Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIFITAS LINGKUNGAN TERAPETIK TERHADAP REAKSI

HOSPITALISASI PADA ANAK


Umi Solikhah*
*Departemen Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl.Letjend Soepardjo Roestam Sokaraja Purwokerto 53186 Indonesia
umi_zian@yahoo.com
Abstrak
Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi hospitalisasi dalam bentuk anak rewel, tidak mau
didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif, bahkan tamper tantrum. Tujuan
untuk mengetahui efektifitas lingkungan terapeutik terhadap reaksi hospitalisasi pada anak. Rancangan
penelitian quasy eksperiment dengan desain crossectional. Sampel 44 anak usia 1-13 tahun. Analisis data dengan
independent t-test dan chi-square. Hasil penelitian diperoleh lingkungan terapetik efektif untuk meminimalkan
reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi ditunjukkan dengan angka signifikansi dari variabel reaksi hospitalisasi
yang meliputi kecemasan anak (p-value=0,004), sikap kooperatif (p-value=0,000), respon anak (p-value=0,000),
mood anak (p-value=0,000), dan sikap penerimaan pada petugas (p-value=0,000). Hendaknya perawat ruang
anak menerapkan lingkungan terapeutik sehingga dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif.
Kata kunci: lingkungan terapetik, reaksi hospitalisasi
Abstract
Children hospitalized often have reactions to hospitalization in a fussy child, refuse to be approached by nurse,
fear, looking anxious, uncooperative, even tamper tantrums. Order to determine the effectiveness of the
therapeutic environment to the reaction of hospitalization in children. The study design quasy experiment with
cross sectional. Samples were 44 children aged 1-13 years. Analysis of the data by independent t-test and chisquare. The results obtained effective therapeutic environment to minimize reaction to hospitalization. Reaction
hospitalization indicated by the significance of the variable hospitalization reactions include anxiety child (pvalue = 0.004), cooperation (p-value = 0.000), child's responses (p-value = 0.000), mood children (p-value =
0.000 ), and the official acceptance (p-value = 0.000).
The nurse should apply a therapeutic environment, so as minimize negative reactions to hospitalization.
Key words: therapeutic environment, the reaction hospitalization.

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi
Hospitalisasi Pada
Pada Anak 1
Umi Solikhah

Pendahuluan

Lingkungan terapetik yang diharapkan

Anak yang dirawat di rumah sakit sering

dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi

mengalami

negatif

reaksi hospitalisasi dalam

diantaranya

penataan

ruang,

bentuk anak rewel, tidak mau didekati oleh

restrain terapetik, sikap dan komunikasi

petugas

tampak

perawat terapetik, permainan terapetik,

bahkan tamper

seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-

tantrum. Menurut Ball dan Bindler (2003),

Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2011;

anak yang dirawat di rumah sakit berada

CNO,

pada

tidak

penelitian ini adalah untuk mengetahui

orang-orang

efektifitas lingkungan terapetik terhadap

kesehatan,

ketakutan,

cemas, tidak kooperatif,

lingkungan

diketahuinya,

asing

yang

dikelilingi

asing, peralatan, dan pemandangan sekitar

2009;

RCN,

2010).

Tujuan

reaksi hospitalisasi pada anak.

menakutkan; sehingga menimbulkan reaksi


Respon anak ketika menghadapi efek

hospitalisasi.
Reaksi

hospitalisasi

pada

anak

hospitalisasi,

bisa

dalam

bentuk

diasumsikan dapat diminimalisir dengan

kecemasan, takut prosedur invasif, tidak

keberadaan lingkungan yang terapetik.

kooperatif, tantrum, dan menolak petugas

Menurut

kesehatan.

Smith dan Watkins (2010),

Pada

anak

usia

sekolah

efek

cenderung mulai matur baik fisik maupun

psikososial lingkungan, efek lingkungan

mental, konsep waktu difahami dengan

terhadap sistem immune, dan bagaimana

baik,

pengaturan ruangan yang menarik. Setting

menganjurkan sesuatu ketika berkunjung

ruang rawat anak yang menarik diharapkan

ke rumah sakit. Stress terhadap prosedur

memberikan

tindakan yang dilakukan berperan penting

lingkungan

terapetik

meliputi

kesenangan

tersendiri

sehingga

orang

atau

tinggal

sehingga anak menjadi tidak cemas selama

terhadap

horpitalisasi. Anak yang kooperatif ketika

perilaku (Ball & Bindler, 2003). Walaupun

dilakukan

keperawatan

tingkat pemahaman mereka tentang konsep

merupakan salah satu tanda anak yang

tubuh sudah mulai ada, efek hospitalisasi

tidak cemas akibat hospitalisasi.

tetap menjadi masalah bagi anak usia

tindakan

kemunduran

tua

perubahan

sekolah.
Penerapan

lingkungan

terapetik

oleh

perawat baik fisik maupun non fisik perlu

Anak

diteliti,

menunjukkan

sehingga

diharapkan

dapat

yang

dirawat

menangis

hospitalisasi.

sakit
karena

memberi masukan kepada manajemen

kesakitan

untuk peningkatan kualitas pelayanan.

penurunan mood antara lain perubahan

dan

reaksi

di rumah

Efektifitas
Lingkungan
Terapetik
Terhadap
Hospitalisasi Pada Anak
Jurnal Keperawatan
Anak
. Volume 1,
No. 1, Mei
2013; Reaksi
1-9
Umi Solikhah

Penyebab
2

status kesehatan dan lingkungan yang jauh

lingkungan),

dari

rutinitasnya

keterbatasan

hari

serta

(efek

mekanisme

anak

immune);

sehari

koping

psychoneuroimmunology

lingkungan

terhadap

neuroscience

sistem

(bagaimana

dalam memecahkan masalah. Reaksi anak

pemikiran arsitektur atau desain ruang).

terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh

Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pasien

faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan,

diharapkan dapat meningkatkan kesehatan,

pengalaman

sakit,

keamanan, dan hubungan sosial yang

pembawaan anak dan ketrampilan koping,

normal, dan tidak terkesan mengisolasi.

kegawatan diagnosa, dan support system

Desain

(Hockenberry & Wilson, 2009).

diperlukan untuk pasien di lingkungan

dirawat

di

rumah

lingkungan

yang

terapetik

rumah sakit (Smith & Watkins, 2010).


Reaksi hospitalisasi yang ditunjukkan pada

Ruang rawat anak perlu desain ruang

anak

menarik.

usia

sekolah

lebih

ringan

dibandingkan dengan anak usia toddler dan


pra sekolah. Anak yang pernah merasakan

Desain ruang yang terapetik di ruang rawat

sakit sebelumnya akan merespon sakitnya

anak

saat ini dengan lebih positif. Perpisahan

bergambar,

dengan rutinitas sehari-hari bagi anak usia

restrain

sekolah menjadi faktor penting penyebab

terapetik, dan komunikasi perawat yang

munculnya reaksi negatif hospitalisasi.

terapetik. Disamping itu kombinasi musik

Anak yang pernah dirawat di rumah sakit

dan seni dapat juga diterapkan. Terapi

yang sama akan merasa lebih terbiasa

musik

dibandingkan dengan yang baru pertama

diperdengarkannya musik yang disukai

kali di rawat. Pembawaan anak yang

anak,

tenang

ketrampilan

diterapkan dengan menggambar bebas.

koping yang baik akan lebih menunjukkan

Nesbit dan Tabatt-Haussmann (2008),

reaksi

diagnosa

meneliti tentang peran kreatif terapi seni

menjadi sumber ketakutan anak dan orang

dan musik untuk anak kanker dan kelainan

tua. Support system yang cukup dari

darah. Kombinasi kedua terapi tersebut

keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial

dinilai sangat efektif di lingkungan pasien

terutama dari teman sebaya.

onkologi dan hematologi sebab dapat

dan

kemampuan

positif.

Kegawatan

diantaranya
infus

lingkungan

terapetik

meliputi

psikologi lingkungan (efek psikososial dari

bergambar

bergambar,

dapat

terapi

mengurangi

mempengaruhi

emosi

sprei
kartun,

permainan

dilakukan

sedangkan

membantu
Teori

hiasan

penggunaan

dengan

seni

nyeri
secara

dapat

dan
non-

farmakologis. Kombinasi terapi musik dan

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi
Hospitalisasi Pada
Pada Anak 3
Umi Solikhah

seni tersebut

secara

non-farmakologis

Teknik analisis data yang akan digunakan

membuktikan terjadinya sistem aktivasi

dalam

reticular otak dan koordinasi sensori

univariat numerik dan kategorik untuk

terkoordinasi dengan baik, sehingga anak

variabel

lebih mudah menerima informasi. Hal ini

deskripsi variabel reaksi

menurunkan kecemasan dan memberikan

analisis bivariat untuk variabel hubungan

dampak

lingkungan

relaksasi

(Nesbit

&

Tabatt-

penelitian

ini

karakteristik

terapetik

adalah

responden

dengan

hospitalisasi.

Metode Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Metode penelitian kuantitatif, jenis quasy

1. Karakteristik Responden

cross sectional design pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol. Penilaian
terhadap

penguasaan

kasus

dan

kemampuan skill mahasiswa keperawatan


dilakukan pada kelompok kontrol maupun
kelompok

intervensi,

masing-masing

kelompok sampel berjumlah 22 anak yang


dirawat di ruang Cempaka Rumah Sakit
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.

penelitian

ini

adalah

reaksi

Responden adalah anak usia 1-13 tahun


yang sedang dirawat di ruang anak Rumah
Sakit

Umum

Daerah

Tarunadibrata

Purbalingga.

responden

yang

44

Goetheng

terdiri

Jumlah
atas

analisis

bivariat untuk menguji hubungan dan


perbedaan antara dua variabel. Analisis

responden kelompok intervensi (dilakukan


perlakuan tindakan lingkungan terapetik)
dan 22 responden kelompok kontrol
(sesuai yang dilakukan di rumah sakit).
frekuensi nadi, frekuensi dirawat, jenis
kelamin,

frekuensi

pernafasan,

tabel berikut:

yang telah dirumuskan oleh peneliti. Untuk


pengaruh

terhadap

bed

side

penguasaan

kemampuan

skill

teaching

kasus

pada

dan

kelompok

intervensi dan kelompok non intervensi


digunakan uji independent ttest.

dan

pendampingan orang tua seperti dalam

ini berguna untuk membuktikan hipotesa


melihat

22

Sebaran responden berdasarkan umur,

Teknik analisis data yang akan digunakan


dalam

dan

hospitalisasi;

Haussmann, 2008).

experiment. Pendekatan penelitian dengan

analisis

Efektifitas
Lingkungan
Terapetik
Terhadap
Hospitalisasi Pada Anak
Jurnal Keperawatan
Anak
. Volume 1,
No. 1, Mei
2013; Reaksi
1-9
Umi Solikhah

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik


responden
Variabel

Umur
MeanSD
Min-Max
Frekuensi Nadi
MeanSD
Min-Max
Jumlah kali rawat
MeanSD
Min-Max

Intervensi
(n=22)

Kontrol (n=22)

3,953,27
1-10

6,273,99
2-13

95,225,88
85-110

109,779,28
92-120

1,220,52
1-3
Frekuensi
n
(%)

1,451,05
1-5
Frekuensi
n
(%)

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

7
15

31,8
78,2

16
6

72,80
2,72

Frekuensi Pernafasan
Kurang dari 40 kali/mnt
Lebih dari 40 kali/mnt

20
2

91,0
9,0

11
11

50.0
50,0

Pendampingan orang tua


Orang tua
Non orang tua

21
1

95,4
4,6

17
5

77,2
22,8

Rata-rata usia pada kelompok intervensi


adalah 3,95 tahun dan pada kelompok
kontrol memiliki rata-rata usia 6,27 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia
pada kelompok intervensi lebih muda dari
pada kelompok kontrol. Walaupun lebih
muda melalui pelaksanaan pelayanan yang
tepat kepada anak selama perawatan saat
dihospitalisasi,

tidak

menutup

kemungkinan untuk memperoleh reaksi


hospitalisasi

yang

lebih

positif

pada

kontrol, karena anak cenderung merasa


lebih nyaman berada pada lingkungannya.
Secara umum anak yang sudah beberapa
kali dirawat akan lebih ringan reaksi
hospitalisasi
dirawat

yang

pada

ditunjukkan.
kelompok

Lama

intervensi

sebanyak 1,22 kali dalam 3 bulan terakhir,


sedangkan

pada

kelompok

kontrol

sebanyak 1,45 kali dalam 3 bulan terakhir.


Hal ini sudah menunjukkan kondisi yang
tidak

jauh

berbeda

antara

kelompok

intervensi dan kelompok kontrol, sehingga


dapat meminimalkan bias.
Berdasarkan jenis kelamin, responden anak
perempuan lebih banyak pada kelompok
intervensi yaitu 15 anak (78,2%) dan pada
kelompok kontrol lebih banyak responden
laki-laki yaitu 16 anak (72,80%). Anak
perempuan memiliki kecenderungan lebih
mudah penyesuaian dirinya dari pada anak
laki-laki.
Responden

pada

kelompok

intervensi

memiliki frekuensi nafas yang kurang dari


40 kali per menit sebanyak 20 anak

kelompok intervensi.

(45,5%) dan pada kelompok kontrol

Rata-rata frekuensi nadi pada kelompok

menunjukkan

seimbang masing-masing 50%. Kondisi ini

intervensi adalah 95,22 kali per menit dan


pada kelompok kontrol memiliki rata-rata
frekuensi nadi sebesar 107,77 kali per
menit. Frekuensi nadi pada kelompok
intervensi lebih stabil dari pada kelompok

intervensi

bahwa
lebih

pada
stabil.

kelompok
Mayoritas

responden didampingi oleh orang tuanya


baik pada kelompok intervensi maupun
pada kelompok kontrol. Pendampingan
oleh orang tua memungkinkan rasa aman
dirasakan oleh anak selama hospitalisasi.

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi
Hospitalisasi Pada
Pada Anak 5
Umi Solikhah

2. Karakteristik

Lingkungan

3. Karakteristik

Reaksi

Hospitalisasi

Anak

Terapetik
Karakteristik lingkungan terapetik yang

Karakteristik reaksi

dimaksud dalam penelitian ini adalah

dalam penelitian ini dapat digambarkan

adanya

dalam tabel berikut ini.

perlakuan

untuk

menciptakan

hospitalisasi anak

lingkungan yang terapeutik. Perlakuan

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik reaksi

yang di laksanakan meliputi komunikasi

hospitalisasi

terapeutik

saat

melakukan

pencitraan

lingkungan

tindakan,

tempat

tidur

(memasang stiker bergambar di kamar,

Variabel
Kecemasan
MeanSD
Min-Max

Intervensi (n=22)

Kontrol (n=22)

5,912,58
2-13
Frekuensi
(%)

8,452,95
4-15
Frekuensi
n
(%)

keperawatan.

Tingkat kooperatif
Kooperatif
Tidak kooperatif
Respon
Tenang
Tantrum
Mood
Gembira
Sedih
Penerimaan pada petugas
Menerima
Menolak

Perlakuan untuk menciptakan lingkungan

Rata-rata skor kecemasan pada kelompok

yang terapeutik menjadi salah satu pilihan

intervensi adalah 5,91 dengan standar

dalam memberikan asuhan keperawatan

deviasi 2,58 dan pada kelompok kontrol

pada anak yang dirawat. Perlakuan yang di

memiliki rata-rata skor kecemasan sebesar

laksanakan meliputi komunikasi terapeutik

8,45 dengan standar deviasi 2,95. Hal ini

saat

menunjukkan

penggunaan

sprei

bermotif

kartun,

penggunaan bidai restrain infus yang


bergambar,
bergambar

dan
saat

melakukan

pemakaian
melakukan

tindakan,

rompi
tindakan

pencitraan

20
2

91,0
9,0

14
8

63,6
36,4

18
4

81,8
18,2

17
5

77,2
22,8

14
8

63,6
36,4

5
17

22,8
77,2

18
4

81,8
18,2

13
9

49,0
20,5

adanya

perbedaan

skor

lingkungan tempat tidur (memasang stiker

kecemasan antara kelompok intervensi dan

bergambar di kamar, penggunaan sprei

kelompok kontrol.

bermotif kartun, penggunaan bidai restrain


infus yang bergambar, dan pemakaian

Reaksi hospitalisasi berdasarkan tingkat

rompi bergambar saat melakukan tindakan

kooperatif, responden kooperatif lebih

keperawatan. Desain lingkungan yang

banyak pada kelompok intervensi yaitu 20

terapetik diperlukan untuk pasien di

anak (91,0%) dan pada kelompok kontrol

lingkungan rumah sakit (Smith & Watkins,

lebih banyak yang kooperatif namun

2010).

angkanya tidak sebesar pada kelompok


intervensi yaitu 14 anak (62,60%). Anak
lebih kooperatif ketika disekitarnya lebih
menyenangkan

dan

situasinya

Efektifitas
Lingkungan
Terapetik
Terhadap
Hospitalisasi Pada Anak
Jurnal Keperawatan
Anak
. Volume 1,
No. 1, Mei
2013; Reaksi
1-9
Umi Solikhah

tidak
6

menegangkan
Responden

atau

pada

menakutkan.

kelompok

intervensi

mengurangi

nyeri

dan

mempengaruhi

emosi secara non-farmakologis.

memiliki respon tenang sebanyak 18 anak


(81,8%) dan pada kelompok kontrol

4. Efektifitas Lingkungan Terapetik

sebanyak 17 anak (77,2%). Hal ini

terhadap Reaksi Hospitalisasi

menunjukkan respon yang positif ketika

Efektifitas lingkungan terapetik terhadap

dilakukan

reaksi hospitalisasi anak, tertuang dalam

implementasi

lingkungan

tabel berikut ini.

terapetik.

Tabel. 3. Efektifitas Lingkungan Terapetik

Mood gembira anak didominasi kelompok


intervensi dan mood sedih didominasi
kelompok intervensi. Anak anak yang
menerima petugas kesehatan sebesar 18
anak (81,8%) dan 13 anak (49%) anak
menerima

petugas

kesehatan

pada

kelompok kontrol. Desain ruang yang


terapetik di ruang rawat anak diantaranya
penggunaan

sprei

bergambar

kartun,

terhadap Reaksi Hospitalisasi Anak


Variabel
Kecemasan
MeanSD
Min-Max

Intervensi (n=22)

Kontrol (n=22)

p-value

5,912,58
2-13
Frekuensi
(%)

8,452,95
4-15
Frekuensi
n
(%)

0.04

Tingkat kooperatif
Kooperatif
Tidak kooperatif
Respon
Tenang
Tantrum
Mood
Gembira
Sedih
Penerimaan pada
petugas
Menerima
Menolak

20
2

91,0
9,0

14
8

63,6
36,4

18
4

81,8
18,2

17
5

77,2
22,8

14
8

63,6
36,4

5
17

22,8
77,2

18
4

81,8
18,2

13
9

49,0
20,5

0.000
0.000
0.000

0.000

bergambar,

hiasan

restrain

infus

Hasil uji antara reaksi hospitalisasi pada

dan

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

terapetik.

menunjukkan bahwa angka signifikansi

Disamping itu kombinasi musik dan seni

dari variabel reaksi hospitalisasi yang

dapat juga diterapkan. Terapi musik dapat

meliputi kecemasan anak (p-value=0,004),

dilakukan

diperdengarkannya

sikap kooperatif (p-value=0,000), respon

musik yang disukai anak, sedangkan terapi

anak (p-value=0,000), mood anak (p-

seni dapat diterapkan dengan menggambar

value=0,000), dan sikap penerimaan pada

bebas.

petugas (p-value=0,000) adalah efektif.

bergambar,

permainan

komunikasi

perawat

dengan

Nesbit

dan

terapetik,
yang

Tabatt-Haussmann

(2008), meneliti tentang peran kreatif

Anak

terapi seni dan musik untuk anak kanker

menunjukkan

dan kelainan darah. Kombinasi kedua

kesakitan

terapi tersebut dinilai sangat efektif di

penurunan mood antara lain perubahan

lingkungan

status kesehatan dan lingkungan yang jauh

hematologi

pasien
sebab

onkologi
dapat

dan

membantu

dari

yang

dirawat
reaksi

dan

menangis

hospitalisasi.

rutinitasnya

keterbatasan

di rumah

koping

sehari

sakit
karena

Penyebab

hari

serta

mekanisme

anak

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi
Hospitalisasi Pada
Pada Anak 7
Umi Solikhah

dalam memecahkan masalah. Reaksi anak

rawat anak, melalui program penyediaan

terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh

sarana-prasarana

faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan,

pengembangan

pengalaman

kesehatan.

dirawat

di

rumah

sakit,

dan
sumber

kebijakan
daya

Manajemen

petugas

rumah

sakit

pembawaan anak dan ketrampilan koping,

memberikan sistem reward bagi petugas

kegawatan diagnosa, dan support system

kesehatan yang berprestasi dan kreatif,

(Hockenberry & Wilson, 2009). Dampak

serta memberikan punishment yang tepat

hospitalisasi menjadi kendala terhadap

untuk petugas kesehatan yang kurang

pelaksanaan asuhan keperawatan pada

patuh. Perawat meningkatkan kemampuan

pasien anak, sehingga diperlukan upaya

tentang pengelolaan lingkungan terapetik

perawat untuk kreatif melakukan upaya

di ruang rawat anak untuk menurunkan

lingkungan terapetik untuk memberikan

dampak

reaksi hospitalisasi yang positif Hasil

kemampuan komunikasi terapeutik, dan

penelitian

kreatif

menunjukkan

bahwa

upaya

hospitalisasi,
selama

meningkatkan

merawat

anak

sesuai

melakukan lingkungan terapetik mampu

tahapan tumbuh kembangnya. Peneliti

memberikan

selanjutnya melakukan penelitian terkait

reaksi

hospitalisasi

yang

lingkungan

positip.

terapeutik

dan

permainan

terapeutik yang spesifik dengan tahapan


usia perkembangannya.

Simpulan dan Saran


Lingkungan

terapetik

efektif

untuk

meminimalkan reaksi hospitalisasi. Reaksi

Daftar Pustaka

hospitalisasi ditunjukkan dengan angka

Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003).


Pediatric nursing: Caring for children.
New Jersey: Prentice Hall.

signifikansi

dari

variabel

reaksi

hospitalisasi yang meliputi kecemasan


anak (p-value=0,004), sikap kooperatif (pvalue=0,000),

respon

anak

(p-

value=0,000),

mood

anak

(p-

value=0,000), dan sikap penerimaan pada


petugas (p-value=0,000).
Hendaknya

manajemen

rumah

sakit

memberikan dukungan penuh terhadap


pelaksanaan lingkungan terapeutik pada

CNO. (2009). Restraints. Ontario: College


of Nurses of Ontario.
Dahlan, M.S. (2009). Besar sampel dan
cara pengambilan sampel: Dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ghazali, R., & Abbas, M.Y. (2012).
Paediatric wards: Healing environment
assessment.
Asian
Journal
of
Environment-Behaviour Studies,2(4).

pelayanan keperawatan anak di ruang


8

Efektifitas
Lingkungan
Terapetik
Terhadap
Hospitalisasi Pada Anak
Jurnal Keperawatan
Anak
. Volume 1,
No. 1, Mei
2013; Reaksi
1-9
Umi Solikhah

Handayani, R.D., & Puspitasari, N.P.D.


(2010). Pengaruh terapi bermain
terhadap tingkat kooperatif selama
menjalani perawatan pada anak usia Pra
sekolah (3 5 tahun) di rumah sakit
Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.
Diakses pada tanggal 20 Nopember
2010
dari
http://www.skripsistikes.wordpress.com
.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009).
Essentials of paediatric nursing. St.
Louis: Mosby.
Li, H.C.W., Lopez, V., & Lee, T.L.I.
(2007).
Effects
of
preoperative
therapeutic play on outcomes of schoolage children undergoing day surgery.
Research in Nursing & Health, 30, 320
332.
Nesbit, L.L., & Tabatt-Haussmann, K.
(2008). The role of the creative arts
therapies in the treatment of pediatric
hematology and oncology patients.
Primary Psychiatry,15(7):56-58,61-62.
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2004). Nursing
research.
Philadelphia:
Lippincot
Williams& Walkins
RCN.
(2010).
Restrictive
physical
intervention and therapeutic holding for
children and young people: Guidance
for nursing staff. London: Royal
College of Nursing.
Smith, R. & Watkins, N. (2010).
Therapeutic environments. New York:
Therapeutic Environments Forum.

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi
Hospitalisasi Pada
Pada Anak 9
Umi Solikhah

Anda mungkin juga menyukai