 39
C. Perumusan Masalah ................................................................. 40
D. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 42
E. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................. 44
F. Implementasi dan Evaluasi ...................................................... 47
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 69
A. Kesimpulan .............................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, Tekanan darah dianggap normal bila kurang dari

135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg,

dan diantara nilai tersebut dikatakan normal normal tinggi. Namun bagi orang

Indonesia banyak Dokter berpendapat bahwa tekanan darah yang ideal adalah

sekitar 110-120/80-90 mmHg.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan

diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk didunia mengidap

hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini

kemungkinan akan terus meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. Dari 972

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya

berada di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi

di Indonesia cukup tinggi, akibat yang ditimbulkan menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling

berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah

(Purwanto, 2012).

Data Global Status Report Noncommunicable Disease tahun 2010 dari

data WHO menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita

hipertensi, sedangkan daerah maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang

posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika

sebanyak 35%, dan pada kawasan asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta

orang setiap tahunya. Sedangkan di Indonesia angka penderita hipertensi pada

tahun 2008 mencapai 32% deengan kisaran usia di atas 25 tahun.

(Candra 2013).
2
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan

perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang

optimal di seluruh wilayah Indonesia (DEPKES RI, 2012).

Program pengendalian penyakit Hipertensi yang dilakukan dengan cara

melakukan pendekatan kepada sasaran utama yaitu masayrakat seperti,

Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan

kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.

Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan

aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan

menghindari terjadi Rekurensi (kambuh) faktor risiko. Kuratif dilakukan

melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian

mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan

dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan

kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi

profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam

pengendalian hipertensi. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada

3
keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi

Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan

mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan

unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di

berbagai tingkatan. (Heri, 2009)

Selanjutnya untuk meminimalkan peningkatan kasus hipertensi maka di

lakukan pengendalian agar kasus hipertensi tidak menimbulkan faktor resiko

seperti jantung koroner, gagal ginjal, stroke, dm, maka tindakan yang

dilakukan yaitu, mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan,

mengurangi asupan garam dalam tubuh, menciptakan keadaan rileks,

melakukan olahraga teratur, dan berhenti merokok khusus untuk hal in metode

yang dapat digunakan untuk menghentikanya yaiitu inisiatif sendiri,

menggunakan permen yang mengandung nikotin dan mendirikan kelompok

program, selanjutnya mengurangi mengonsumsi alkohol.

Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda

maupun tua, serta orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu

penyakit mematikan di dunia. Namun, hipertensi tidak dapat secara langsung

membunuh penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain

yang tergolong kelas berat dan mematikan (Alim 2011)

Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskuler yang masih

menjadi beban kesehatan di masyarakat global karena prevalensinya yang

tinggi. Data dari The National Heart and Nutrition examination survey

(NHNES) dalam dua dekade terakhir menunjukkan peningkatan insiden

4
hipertensi pada orang dewasa di Amerika sebesar 29-31%. Hipertensi dikenal

sebagai salah satu kematian utama dari Amerika Serikat. (Yogiantoro 2006),

Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan

Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat

meningkatkan serangan jantung, dan gagal ginjal (Indriyani, 2009). Laporan

Joint National Committe On Detection, Evaluation, and Treathment of Blood

Presure (1993) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai deteksi,

evaluasi dan penanganan hipertensi. Komite ini juga memberikan klasifikasi

tekanan darah pada individu berumur 18 tahun ke atas, yang akan sangat

berguna sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan berdasarkan

pemahamanbahwa diagnosis didasarkan pada rata-rata dua pengukuran yang

dilakukan secara terpisah (Smeltzer & Bare, 2002).

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan.

Tidak hanya di indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu miliar orang di

dunia atau satu dari empat orang dewasa menderita penyakit hipertensi.

Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6

miliar menjelang tahun 2025. Oleh karena itu, diperlukan penanganan serius

oleh berbagai pihak untuk menekan angka kematian pada penderita hipertensi

(Indriyani, 2009)

Tekanan darah tinggi atau lebih di kenal istilah hipertensi merupakan

permasalahan medis yang sangat penting terutama di kalangan usia tua,

menurut data yang di keluarkan oleh JNC, penyakit ini diderita lebih dari

setengah populasi berusia 60-69 tahun dan bahkan tiga perempat populasi

berusia di atas 70 tahun. Kompleksitifitas masalah yang di hadapi oleh

5
penderita hipertensi yaitu sulitnya pengontrolan tekanan darah pada penderita

di level penyelenggaraan primer, seperti keadaan geografis yang menyulitkan

akses kesehatan, kemudian mahalnya biaya perawatan, keterbatasan sumber

daya manusia kompeten terutama di pelayanan perifer, keterbatasan pasokan

dan pilihan medikasi hingga kurangnya kesadaran dan kepatuhan dari populasi

itu sendiri, sehingga semua masalah tersebut menyebabkan penderita hipertensi

tidak mendapatkan manajemen yang adekuat untuk mengontrol tensi yang

dimilikinya.(Lukito, 2008)

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh

sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovaskuler). Karena itu data yang di

peroleh tentang penyakit jantung kini mencapai lebih dari dari 800 juta orang

diseluruh dunia. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa dihampir semua

negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa

dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi

lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya (Indriyani, 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh Joint National Committee on

Hypertension (JNCO), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus

meningkat. Di India , misalnya mencapai 60,4 juta penderita pada 2002 yang

diperkirakan 107,3 juta penderita pada 2025. Di Cina, 98,5 juta penderita dan

bakal jadi 151,7 juta penderita 2025. Dibagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta

penderita hipertensi 2000 dan diprediksi jadi 67,4 juta penderita pada 2025. Di

Indonesia, jumlah penderita hipertesni saat ini mencapai 42,4 juta penderita

atau sekitar 21% dari populasi penduduk dan diprediksi jadi 72,1 juta penderita

pada 2025 serta kebanyakan tidak terdeteksi. (Sari, 2009).

6
Data dari BLUD Rumah Sakit Konawe selatan menunjukan bahwa

jumlah penderita Hipertensi khususnya di Ruang Rawat Inap Asoka pada

tahun 2015 sebanyak 34 penderita, selanjutnya pada tahun 2016 sebanyak 44

penderita, dan data terakhir yang di peroleh pada tahun 2017 sebanyak 49

penderita. Sedangkan dari Januari hingga April 2018 jumlah penderita

hipertensi sebanyak 29 penderita.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil

kasus asuhan keperawatan pada penderita hipertensi akan dituangkan dalam

bentuk studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.W Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Ruang Asoka BLUD Rumah

Sakit Konawe Selatan Tahun 2018”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus gangguan sistem cardiovaskuler dan mampu

menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang komprehensif pada Ny. W dengan Hipertensi di Ruang

Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. W dengan kasus

“Hipertensi” di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. W dengan

kasus “Hipertensi” di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe

Selatan.

7
3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Ny. W dengan kasus

“Hipertensi” di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. W dengan

kasus “Hipertensi” di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe

Selatan.

5. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. W dengan kasus

“Hipertensi” di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah

diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pasien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

hipertensi dan perawatannya.

b. Merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan dapat

menjadi referensi atau kajian empiris untuk peneliti selanjutnya.

c. Bagi petugas kesehatan, dapat dijadikan masukan untuk petugas

kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit

hipertensi dan perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan

yang diberikan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.

8
D. Metode Penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Asoka BLUD

Rumah Sakit Konawe Selatan pada tanggal 15 - 17 juli 2018.

2. Teknik pengumpulan data

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data objektif dan

relevan dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan

teknik pengumpulan data yaitu:

a. Studi kepustakaan : Mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ini

b. Studi kasus: Menggunakan pendekatan proses keperawatan pada

pasien dan keluarga.

Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan

beberapa cara antara lain.

a. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada pasien dengan cara

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan

keadaan pasien.

b. Wawancara

Mengadakan wawancara dengan pasien dan keluarga, dengan

mengadakan pengamatan Iangsung.

c. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan terhadap pasien melalui ; Inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi.

9
d. Studi Dokumentasi

Penulis memperoleh data dan Medikal Record, hasil laboratorium.

e. Metode diskusi

Diskusi dengan perawat yang bertugas di Ruang Asoka BLUD

Rumah Sakit Konawe selatan.

3. Tehnik penulisan disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab

yaitu:

BAB I : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode

dan Tehnik Penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka yang mencakup konsep dasar medik, terdiri

dari; Pengertian, etiologi, , patofisiologi, manifestasi klinik,

pemeriksaan diagnostik, penanganan medik. Sedangkan

konsep dasar keperawatan terdiri dari : Pengkajian, bagan

patofisiologi, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi dan evaluasi.

BAB III : Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang

meliputi Pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori dengan

kasus nyata.

BAB V : Penutup yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran

Diakhiri dengan daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis ini.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipertensi didefinisikan oleh Joint Natoinal committee on Detection,

Evalution and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang

lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sebagai derajat

keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi

sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial

(hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari

kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doengoes,

2000).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakan ginjal ( Utaminingsih, 2009).

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan

diastol atau keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan

diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan

sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner

& Suddarth, 2005).

11
B. Etiologi

Menurut Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya, hipertensi

dibagi menjadi dua bagian diantaranya yaitu :

a. Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar

95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin,

efek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dari kalsium instraseluler,

dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,

merokok serta polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal

Terdapat sekitar 5 % kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,

hiperaldosteronisme dan sindrom cushing hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan dan lain-lain.

C. Patofisiologi

Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masi dipenuhi ketidak

pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar

ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun,

belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisis inilah

yang disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologi

terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut

berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.(Elisabeth,Corwin,2007).

12
Bebrapa faktor yang saling berhunbungan mungkin juga turut serta

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran

mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang telah

dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin,

sistem renim-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun

balakang, faktor lainya telah dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotel

(yang tampak pada perubahan endotelin dan nitral oksidan).(Elisabeth,Corwi

n,2007)

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut

kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke

ganglia simpatis ketoraks dan abdomen. Rangsanagan pusat fasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf

simpatis ke ganglia simaptis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetolkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion kepembuluh

darah, dimana dengan dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan kontriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor dan kecemasan serta ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.

Ondividu dengan hhpertensi sangat sesitif terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistim saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontrikisi. Medulla adrenal

mengsekresi episnefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal

13
mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat meperkuat respon

vasokontriktol yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatkan pelepasan renim. Renim merangsang pembentuikan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

fasokontriktor kuat, yang pada giliranya merangsang sekresi aldesteron oleh

korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung pencetus keadaan hipertensi.

Penyebab structural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuanya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer (Brunner & Suddarth,2005)

D. Manifestasi Klinik

Pada kasus hipertensi komplikasi yang timbul yaitu pada ginjal, mata,

otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,

epitaksis, marah-marah, telinga berdenging, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,

mata berkunang-kunang dan pusing ( Mansjoer, 2001).

Sedangkan menurut Puspitorini (2008), pada sebagian besar penderita

hipertensi, tidak menimbulkan gejala. Masa laten ini mengikuti

14
perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang spesifik,

kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan dan tidak

spesifik, misalnya pusing-pusing. Akan tetapi jika hipertensinya berat atau

menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain sakit kepala,

kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas pendek, gelisah, pandangan

menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung,

sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah kepala bagian belakang ,

nyeri dada, otot lemah, pembrengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,

keringat berlebihan, kulit pucat atau kemerahan, denyut jantung cepat,

impotensi dan mimisan.

E. Komplikasi

Menurut Gunawan L, (2001), komplikasi dari tekanan darah tinggi

ialah perkembangan lambat laun penyakit dinding pembuluh darah arteri,

(arteri otot jantung, aorta pembuluh darah otak, pembuluh darah retina, organ

yang peka di balik mata), atherosclerosis, serangan jantung, dan penyakit

ginjal. Gunawan L, (2001),

F. Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer (2001), penatalaksanaan penyakit hipertensi terdiri

atas :

a. Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko

kardiovaskuler dengan biaya sedikit, dan risiko minimal. Tata laksana ini

tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat

menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan

yaitu menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan, membatasi alkohol,

15
meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-40menit/hari), mengurangi

asupan natrium, mempertahankan asupan kalium, kalsium dan magnesium

yang adekuat, berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh serta

kolesterol dalam makanan.

b. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien

dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai

dengan umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24

jam, dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik,

lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan

melindungi pasien terhadap berbagai risiko dari kematian mendadak,

serangan jantung atau strok akibat peningkatan tekanan darah mendadak

saat bangun tidur.

Jenis-jenis obat antihipertensi :

1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan

tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek

turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada

hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.

2. Penghambat Simpatis Golongan obat ini bekerja denqan menghambat

aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik

adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai

adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya

sel darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat

16
menyebabkan penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang

digunakan.

3. Betabloker Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada

penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti

asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol,

propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes

harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana

kadar gula darah turun menjadi sangat rendah sehingga dapat

membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita

bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian

obat harus hati-hati.

4. Vasodilatator Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam

golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering

terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.

5. Penghambat enzim konversi angiotensin Kerja obat golongan ini adalah

menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat

meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan

ini adalah kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk

kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6. Antagonis kalsium Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa

jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).

Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan

17
verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,

pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat reseptor angiotensin II Kerja obat ini adalah dengan

menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang

mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang

termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang munkin

timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, mual.

G. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat sabjektif dan nyeri

dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda

(Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang

paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri

itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam

Andarmoyo, 2013).

Beberapa skala intensitas nyeri :

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri,

Jogjakarta: Ar-Ruzz)

18
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan

alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.

pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang

tidak tertahankan”(Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan

pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk memilih intensitas nyeri

terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan pasien memilih sebuah

ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik

(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri,

Jogjakarta: Ar-Ruzz.)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan

saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

(Andarmoyo, 2013).

3. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri,

Jogjakarta: Ar-Ruzz.)

19
Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus,

yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat

pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).

4. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat

digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat

melaporkan nyerinya (Judha, 2012).

Tabel 1

Skala Intensitas Nyeri dari FLACC


Skor
Kategori
0 1 2
Muka Tidak ada ekspresi Wajah cemberut, Sering dahi tidak
atau senyuman dahi mengkerut, konstan, rahang
tertentu, tidak menyendiri. menegang, dagu
mencari perhatian. gemetar.
Kaki Tidak ada posisi atau Gelisah, resah dan Menendang
rileks. Menegang
Aktivitas Menggeliat,
Berbaring, posisi
menaikkan Menekuk, kaku atau
normal, mudah
punggung dan maju, menghentak.
bergerak.
menegang.
Menangis Tidak menangis. Merintih atau Menangis keras,
merengek, sedu sedan, sering
kadangkadang mengeluh.
mengeluh.
Hiburan Rileks. Kadang-kadang hati Kesulitan untuk
tentram dengan menghibur atau
sentuhan, memeluk, kenyamanan.
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian.
Total Skor 0-10

20
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala

numerik yaitu:

1. 0 : Tidak Nyeri

2. 1-2 : Nyeri Ringan

3. 3-5 : Nyeri Sedang

4. 6-7 : Nyeri Berat

5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012).

H. Fokus Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.

Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap

ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan

menentukan desain perencanaan yang ditetapkan.(Adib, 2009).

Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu :

a. Biodata

Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin,

kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi : nama

lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, hubungan dengan pasien dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang

disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.

21
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing,

jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan

pembuluh retina (hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah

dan epistaksis spontan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :

a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti

genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan

faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : obesitas,

alcohol, merokok, serta polisetemia.

b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:

Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria

dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu

jika orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya

memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya.

d. Riwayat psikososial

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah

kronik, factor stress multiple.

22
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati,

muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,

penurunan pola bicara.

e. Riwayat spiritual

Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi

belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan

masing-masing individu.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : Pasien nampak


lemah

2) Tanda-tanda vital :

Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga

cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas

90 mmHg.

3) Review of sistem

a) Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan-

tung kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda : Kenaikan tekanan darah

Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,

perbedaan denyut.

Denyut apical: titik point of maksimum impuls,

mungki bergeser atau sangat kuat.

Frekuensi / irama: takikardia, berbagai disritmia.

23
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada

dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.

Murmur stenosis valvular.

Distensi vena jugularis/kongesti vena.

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis,

femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).

Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin,

pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.

b) Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub

occipital.

Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.

Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.

Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi.

Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.

Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman

tangan

Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan

arteri ringan-mendatar, edema, papiladema, exudat,

hemoragi.

c) Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan

jantung).

Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.

24
Sakit kepala oxipital berat.

Nyeri abdomen/massa.

d) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap

lanjut dari hipertensi menetap/berat).

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja

tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal

paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan

sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori

pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

e) Keamanan

Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan.

Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi

postural.

g. Aktivitas sehari-hari

1) Aktivitas

Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

tachypnea.

2) Eliminasi

Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,

obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

3) Makanan dan cairan

Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi

25
garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan

kandungan tinggi kalori.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas.

Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris,

glikosuria.

h. Pemeriksaan diagnostik

1) BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

2) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-

katkan hipertensi.

3) Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan

disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.

4) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola

regangan, gangguan konduksi.

i. Penatalaksanaan

1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan

dan diet rendah garam.

2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri

pada hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE

inhibitor, beta-blocker, antagonis kalsium dan diuretik mengurangi

massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan

pengobatan yang paling efektif.

26
I. Fokus Diagnosa Keperawatan

Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa-

diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial

suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu dimana “P”

diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan

“S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini

dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “berhubungan

dengan”.

Menurut NANDA, NIC, NOC diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada Pasien Hipertensi adalah :

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,

hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak

seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

4. Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari Kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan berlebihan

J. Fokus Intervensi Keperawatan

Pada fokus intervensi meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi,

rasional, Menurut NANDA,NIC,NOC :

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,

hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler

30
Tujuan :

NOC

1. Efektivitas pompa jantung

2. Status Sirkulasi

3. Status tanda-tanda vital

Kriteria hasil :

1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah,Nadi, respirasi)

2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3. Tidak ada Edema paru, Perifer, dan tidak ada asites

4. Tidak ada penurunan kesadaran.

INTERVENSI

NIC

1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)

2. Catat adanya distrimia jantung

3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

4. Monitor status kardiovaskuler

5. Anjurkan untuk menurunkan stress

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

b. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

Tujuan :

NOC

1. Nyeri terkontrol

2. Skala nyeri 2 (ringan)

31
Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

2. Melaporkan bahwa berkurang dengan menggunakan dengan

manajemen nyeri.

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda

nyeri)

4. Tanda vital dalam rentang normal.

INTERVENSI

NIC

1. Lakukan pengkajian nyeri cecara komfrehensif, termaksuk lokasi,

karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi.

2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.

3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik.

4. Bantu pasien dan keluarga untuk menemukan dukungan.

5. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak

seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.

Tujuan :

NOC

1. Konserpasi energi

2. Aktivitas toleransi

Kriteria hasil :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan respirasi

32
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

NIC

1. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

2. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.

3. Monitor respon fisik,emosi sosial, dan inspirasi.

33
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

I. Identitas

1. Nama : Ny. W

2. Umur : 49 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Suku/bangsa : Bugis / Indonesia

5. Agama : Islam

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Pendidikan : SD

8. Alamat : Desa Baito

9. Tanggal masuk RS : 14 juli 2018

10. Tanggal pengkajian : 15 juli 2018

11. Sumber informasi : Pasien dan Keluarga

II. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Utama : Nyeri Kepala

2. Lama keluhan : Terus menerus

3. Kualitas Keluhan : Nyeri sedang (0-10) Hasil 5

4. Faktor pencetus : Pasien mengkonsumsi daging Sapi

5. Riwayat keluhan utama : Pasien mengeluh Nyeri kepala

setelah mengkomsumsi Daging sapi

6. Upaya yang telah dilakukan keluarga : Keluarga langsung

membawa pasien ke UGD

7. Diagnosa medis : Hipertensi


34
III. Riwayat Kesehatan Terdahulu

1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien sebelumnya pernah

mengalami peningkatan tekanan darah

2. Alergi : Pasien tidak memiliki riwayat

Alergi obat ataupun makanan

3. Kebiasaan : Pasien tidak memiliki kebiasaan

merokok dan minum alkohol

4. Obat-obat yang digunakan : Pasien sering minum obat yang

dijual diwarung

IV. Riwayat Keluarga/Genogram

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. W

35
Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan
? : Usia tidak diketahui

: Meninggal

: Pasien

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

: Garis pernikahan

G1 : Generasi pertama adalah kakek dan nenek pasien

G2 : Generasi kedua adalah ayah dan ibu pasien

G 3 : Generasi ketiga yakni pasien dan saudaranya

Data pemeriksaan fisik pada tanggal 15 Juli 2018 ditemukan keadaan

umum pasien tampak lemah, kesadaran komposmentis dengan nilai GCS

(Eyes respon : 4,Verbal respon : 5, Motorik respon : 6), BB sebelum sakit :

55 kg dan saat sakit BB : 54 kg, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu

tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 76x/menit dan teraba lemah,

suhu 37°C, pernapasan 24x/menit.

Pada pemeriksan bodi sistem untuk pernapasan (BI :Breathing), hidung

simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung,

tidak ada suara napas tambahan seperti (wheezing, ronchi, stridor, crakles),

tidak ada nyeri, irama pernafasan reguler.

Pengkajian cardiovaskuler (B2 :Bleeding) pada saat pemeriksaan palpasi

tidak ada nyeri tekan, suara jantung normal, namun pasien mengatakan pusing

dan merasa sakit kepala, capilary refil time < 3 detik dan tidak ada edema

pada ekstremitas dan palpebra, suara jantung mur-mur, irama sinus normal

36
mengarah pada infark sisi lateral atrium kiri, dan tidak ada tanda terjadinya

edema, pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat beraktifitas.

Pengkajian persarafan (B3 :Brain), Glasgow Coma Scale (GCS)

ditemukan hasil 15 dimana Eye Respon (respon mata): 4,Verbal Respon : 5,

dan Motorik Respon : 6 , pemeriksaan pada kepala dan wajah, keadaan

kepala normal, pada saat perubahan posisi pasien merasa sakit pada daerah

kepala, konjungtiva tidak anemis, telinga simetris kiri dan kanan, fungsi

pendengaran normal, fungsi penciuman normal, fungsi pengecapan normal,

fungsi penglihatan terganggu (pandagan kabur), status mental terorientasi

dengan baik waktu, tempat, maupun orang.

Pengkajian perkemihan dan eliminasi (B4 : Bladder) produksi urine

2500 ml/hari dengan frekuensi 4-5x/hari, warna urine kekuningan, dan bau

urine amoniak, tidak adanya retensi urine, frekuensi buang air besar Ny. W

yaitu 2x/hari dengan konsistensi lunak.

Pengkajian sistem pencernaan dan eliminasi (B5 : Bowel) pada mulut,

tenggorokan dan abdomen tidak ditemukan adanya masalah seperti stomatitis,

gangguan menelan seperti amandel, namun pada pengkajian status nutrisi

Ny. W mengalami anoreksia, dan mual, tidak ada nafsu makan, porsi makan

tidak dihabiskan dan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang disediakan, dan

perut pada Ny. W nampak hypertimpani setelah di lakukan perkusi, dan

makan sedikit merasa mual di sebabkan karena pasien mempunyai riwayat

penyakit Gastritis,

Pengkajian integumen (B6 : Bone) pergerakan sendi pasien bebas

dan tidak terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot, tidak terdapat nyeri

otot

37
dan sendi, turgor kulit baik, ekstremitas atas maupun bawah tidak terdapat

fraktur, paralise maupun gangguan lainnya, kondisi tulang normal, warna

kulit normal dengan kondisi bersih.

Pada pengkajian aktivitas sehari-hari Ny. W selama di rawat dirumah

Istirahat dan aktifitas: pasien mengatakan tidur siangnya mulai jam


13.00-

15.00 WITA, tidur malam : jam 21.00 – 05.00 WITA dan pasien

mengatakan tidak gangguan tidur sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga

dan perawat, untuk memenuhi kebutuhan perorangan pasien seperti mandi,

menyikat gigi, dan ganti pakaian pasien dibantu oleh anak, hasil pengkajian

psikologis pasien mengatakan belum paham dengan komplikasi dari

penyakitnya, pasien sering menanyakan tentang diet yang harus di jalaninya.

Kegiatan spiritual pasien selama dirumah sakit mengalami gangguan tidak

dapat melaksanakan ibadah disebabkan oleh keterbatasan fisik pasien dengan

kondisi kelemahan yang dialami oleh Ny. W.

Selama dirawat pasien mendapatkan terapi cairan ringer laktat 20

tetes/menit, dan obat-obatan antara lain ondansentron 2x1 ampul/intra

vena/12 jam, ranitidine 2x1 ampul/intra vena/12 jam, amlodipin 1x1 tablet,

isosorbit dinitrat 1x1 tablet/sublingual, neuro sanbe 1 ampul drips.

Hasil pemeriksaan penunjang yaitu hasil pemeriksaan EKG tidak adanya

pembesaran jantung dan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Juli

2018 ditemukan lymfosit (24,4 g/dL), hemoglobin (8,9 g/dL), hematokrit

(20,7 g/dL).

38
No Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
1 Lymfosit 24,4 g/dL 20-40%
2 Hemoglobin 8,9 g/dL 12-16 g/dL
3 Hematokrit 20,7 g/dL 37-48%

B. Data Fokus

Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa : Budiawan

No Rekam Medik : 051502 Nim : 144012017000167

Ruang Rawat : Ruang Asoka

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Pasien sakit kepala sejak 3 hari 1. Keadaan umum lemah
yang lalu 2. Ekspresi wajah tampak
2. Skala nyeri 5 (sedang), Skala meringis
numeric 1-10 3. pada saat perubahan posisi
3. Pasien mengatakan pusing pasien merasa sakit pada
Pasien mengatakan daerah kepala
jantungnya berdebar-debar saat 4. Denyut nadi teraba lemah
beraktifitas 76x/menit
4. pada saat perubahan posisi pasien 5. Perut pasien hypertimpani
merasa sakit pada daerah kepala 6. Pasien nampak sering bertanya
5. Pasien mengatakan tidak ada tentang diet yang harus
nafsu makan dijalaninya.
6. Pasien mengatakan makan sedikit 7. BB sebelum sakit : 55 kg dan
merasa mual saat sakit BB : 54 kg
7. Pasien mengatakan porsi Tanda tanda vital :
makan tidak dihabiskan, hanya ¼ TD : 160/90 mmHg,
dari porsi yang disediakan. N : 76x/menit,
8. Pasien mengatakan belum paham S : 37°C,
dengan komplikasi dari P : 24x/menit
penyakitnya.

39
C. Perumusan Masalah

Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa : Budiawan

No Rekam Medik : 051502 Nim : 144012017000167

Ruang Rawat : Ruang Asoka

Kemungkinan
NO Masalah penyebab (pohon Data
masalah)
1. Nyeri Akut Hipertensi DS :
- Pasien sakit kepala sejak
3 hari yang lalu
Kerusakan - Pasien
vaskuler mengatakan pusing
pembuluh darah - Skala nyeri 5 (sedang)
DO :
Perubahan - Keadaan umum lemah
struktur - Ekspresi wajah tampak
meringis
Penyumbatan - Tanda-tanda vital :
pembuluh TD : 160/90 mmHg,
darah N : 76x/menit,
S : 37°C,
Vasokonstriksi P : 24x/menit
Gangguan
sirkulasi Otak

Resistensi
pembuluh darah
otak meningkat

Nyeri

2. Intoleransi Gangguan DS :
aktivitas sirkulasi - pada saat perubahan
Pembuluh darah posisi pasien merasa
Sistemik sakit pada daerah
kepala
Vasokonstriksi - Pasien
mengatakan jantungnya
berdebar-

40
Afterload debar saat beraktifitas
DO :
Fatigue - Keadaan umum lemah
- Pasien tampak
Intoleransi dibantu dalam
aktivitas beraktivitas
- Denyut nadi lemah
3. Nutrisi kurang Hipertensi DS : 76x/menit
dari kebutuhan - Pasien
tubuh Tekanan mengatakan nafsu
intrakranial makan berkurang
meningkat - Pasien
mengatakan makan
Mual, muntah sedikit merasa mual

Intake yang tidak DO :


adekuat - Keadaan umum lemah
- Perut pasien
Nutrisi kurang nampak hypertimpani
dari kebutuhan - BB sebelum sakit : 55
kg dan saat sakit BB :
54 kg.

D. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan

vascular serebral ditandai dengan:

DS :

- Pasien sakit kepala sejak 3 hari yang lalu

- Pasien mengatakan merasa pusing

- Skal nyeri 5

(sedang) DO :

38
- Keadaan umum lemah

- Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 160/90 mmHg

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

: DS :

- Pada saat perubahan posisi pasien merasa sakit pada daerah kepala

- Pasien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat beraktifitas

DO :

- Keadaan umum lemah

- Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas

- Denyut nadi lemah 76x/menit

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat ditandai dengan :

DS :

- Pasien mengatakan tidak nafsu makan


- Pasien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan, hanya ¼

dari porsi yang disediakan (data dilihat dari porsi yang

diberikan petugas terapi gizi/pramusaji)

- Pasien mengatakan makan sedikit perut terasa mual

DO :

- BB sebelum sakit : 55 kg dan saat sakit BB : 54 kg.

- Perut pasien nampak hypertimpani (pengkajian perkusi)

- Keadaan umum lemah

39
E. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa : Budiawan

No Rekam Medik : 051502 Nim : 144012017000167

Ruang Rawat : Ruang Asoka

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Masalah nyeri teratasi Manajemen nyeri:
dengan peningkatan Tujuan : 1. Kaji skala nyeri, daerah, 1. Pasien biasanya melaporkan nyeri
tekanan vascular serebral Setelah dilakukan tindakan kualitas, dan waktu. yang terdapat pada ekstremitas atau
ditandai dengan: keperawatan selam 3x24 2. Observasi tanda-tanda vital : daerah kepala yang dapat terjadi
DS : jam diharapkan nyeri tekanan darah, nadi, suhu, dan hilang timbul.
- Pasien pasien dapat pernapasan. 2. Mengetahui perubahan keadaan
mengatakan sakit berkurang/hilang dengan 3. Pertahankan tirah baring pasien secara umum.
kepala sejak 3 hari kriteria hasil : selama fase akut. 3. Minimalkan stimulus atau
yang lalu - Pasien 4. Beri tindakan non farmakologi peningkatan relaksasi .
- Skala nyeri 5 melaporkan nyeri untuk menghilangkan nyeri, 4. Tindakan yang menurunkan tekanan
(sedang) atau misalnya kompres dingin pada vaskular serebral dan yang
- Pasien ketidaknyamanan dahi, pijat punggung dan memperlambat/memblok respon
mengatakan merasa hilang/terkontrol leher, tenang, redupkan lampu simpatis efektif dalam
pusing - Skala nyeri 2 (ringan) kamar, tehknik relaksasi menghilangkan sakit kepala dan
DO : - Pasien tampak rileks imajinasi (pandu imajinasi komplikasinya.
- Keadaa umum lemah

40
- Tanda-tanda vital : distraksi dan aktivitas waktu 5. Pusing dan penglihatan kabur sering
Tekanan senggang). berhubungan dengan sakit kepala.
darah:160/90 mmHg, 5. Bantu pasien dalam ambulasi 6. Menurunkan atau mengontrol nyeri
suhu 37°C, nadi sesuai kebutuhan . dan menurunkan rangsangan saraf
76x/menit, 6. Kolaborasi pemberian simpatis.
pernafasan 24x/menit analgetik, antihipertensi dan
sesuai indikasi.
2. Intoleransi aktivitas Aktivitas kembali normal Pengendalian Aktivitas :
berhubungan dengan 1. Kaji repon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter, membantu
Kelemahan Tujuan: Setelah dilakukan aktivitas, dipsnea atau nyeri mengkaji respon fisiologi terhadap
tindakan keperawatan dada, keletihan dan kelemahan stress aktivitas dan bila ada
ditandai dengan : selama 3x24 jam
DS : diharapkan terjadi berlebihan, diaphoresis, merupakan indikator dari kelebihan
- pada saat perubahan peningkatan toleransi pusing atau pingsan. kerja yang berkaitan dengan
posisi pasien merasa aktivitas kriteria hasil : 2. Instruksikan pasien tentang aktivitas.
- Berpartisipasi dalam tehknik penghematan energi 2. Tehnik menghemat energi
sakit pada daerah
aktivitas yang misalnya, menggunakan kursi mengurangi penggunaan energi,
kepala
dinginkan atau saat mandi, duduk saat juga membantu, keseimbangan
- Pasien
diperlukan. menyisir atau menyikat gigi, antarasuplei dan kebutuhan oksigen.
mengatakan
- Melaporkan melakukan istirahat dengan 3. Kemajuan aktivitas bertahap
jantungnya
peningkatan toleransi perlahan. mencegah peningkatan kerja jantung
berdebar-debar saat
aktivitas yang dapat 3. Beri dorongan untuk tiba-tiba. Memberikan bantuan
beraktifitas
diukur. melakukan aktivitas hanya sebatas kebutuhan akan
DO :
- Keadaan umum perawatan diri bertahap jika mendorong kemandirian dalam
lemah dapat ditoleransi. Berikan melakukan aktivitas.
- Pasien tampak dibantu bantuan sesuai kebutuhan.

41
dalam beraktivitas.
- Denyut nadi lemah
3. Nutrisi kurang dari Masalah nutrisi teratasi Weight manajemen:
kebutuhan berhubungan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Kaji intake makan pasien 1. Mengetahui jumlah intake perhari
dengan intake yang tidak tindakan keperawatan perhari. sehingga dapat diperhitungkan rasio
selama 3x24 jam 2. Identifikasi makanan yang intake dan output.
adekuat ditandai dengan : diharapkan kebutuhan
DS : nutrisi pasien dapat disukai atau dikehendaki agar 2. Nafsu makan dapat meningkat jika
- Pasien terpenuhi dengan kriteria dapat disesuaikan dengan penyusunan diet disesuaikan dengan
mengatakan tidak hasil : program pembatasan diet makanan kesukaan pasien.
- Pasien pasien. 3. Mengurangi rasa bosan pada
nafsu makan
mengatakan nafsu 3. Anjurkan untuk makan sedikit makanan dan mememenuhi
- Pasien mengatakan
makan baik tapi sering sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien.
porsi makan hanya ¼
- Tidak terjadi program diet. 4. Dengan mengetahui dan mengerti
dari porsi yang
penurunan berat 4. Beri penjelasan tentang diet pola diet pasien dan keluarga
disediakan
badan/BB hipertensi. dapat kooperatif dalam aturan
- Pasien
dipertahankan 5. Beri HE tentang pentingnya dietnya.
mengatakan
- Porsi makan nutrisi bagi tubuh. 5. Meningkatkan pengetahuan
makan sedikit
dihabiskan 6. Kolaborasi pemberian vitamin pasien tentang nutrisi sehingga
merasa mual
DO : sesuai indikasi dan meningkatkan derajat
- Perut pasien kesehatan.
nampak 6. Membantu meningkatkan daya
hypertimpani tahan tubuh dan meningkatkan nafsu
- Keadaan umum makan.
lemah.
- BB sebelum sakit :
55 kg dan saat sakit
BB : 54 kg
42
F. Implementasi Dan Evaluasi

Nama Pasien : Ny. W Nama Mahasiswa : Budiawan

No Rekam Medik : 051502 Nim : 144012017000167

Ruang Rawat : Ruang Asoka

Diagnosa Hari/ Hari/tanggal Catatan Perkembangan Paraf


Implementasi Paraf
Keperawatan Tgl/jam /jam (SOAPIE) CI
1. Nyeri akut Minggu/ 1. Melakukan pengkajian skala, Minggu/ Subjektif:
berhubungan 15-07- daerah, kualitas, dan waktu. 15-07-2018/ - Pasien mengatakan nyeri
dengan 2018/ nyeri 14.00 sudah mulai berkurang dengan
peningkatan 09.05 Hasil: Pasien mengatakan skala numerik nyeri 4 (sedang)
tekanan nyerinya sudah berkurang - Pasien mengatakan
vascular dengan skala numerik nyeri nyeri berkurang dengan pijat
serebral 4 (sedang), pasien mengatakan punggung dan leher
lokasi nyeri di kepala, kualitas Pasien mengatakan sudah
nyeri tumpul, dan pasien tidak merasa pusing
mengatakan sakit kepalanya Objektif:
timbul saat duduk. - Keadaan umum lemah
2. Melakukan observasi tanda- - Pasien tampak rileks/tenang
09.10 tanda vital - Skala numerik nyeri 4
Hasil: Tekanan darah : 160/90 (sedang)
mm/hg, Nadi : 76x/menit, Suhu - Tekanan darah : 150/70

43
: 37º C, Pernapasan : 24x /menit mm/Hg
09.15 3. Mempertahankan tirah baring Asesment: masalah nyeri akut
selama fase akut belum teratasi
Hasil: Pasien mengatakan Planning: intervensi dilanjutkan
merasa lebih nyaman dan Implementation:
nyerinya dapat berkurang. - Memberikan massage pada
09.25 4. Memberikan tindakan non kepala, leher, punggung dan
farmakologi untuk kaki
- Memberikan suasana ruangan
menghilangkan nyeri berupa
kamar yang tenang dan
pijat punggung dan leher nyaman
Hasil: pasien mengatakan - Memberikan terapi music
nyeri berkurang dengan kesukaannya
tindakan yang diberikan yaitu Evaluation:
pijat punggung dan leher - Pasien mengatakan
berkurang nyerinya
09.35 5. Membantu pasien dalam - Pasien tampak lebih tenang
ambulasi sesuai kebutuhan. dan rileks
Hasil: pasien merasa lebih - Skala numerik nyeri 2 (ringan)
terbantu dan termotivasi. - Tekanan darah 130/90 mm/hg
13.00 6. Melakukan penatalaksanaan
dalam pemberian obat
analgetik, antihipertensi,
antiansietas sesuai indikasi.
Hasil: injeksi ranitidine 2,5
cc/12 jam, ISDN (isosorbit

44
dinitrat) 1 tablet dan amlodiphin
1x1 tablet.
2. Intoleransi Minggu/ 1. Melakukan pengkajian Minggu/ Subjektif:
aktivitas 15-07- mengenai respon pasien 15-07-2018/ - Pasien mengatakan
berhubungan 2018/ terhadap aktivitas 14.00 masih merasa lemah
dengan 09.40 Hasil: pasien hanya dapat - Pasien mengatakan
kelemahan bangun dari tempat tidur dan dapat berjalan tetapi dibantu
tidak ada dipsnea dan nyeri oleh suami/atau perawat
dada, pasien sedikit pusing. Objektif:
09.45 2. Menginstruksikan pada pasien - Keadaan umum lemah
tentang tehnik penghematan - Pasien hanya bisa bangun
energi. dari posisi berbaring
Hasil: pasien mau mengikuti - Pasien tampak dibantu oleh
apa yang dianjurkan. suami
09.50 3. Memberikan dorongan untuk - Denyut nadi lemah 76x/menit
melakukan aktivitas /perawatan Asesment: masalah intoleransi
diri bertahap jika dapat aktivitas belum teratasi
ditoleransi. Planing: intervensi dilanjutkan
Hasil: Pasien merespon baik Implementation:
apa yang di katakan perawat. - Melatih rom pasif
- Membantu pasien duduk 15
menit, berdiri 15 dan berjalan
10 menit didalam ruangan
Evaluation:
- Pasien mengatakan pusing

45
ketika berdiri
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak duduk,
berdiri dan berjalan
3. Nutrisi kurang Minggu/ 1. Melakukan pengkajian intake Minggu/ Subjektif :
dari kebutuhan 15-07- makan pasien perhari 15-07-2018/ - Pasien mengatakan
berhubungan 2018/ Hasil: pasien mengatakan 14.00 nafsu makannya mulai
dengan intake 12.10 sudah nafsu makan, pasien membaik
yang tidak makan 3x sehari dengan - Pasien mengatakan porsi
adekuat. menghabiskan setengah dari makan 1/2 dari porsi
porsi yang disediakan. dihabiskan (data dilihat dari
12.15 2. Mengidentifikasi makanan yang porsi yang diberikan petugas
disukai atau dikehendaki agar terapi gizi/pramusaji)
dapat disesuaikan dengan Objektif :
program pembatasan diet - Keadaan umum lemah
pasien. Hasil: pasien - Porsi makan 1/2 dari porsi
mengatakan suka dengan dihabiskan (data dilihat dari
makanan yang disediakan porsi yang diberikan petugas
12.20 dirumah sakit. terapi gizi/pramusaji)
3. Menganjurkan untuk makan - Pasien sudah tidak mual
sedikit tapi sering sesuai dengan Asesment : masalah nutrisi kurang
program diet. dari kebutuhan belum teratasi
Hasil: pasien mengikuti apa Planing : intervensi di lanjutkan
12.50 yang telah dianjurkan Implementation:
4. Melakukan pentalaksanaan - Mengganti menu makanan
kesukaan pasien
Evaluation:
- Pasien mengatakan sangat
suka dengan makanannya
46 - Pasien tampak lahap memakan
dalam pemberian vitamin sesuai semua makanan
indikasi. kesesukaannya
Hasil : injeksi neurosanbe 1
cc/drips
1. Nyeri akut Senin/ 1. Melakukan pengkajian skala Senin/16-07 Subjektif :
berhubungan 16-07 nyeri, daerah, kualitas dan 2018/ - Pasien mengatakan
dengan 2018/ waktu. 14.00 nyeri berkurang dengan skala
peningkatan 09.05 Hasil: pasien numerik nyeri 2 (ringan)
tekanan mengatakan - Pasien mengatakan
vascular nyerinya berkurang dengan merasa sangat tenang dengan
serebral skala numerik nyeri 2 (ringan), diberi tindakan pijat leher
pasien mengatakan daerah nyeri dan tenang.
yang di rasakan di daerah Ojektif :
kepala, dan waktu timbulnya - Keadaan umum sedang
09.10 nyeri saat duduk - Pasien tampak rileks/tenang
2. Melakukan observasi tanda- - Tekanan darah 130/70 mmHg
tanda vital Asesment : masalah nyeri akut
Hasil: Tekanan darah : 130/70 teratasi.
mmhg, Nadi : 80x/menit, Suhu : Planing : intervensi dipertahankan
37,3ºC, Pernapasan : 20x /menit Implementation:
Hasil: pasien mengatakan - Memberikan massage pada
merasa lebih nyaman dan kepala, leher, punggung dan
nyerinya dapat berkurang. kaki
09.15
3. Memberikan tindakan non - Memberikan suasana ruangan
kamar yang tenang dan
farmakologi untuk

47
menghilangkan nyeri berupa nyaman
pijat punggung dan leher - Memberikan terapi music
Hasil: pasien mengatakan nyeri kesukaannya
Evaluation:
berkurang dengan tindakan
- Pasien mengatakan
yang diberikan yaitu pijat berkurang nyerinya
punggung dan leher serta - Pasien tampak lebih tenang
tenang. dan rileks
09.25 4. Membantu pasien dalam - Skala angka nyeri numerik 2
ambulasi sesuai kebutuhan. (ringan)
- Tekanan darah 110/80 mm/hg
Hasil: pasien merasa
lebih nyaman.
13.00 5. Melakukan penatalaksanaan
dalam pemberian analgetik,
antihipertensi, sesuai indikasi.
Hasil: injeksi ranitidine 2,5
cc/12 jam, dan amlodiphin 1x1
tab.
2. Intoleransi Senin/ 1. Melakukan pengkajian Senin/16-07 Subjektif :
aktivitas 16-07 mengenai repon pasien terhadap 2018/ - Pasien mengatakan
berhubungan 2018/ aktivitas 14.00 mulai bejalan perlahan-lahan.
dengan 09.40 Hasil: pasien mengatakan - Pasien mengatakan berjalan
kelemahan dapat didampingi oleh suami.
berjalan dengan dituntun oleh Objektif :
09.45 suami. - Keadaan umum mulai
2. Menginstruksikan pada pasien

52
tentang tehknik penghematan membaik
energi - Pasien tampak berjalan
Hasil: pasien menerapkan apa dengan didampingi oleh
yang dianjurkan. suami.
09.45 3. Memberikan dorongan untuk - Pasien tampak berjalan
melakukan aktivitas /perawatan berhati- hati.
diri Asesment : masalah intoleransi
Hasil: pasien mulai berusaha aktivitas belum teratasi
melatih diri untuk berjalan Planing : intervensi
tanpa perlahan-lahan. dipertahankan.
Implementation:
- Melakukan personal hygiene
- Melatih rom pasif
- Membantu pasien duduk 15
menit, berdiri 15 dan berjalan
10 menit didalam ruangan
Evaluation:
- Pasien mengatakan
tidak pusing lagi
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak duduk,
3. Nutrisi kurang Senin/ 1. Melakukan pengakajian intake Senin/16-07 Subjektif
berdiri: dan berjalan
dari kebutuhan 16-07 makan pasien perhari 2018/ - Pasien mengatakan
berhubungan 2018/ Hasil: pasien mengatakan 14.00 nafsu makannya kembali
dengan intake 12.03 porsi makan dihabiskan. membaik sperti biasa
yang tidak 12.10 2. Mengidentifikasi makanan yang - Pasien mengatakan porsi

53
adekuat. disukai atau dikehendaki agar makan dihabiskan
dapat disesuaikan dengan Objektif :
program pembatasan diet - Keadaan umum sedang
pasien. Hasil: pasien - Porsi makan dihabiskan
mengatakan suka dengan - Turgor kulit baik
makanan yang disediakan Asesment : masalah nutrisi kurang
12.15 dirumah sakit. dari kebutuhan teratasi.
3. Menganjurkan untuk makan Planing : intervensi
sedikit tapi sering sesuai dengan dipertahankan.
program diet. Implementation:
Hasil: pasien menerapkan - Membantu sikat gigi dan
12.20 apa yang telah dianjurkan membersihkan mulut pasien
- Mengganti menu makanan dan
4. Melakukan penatalaksanaan
minuman kesukaan pasien
dalam pemberian vitamin sesuai Evaluation:
indikasi. - Pasien mengatakan sangat
Hasil: injeksi neurosanbe 1cc/ suka dengan makanan dan
drips minuman kesukaannya
- Pasien tampak lahap makan
1. Intoleransi Selasa / 1. Melakukan pengkajian Selasa / Subjektif :
aktivitas 17/07/ mengenai repon pasien terhadap 17/07/ - Pasien mengatakan
berhubungan 2018/ aktivitas, dipsnea atau nyeri 2018/ sudah mampu berjalan
dengan
09.40 dada, keletihan dan kelemahan 12.00 - Pasien mengatakan
kelemahan
berlebihan , diaphoresis ,pusing berjalan tanpa didampingi oleh
atau pingsan isteri
Objektif :

54
Hasil: pasien sudah -
mampu -
09.45 berjalan tanpa dibantu
2. Menginstruksikan pada pasien
tentang tehknik penghematan Ase
energi dengan menggunakan akt
kursi saat mandi, duduk saat Pla
menyisir atau menyikat gigi, Imp
melakukan istirahat dengan -
perlahan. -
Hasil: pasien mau mengikuti -
09.50 apa yang dianjurkan.
3. Memberikan dorongan untuk
Eva
melakukan aktivitas/perawatan
-
diri
Hasil: pasien sudah -
mampu berjalan tanpa bantuan. -

56
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny. W dengan

Hipertensi di Ruang Perawatan Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan, yang

dilakukan pada hari Minggu tanggal 15-17 Juli 2018, maka penulis akan

mengemukakan kesenjangan data antara teori dengan data yang didapatkan pada

tinjauan kasus. Telah diuraikan pula sebelumnya mengenai tinjauan kasus

hipertensi baik ditinjau dari segi medis maupun segi keperawatan.

Di dalam memberikan asuhan keperawatan kita harus mengakui pasien

sebagian mahluk sosial yang utuh dan unik yang terdiri dari bio, psiko, sosial dan

spiritual, sehingga segala kemampuan kecakapan yang dimiliki oleh perawat

harus dipadukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan, karena kesembuhan dan

keberhasilan implementasi keperawatan yang dilakukan tergantung dari kondisi

pasien atau individu.

Berdasarkan hal itulah tidak menutup kemungkinan munculnya perbedaan

antara teori dan praktek. Penulis akan mengemukakan kesenjangan itu melalui

beberapa tahap sebagai berikut:

A. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. W maka data yang

ditemukan adalah pasien mengatakan merasakan sakit pada daerah kepala,

skala nyeri yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan dengan pengukuran

skala nyeri (0-10) didapatkan skala nyeri 5 (sedang), pusing, pasien tidak dapat

berjalan tanpa dibantu, badan terasa lemas, tidak ada nafsu makan, makanan

tidak dihabiskan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang disediakan, serta makan

sedikit merasa mual, perut Ny. W nampak hypertimpani pada saat melakukan

57
pengkajian, pasien sering mengatakan belum paham tentang komplikasi dari

penyakitnya, pasien sering bertanya tentang diet yang harus di jalaninya,

karena tekanan darahnya 160/90 mmHg, nadi 76x/menit dan teraba lemah,

suhu 37,0°C , pernapasan 24x/menit.

Sedangkan data yang ditemukan dalam teori yaitu Peningkatan tekanan

darah > 140/90 mmHg, sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual

dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur,

epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang

kunang, lemah dan lelah, muka pucat , suhu tubuh rendah.

Adapun data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam

kasus yaitu : penglihatan kabur keadaan ini biasanya timbul akibat hipertensi

berat atau menahun dan tidak diobati sehingga merusak organ yang spesifik

yaitu hipertensif pada retina dan menimbulkan gejala penglihatan kabur.

Epistaksis terjadi sebagai suatu kompensasi tubuh terhadap adanya tekanan

darah yang tinggi. pecahnya pembuluh darah hidung dapat mengurangi

tekanan aliran darah keotak sehingga penyakit stroke dapat dicegah. Gejala ini

tidak ditemukan pada Ny. W sehingga pasien mengalami nyeri kepala yang

tergolong nyeri sedang, sukar tidur, mata berkunang-kunang, muka pucat,

suhu tubuh rendah.

Data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori

yaitu: tidak ada nafsu makan ini karena jika Ny. W mengkonsumsi makanan

pasien selalu merasakan mual sehingga Ny. W tidak nafsu makan dan

pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien sehari-hari terganggu, mual pada Ny. W

ini disebabkan karena peningkatan tekanan darah otak yang mengakibatkan

58
peningkatan tekanan intrakranial yang merangsang medulla oblongata sehingga

timbul gejala mual.

Gelisah yang dirasakan oleh Ny. W akibat kurangnya informasi mengenai

pengobatan dan proses penyakit yang dialami sehingga timbul gejala gelisah,

tekanan darah meningkat 160/90 mmHg ini pencetusnya adalah karena

mengonsumsi daging sapi dan diperburuk dengan banyaknya jumlah daging

yang di konsumsiserta kurangnya beristirahat serta olahraga, nadi teraba lemah.

B. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan untuk hipertensi menurut teori adalah :

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas

(kekuatan) ventrikuler.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak

seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut, berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional,

perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak

adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak

terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak

efektif.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/ daya

ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal

diagnosa.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus yaitu

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.


59
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

Diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus

yaitu, resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan)

ventrikuler, koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional,

perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak

adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak

terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak

efektif.

Diagnosa yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori

yaitu, Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori tidak semua ditemukan

dalam kasus, hal ini karena diagnosa yang diangkat pada kasus berdasarkan

keluhan yang dirasakan pasien, seperti kita ketahui setiap manusia memiliki

kebutuhan dan persepsi/respon yang berbeda-beda antara satu dengan yang

lainnya.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana asupan nutrisi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini terjadi

karena pasien merasakan mual pada saat lambung terisi oleh makanan,

sehingga dapat beresiko terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi.

60
C. Perencanaan

Pembuatan rencana pada Ny. W disesuaikan dengan tujuan dan kriteria

hasil, perencanaan ini dibuat berdasarkan keluhan, data subjektif dan data

objektif yang ada, karena data ini sangat mendukung dalam memberikan

asuhan keperawatan.

Diagnosa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular

serebral perencanaan yang dilakukan yaitu kaji skala nyeri, daerah, kualitas,

dan waktu hal ini dilakukan karena pasien biasanya melaporkan nyeri yang

terdapat pada ekstremitas atau daerah kepala yang dapat terjadi hilang timbul.

Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan untuk

mengetahui perubahan keadaan pasien secara umum. Pertahankan tirah baring

selama fase akut agar dapat meminimalkan stimulus atau peningkatan

relaksasi. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan nyeri,

misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,

redupkan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi

dan aktivitas waktu senggang) sebab tindakan yang menurunkan tekanan

vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif

dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. Bantu pasien dalam

ambulasi sesuai kebutuhan hal ini dilakukan karena pusing dan penglihatan

kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Kolaborasi pemberian

analgetik antihipertensi, dan antiansietas sesuai indikasi dengan pemberian

terapi analgetik dapat menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan

rangsangan saraf simpatis.

61
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan perencanaan yang

dilakukan yaitu kaji repon pasien terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada,

keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan untuk

mengetahui jumlah intake perhari sehingga dapat diperhitungkan rasio intake

dan output, instruksikan pasien tentang tehknik penghematan energi misalnya,

menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi,

melakukan istirahat dengan perlahan dengan pengkajian yang dilakukan dapat

menyebutkan parameter, membantu mengkaji respon fisiologi terhadap stress

aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan

dengan aktivitas, beri dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri

bertahap jika dapat ditoleransi tekhnik ini dapat menghemat energi

mengurangi penggunaan energi, juga membantu, keseimbangan antara suplei

dan kebutuhan oksigen. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dapat memberikan

kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba,

memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat perencanaan yang dilakukan yaitu kaji intake makan pasien

perhari hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah intake perhari sehingga

dapat diperhitungkan rasio intake dan output, timbang berat badan pasien

untuk memberi informasi tentang ketidak adekuatan masukan diet atau

penentuan kebutuhan nutrisi. Identifikasi makanan yang disukai atau

dikehendaki agar dapatdisesuaikan dengan program pembatasan diet pasien

karena dengan tindakan ini nafsu makan dapat meningkat jika penyusunan

diet disesuaikan
62
dengan makanan kesukaan pasien. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering

sesuai dengan program diet untuk mengurangi rasa bosan pada makanan dan

mememenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Beri penjelasan tentang diet hipertensi

dengan mengetahui dan mengerti pola diet pasien dan keluarga dapat

kooperatif dalam aturan dietnya. Beri HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh

dengan pemberian HE dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi

sehingga dan meningkatkan derajat kesehatan. Kolaborasi pemberian vitamin

sesuai indikasi dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan

meningkatkan nafsu makan.

D. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada Ny. W sesuai dengan rencana

keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus

dan mencantumkan waktu pelaksanaan, implementasi sesuai dengan respon

dan kondisi pasien.

Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada Minggu, 15 Juli 2018

pukul yaitu pada pukul 09.05 melakukan pengkajian skala, daerah, kualitas,

dan waktu, nyeri, dan pada pukul 09.10 melakukan observasi tanda-tanda

vital, pukul 09.15 mempertahankan tirah baring selama fase akut, dan pada

pukul 09.25 memberikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan

nyeri, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,

redupan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi

dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya pukul 09.35 Membantu pasien

dalam ambulansi sesuai kebutuhan, pukul 13.00 melakukan kolaborasi

63
dengan tim medis dalam pemberian analgetik, antihipertensi, antiansietas

sesuai indikasi.

Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas berhubungan

dengan kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari Minggu, 15 Juli

2018 pada pukul 09.40 Melakukan pengkajian mengenai respon pasien

terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan

berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul 09.45

menginstruksikan pada pasien tentang tehnik penghematan energi misalnya,

menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi,

melakukan istirahat dengan perlahan, selanjutnya pada pukul 09.50

memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika

dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Selanjutya pada diagnosa ketiga resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat implementasi yang di

lakukan Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 12.10 melakukan pengakajian

intake makan pasien perhari, dan pukul 12.15 mengidentifikasi makanan yang

disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan program pembatasan

diet pasien. Selanjutnya pada pukul 12.20 menganjurkan untuk makan sedikit

tapi sering sesuai dengan program diet, kemudian pukul 12.30 memberikan

HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul 12.50 melakukan

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.

Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada Minggu, 15 Juli 2018

pukul yaitu pada pukul 09.10 melakukan pengkajian skala, daerah, kualitas,

64
dan waktu, nyeri, dan pada pukul 09.15 melakukan observasi tanda-tanda

vital, dan pada pukul 09.25 memberikan tindakan non farmakologi untuk

menghilangkan nyeri, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung

dan leher, tenang, redupan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu

imajinasi distraksi dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya pukul 09.35

Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan, pukul 13.00 melakukan

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik, antihipertensi,

antiansietas sesuai indikasi.

Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas berhubungan

dengan kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari Minggu, 15 Juli

2018 pada pukul 09.40 Melakukan pengkajian mengenai respon pasien

terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan

berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul 09.45

menginstruksikan pada pasien tentang tehnik penghematan energi misalnya,

menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi,

melakukan istirahat dengan perlahan, selanjutnya pada pukul 09.50

memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika

dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Kemudian pada diagnosa ketiga nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat implementasi yang di

lakukan pada Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 12.03 melakukan pengakajian

intake makan pasien perhari, dan pukul 12.10 mengidentifikasi makanan yang

disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan program pembatasan

diet pasien. Selanjutnya pada pukul 12.15 menganjurkan untuk makan

sedikit
65
tapi sering sesuai dengan program diet, kemudian pukul 12.20 memberikan

HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul 12.50 melakukan

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.

Selanjutnya diagnosa yang di implementasikan pada hari ke tiga yaitu

intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan implementasi yang di

lakukan pada hari Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 09.40 Melakukan

pengkajian mengenai respon pasien terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri

dada, keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan,

dan pada pukul 09.45 menginstruksikan pada pasien tentang tehnik

penghematan energi misalnya, menggunakan kursi saat mandi, duduk saat

menyisir atau menyikat gigi, melakukan istirahat dengan perlahan,

selanjutnya pada pukul 09.50 memberikan dorongan untuk melakukan

aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan

sesuai kebutuhan.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, serta kurang pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi

implementasi ini dilakukan sesuai dengan perencanaan dan masalah teratasi

pada hari kedua, kemudian diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga setelah dilakukan pengkajian

dan pemberian asuhan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap

evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi

merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap evaluasi ini

66
penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari diagnosa yang telah

diangkat dalam kasus ini, yaitu diagnosa nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam pada hari Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 14.00 pasien

mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 (sedang), pasien mengatakan

merasa sangat tenang dengan diberi tindakan pijat leher dan tenang, pasien

mengatakan masih merasa pusing, keadaan umum lemah, pasien tampak

rileks/tenang dan tekanan darah 150/70 mmHg. Dari hasil evaluasi assesment

masalah belum teratasi dan intervensi yang mengenai diagnosa nyeri

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral pada hari

Minggu, 15 Juli 2018 dilanjutkan pada hari Senin, 16 Juli 2018.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3x24 jam pada hari Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul

14.00 pasien mengatakan masih merasa lemah, pasien mengatakan dapat

berjalan tetapi dibantu oleh suami/atau perawat, dan keadaan umum lemah,

pasien hanya bisa bangun dari posisi berbaring, pasien tampak dibantu oleh

suami, denyut nadi lemah 76x/menit, Dari hasil evaluasi assesment masalah

belum teratasi dan intervensi yang mengenai diagnosa Intoleransi aktifitas

berhubungan dengan kelemahan pada hari senin Minggu, 15 Juli 2018

dilanjutkan pada hari Senin, 16 Juli 2018.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, setelah dilakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

pada hari senin Minggu, 15 Juli 2018 pada pukul 14.00 pasien

mengatakan nafsu makannya mulaim membaik, pasien mengatakan porsi

makan ½ dari
67
porsi yang di habiskan, keadaan umum lemah, porsi makan ½ dari porsi

dihabiskan, pasien sudah tidak mual, Dari hasil evaluasi assesment masalah

belum teratasi dan intervensi yang mengenai diagnosa Resiko nutrisi kurang

dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat pada hari

senin Minggu, 15 Juli 2018 dilanjutkan pada hari Senin, 16 Juli 2018.

Dari diagnosa yang telah diangkat dalam kasus ini, masalah keperawatan

yang telah teratasi pada hari kedua yaitu diagnosa nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 2 (ringan), pasien

mengatakan merasa sangat tenang dengan diberi tindakan pijat leher dan

tenang, keadaan umum sedang, pasien tampak rileks/tenang dan tekanan

darah

130/70 mmHg. Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan

pada perencanaan dimana pasien melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan

hilang/terkontrol, skala nyeri 2 (ringan), pasien tampak rileks

sehingga intervensi yang mengenai diagnosa nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral dihentikan pada hari kedua 16 Juli 2018.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan

setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakn mulai

berjalan perlahan-lahan, pasien mengatakan berjalan di dampingi oleh suami,

selanjutnya keadaan umum mulai membaik, pasien tampak berjalan dengan di

dampingi oleh suami, pasien tampak berjalan berhati-hati, karena belum sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil sehingga intervensi dari diagnosa intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan di lanjutkan pada Selasa, 17 Juli

2018.
68
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakan

nafsu makannya kembali membaik seperti biasa, porsi makan dihabiskan dan

keadaan umum tampak sedang. Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

telah ditentukan pada perencanaan dimana diharapkan kebutuhan nutrisi pasien

dapat terpenuhi dan pasien mengatakan nafsu makan baik, tidak terjadi

penurunan berat badan/berat badan dipertahankan, serta porsi makan

dihabiskan telah sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga intervensi yang

diberikan mengenai diagnosa resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dihentikan padi hari Senin, 16

Juli 2018.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan

setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakan pasien

mengatakan sudah mampu berjalan, pasien mengatakan berjalan tanpa

didampingi oleh suami, keadaan umum baik, pasien tampak berjalan dengan

tanpa dibantu diagnosa ini telah sesuai dengan apa yang telah diharapkan

sehingga intervensi dihentikan pada hari ketiga pada Selasa, 17 Juli 2018.

69
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. W Dengan Gangguan Sistem

Cardiovaskuler : Hipertensi Di Ruang Asoka BLUD Rumah Sakit Konawe

Selatan maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Dalam melaksanakan pengkajian terhadap pasien Ny. W

penulis memperoleh data dari pasien melalui pemeriksaan fisik dan

keluarga dengan wawancara. Dimana didapatkan bahwa pada teori hampir

seluruh sistem dalam tubuh mengalami gangguan pada kasus

Hipertensi sedangkan pada kasus hanya didapatkan sebagian sistem yang

mengalami masalah.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan pada kasus hanya didapatkan masalah

keperawatan yaitu nyeri, intoleransi aktivitas,resiko nurisi kurang dari

kebutuhan dan kurang pengetahuan.

3. Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan

prioritas masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses keperawatan

Hipertensi. Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan disesuaikan

dengan intervensi yang terdapat dalam teori.

4. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Ny. W didasarkan pada

perencanaan yang telah disusun penulis bersama pasien dan keluarga.

5. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada pasien dengan

Hipertensi selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.

Hasil evaluasi
70
yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan semua masalah dapat

teratasi.

B. Manfaat dan Saran

1. Kepada pihak institusi pendidikan diharapkan untuk kegiatan praktek

klinik dimasa akan datang waktunya ditambah agar peserta dapat lebih

memahami proses asuhan keperawatan khususnya keperawatan medikal

bedah.

2. Untuk pihak lahan praktek, supaya membuat model pelayanan

keperawatan profesional yang dapat dijadikan model dalam proses belajar

mahasiswa perawat guna menjamin kualitas asuhan yang diberikan pada

pasien.

3. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif

perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga

atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai kesehatan

optimal dengan prinsip pendekatan secara terapeutik.

4. Beberapa proses keperawatan perlu kiranya didokumentasikan dan

dilaksanakan secara sistematis mulai dari pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini berguna untuk menjadikan bahan

pelajaran bagi tenaga kesehatan utamanya bagi perawat guna

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal.

71
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami Dan Menghindar Hipertensi, Jantung,

Stroke. Lokapustaka : Yogyakarta.

Alim, Baitul.2011. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Binarupa Aksara : Tangerang

Amin & Hardi. 2013, Aplikasi asuhan keperawatan keperawatan.Tamantirto :

Yogyakarta

Brunner & suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. : Buku

Kedokteran EGC. Jakarta

Candra .(2013). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Debora. 2011. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik, Salemba Medika :

Jakarta.

Depkes RI (2012); Indonesia Sehat 2014, Departemen Kesehatan Republic

Indonesia, Jakarta.

Dongoes M.E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Indriayani, widian nur. 2009. Deteksi Dini Koletrol, Hipertensi Dan Stroke.

Jakarta : Millestone

Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses

dan Praktis Edisi 7 Volume 1. EGC : Jakarta.

Lukito A.A, dkk, (2008). Ringkasan eksekutif Krisis Hipertensi. Perhimpunan

Hipertensi Indonesia.

Mansjoer Arif, dkk (2000), Kapita Selakta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2,

Penebit Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Purwanto, 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bandung: Karya Medika.

72
Puspitorini. 2008.Hiperetensi, Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi

Image Press : Jogyakarta.

Nursalam. 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan edisi 2. EGC : Jakarta

Sari, 2009.Gaya Hidup Sehat Bagi Penderita Hipertensi. http:// www.

Majalahkesehatan.com /content/5-gaya-hidup-sehat-bagi-

penderita- hipertensi, diakses tanggal 5 Februari 2014

Smeltzer, Bare. (2002). Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi

dan Penanganan Hipertensi. EGC : Jakarta

Utaminingsih.2009.Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes Melitus,

Hipertensi, Jantung dan Hipertensi Untuk Hidup Lebih Berkualitas

.Media Ilmu : Jakarta

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta :

EGC Yogiantoro (2006),Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

ix
Gambar Dokumetasi

x
xi
xii
xiii
xiv

Anda mungkin juga menyukai