Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS JURNAL (INTERVENSI KEPERAWATAN)

PEMBERIAN BRAIN GYM EXERCISE DAPAT MENINGKATKAN FUNGSI


KOGNITIF PADA LANJUT USIA

Mata Kuliah :Keperawatan Gerontik


Dosen Koordinator : Ns. Wahyu Dewi Sulistyorini, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :Kelompok 3

1. BELA NOVELA SARI P1908075


2. EGI RIZALDI P1908083
3. HELDI ESTIYANI P1908091
4. MARDIANI P1908101
5. UMMY KHAIRANI P1908127

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTUTI TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARNDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan


biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan
pada lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap memberian
motivasi agar lansia dapat hidup secara produktif sesuai kemampuannya (Darmajo,
2009).
Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Usia permulaan tua menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia menyebutkan bahwa usia
60 tahun adalah usia tua (Nugroho, 2008). Proses menua dan usia lanjut merupakan
proses alami yang dialami setiap orang (Atun, 2010). Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang
terus-menerus secara alamiah, berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa,
misalnya 2 dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Walaupun demikian, memang
harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum lansia, seperti
arthritis, asam urat, kolestrol, hipertensi dan penyakit jantung, selain aspek fisiologis
yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kognitif pada lansia juga mengalami
penurunan (Nugroho 2008).
Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19
juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 diperkirakan sebesar
23,9 juta (9,77%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.
Berdasarkan jumlah tersebut, penduduk lansia di Indonesia termasuk terbesar keempat
setelah China, India dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010).
Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam
hal pencapaian puncak maupun penurunannya, untuk mempertahankan fungsi kognitif
pada lansia upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak secara
terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca,
mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan
hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat
meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan 3
juga bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang
dan proses informasi, dalam memori panjang lansia akan kesulitan dalam
mengungkapkan kembali informasi baru atau cerita maupun kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya (Dalton, 2008)
Salah satu cara untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yaitu Brain
Gym. Brain Gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak,
tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja (Tammase, 2009). Brain
Gym adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan
gerakan sederhana (Hyatt, 2007).

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh Brain Gym
terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif
pada lansia
b. Untuk memberikan penilaian
c. Bagaimana memberikan intervensi dari Brain Gym terhadap perubahan fungsi
kognitif pada lansia

C. Manfaat
1. Bagi lansia
Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan secara objektif mengenai
penanganan pada lansia untuk mengoptimalkan fungsi kognitif dengan Brain
Gym.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya mengembangkan program dalam
rangka meningkatkan kesehatan lansia dengan Brain Gym sebagai salah satu cara
untuk mengoptimalkan fungsi kognitif pada lansia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan suatu bagian dari tumbuh kembang manusia, mulai
dari usia bayi, anak -anak, remaja, dewasa sampai tua. Lansia akan mengalami
banyak perubahan, baik itu fisik, kognitif dan juga psikososial. Seperti contoh
dengan tingkat penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi terhadap stress,
lingkungan, dah penyakit. Proses penuaan akan terlihat mulai dari usia di atas
40 tahun sampai usia 60 tahunan.
2. Perubahan Kognitif pada Lansia
Perubahan Kognitif pada lansia yaitu sebuah proses menua yang secara
sehat atau normal aging. Pengaruh pada beberapa aspek seperti menurunnya
daya ingat, seperti memori dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu mengapa
usia tua identik dengan kepikunan atau lupa akan segala hal. Selain itu juga
peran otak sebelah kanan mengalami kemunduran lebih cepat dibanding
dengan otak sebelah kiri. Akibatnya akan mengalami gangguan fungsi
kewaspadaan juga perhatian.
Penurunan kognitif pada lansia juga bergantung pada faktor usia juga
jenis kelamin khususnya pada wanita, dikarenakan pada wanita ada peranan
hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta fungsi reseptor
esterogen di otak yang berperan dalam pada fungsi belajar dan memori.
a. Memori Atau Daya Ingat
Yaitu menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu fungsi kognitif.
Ingatan jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun untuk
ingatan jangka pendek mengalami penurunan.
b. IQ
Yaitu salah satu fungsi intelektual yang dapat mengalami penurunan dalam
hal mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga tidak fokus.
c. Kemampuan Belajar Juga Bisa Menurun
Karena menurunnya beberapa fungsi organ tubuh. Hal ini mengapa banyak
dianjurkan pada lansia untuk banyak berlatih dan terapi dalam
meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu.
d. Kemampuan Pemahaman pada Lansia Menurun
Hal ini yang menjadi salah satu perubahan  kognitif pada lansia yang mulai
menurun. Seperti fokus dan daya ingat yang mulai mengendur.
e. Sulit memecahkan masalah
Dalam hal memecahkan masalah, lansia juga agak sukar untuk melakukan
hal tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang menurun sesuai
dengan usia.
f. Pengambilan keputusan juga lambat
Karena secara kognitif peranan yang mulai menurun dan berkurang. 
3. Senam Otak
Senam Otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk
memudahkan kegiatan belajar. Senam otak atau yang sering dikenal dengan
nama Brain Gym ini merupakan salah satu stimulasi yang dianggap paling
baik selama beberapa tahun terakhir ini.
Metode belajar dalam senam otak ini dikembangkan oleh Paul E.
Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, yang merupakan
pelopor pendidik di Amerika Serikat dalam penerapan penelitian otak. Pada
awalnya, senam otak sudah dikenal sejak tahun 80-an. Namun, saat itu, masih
terbatas untuk orang dewasa saja. Selanjutnya, memasuki tahun 2000-an,
senam otak dikembangkan untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak-
anak sekolah atau bisa juga untuk bayi.
Senam Otak (Brain gym) merupakan program komersial populer yang
dipasarkan di lebih dari 80 negara dan dipercaya dapat memberikan stimulasi
yang sangat dibutuhkan untuk pembelajaran efektif karena diyakini dapat
membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat
sehingga kegiatan belajar/bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak.
Latihan gerak yang menyenangkan dalam senam otak ini merupakan
inti dari educational kinesiology yang disingkat dengan Edu-Kinestetik (Edu-
K), sebuah metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, yaitu seorang
pendidik di Amerika sekaligus direktur Valley Remedial Group Learning
Center. Kata education berasal dari kata latin educare yang artinya menarik
keluar, sedangkan kinesiology berasal dari bahasa Yunani kinesis yang artinya
gerakan. Education Kinesiology merupakan cara untuk menarik keluar atau
menampilkan potensi dalam diri seorang pelajar dengan umur berapa saja
yang semula terkunci, melalui gerakan-gerakan sederhana ini diyakini mampu
merangsang seluruh bagian otak sehingga dapat membuka bagian-bagian otak
yang sebelumnya terhambat.
Kegiatan senam otak (Brain Gym) ini dibuat guna menstimulasi
Dimensi Lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, meringankan dimensi
pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan
bagian depan otak (frontal lobes) atau merelaksasi Dimensi Pemusatan untuk
sistem limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex), sehingga dapat
mengatasi beberapa hambatan dalam proses belajar.
Jadi, senam otak merupakan gerakan-gerakan sederhana yang
ditemukan oleh Paul E. Dennison bersama istrinya yang bermanfaat untuk
mengaktifkan kerja otak secara menyeluruh sehingga memudahkan proses
belajar. Dengan dilakukannya gerakan senam otak diharapkan anak lebih
mudah menerima pembelajaran dan pembelajaran yang telah dipelajari akan
mudah melekat dan mudah digali kembali ketika sewaktu-waktu dibutuhkan.
4. Dimensi Senam Otak
Kita tahu bahwa otaklah yang mengontrol seluruh fungsi tubuh. Senam
otak memanfaatkan dan membentuk relasi di antara otak dan tubuh. Dengan
melakukan gerakan-gerakan untuk mengaktifkan otak, kita dapat
mengintegrasikan semua area yang berhubungan dalam proses belajar
sehingga kita dapat meningkatkan kemampuan untuk memaksimalkan
kegiatan dalam proses belajar.
Dengan latihan senam otak secara rutin, semua gangguan otak yang
dialami anak ketika belajar akan teratasi. Oleh karena itu sebaiknya sebelum
memulai pembelajaran siswa dianjurkan untuk melakukan senam otak, karena
senam otak mempunyai tiga dimensi yang bisa membuat anak menjadi cerdas.
Setiap gerakan dalam senam otak memiliki sistem kerja sendiri-sendiri
dan memiliki dimensi-dimensi yang berbeda. Seperti yang ada dalam
penelitian Paul dan Gail E. Dennison yang telah membagi otak ke dalam 3
dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri dan kanan), dimensi pemfokusan
(otak depanbelakang), dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing
dimensi mempunyai tugas tertentu sehingga gerakan senam yang dilakukan
dapat bervariasi.

a. Dimensi Lateralitas
Lateralitas adalah adalah gerakan kanan ke kiri dan gerakan kiri ke
kanan kita dan kemampuan untuk menyeberangi garis tengah vertikal tubuh
dengan tenang dan nyaman.27 Gerakan untuk menyeberang garis tengah
menyangkut sikap positif, seperti mendengar, melihat dan bergerak. Otak
bagian kiri aktif apabila sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif
apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Dalam hal ini, kemampuan belajar akan
maksimal apabila kedua belah otak bekerja sama dengan baik.
Apabila kerja sama antara otak kiri dan kanan kurang baik maka anak
akan kesulitan untuk membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya kaku,
tulisan tangannya jelek, atau cenderung menulis huruf terbalik. Selain itu, ia
juga sulit membaca dan menulis, atau mengikuti sesuatu dengan mata, serta
sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan miring
ke dalam ketika menulis, cenderung melihat ke bawah sambil berpikir,
keliru dengan huruf (seperti d dan b, p dan q), maupun meyebut kata sambil
menulis.
Bidang tengah lateral kita adalah tempat dimana bidang kinestetik,
pendengaran, penglihatan kanan dan kiri tumpang tindih, sehingga kita
dapat menggunakan gerakan kontralateral dan bilateral serta membawa
bersamasama gambar dan bahasa untuk mendengarkan, berpikir, dan
berbicara. Ketika bidang visual kiri dan kanan kita bertemu, memberi kita
keindahan dan kesegeraan dari kedalaman persepsi dan dunia visual. Ketika
bidang pendengaran kanan dan kiri kita bertemu, kita menerima komunikasi
linguistik dan semua informasi bunyi yang kaya, dan ketika kedua tangan
kita terkoordinasi di bidang tengah, kita dapat menyentuh, berkreasi dengan
alat-alat, dan berinteraksi di dalam lingkungan kita.
Dimensi lateralitas adalah tempat kita membuat pengalaman yang
familier dan menciptakan makna bagi hidup kita. Dimensi ini
memungkinkan terjadinya dialog verbal bagian dalam, suatu kemampuan
untuk menyandi dan berkomunikasi dengan gaya temporal dan linier dari
pengalaman spasial dan sensoris kita sehingga kelak kita dapat
mengalaminya lagi. Kata-kata sandi kita akan mengembalikan itu semua
kepada kita untuk diingat. Ketenangan yang kita rasakan ketika berpikir,
membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis bahkan dalam
menggunakan keterampilan komunikasi apa pun, memberikan petunjuk
tentang seberapa bagus kita mengakses dimensi lateralitas untuk menerima
dan mengungkapkan informasi. Ketidakmampuan untuk menyeberangi
garis tengah mengakibatkan apa yang disebut ketidakmampuan belajar
(learning disabled) atau disleksia.
b. Dimensi Pemfokusan
Dimensi pemfokusan adalah kemampuan menyeberangi garis tengah
partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga
bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah
partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari
samping).
Dimensi pemfokusan memberi kita intelegensi perhatian. Sebagai
manusia, kita sudah berkembang dengan kemampuan unik untuk
merencanakan, memenuhi tujuan, memiliki niat, dan menemukan makna
dalam hidup. Otak mengatur dirinya sendiri untuk memfokuskan perhatian
kita agar tampil secara terarah dan efisien. Dalam hal ini, informasi akan
diterima oleh otak bagian belakang yang merekam semua pengalaman, lalu
informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk
mengekspresikannya sesuai tuntutan atau keinginannya.
Ketidaklengkapan perkembangan reflex menghasilkan
ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut
aktif dalam proses belajar. Perkembangan refleks antara otak bagian
belakang dan bagian depan yang mengalami fokus kurang (underfocus)
akan menyebabkan anak kurang perhatian, terlambat bicara, atau hiperaktif.
Kadangkala perkembangan refleks antara otak bagian belakang dan bagian
depan mengalami fokus lebih (overfocus) dan berusaha terlalu keras.
Ciri khas jika otak bagian depan dan belakang kurang bekerja sama
adalah otot tengkuk dan bahu tegang, kurang bersemangat untuk belajar,
serta reaksi pelan. Sedangkan, hambatan otak bagian belakang berupa anak
terlalu aktif, konsentrasi dan analisisnya dalam rentang yang terlalu pendek,
terinci, ataupun kurang fleksibel. Terkadang ia akan agresif, kurang rileks
atau istirahat untuk memikirkan sesuatu yang lebih luas. Sedangkan
hambatan otak bagian depan berupa anak pasif, melamun, bila stres maka ia
bingung, hipoaktif (kurang aktif), serta kemampuan untuk memperhatikan
kurang, namun perasaan dan suasana (merekam dengan jelas).
c. Dimensi Pemusatan
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah antara
bagian atas dan bagian bawah tubuh, serta mengaitkan fungsi dari bagian
atas dan bawah otak, yaitu bagian tengah sistem limbik (midbrain) yang
berhubungan dengan informasi emosional, maupun otak besar (cerebrum)
untuk berpikir yang abstrak.
Kemampuan kita untuk mencapai pemusatan adalah sumber
intelegensi emosional kita dan dasar bagi kegembiraan, rasa haru,
keceriaan, ikatan sosial, memori dan asosiasi, serta rasa tentang diri sendiri
dan kepribadian kita. Dimensi pemusatan tergantung pada hubungan antara
otak besar yang rasional (dibagian paling atas dari otak), dan sistem limbik
emosional bawah, yang melalui itu semua informasi sensoris yang masuk
diproses. Hubungan ini mendekatkan kemampuan yang lebih logis dan
verbal dari korteks dengan kebutuhan yang lebih nalurial, intuitif, dan
kadang-kadang irasional dari bagian bawah otak.
Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh
ketakutan yang tidak beralasan, cenderung bereaksi dengan berjuang atau
melarikan diri, serta ketidakmampuan merasakan atau menyatakan emosi.
5. Manfaat Senam Otak
Senam otak bisa dilakukan seseorang melalui gerakan sederhana
sambil melakukan kegiatan sehari-hari. Senam otak dilakukan tanpa waktu
khusus sehingga senam otak pun bisa dilakukan dengan sambil menonton
televisi. Meskipun sederhana, sebagaimana dikemukakan Paul E. Dennison
Ph.D bahwa senam otak mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan
penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari.
Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar, senam otak dapat
memberikan beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Ayinosa,
senam otak dapat memberikan manfaat berupa stress emosional berkurang dan
pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih
rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang
menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat
karena stress berkurang, dan prestasi belajar dan bekerja meningkat.
Disamping itu, senam otak bisa membantu meningkatkan kecerdasan,
meningkatkan kepercayaan diri, dan menangani anak yang mengalami
masalah dalam proses belajar mengajar. Senam otak juga sering digunakan
untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak, seperti hiperaktif, gangguan
pemusatan perhatian dan emosional, serta sindrom pada bayi, ataupun
gangguan kemampuan belajar. Lebih dari itu, senam otak bisa berpengaruh
positif dalam menambah konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya ingat,
serta mengendalikan emosinya.
Senam otak merupakan aktivitas fisik, meskipun begitu senam otak
mempunyai fungsi atau manfaat yang sama sekali berbeda dengan senam biasa
atau olahraga fisik lain yang selama ini kita kenal. Bila olahraga biasa
digunakan untuk menjaga kondisi jantung, paru-paru, dan meningkatkan
kekuatan otot, sedangkan senam otak bertujuan meningkatkan kinerja otak.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam otak akan mengaktifkan mata,
telinga, tangan dan kaki secara simultan sehingga pada dimensi tertentu senam
otak dapat mengaktifkan otak kiri dan otak kanan. Jadi, senam otak memiliki
manfaat yang besar bagi tubuh utamanya dalam proses pembelajaran.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Tanggal Pengkajian : Sabtu, 27 Juni 2020

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Ny. P L/P


Tempat & Tanggal Lahir : Samarinda\10\05\1955 Gol.Darah : O / A / B / AB
Pendidikan Terakhir : TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2
Agama : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
Status Perkawinan : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
TB/BB : …158… Cm / …48.. Kg
Penampilan : bersih dan rapi Ciri-ciri Tubuh : tinggi, berambut lurus,
Alamat kulit berwarna sawo matang,
: Jl. Kemakmuran No. 1 Telp./ 081234567890
Orang Yang Dekat Di hubungi : An. R……….. L/P
Hubungan dengan Lansia :Anak
Alamat : Jl. Kemakmuran No. 1 Telp./ 081233333300

B. RIWAYAT KELUARGA

1. Susunan anggota Keluarga

No. NAMA L/P HUBUNGAN PENDIDIKA PEKERJAAN KET


KELUARGA
N
1. Ny. P P Istri SD IRT
2. An. R L Anak S3 Dokter
3. An. Z P Anak S2 Perawat
4. An. Y L Anak S1 Arsitek

2. Genogram :
Keterangan:

= Meninggal

= Perempuan

= Laki-laki

=Pasien

=Serumah

3. Tipe / Bentuk Keluarga :

Keluarga Ny. S adalah tipe keluarga Single Family yang terdiri dari ibu dan anak.
C. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : Tidak ada


Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :  -                             (Km)
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya :-
Sumber pendapatan & Kecukupan : Anak dan cukup
terhadap Kebutuhan

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tipe tempat tinggal : Panti


Jumlah Kamar :3
Jumalah Tongkat di kamar : Satu
Kondisi tempat tinggal : Wisma Ny. S tampak bersih
Jumlah orang yang tinggal : Laki-laki 1 Orang/Perempuan 3 Orang
Tetangga terdekat : Ny. M teman samping kamar Ny. P
Alamat / Telepon : Jl. Kemakmuran No. 1 / 081234567890

E. RIWAYAT REKREASI

Hobby / Miat : mendengarkan ayat alquran


Keanggotaan Organisasi : Jarang mengikuti kegiatan sosial
Liburan Perjalanan : Tidak ada

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Perawat dan Dokter
Jarak dari rumah : 2 Km
Rumah Sakit : 3,5 Km
Klinik : 2,5 Km
Pelayanan Kesehatan dirumah : dokter
Makanan yang dihantarkan : makanan pokok dan minuman
Perawatan sehari-hari yang dilakukan : pemeriksaan TTV dan membersihkan tubuh
: Penggurus panti yang membantu mengurus
keluarga
kegiatan ny.P selama di panti

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual : Shalat 5 waktu yang aktif


Yang Lainnya : mendengarkan ayat-ayat suci alquran

H. STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun : Hipertensi dan asam urat


yang lalu
Status kesehatan umum selama 5 tahun : Ny.P mengatakan mengalami tekanan darah
yang lalu tinggi sejak 5 tahun yang lalu

KELUHAN UTAMA :

Provokative / paliative : Saat beraktivitas


Quality / Quantity : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
Region : nyeri bagian kepala dan kaki
Severity Scale : skala 6
Timming :Terjadi selama 3-5menit

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :


1. Ny.P mengatakan bahwa mengetahui tentang penyakitnya namun tidak menjaga asupan
makanannya

OBAT-OBATAN :

No Nama Obat Dosis Keterangan


.
1 Captopril 3x1 Setelah makan
2 Colchicines 3x1 Setelah makan

STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal terbaru)

Tetanus, Difteri : lengkap


Influensa : tidak

Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)

Obat-obatan : Tidak ada


Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : Tidak ada

Penyakit yang diderita : Tekanan darah tinggi dan asam urat

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Nutrisi : Ny. P mengatakan makan 3x1 tetapi porsinya sedikit


Ny. P mengatakan minum kurang lebih 2 liter sehari
: Ny. P mengatakan BAB 1 kali sehari
Ny. P mengatakan BAK kurang lebih 8 kali sehari dan setiap
Eliminasi malam ny.P sering terbangun untuk BAK
: Ny. P mengatakan menghabiskan waktunya untuk
mendengarkan ayat-ayat suci alquran
: Ny. P mengatakan ketika siang hari sering tidur kurang lebih 3
Aktivitas jam tetapi saat malam hari ny. P sering terbangun sehingga tidur
malam hanya kurang lebih 4 jam saja
Istirahat & Tidur : Ny.S mengatakan mandi 2x sehari dan setiap selesai mandi
selalu menyikat gigi
: Klien sudah menopause
: Ny.P mengatakan setiap hari jumat mengikuti senam lansia
Personal Hygiene yang diadakan oleh panti
Seksual : Ny. P mengatakan bahwa dirinya sudah tua dan menerima
Rekreasi kondisinya yang sekarang
: Ny.P mengatakan bahwa ny.P menerima penyakitnya dan
Psikologis percaya bahwa semua ini dari Tuhan dan Tuhan juga yang akan
 Persepsi Klien menyembuhkan
: Ny.P mengatakan bahwa sekarang dirinya lebih sering marah
dan sering tiba-tiba merasa sedih
 Konsep Diri
: Ny.P mengatakan bahwa ny.P mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan dirinya hanya ngobrol bersama teman
samping kamar yang juga adalah seorang lansia
 Emosi : Ny.P mengatakan saat nyeri timbul ny.P hanya berdoa dan
beristirahat.

 Adaptasi

 Mekanisme
Pertahanan Diri

Keadaan Umum : Ny. P terlihat ketika jalan sangat pelan, mata Ny.P
kabur
Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma
: Eye= 3 Verbal= 5  Psikomotor=5
Skala Koma Glasgow : Pols=95 Temp=36,6℃ RR=21 Tensi= 180/100
Tanda-tanda Vital
: Saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan
 Sistem Kardiovaskuler pembesaran dan pergeseran jantung. Suara jantung
terdengar lub dup.
: perkembangan dada Ny.P simetris dan tidak ada
pembengkakan
 Sistem Pernafasan : kulit ny.P telihat bersih, berwarna sawo matang, kulit
terasa lembab, turgor kulit <3 detik, tidak terdapat lesi.
: Ny. P BAK kurang lebih 8 kali sehari
 Sistem Integumen :  Ny.P mengatakan Tulang pada kakinya sering sakit
dan sering terasa keram
: tidak terdapat pembengkakan, bising usus <8x/menit
: Ny.P sudah Menopause
: klien mengalami penurunan penglihatan bagian kiri
 Sistem Perkemihan karena cidera
 Sistem Muskulo Skeletal : Baik
: Baik
 Sistem Gastrointestinal : Baik


 Sistem Reproduksi

 Sistem Penglihatan

 Sistem Pendengaran

 Sistem Pengecapan

 Sistem Penciuman

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

 Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) :


Skor 5 (kerusakan intelektual ringan)
 Skala Barthel Indeks:
Skor 130 (lansia mandiri dalam memenuhi aktivitas sehari-hari)
 Morse resiko jatuh:
Skor 25 (resiko jatuh rendah)

L. DATA PENUNJANG

1. Labvoratorium
HB : 12 mg/dl
GDS : 97 g/dl
Asam Urat : 7,0 mg/dl
ANALISA DATA

No. DATA INTERPRESTASI MASALAH


SUBYEKTIF/OBYEKTIF (Etiologi) (Problem)
(Sign/Symptom)
1. Ds: Ny.P mengatakan pernah Proses penuaan Gangguan Memori
mengalami pengalaman lupa
Do: Ny.P terlihat tidak mampu
melakukan kemampuan yang
dipelajari sebelumnya
2. Ds: Ny. P mengatakan nyeri pada Kerusakan sistem saraf Nyeri Kronis
bagian kepala
Do:
P : Saat beraktivitas
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri bagian kepala dan kaki
S : skala 6
T :Terjadi selama 3-5menit

3. Ds : Ny. P Pasien mengatakan Perubahan pada citra Harga Diri Rendah


waktu kecil matanya pernah di
tubuh Situasional
patuk ayam sehingga mata sebelah
kirinya tidak bisa melihat
Do: Ny.P terlihat minder saat
bertemu orang lain

4. Ds: Ny. P mengatakan nyeri saat Kekakuan sendi Gangguan mobilitas


berjalan, seperti di tusuk-tusuk, dan
fisik
hilang timbul
Do: Ny. P terlihat susah untuk
berjalan

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan


2. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf
3. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan Perubahan pada citra tubuh
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
RENCANA KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


dx
1. Gangguan memori Orientasi kognitif Latihan memori

Definisi Definisi Definisi


Ketidakmampuan mengingat beberapa Kemampuan mengidentifikasi orang, Mengajarkan kemampuan untuk meningkatkan
informasi atau perilaku tempat, dan waktu secara akurat daya ingat

Penyebab Setelah dilakukan tindakan keperawaan Tindakan


1. Proses penuaan 2x24 jam dengan kriteria hasil ; Observasi
Gejala dan tanda mayor 1. Identifikasi diri sendiri (4) 1. Identifikasi masalah memori yang dialami
1. Melaporkan pernah mengalami 2. Identifikasi orang terdekat (4) 2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
pengalaman lupa 3. Identifikasi tempat saat ini (4) 3. Monitor perilaku dan perubahan memori selama
2. Tidak mampu mempelajari 4. Identifikasi peristiwa penting (4) terapi
keterampilan baru Terapeutik
Gejala tanda minor Keterangan 1. Rencanakan metode mengajar sesuai
1. Merasa mudah lupa 1. = Menurun kemampuan pasien
2. = Cukup menurun 2. Fasilitasi kemampuan konsentrasi
3. = sedang Edukasi
4. = Cukup meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
5. = Meningkat 2. Ajarkan teknik memori yang tepat
2. Nyeri kronis Kontrol nyeri Manajemen nyeri

Definisi Definisi Definisi


Pengalaman sensorik/emosional yang Tindakan untuk meredakan pengalaman Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
berkaitan dengan kerusakan jaringan sensorik atas emosional yang tidak sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
actual atau fungsonal dengan onset menyenangkan akibat kerusakan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
mendadak/lambat dan berintensitas jaringan mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
ringan hingga berat dari konstan, yang hhingga berat dan konstan
berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab Setelah dilakukan tindakan keperawaan Tindakan
1. Penekanan saraf 2x24 jam dengan kriteria hasil ; Observasi
2. Infiltrasi tumor 1. Melaporkan nyeri terkontrol (3) 1. Identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor 2. Kemampuan mengenali onset nyeri 2. Identifikasi factor yang memperberat dan
Subjektif (4) memperingan nyeri
1. Mengeluh nyeri 3. Kemampuan mengenali penyebab Terapeutik
Objektif nyeri (3) 1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
1. Kekuatan otot menurun 4. Dukungan orang terdekat (4) nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
Gejala dan tanda minor kebisingan)
1. Tampak gelisah Keterangan 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Tanda dan gejala minor 1. = Menurun Edukasi
Objektif 2. = Cukup menurun 1. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1. Pola tidur berubah 3. = sedang 2. njurkan menggunakan analgesic secara tepat
4. = Cukup meningkat 3. Monitor asupan makanan
5. = Meningkat

3. Harga diri rendah kronis Harga diri Manajemen perilaku

Definisi Definisi Definisi


Evaluasi atau perasaan negative Perasaan positif terhadap diri sendiri Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negative
terhadap diri sendiri atau kemampuan atau kemampuan sebagai raspon Tindakan
klien seperti tidak berarti, tidak terhadap situasi saat ini. Dengan kriteris Observasi
berharga, tidak berdaya yang hasil meningkat 1. Mengidentifikasi dan mengelola perilaku
berlangsung dalam waktu lama dan negative
terus menerus. 1. penilaian diri positif (3) Terapeutik
2. perasaan memiliki kelebihan atau 1. Mendiskusikan tanggung jawab terhadap
Penyebab kemampuan positif (3) perilaku
1. Kegagalan berulang 3. minat mencoba hal baru (3) 2. Meningkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
2. Kurangnya pengakuan dari orang 4. percaya dan berbicara (3) 3. Melakukan aktivitas pengalihan terhadap agitasi
lain 4. Cegah perilaku positif dan agresif
Gejala dan tanda mayor Keterangan 5. Menghindari sikap mengancam dan berdebat
Subjektif 1. = menurun 6. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
1. menilai diri negatif (mis. Tidak 2. = cukup menurun mengendalikan perilaku
berguna, tidak tertolong) 3. = sedang Edikasi
Objektif 4. = cukup meningkat 1. Menginformasikan keluarga bahwa keluarga
1. enggan mencoba hal baru 5. = meningkat sebagai dasar pembentuk kognitif
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. mengungkapkan kepurusasaan
Objektif
1. sulit membuat keputusan
4. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik Dukungan perawatan diri : mandi

Definisi Definisi
Definisi Kemampuan dalam gerakan fisik dari Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan kebersihan
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara diri
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
mandiri Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawaan Observasi
Penyebab 2x24 jam dengan kriteria hasil ; 1. Identifikasi jenis bantuan yang dilakukan
3. Penurunan kendali otot 1. Kecemasan (3) 2. Monitor kebersihan tubuh ( mis. Rambut, mulut,
4. Gangguan neuromuscular 2. Kaku sendi (4) kulit, kuku)
Gejala dan tanda mayor 3. Gerakan terbatas (3) Terapeutik
Objektif 4. Kelemahan fisik (3) 1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat gigi,
2. Kekuatan otot menurun sampo, pelembab kulit)
Gejala dan tanda minor Keterangan 2. Fasilitasi mandi sesuai kebutuhan
2. Gerakan terbatas 1. = Meningkat Edukasi
3. Fisik lemah 2. = Cukup meningkat 1. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
3. = sedang pasien jika perlu
4. = Cukup menurun
5. = Menurun
No.d Implementasi Evalusasi
x
1 1. Mengidentifikasi masalah memori yang dialami S = klien mengatakan pernah mengalami pengalaman lupa
2. Mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi O = terlihat tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari
3. Memonitor perilaku dan perubahan memori selama sebelumnya
terapi A = masalah keperawatan belum teratasi
4. Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan P = lanjutkan intervensi
pasien
5. Memfasilitasi kemampuan konsentrasi
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur latihan
7. Mengajarkan teknik memori yang tepat
2 1. Mengidentifikasi skala nyeri S = klien mengatakan susah menggerakkan anggota ekstremitas bawah
2. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan O = kekuatan otot kaki pasien terbatas
memperingan nyeri A = masalah keperawatan belum teratasi
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri P = lanjutkan intervensi
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
5. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Meganjurkan menggunakan analgesic secara tepat
7. Memonitor asupan makanan
3 1. Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negative S = klien megatakan ia masih merasa tidak percaya diri dengan
2. Mendiskusikan tanggung jawab terhadap perilaku kempuannya sendiri ia berfikir ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi
3. Meningkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan O = meningkatkan gerakan aktifitas fisik yang dapat dilakukan
4. Melakukan aktivitas pengalihan terhadap agitasi A = masalah keperawatan belum teratasi
5. Mencegah perilaku positif dan agresif P = lanjutkan intervsnsi
6. Menghindari sikap mengancam dan berdebat
7. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
8. Menginformasikan keluarga bahwa keluarga sebagai
dasar pembentuk kognitif
4 1. mengidentifikasi jenis bantuan yang dilakukan S = klien mengatakan ia kesulitan untuk melakukan aktivitas lain seperti
2. memonitor kebersihan tubuh ( mis. Rambut, mulut, mandi juga ia kesulitan untuk melakukannya
kulit, kuku) O = pasien tampak menahan nyeri di kakinya tetapi ia mencoba untuk
3. menyediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat selalu mandi
gigi, sampo, pelembab kulit) A = masalah keperawatan belum teratasi
4. memfasilitasi mandi sesuai kebutuhan P = lanjutkan intervsnsi
5. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
jika perlu
BAB IV

ANALISIS JURNAL

Judul Pemberian Brain Gym Exercise Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif


Pada Lanjut Usia
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian brain
gym exercise terhadap fungsi kognitif pada lansia.
Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Sampel
yang digunakan merupakan lansia di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Makassar yang berjumlah 20 orang. Sampel kemudian dibagi secara
acak ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Fungsi kognitif pada lansia diukur menggunakan Mini Mental
State Examination (MMSE)
Hasil Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan fungsi kognitif yang
bermakna antara sebelum dan setelah pemberian brain gym pada
kelompok intervensi (p<0,05), sedangkan tidak terdapat perubahan
bermakna antara sebelum dan setelah pemberian senam lansia pada
kelompok kontrol (p>0,05). Selain itu, ditemukan bahwa tidak ada
perbedaan nilai fungsi kognitif yang bermakna antara kedua kelompok
(p>0,05). Namun, nilai rata-rata fungsi kognitif pada kelompok
intervensi lebih besar dibandingkan nilai rata-rata pada kelompok
kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian brain gym exercise terhadap perubahan fungsi kognitif pada
lansia.
Latar Belakang Peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) secara global yang
ditandai dengan peningkatan penduduk menua (aging population)
merupakan dampak dari berbagai faktor, seperti semakin baiknya gizi,
pendidikan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Jumlah lansia
yang semakin meningkat menjadi tantangan sebab jika disertai dengan
berbagai masalah kesehatan dapat berdampak pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Pada usia lanjut terjadi berbagai macam
kemunduran baik itu secara biologis, psikologis maupun psikososial.
Salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh lansia adalah
gangguan kognitif. Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2016,
kemunduran fungsi kognitif yang paling ringan dikeluhkan oleh 39%
lansia yang berusia 50-59 tahun, kemudian meningkat menjadi 8,03%
pada usia lebih dari 80 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Lansia mengalami gangguan atensi, bahasa, memori dan visuospasial.
Fungsi kognitif didefinisikan sebagai aktivitas mental secara sadar,
meliputi kemampuan berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan
bahasa. Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia diantaranya adalah
penurunan intelektual terutama pada aktivitas yang memerlukan
kecepatan dan memori jangka pendek. Selain itu, terjadi perubahan
pada daya pikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi,
dan perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tertentu akibat
penurunan fungsi afektif (Sofyan et al., 2011). Brain Gym adalah
serangkaian latihan gerak yang sederhana dan merupakan alternatif
terapi yang bertujuan untuk memperlancar aliran darah dan oksigen ke
otak serta merangsang kedua belah otak bekerja (Dennison, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Verany (2013) menemukan bahwa
terdapat pengaruh brain gym terhadap peningkatan fungsi kognitif.
Metode Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tamalanrea Jaya Makassar.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental design (control group dan intervention group) pretest-
posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Makassar. Sampel berjumlah 20 orang
lansia perempuan yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) lansia yang
tinggal dan terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya
Makassar saat penelitian berlangsung, 2) berusia > 45 tahun, 3) dapat
berkomunikasi dengan baik dan kooperatif, 4) bersedia menjadi
responden. Subjek penelitian kemudian dibagi ke dalam kelompok
intervensi dan kelompok kontrol yang masing-masing beranggotakan
10 orang lansia yang dipilih secara acak. Kelompok intervensi
diberikan senam lansia dan brain gym exercise sedangkan kelompok
kontrol hanya diberikan senam lansia yang memang rutin dilakukan di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Makassar. Brain gym exercise dilakukan
rutin satu kali per minggu dengan durasi minimal 15 menit selama 6
minggu.
Data fungsi kognitif diperoleh dengan menggunakan kuesioner Mental
State Examination (MMSE) versi Indonesia dengan total skor 30 poin
yang terdiri atas 11 item yang dibagi dalam dua bagian. Bagian
pertama
meliputi respon verbal terhadap orientasi, memori, dan perhatian.
Bagian kedua meliputi membaca dan menulis serta kemampuan
mencakup nama, mengikuti perintah secara verbal dan tertulis, menulis
kalimat, menggambar kembali suatu poligon. Skala numerik dengan
skoring fungsi kognitif berupa nilai MMSE 27-30=fungsi kognitif
baik, nilai MMSE 22-26=fungsi kognitif cukup, dan nilai MMSE
<21=fungsi kognitif kurang. Untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan fungsi kognitif, maka dilakukan uji statistik dengan
menggunakan paket SPSS 22.0 for windows. Uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui sebaran data. Uji
statistik Wilcoxon digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian
brain gym exercise terhadap fungsi kognitif lansia. Selanjutnya
dilakukan uji Mann Whitney untuk membandingkan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan batas kemaknaan 0,05.
Hasil Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dennison (2005) bahwa
brain gym adalah serangkaian latihan belajar kognitif yang bagus dan
menyenangkan untuk segala usia. Brain gym exercise dapat
menstimulasi otak, mengatasi stress, meningkatkan konsetrasi belajar,
meningkatkan memori dan kemampuan kognitif (Dennison, 2008).
Ketika proses penuaan berlangsung, aktivitas fisik tetap vital untuk
tidak hanya mempertahankan penampilan yang sehat, tetapi juga agar
kesehatan otak dan mental tetap terjaga. Selain itu, gerakan-gerakan
pada brain gym juga dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada
otak. Gerakan yang menimbulkan stimulus itulah yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif (konsentrasi, kecepatan, persepsi,
belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas). Metode ini
mengaktifkan dua belah otak dan mengaktifkan semua bagian otak
untuk meningkatkan kognitif (Wynter et al., 2013).
Pembahasan Brain gym exercice sendiri bertujuan untuk menjaga keseimbangan
kinerja antara otak kanan dan kiri tetap optimal. Brain gym
memberikan stimulus perbaikan pada serat-serat di corpus callosum
yang menyediakan banyak hubungan saraf dua arah antara area
kortikal kedua hemisfer otak, termasuk hypokampus dan amygdala.
Gerakan brain gym mengaktifkan kembali hubungan saraf antara tubuh
dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik ke
seluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi
yang berlangsung pada semua kejadian mental dan fisik (Dennison,
2005).
Kesimpulan Penelitian ini menemukan adanya pengaruh fungsi kognitif yang
bermakna antara sebelum dan setelah pemberian senam lansia dan
brain gym pada kelompok intervensi (p<0,05), sedangkan tidak ada
perubahan bermakna antara sebelum dan setelah pemberian senam
lansia pada kelompok kontrol (p>0,05). Perbandingan nilai rata-rata
selisih post dan pre-test fungsi kognitif lebih besar pada kelompok
intervensi dibandingkan kelompok kontrol sehingga pemberian brain
gym lebih efektif terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA
 
Hanafi, Abdullah. 2014. “Pengaruh Terapi Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi
Kognitif Pada Lanjut Usia di Posyandu Lanjut Usia Desa Pucangan Kartasura”. Jurnal
Ilmu Kesehatan. Surakarta: UMS Surakarta.

Kementrian Kesehatan, R. I. (2017). Analisis lansia di Indonesia. Jakarta: Pusat Data


dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Setyopranoto, I., Lamsudin, R, Dahlan, P. 2000. “Gangguan fungsi kognitif pada


lansia”. Yogyakarta.

Sidiarto, L. D., Kusumoputro, S. “Mild Cognitive Impairment (MCI) Gangguan


Kognitif   Ringan” Berkala NeuroSains Vol.1.No.1,Oktober 1999.

Anda mungkin juga menyukai