A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh Brain Gym
terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif
pada lansia
b. Untuk memberikan penilaian
c. Bagaimana memberikan intervensi dari Brain Gym terhadap perubahan fungsi
kognitif pada lansia
C. Manfaat
1. Bagi lansia
Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan secara objektif mengenai
penanganan pada lansia untuk mengoptimalkan fungsi kognitif dengan Brain
Gym.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya mengembangkan program dalam
rangka meningkatkan kesehatan lansia dengan Brain Gym sebagai salah satu cara
untuk mengoptimalkan fungsi kognitif pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan suatu bagian dari tumbuh kembang manusia, mulai
dari usia bayi, anak -anak, remaja, dewasa sampai tua. Lansia akan mengalami
banyak perubahan, baik itu fisik, kognitif dan juga psikososial. Seperti contoh
dengan tingkat penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi terhadap stress,
lingkungan, dah penyakit. Proses penuaan akan terlihat mulai dari usia di atas
40 tahun sampai usia 60 tahunan.
2. Perubahan Kognitif pada Lansia
Perubahan Kognitif pada lansia yaitu sebuah proses menua yang secara
sehat atau normal aging. Pengaruh pada beberapa aspek seperti menurunnya
daya ingat, seperti memori dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu mengapa
usia tua identik dengan kepikunan atau lupa akan segala hal. Selain itu juga
peran otak sebelah kanan mengalami kemunduran lebih cepat dibanding
dengan otak sebelah kiri. Akibatnya akan mengalami gangguan fungsi
kewaspadaan juga perhatian.
Penurunan kognitif pada lansia juga bergantung pada faktor usia juga
jenis kelamin khususnya pada wanita, dikarenakan pada wanita ada peranan
hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta fungsi reseptor
esterogen di otak yang berperan dalam pada fungsi belajar dan memori.
a. Memori Atau Daya Ingat
Yaitu menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu fungsi kognitif.
Ingatan jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun untuk
ingatan jangka pendek mengalami penurunan.
b. IQ
Yaitu salah satu fungsi intelektual yang dapat mengalami penurunan dalam
hal mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga tidak fokus.
c. Kemampuan Belajar Juga Bisa Menurun
Karena menurunnya beberapa fungsi organ tubuh. Hal ini mengapa banyak
dianjurkan pada lansia untuk banyak berlatih dan terapi dalam
meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu.
d. Kemampuan Pemahaman pada Lansia Menurun
Hal ini yang menjadi salah satu perubahan kognitif pada lansia yang mulai
menurun. Seperti fokus dan daya ingat yang mulai mengendur.
e. Sulit memecahkan masalah
Dalam hal memecahkan masalah, lansia juga agak sukar untuk melakukan
hal tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang menurun sesuai
dengan usia.
f. Pengambilan keputusan juga lambat
Karena secara kognitif peranan yang mulai menurun dan berkurang.
3. Senam Otak
Senam Otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk
memudahkan kegiatan belajar. Senam otak atau yang sering dikenal dengan
nama Brain Gym ini merupakan salah satu stimulasi yang dianggap paling
baik selama beberapa tahun terakhir ini.
Metode belajar dalam senam otak ini dikembangkan oleh Paul E.
Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, yang merupakan
pelopor pendidik di Amerika Serikat dalam penerapan penelitian otak. Pada
awalnya, senam otak sudah dikenal sejak tahun 80-an. Namun, saat itu, masih
terbatas untuk orang dewasa saja. Selanjutnya, memasuki tahun 2000-an,
senam otak dikembangkan untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak-
anak sekolah atau bisa juga untuk bayi.
Senam Otak (Brain gym) merupakan program komersial populer yang
dipasarkan di lebih dari 80 negara dan dipercaya dapat memberikan stimulasi
yang sangat dibutuhkan untuk pembelajaran efektif karena diyakini dapat
membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat
sehingga kegiatan belajar/bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak.
Latihan gerak yang menyenangkan dalam senam otak ini merupakan
inti dari educational kinesiology yang disingkat dengan Edu-Kinestetik (Edu-
K), sebuah metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, yaitu seorang
pendidik di Amerika sekaligus direktur Valley Remedial Group Learning
Center. Kata education berasal dari kata latin educare yang artinya menarik
keluar, sedangkan kinesiology berasal dari bahasa Yunani kinesis yang artinya
gerakan. Education Kinesiology merupakan cara untuk menarik keluar atau
menampilkan potensi dalam diri seorang pelajar dengan umur berapa saja
yang semula terkunci, melalui gerakan-gerakan sederhana ini diyakini mampu
merangsang seluruh bagian otak sehingga dapat membuka bagian-bagian otak
yang sebelumnya terhambat.
Kegiatan senam otak (Brain Gym) ini dibuat guna menstimulasi
Dimensi Lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, meringankan dimensi
pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan
bagian depan otak (frontal lobes) atau merelaksasi Dimensi Pemusatan untuk
sistem limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex), sehingga dapat
mengatasi beberapa hambatan dalam proses belajar.
Jadi, senam otak merupakan gerakan-gerakan sederhana yang
ditemukan oleh Paul E. Dennison bersama istrinya yang bermanfaat untuk
mengaktifkan kerja otak secara menyeluruh sehingga memudahkan proses
belajar. Dengan dilakukannya gerakan senam otak diharapkan anak lebih
mudah menerima pembelajaran dan pembelajaran yang telah dipelajari akan
mudah melekat dan mudah digali kembali ketika sewaktu-waktu dibutuhkan.
4. Dimensi Senam Otak
Kita tahu bahwa otaklah yang mengontrol seluruh fungsi tubuh. Senam
otak memanfaatkan dan membentuk relasi di antara otak dan tubuh. Dengan
melakukan gerakan-gerakan untuk mengaktifkan otak, kita dapat
mengintegrasikan semua area yang berhubungan dalam proses belajar
sehingga kita dapat meningkatkan kemampuan untuk memaksimalkan
kegiatan dalam proses belajar.
Dengan latihan senam otak secara rutin, semua gangguan otak yang
dialami anak ketika belajar akan teratasi. Oleh karena itu sebaiknya sebelum
memulai pembelajaran siswa dianjurkan untuk melakukan senam otak, karena
senam otak mempunyai tiga dimensi yang bisa membuat anak menjadi cerdas.
Setiap gerakan dalam senam otak memiliki sistem kerja sendiri-sendiri
dan memiliki dimensi-dimensi yang berbeda. Seperti yang ada dalam
penelitian Paul dan Gail E. Dennison yang telah membagi otak ke dalam 3
dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri dan kanan), dimensi pemfokusan
(otak depanbelakang), dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing
dimensi mempunyai tugas tertentu sehingga gerakan senam yang dilakukan
dapat bervariasi.
a. Dimensi Lateralitas
Lateralitas adalah adalah gerakan kanan ke kiri dan gerakan kiri ke
kanan kita dan kemampuan untuk menyeberangi garis tengah vertikal tubuh
dengan tenang dan nyaman.27 Gerakan untuk menyeberang garis tengah
menyangkut sikap positif, seperti mendengar, melihat dan bergerak. Otak
bagian kiri aktif apabila sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif
apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Dalam hal ini, kemampuan belajar akan
maksimal apabila kedua belah otak bekerja sama dengan baik.
Apabila kerja sama antara otak kiri dan kanan kurang baik maka anak
akan kesulitan untuk membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya kaku,
tulisan tangannya jelek, atau cenderung menulis huruf terbalik. Selain itu, ia
juga sulit membaca dan menulis, atau mengikuti sesuatu dengan mata, serta
sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan miring
ke dalam ketika menulis, cenderung melihat ke bawah sambil berpikir,
keliru dengan huruf (seperti d dan b, p dan q), maupun meyebut kata sambil
menulis.
Bidang tengah lateral kita adalah tempat dimana bidang kinestetik,
pendengaran, penglihatan kanan dan kiri tumpang tindih, sehingga kita
dapat menggunakan gerakan kontralateral dan bilateral serta membawa
bersamasama gambar dan bahasa untuk mendengarkan, berpikir, dan
berbicara. Ketika bidang visual kiri dan kanan kita bertemu, memberi kita
keindahan dan kesegeraan dari kedalaman persepsi dan dunia visual. Ketika
bidang pendengaran kanan dan kiri kita bertemu, kita menerima komunikasi
linguistik dan semua informasi bunyi yang kaya, dan ketika kedua tangan
kita terkoordinasi di bidang tengah, kita dapat menyentuh, berkreasi dengan
alat-alat, dan berinteraksi di dalam lingkungan kita.
Dimensi lateralitas adalah tempat kita membuat pengalaman yang
familier dan menciptakan makna bagi hidup kita. Dimensi ini
memungkinkan terjadinya dialog verbal bagian dalam, suatu kemampuan
untuk menyandi dan berkomunikasi dengan gaya temporal dan linier dari
pengalaman spasial dan sensoris kita sehingga kelak kita dapat
mengalaminya lagi. Kata-kata sandi kita akan mengembalikan itu semua
kepada kita untuk diingat. Ketenangan yang kita rasakan ketika berpikir,
membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis bahkan dalam
menggunakan keterampilan komunikasi apa pun, memberikan petunjuk
tentang seberapa bagus kita mengakses dimensi lateralitas untuk menerima
dan mengungkapkan informasi. Ketidakmampuan untuk menyeberangi
garis tengah mengakibatkan apa yang disebut ketidakmampuan belajar
(learning disabled) atau disleksia.
b. Dimensi Pemfokusan
Dimensi pemfokusan adalah kemampuan menyeberangi garis tengah
partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga
bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah
partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari
samping).
Dimensi pemfokusan memberi kita intelegensi perhatian. Sebagai
manusia, kita sudah berkembang dengan kemampuan unik untuk
merencanakan, memenuhi tujuan, memiliki niat, dan menemukan makna
dalam hidup. Otak mengatur dirinya sendiri untuk memfokuskan perhatian
kita agar tampil secara terarah dan efisien. Dalam hal ini, informasi akan
diterima oleh otak bagian belakang yang merekam semua pengalaman, lalu
informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk
mengekspresikannya sesuai tuntutan atau keinginannya.
Ketidaklengkapan perkembangan reflex menghasilkan
ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut
aktif dalam proses belajar. Perkembangan refleks antara otak bagian
belakang dan bagian depan yang mengalami fokus kurang (underfocus)
akan menyebabkan anak kurang perhatian, terlambat bicara, atau hiperaktif.
Kadangkala perkembangan refleks antara otak bagian belakang dan bagian
depan mengalami fokus lebih (overfocus) dan berusaha terlalu keras.
Ciri khas jika otak bagian depan dan belakang kurang bekerja sama
adalah otot tengkuk dan bahu tegang, kurang bersemangat untuk belajar,
serta reaksi pelan. Sedangkan, hambatan otak bagian belakang berupa anak
terlalu aktif, konsentrasi dan analisisnya dalam rentang yang terlalu pendek,
terinci, ataupun kurang fleksibel. Terkadang ia akan agresif, kurang rileks
atau istirahat untuk memikirkan sesuatu yang lebih luas. Sedangkan
hambatan otak bagian depan berupa anak pasif, melamun, bila stres maka ia
bingung, hipoaktif (kurang aktif), serta kemampuan untuk memperhatikan
kurang, namun perasaan dan suasana (merekam dengan jelas).
c. Dimensi Pemusatan
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah antara
bagian atas dan bagian bawah tubuh, serta mengaitkan fungsi dari bagian
atas dan bawah otak, yaitu bagian tengah sistem limbik (midbrain) yang
berhubungan dengan informasi emosional, maupun otak besar (cerebrum)
untuk berpikir yang abstrak.
Kemampuan kita untuk mencapai pemusatan adalah sumber
intelegensi emosional kita dan dasar bagi kegembiraan, rasa haru,
keceriaan, ikatan sosial, memori dan asosiasi, serta rasa tentang diri sendiri
dan kepribadian kita. Dimensi pemusatan tergantung pada hubungan antara
otak besar yang rasional (dibagian paling atas dari otak), dan sistem limbik
emosional bawah, yang melalui itu semua informasi sensoris yang masuk
diproses. Hubungan ini mendekatkan kemampuan yang lebih logis dan
verbal dari korteks dengan kebutuhan yang lebih nalurial, intuitif, dan
kadang-kadang irasional dari bagian bawah otak.
Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh
ketakutan yang tidak beralasan, cenderung bereaksi dengan berjuang atau
melarikan diri, serta ketidakmampuan merasakan atau menyatakan emosi.
5. Manfaat Senam Otak
Senam otak bisa dilakukan seseorang melalui gerakan sederhana
sambil melakukan kegiatan sehari-hari. Senam otak dilakukan tanpa waktu
khusus sehingga senam otak pun bisa dilakukan dengan sambil menonton
televisi. Meskipun sederhana, sebagaimana dikemukakan Paul E. Dennison
Ph.D bahwa senam otak mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan
penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari.
Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar, senam otak dapat
memberikan beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Ayinosa,
senam otak dapat memberikan manfaat berupa stress emosional berkurang dan
pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih
rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang
menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat
karena stress berkurang, dan prestasi belajar dan bekerja meningkat.
Disamping itu, senam otak bisa membantu meningkatkan kecerdasan,
meningkatkan kepercayaan diri, dan menangani anak yang mengalami
masalah dalam proses belajar mengajar. Senam otak juga sering digunakan
untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak, seperti hiperaktif, gangguan
pemusatan perhatian dan emosional, serta sindrom pada bayi, ataupun
gangguan kemampuan belajar. Lebih dari itu, senam otak bisa berpengaruh
positif dalam menambah konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya ingat,
serta mengendalikan emosinya.
Senam otak merupakan aktivitas fisik, meskipun begitu senam otak
mempunyai fungsi atau manfaat yang sama sekali berbeda dengan senam biasa
atau olahraga fisik lain yang selama ini kita kenal. Bila olahraga biasa
digunakan untuk menjaga kondisi jantung, paru-paru, dan meningkatkan
kekuatan otot, sedangkan senam otak bertujuan meningkatkan kinerja otak.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam otak akan mengaktifkan mata,
telinga, tangan dan kaki secara simultan sehingga pada dimensi tertentu senam
otak dapat mengaktifkan otak kiri dan otak kanan. Jadi, senam otak memiliki
manfaat yang besar bagi tubuh utamanya dalam proses pembelajaran.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
A. DATA BIOGRAFI
B. RIWAYAT KELUARGA
2. Genogram :
Keterangan:
= Meninggal
= Perempuan
= Laki-laki
=Pasien
=Serumah
Keluarga Ny. S adalah tipe keluarga Single Family yang terdiri dari ibu dan anak.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
E. RIWAYAT REKREASI
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Perawat dan Dokter
Jarak dari rumah : 2 Km
Rumah Sakit : 3,5 Km
Klinik : 2,5 Km
Pelayanan Kesehatan dirumah : dokter
Makanan yang dihantarkan : makanan pokok dan minuman
Perawatan sehari-hari yang dilakukan : pemeriksaan TTV dan membersihkan tubuh
: Penggurus panti yang membantu mengurus
keluarga
kegiatan ny.P selama di panti
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
H. STATUS KESEHATAN
KELUHAN UTAMA :
OBAT-OBATAN :
Adaptasi
Mekanisme
Pertahanan Diri
Keadaan Umum : Ny. P terlihat ketika jalan sangat pelan, mata Ny.P
kabur
Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma
: Eye= 3 Verbal= 5 Psikomotor=5
Skala Koma Glasgow : Pols=95 Temp=36,6℃ RR=21 Tensi= 180/100
Tanda-tanda Vital
: Saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan
Sistem Kardiovaskuler pembesaran dan pergeseran jantung. Suara jantung
terdengar lub dup.
: perkembangan dada Ny.P simetris dan tidak ada
pembengkakan
Sistem Pernafasan : kulit ny.P telihat bersih, berwarna sawo matang, kulit
terasa lembab, turgor kulit <3 detik, tidak terdapat lesi.
: Ny. P BAK kurang lebih 8 kali sehari
Sistem Integumen : Ny.P mengatakan Tulang pada kakinya sering sakit
dan sering terasa keram
: tidak terdapat pembengkakan, bising usus <8x/menit
: Ny.P sudah Menopause
: klien mengalami penurunan penglihatan bagian kiri
Sistem Perkemihan karena cidera
Sistem Muskulo Skeletal : Baik
: Baik
Sistem Gastrointestinal : Baik
Sistem Reproduksi
Sistem Penglihatan
Sistem Pendengaran
Sistem Pengecapan
Sistem Penciuman
K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
L. DATA PENUNJANG
1. Labvoratorium
HB : 12 mg/dl
GDS : 97 g/dl
Asam Urat : 7,0 mg/dl
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
Definisi Definisi
Definisi Kemampuan dalam gerakan fisik dari Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan kebersihan
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara diri
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
mandiri Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawaan Observasi
Penyebab 2x24 jam dengan kriteria hasil ; 1. Identifikasi jenis bantuan yang dilakukan
3. Penurunan kendali otot 1. Kecemasan (3) 2. Monitor kebersihan tubuh ( mis. Rambut, mulut,
4. Gangguan neuromuscular 2. Kaku sendi (4) kulit, kuku)
Gejala dan tanda mayor 3. Gerakan terbatas (3) Terapeutik
Objektif 4. Kelemahan fisik (3) 1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat gigi,
2. Kekuatan otot menurun sampo, pelembab kulit)
Gejala dan tanda minor Keterangan 2. Fasilitasi mandi sesuai kebutuhan
2. Gerakan terbatas 1. = Meningkat Edukasi
3. Fisik lemah 2. = Cukup meningkat 1. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
3. = sedang pasien jika perlu
4. = Cukup menurun
5. = Menurun
No.d Implementasi Evalusasi
x
1 1. Mengidentifikasi masalah memori yang dialami S = klien mengatakan pernah mengalami pengalaman lupa
2. Mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi O = terlihat tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari
3. Memonitor perilaku dan perubahan memori selama sebelumnya
terapi A = masalah keperawatan belum teratasi
4. Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan P = lanjutkan intervensi
pasien
5. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan
7. Mengajarkan teknik memori yang tepat
2 1. Mengidentifikasi skala nyeri S = klien mengatakan susah menggerakkan anggota ekstremitas bawah
2. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan O = kekuatan otot kaki pasien terbatas
memperingan nyeri A = masalah keperawatan belum teratasi
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri P = lanjutkan intervensi
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
5. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Meganjurkan menggunakan analgesic secara tepat
7. Memonitor asupan makanan
3 1. Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negative S = klien megatakan ia masih merasa tidak percaya diri dengan
2. Mendiskusikan tanggung jawab terhadap perilaku kempuannya sendiri ia berfikir ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi
3. Meningkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan O = meningkatkan gerakan aktifitas fisik yang dapat dilakukan
4. Melakukan aktivitas pengalihan terhadap agitasi A = masalah keperawatan belum teratasi
5. Mencegah perilaku positif dan agresif P = lanjutkan intervsnsi
6. Menghindari sikap mengancam dan berdebat
7. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
8. Menginformasikan keluarga bahwa keluarga sebagai
dasar pembentuk kognitif
4 1. mengidentifikasi jenis bantuan yang dilakukan S = klien mengatakan ia kesulitan untuk melakukan aktivitas lain seperti
2. memonitor kebersihan tubuh ( mis. Rambut, mulut, mandi juga ia kesulitan untuk melakukannya
kulit, kuku) O = pasien tampak menahan nyeri di kakinya tetapi ia mencoba untuk
3. menyediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat selalu mandi
gigi, sampo, pelembab kulit) A = masalah keperawatan belum teratasi
4. memfasilitasi mandi sesuai kebutuhan P = lanjutkan intervsnsi
5. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
jika perlu
BAB IV
ANALISIS JURNAL
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Abdullah. 2014. “Pengaruh Terapi Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi
Kognitif Pada Lanjut Usia di Posyandu Lanjut Usia Desa Pucangan Kartasura”. Jurnal
Ilmu Kesehatan. Surakarta: UMS Surakarta.