Anda di halaman 1dari 17

OLAHRAGA LANSIA

MAKALAH SENAM OTAK PADA LANSIA

OLEH :

KELOMPOK II

1. NI PUTU MIA PERNANDA PUTRI C1117088


2. AYUNDA RIRIYANTI C1117089
3. NI KOMANG RINI PUSPA DEWI C1117090
4. NI KADEK DIAN SUTAMI C1117091
5. EVE LUSIANA C1117093
6. I KOMANG NATIH PRADNYANA C1117094
7. NYOMAN VERANIA SEVADEWI C1117095

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami selaku penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan  makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas mengenai Terapi Senam Otak Pada Lansia . Makalah ini dibuat
dengan tujuan agar kita dapat memperoleh suatu ilmu yang berguna dalam bidang
studi keperawatan dan dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu
dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan
dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta
bimbingan dari dosen pembimbing, tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha dengan kemampuan kami
yang maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang kami miliki,
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa,
pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun demi tercapainya suatu
kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Mangupura, 18 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologi, berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkelanjutan yang dapat menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, biokemis pada jaringan tubuh sehingga memengaruhi
fungsi, kemampuan badan dan jiwa. Lansia mengalami kemunduran sel karena
proses penuaan yang berakibat kelemahan organ, kemunduran fisik dan
penyakit degeneratif. Kemampuan kognitif yang menurun sering dianggap
sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang
berusia lanjut. Penurunan kemampuan kognitif tersebut ditandai dengan
banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan yang terjadi pada
lansia. Dampak lanjut dari kemunduran fungsi kognitif umumnya akan terjadi
demensia. Demensia merupakan penyakit degeneratif akibat kematian sel yang
meliputi kemunduran daya ingat dan proses berpikir. Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan mental untuk mengonstruksikan atau mampu
memprediksikan suatu lingkungan, serta menciptakan suatu matriks dari
berbagai pengalaman lingkungan di mana pengalaman baru dapat
diintegrasikan ke dalamnya (Lihardo, 2009).
Senam merupakan salah satu tindakan yang jarang sekali dilakukan para
lansia,banyak lansia yang mengeluh badannya capek dan pegal itu semua
dikarenakan kurangnya pergerakan otot-otot. Kebanyakan lansia tidak mau
melakukan senam karena capek, males dan lain-lain, maka dari itu kita sebagai
perawat harus bisa mengajak para lansia untuk melakukan tindakan senam
senam supaya memperlambat kepikunan, menghilangkan stres, meningkatkan
konsentrasi, dan membuat emosi lebih tenang (Zulsita, 2010).
Kegiatan senam dilakukan biasanya seminggu sekali dan dilakukan tiap
pagi hari karena udara dan panas pagi sangat bagus buat tubuh manusia.
Dengan diadakan senam otak kita bisa mengetahui gerakan tubuh sederhana
yang digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang system
yang terkait dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang ataupun
depan, itu bermanfaat bagi otak kita.jadi senam otak sangat berfungsi bagi para
lansia (Zulsita, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari Senam Otak?
2. Apa yang dimaksud dengan Senam Otak Pada Lansia?
3. Apa saja tujuan dari Senam Otak Pada Lansia?
4. Apa saja manfaat dari Senam Otak Pada Lansia ?
5. Bagaimana mekanisme kerja dari Senam Otak Pada Lansia?
6. Bagaimana pelaksanan gerakan Senam Otak Pada Lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Senam Otak.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Senam Otak Pada Lansia.
3. Untuk mengetahui tujuan dari Senam Otak Pada Lansia.
4. Untuk mengetahui manfaat dari Senam Otak Pada Lansia.
5. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari Senam Otak Pada Lansia.
6. Untuk mengetahui pelaksanan gerakan Senam Otak Pada Lansia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Senam Otak


Senam otak mulai berkembang di tahun 2001 saat salah satu dokter
di lembaga Education Kinesiology Amerika Serikat yaitu Paul E. Denisson
seorang spesialis saraf sekaligus ahli pelopor dalam penerapan penelitian
otak, bersama istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Beliau
mengatakan bahwa senam otak bisa mengotimalkan perkembangan dan
potensi otak. Sejak saat itu mulailah senam otak menyebar di seluruh
bagian Negara Amerika Serikat, bahkan sekarang sudah menyebar di
seluruh dunia (Dennison, P. E. dan Dennison, G. E., 2009).

B. Pengertian Senam Otak


Senam otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan sederhana yang
menghasilkan stimulus bertujuan untuk menghubungkan/ menyatukan
pikiran dan tubuh, gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat
membantu meningkatkan fungsi kognitif dan menunda penuaan dini
(Gunadi, 2010).
Senam otak atau dikenal dengan Brain Gym merupakan kegiatan
terstruktur dan fungsional yang mengaktifkan tiga dimensi otak yaitu
(dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan
bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait
dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbik) serta otak besar
(dimensi pemusatan) (Abdullah, H. 2014).
Jadi kesimpulannya senam otak atau lebih dikenal dengan Brain
Gym adalah gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah
tangan dan kaki yang dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada
otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat membantu
meningkatkan fungsi kognitif dan menunda penuaan dini dalam arti
menunda pikun atau perasaan kesepian yang biasanya menghantui para
manula. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan otak kanan
(dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan
bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait
dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbik) serta otak besar
(dimensi pemusatan).

C. Tujuan Senam Otak


1. Untuk membantu dalam berkomunikasi.
2. Untuk meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan.
3. Untuk mengatasi stress.
4. Untuk mencegah terjadinya penuaan pada lansia (Halim, 2009).

D. Manfaat Senam Otak


1. Meningkatkan konsentrasi.
2. Mengurangi stres.
3. Meningkatkan daya ingat.
4. Dapat berfikir lebih cepat.
5. Melawan penuaan.
6. Meningkatkan rasa bahagia.
7. Motivasi dan mengembangkan kepribadian (Zulaini, 2016).

E. Indikasi Senam Otak Pada Lansia


1. Semua lansia yang mampu melakukan senam.
2. Lansia yang berkemampuan motorik baik yang mengalami tingkat stres
ringan dan sedang (Franc, Adri Y. 2012).
3. Lansia yang mengalami penurunan kemampuan kognitif (dimensia).

F. Kontraindikasi Senam Otak Pada Lansia


1. Lansia dengan penyakit pernafasan seperti : sesak nafas, TBC
2. Mengalami kecacatan fisik
3. Mengalami gangguan jiwa
4. Lansia dengan penyakit stroke
5. Lansia dengan gangguan otak karena trauma (Widianti& Proverawati,
2010).

G. Mekanisme senam otak


Senam otak yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tiga
hormon stres yaitu kortisol, epinefrin dan dopac (katabolit utama
dopamin). Besaran penurunan hormon stres meliputi kortisol (39%),
epinefrin (70%), dopac (38%).
Selain menurunkan hormon stres, gerakan senam otak juga mampu
meningkatkan hormon serotonin, endorfin dan melatonin. Ketiga hormon
ini dapat memberikan perasaan tenang, nyaman, dan rileks sehingga
tingkat stres dapat diturunkan. Serotonin dapat memberikan dorongan bagi
sistem limbik untuk meningkatkan perasaan nyaman, rasa bahagia, rasa
puas, nafsu makan yang baik, keseimbangan psikomotor dan dorongan
seksual yang sesuai. Endorfin berguna untuk menekan sinyal nyeri yang
masuk ke dalam sistem saraf yaitu dengan mengaktifkan sistem
pengaturan nyeri dan memberikan efek relaksasi. Sedangkan, melatonin
dapat membuat otot menjadi relaks, mengurangi ketegangan dan
kegelisahan, dan memberikan perasaan yang nyaman (Boedhi, D & M.
Hadi. 2010).

H. Pelaksanaan Gerakan Senam Otak


Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan
dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat
adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Andri 2013).
Dalam tahap pemanasan, ajaklah peserta berdoa menurut agama
dan kepercayaan masing-masing dan lakukan pemanasan selama 2-5 menit
dengan melakukan gerakan gerakan ringan pada anggota tubuh.
Terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan senam otak, tahapan
tersebut dibagi menjadi 3 dimensi dan pada setiap dimensi terdapat
gerakan yang berbeda-beda. Berikut adalah pembagian dimensi (beserta
bentuk gerakan) dalam senam otak:
1. Dimensi Lateral
Dimensi lateral yang berisi gerakan-gerakan yang menstimulasi
koordinasi kedua belahan otak dan integrasi dua sisi/bilateral. Gerakan-
gerakan dalam dimensi ini adalah:
a. Gerakan Silang (Cross Crawl)
Cara melakukannya adalah dengan menggerakkan secara
bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, seperti
pada gerak jalan di tempat. Menggerakkan tangan kanan
bersamaan dengan kaki kiri atau tangan kiri bersamaan dengan
kaki kanan, sementara tangan yang tidak aktif tetap berada
disamping kaki. Sebaiknya gerakan ini dilakukan selama 2-3 menit
menggunakan kombinasi 3 bentuk gerakan berbeda dengan
hitungan sebanyak 8 kali untuk setiap bentuk gerakan. Gerakan
silang berfungsi untuk mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan
merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang
memerlukan penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh
(Dennison, P. E. dan Dennison, G. E., 2009:7).

Gambar 1. Gerakan Silang (Cross Crawl)

b. Delapan Tidur (Lazy 8)


Cara melakukannya adalah dengan meluruskan tubuh
menghadap satu titik yang terletak setinggi posisi mata lalu
menggambar angka 8 dalam posisi tidur dengan titik tengah yang
jelas, yang memisahkan wilayah lingkaran kiri dan lingkaran
kanan, dan dihubungkan dengan garis tersambung. Pandangan
mata mengikuti gerakan 8 tidur, kepala bergerak sedikit dan leher
tetap relaks. Sebaiknya gerakan dilakukan sebanyak 3 kali untuk
setiap tangan dan juga 3 kali untuk kedua tangan bersama-sama.
Gerakan ini berfungsi untuk meningkatkan integrasi belahan otak
kiri dan kanan serta memperbaiki keseimbangan dan koordinasi
(Dennison, P. E. dan Dennison, G. E., 2009:97-98).

Gambar 2. Delapan Tidur (Lazy 8)

c. Coretan Ganda (Double doodle)


Coretan ganda adalah gerakan seperti menggambar di
kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang tengah. Latihan
dimulai dengan menggerakkan lengan secara leluasa, tengkuk dan
mata relaks. Menggambar dilakukan dengan kedua tangan pada
saat yang sama. Coretan ganda paling baik dikerjakan dengan otot
utama lengan dan bahu. Sebaiknya gerakan ini dilakukan sebanyak
8 kali (dengan arah yang berlawanan) pada setiap bentuk gerakan
dan menggunakan 3 bentuk gerakan yang berbeda. Fungsinya
adalah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui arah
dan orientasi yang berhubungan dengan tubuh (Dennison, P. E. dan
Dennison, G. E., 2009:11).

Gambar 3. Coretan Ganda (Double Doodle)

2. Dimensi Pemfokusan
Dimensi pemfokusan berisi gerakan yang membantu melepaskan
hambatan fokus adalah aktivitas integrasi depan/belakang. Gerakan-
gerakan dalam dimensi ini adalah:
a. Burung Hantu (The Owl)
Memijat bahu kiri dengan tangan kanan atau sebaliknya
memijat bahu kanan dengan tangan kiri secara bergantian.
Bersamaan dengan memijat menarik nafas saat kepala berada di
posisi tengah, kemudian dengan tinggi posisi dagu tegap
menggerakkan kepala perlahan ke arah bahu yang dipijat lalu
menghembuskan nafas ke sisi bahu yang tegang sambil relaks.
Selanjutnya yaitu menarik nafas saat kepala kembali ke posisi
tengah, lalu menundukkan kepala sambil menghembuskan nafas.
Setelah itu menarik nafas lagi saat kepala kembali ke posisi tengah
lalu menghembuskan nafas ke arah bahu yang tidak dipijat. Saat
menoleh, kepala diharapkan dapat digerakkan lebih jauh ke posisi
pendengaran kiri dan kanan. Gerakan ini dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dengan 1 kali pernafasan ke setiap arah. Fungsinya
adalah melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul
karena stres. Gerakan ini mengatur kembali jangkauan dan
peredaran darah ke otak untuk meningkatkan kemampuan fokus,
perhatian, dan ingatan (Dennison, P. E. dan Dennison, G. E.,
2009:101).

Gambar 4. Burung Hantu (The Owl)

b. Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)


Duduk secara nyaman dengan menyilangkan kaki di
pergelangannya dan merentangkan tangan depan, lalu
meluncurkannya ke daerah kaki sambil membuang nafas perlahan.
Lakukan gerakan ini selama 3 pernafasan atau lebih, kemudian
melakukan lagi dengan mengubah persilangan kaki. Fungsinya
adalah melepaskan ketegangan di pinggul dan pelvis agar dapat
menemukan sikap tubuh duduk dan berdiri dengan nyaman
(Dennison, P. E. dan Dennison, G. E., 2009:89).
Gambar 5. Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)

c. Pasang kuda-kuda (Grounder)


Cara melakukannya adalah membuka kedua kaki dengan
jarak sedikit lebih lebar daripada bahu. Arahkan salah satu kaki ke
samping dan tekuk lutut, lalu kaki lainnya mengarah ke depan dan
tetap lurus, keduanya di satu garis. Lutut 38 yang ditekuk bergerak
dalam satu garis lurus melewati kaki, tetapi tidak lebih jauh
daripada ujung jarinya. Tubuh bagian atas dan pinggul tetap
menghadap lurus ke depan. Gerakan dilakukan sambil membuang
nafas, lalu mengambil nafas waktu lutut diluruskan kembali.
Ulangi sebanyak 3 kali pada setiap pergantian posisi kaki. Gerakan
ini berfungsi untuk menstabilkan, menyeimbangkan, serta
meningkatkan koordinasi dan fokus tubuh (Dennison, P. E. Dan
Dennison, G. E., 2009:42).

Gambar 6. Pasang kuda-kuda (Grounder)


3. Dimensi Pemusatan
Dimensi pemusatan berisi gerakan yang membuat sistem badan
menjadi relaks dan membantu menyiapkan kemampuan untuk
mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan
atau bertumpu pada dasar yang kokoh. Gerakan-gerakan dalam dimensi
ini adalah:
a. Sakelar Otak (Brain Buttons)
Cara melakukannya adalah memegang pusar dengan satu
tangan sementara tangan yang lain memijat sakelar otak (jaringan
lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada),
sambil mata melirik dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Gerakan
dilakukan selama 30 detik-1 menit. Setelah itu lakukan dengan
mengganti posisi tangan. Fungsinya adalah merangsang arteri
karotis yang membawa darah segar dengan kandungan oksigen
tinggi ke otak. (Dennison, P. E. dan Dennison, G. E., 2009:74).

Gambar 7. Sakelar Otak (Brain Buttons)

b. Pasang Telinga (The Thinking Cap)


Cara melakukannya adalah kepala tegak dan dagu lurus
dengan nyaman. Selanjutnya memijat daun telinga menggunakan
ibu jari dan telunjuk secara lembut mulai dari ujung atas menurun
sepanjang lengkungan sambil menariknya keluar. Gerakan ini
dilakukan bersama dengan gerakan pernafasan yang rileks.
Sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih pada masing-
masing telinga. Fungsinya adalah memusatkan perhatian terhadap
pendengaran serta menghilangkan ketegangan pada tulang-tulang
kepala sehingga fokus perhatian meningkat, dan keseimbangan
menjadi lebih baik (Dennison, P. E. dan Dennison, G. E., 2009:58).

Gambar 8. Gerakan Pasang Telinga (The Thinking Cap)

c. Titik Positif (Positive Point)


Cara melakukannya adalah secara perlahan memijat titik
positif yang terletak di atas kedua mata (kira-kira pertengahan
antara alis dan batas rambut) menggunakan ujung jari tiap tangan
sambil memejamkan mata. Gerakan dilakukan selama 6-10 kali
pernafasan. Titik positif berfungsi sebagai tempat pikiran logis.
Dengan melakukan pijatan pada titik positif dapat membuat darah
mengalir dari hipotalamus ke otak bagian depan sehingga
membantu mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan
stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang,
tempat dan ketrampilan, serta menghilangkan refleks yang
menyebabkan bertindak tanpa berpikir karena stres (Dennison, P.
E. dan Dennison, G. E., 2009:61).
Gambar 9. Titik Positif (Positive Point)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Senam otak atau lebih dikenal dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan
ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki yang dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan
stimulus itulah yang dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan
menunda penuaan dini dalam arti menunda pikun atau perasaan kesepian yang
biasanya menghantui para manula. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak
kiri dan otak kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi
belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang
sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbik)
serta otak besar (dimensi pemusatan). Pelaksanaan senam otak juga sangat
praktis, karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam
sehari untuk hasil yang maksimal.

B. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para tenaga kesehatan,
masyarakat umum dan lansia agar dapat menerapkan senam otak ini dengan
tepat sehingga bermanfaat bagi kesehatan terutama menghindari stress,
meningkatkan konsentrasi, meningkatkan daya ingat, meningkatkan rasa
bahagia, motivasi dan mengembangkan kepribadian, dan melawan penuaan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Hanafi. 2014. Pengaruh Terapi Brain Gym Terhadap Peningkatan


Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lanjut Usia Desa
Pucangan Kartasura. Jurnal Ilmu Kesehatan. Surakarta: UMS Surakarta.

Andri. 2013. Memaksimalka Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym).


Yogyakarta, TernovaBooks.

Anggriyana Tri Widianti dan Atikah Proverawati. 2010. Senam Kesehatan,


Dilengkapi Dengan Contoh Gambar. Jakarta: Mutia Media.

Boedhi Darmojo dan M. Hadi. 2010. Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Denisson, P. E & Denisson,G. 2009. Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam
Otak. Jakarta : Grasindo.

Franc, Adri Y. 2012. Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym).
Yogyakarta : Tranova Books.

Gunadi, Tri. 2010. Optimalkan Otak Kanan, Otak Kiri, Otak Tengah, dan Otak
Kecil. Jakarta: Penebar Plus.

Halim, Sahda. 2011. Senam Otak. Penerbit : Cakrawala. Yogyakarta.


Lihardo, J., 2009. Penurunan Kognitif pada Lansia, (online), (http://www.info-
sehat. com/inside_level2.aspartid=1285&s ecid=55&intid=6)., diakses
tanggal 10 Mei 2019 jam 05.15 WIB).
Zulaini. 2016. Manfaat Senam Otak. Staf Edukatif Ilmu Keolahragaan UNIMED,
15(2), 62–70.
Zulsita 2010, Pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di
Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan, Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai