OLEH :
NIM. C1221016
Diajukan Oleh :
Nim. C1221016
(Ni Ketut Ayuningsih,A.Md.Keb) (Ns. Komang Yogi Triana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An)
NIP.197902202005012008 NIK.13.12.0068
Mengetahui
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners
Ketua
a. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum
atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita
nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram.
Sedangkan pada yang belum melahirkan beratnya 80gram atau lebih.
b. Serviks uteri
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan
serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina
yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar
2,5 – 3 cm, 1 cm menonjol kedalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks
terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot
dan jaringan elastic.
c. Corpus uteri
Merupakan organ yang mempunyai peranan besar dalam reproduksi wanita,
yaitu pada saat haid sampai melahirkan. Berbentuk seperti buah pir,
berongga dan berotot. Sebelum hamil beratnya sekitar 30-50 gram dengan
ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm. Terdriri dari: paling luar lapisan serosa
atau peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen,
tengah lapisan muskular atau miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari
luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi
corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada
di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamenta latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamenum ovarii, ligamentum sacrouternia propium, ligamentum
infundibulopelvicum ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina. e.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica atau illiaca interna,
serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping atau Tuba Falopii
Tuba fallopii merupakan organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari
ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan: serosa,
muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba falopii bukan merupakan saluran yang lurus, tetapi mempunyai bagian
yang lebar sehingga dibedakan menjadi bagian yaitu pars interstitialis, pars
isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan
karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap
bagiannya. Pars isthmica (proksimal/isthmus) merupakan bagian dengan
lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
Tempat yang sering terjadi fertilisasi (bertemunya ovum dan sperma) adalah
daerah ampula atau infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering
juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal)
dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap”
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya
ke dalam tuba.
g. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
h. Ovarium
Ovarium merupakan organ berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, terdiri dari sepasang kiri-kanan, digantung ke uterus oleh
ligamentum ovarii proprium ke dinding panggul oleh ligamentum
infundibulo-pelvikum. Ovarium dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat
dan jalan pembuluh darah ke saraf. Terdiri dari korteks dan mendula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel primordial
menjadi folikel degraf, selanjutnya terjadi ovulasi. Ovarium juga mensintesis
dan menghsilkan sekresi hormon-hormon steroid yaitu esterogen dan
progesteron. Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling
utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses
menstruasi.
Fisiologi air ketuban
Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel (endotel) yang melapisi
kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari) dan peresapan cairan
(eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air
ketuban dihasilkan oleh kencing janin. Dalam keadaan sehat, janin akan minum
air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk kencing, sehingga seolah-
olah terjadi suatu lingkaran atau siklus yang berulang. Bentuk, rupa, bau ketuban
tidak jauh beda dengan air kencing Dalam air ketuban juga dijumpai sel-sel
dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi
permukaan kulit bayi (verniks kaseosa) (Nugroho, 2010).
Pada suatu keadaan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang
lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut
hidramnion. Volume air ketuban bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya
di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban berkisar 1- 1,5 liter.
Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter, bahkan terjadi sebelum umur
kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion belum
dipastikan secara benar, salah satu yang dicurigai adanya proses infeksi. Dua per
tiga kasus polihidromnion tidak diketahui sebabnya. Polihidromnion
meningkatkan resiko kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan.
Kemungkinan terjadi perdarahan pasca persalinan lebih tinggi dibanding dari
pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya kematian janin didalam
kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi dibandingkan pada
kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau untuk kesejahteraan
janin (Nugroho, 2010).
2. Adaptasi Psikologis
a. Pada kala I
1) Fase aktif, klien akan tampak lebih serius, dan terhanyut pada proses
persalinan
2) Ketakutan pada klien tentang kemampuan mengendalikan pernafasan
dan atau melakukan tekhnik relaksasi.
b. Pada kala II
1) Klien gelisah, biasanya mengatakan “saya tidak tahan“
2) Dapat merasa kehilangan control/kebalikannya, klien terlibat mengeran
secara aktif
3) Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi
tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada
koordinasi gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan
dominasi di fundus uteri, mempunyai ampitudo 40-60 mmHg,
berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus
saat relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II
berlangsung kira-kira sau setengah jam dan pada multi gravida setengah
jam.
Tanda obyektif yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai
berikut :
a) Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
b) Adanya muntah Aliran darah ( show ) meningkat
c) Ekstremitas bergetar
d) Semakin gelisah Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi
lengkap. Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan
mekanisme persalinan, respons fisiologis dan respons emosi ibu serta
respons janin terhadap stres.
c. Pada kala III
1) Ekspresi ibu ketika melihat bayinya yang baru lahir dengan tertawa,
berbicara dan kadang-kadang menangis
2) Klien juga terlihat kecewa ketika melihat bayinya yang baru lahir karena
ternyata tidak sesuai dengan harapannya, dan dapat juga ditunjukkan
dengan tidak adanya kontak mata dengan bayi, marah, berpaling dari
bayi dan kadang-kadang membuat komentar yang buruk.
3) Berlangsung 6-15 menit setelah janin dikeluarkan. Tahap ketiga
persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan
penanganan kala III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta yang
aman.
d. Pada kala IV
1) Reaksi emosional bervariasi, dan dapat berubah-rubah, misalnya eksitasi
atau kurangnya pendekatan, kurang minat karena kelelahan atau kecewa.
2) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf atas sikap dan
perilaku selama intrapartum atau saat kehilangan control.
3) Dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi dan perawatan
segera pada neonatal.
4) Kala ini sangat penting untuk menilai perdarahan (maks 500 ml) dan
baik tidaknya kontraksi uterus. Hingga lahirnya uri sampai dengan 1-2
jam setelah uri lahir. Tanda kala IV adalah banyaknya darah yang keluar
(Nugroho, 2010).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
3. Intervensi Keperawatan
3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 NIC LABEL PENGURANGAN 1. Untuk meningkatkan kenyamanan
dengan persalinan jam diharapkan pasien tidan merasa gelisah KECEMASAN
pasien dan pasien merasa tenang dan
prematur dan neonatus dan khawatir dengan keadaannya saat ini 1. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
berpotensi dengan kriteria hasil : aman serta merasa dianggap
dengan cara yang tepat
NOC LABEL TINGKAT KECEMASAN 2. Untuk memudahkan membina
1. Perasaan gelisah dipertahankan pada 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
hubungan dengan pasien
skala 3 ditingkatkan ke skala 5 meyakinkan
3. Untuk meningkatkan kenyamana
2. Wajah tegang dipertahankan pada skala 3 3. Berikan objek yang menunjukan perasaan
pasien
ditingkatkan ke skala 5 nyaman
4. Untuk mengetahui permasalahan dan
NOC LABEL TANDA – TANDA VITAL 4. Dengarkan klien
1. Suhu tubuh, tingkat pernafasan, tekanan perasaan yang sedang dialami oleh
5. Jelaskan semua prosedur termasuk sensai
darah sistolik dan diastolik, denyut nadi pasien
yang akan dirasakan yang mungkin akan
dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan 5. Untuk mencegah terjadinya penolakan
dialami klien selama prosedur dilakukan
ke skala 5 oleh pasien
NIC LABEL TERAPI RELAKSASI
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa 6. Untuk meningkatkan kenyamanan
distraksi dengan lampu yang redup dan suhu yang dirasakan pasien pada lingkungan
lingkungan yang nyaman bagi klien 7. Agar pasien merasa nyaman dengan
2. Drong klien untuk mengambil posisi yang posisinya
nyaman 8. Untuk mengurangi rasa cemas dan
3. Terapkan relaksasi musik dan bernafas pada meningkatkan ketenangan pada pasien.
klien. 9. Untuk mengetahui apakah dapat
NIC LABEL MONITOR TTV menimbulkan terjadinya perubahan
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
pada tanda – tanda vital
perubahan tanda – tanda vital
10. Untuk mengetahui rentang nilai tanda-
2. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
tanda vital pasien
pernafasan dengan tepat.
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 NIC LABEL KONTROL INFEKSI 1. Untuk kengurangi resiko infeksi
berhubungan dengan jam diharapkan resiko infeksi pada pasien 1. Anjurkan pasien mengenai tehnik cuci 2. Agar antibiotic yang diberikan tidak
ketuban pecah dini. dapat diatasi dengan kriteria hasil : tangan dengan tepat terlambat diminum dan tidak resisten
NOC LABEL KEPARAHAN INFEKSI 2. Anjurkan pasien untuk minum antibiotic terhadap antibiotik
1. Kemerahan dipertahankan pada skala 2 yang diresepkan 3. Agar pasien dan keluarga mengetahui
ditingkatkan ke skala 4 3. Ajarkan pasien dan keluarga pasien tanda dan gejala saat terkena infeksi
2. Cairan yang berbau busuk dipertahankan mengenai tanda gejala infeksi 4. Agar pasien dan keluarga dapat
pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4 4. Ajarkan pasien dan anggota keluarga meminimalkan infeksi
3. Nyeri dipertahankan pada skala 2 mengenai bagaimana menghindari infeksi 5. Untuk mengetahui keadaan luka pasien
ditingkatkan ke skala 4 NIC LABEL PERAWATAN LUKA 6. Untuk mengetahui apakah ada pelebaran
1. Monitor karakteristik luka, termasuk yang terjadi pada luka
drainase, warna, ukuran, dan bau 7. Untuk menghindarai infeksi tambahan
2. Ukur luas luka, yang sesuai pada luka akibat adanya benda asing
3. Singkirkan benda – benda yang tertanam yang tertanam pada luka
pada luka (serpihan) 8. Untuk menjaga kebersihan luka
4. Bersihkan dengan normal saline atau 9. Agar pasien dan keluarga dapat
pembersih yang tidak beracun, dengan tepat meminimalkan infeksi.
5. Ajarkan pasien dan keluaraga untuk
mengenal tanda dan gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Asrining, S. H.. S. K. N., dkk. 2013. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta :
EGC
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC
Kemenkes RI. 2014, 2015, 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.