Anda di halaman 1dari 14

LANSIA DENGAN DIMENSIA

1. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo,
2003). Walaupun bukan merupan suatu penyakit, tetapi kondisi ini
dapat menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan
lansia.
b. Batasan Usia Lansia
Banyak pendapat mengenai batasan umur pada lansia. Berikut salah
satu pendapat mengenai batasan usia lansia menurut WHO (Organisasi
Kesehatan Dunia), yaitu : 1) Middle Age / usia pertengahan : 45-49
tahun, 2) Elderly Age / usia lanjut : 60-74 tahun, 3)Old Age / usia
lanjut tua: 72-90 tahun, 4) Very Old / usia sangat tua: 90 tahun.
c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan-perubahan
pada fisik, mental dan psikososial (Nugroho,2000). Pada sel terjadi
penurunan jumlah dan ukurannya lebih besar, mekanisme perbaikan
sel terganggu, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
cairan intrasel, jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atrofis
beratnya berkurang 5-10%. Pada sistem persyarafan terjadi pengecilan
syaraf panca indera sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi
panca indera. Selain itu terjadi penurunan fungsi juga pada system
tubuh yang lain.
d. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia
Macam-macam penyakit yang sering dijumpai pada lansia
menurut The National Old Peoples Welfare Council, terdapat dua
belas gangguan umum pada lansia meliputi: 1) Depresi mental, 2)
Gangguan pendengaran, 3) Bronkitis kronis, 4) Gangguan pada
tungkai Gangguan pada koksa atau sendi panggul, 5) Anemia, 6)
Demensia, 7) Gangguan penglihatan, 8) Ansietas, 7) Dekompensasi
kordis, 8) Diabetes Melitus, osteomalasia dan hipotiroidisme, 9)
Gangguan pada defekasi.

2. Konsep Demensia
a. Pengertian Demensia
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi
Psikogeriatrik Amerika, Demensia adalah kehilangan kemampuan
intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah sehingga
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari
gangguan di otak.
b. Penyebab Demensia
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang
berkembang di masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan
bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa
bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya
bukan karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor
penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat tertentu,
penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang
beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi
pelupa atau demensia.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian
terbarunya mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang
merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan risiko
kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia
berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi dapat
menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa
terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian
menyebabkan radang di jaringan tersebut. Radang yang terjadi di
jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf yang hampir
seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan
kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang
dewasa maupun lansia.
c. Angka kejadian Demensia pada lansia
Bertambahnya usia memang membawa akibat menurunnya
kemampuan memori secara wajar dan dianggap tidak ada kaitannya
dengan demensia. Berbagai penelitian menemukan angka kejadian

demensia sebesar 35 persen pada usia di atas 65 tahun. Ada pula studi
yang menemukan angka kejadian 39 persen pada usia 50-59 tahun, dan
85 persen pada usia di atas 80 tahun (Suara Merdeka, 30-06-2010).
d. Gejala Demensia
Gejala Demensia menurut American Academy Family
Physicians (2001):
1) Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa
2) Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat
3) Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak
berubah, atau mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu
aktivitas
4) Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah
5) Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari
e. Pencegahan Demensia
Beberapa cara untuk mencegah pikun adalah: berolahraga fisik,
makan makanan yang sehat untuk tubuh dan otak, selalu aktif berpikir
dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan berpikir
lainnya, tidur teratur dan cukup, melindungi otak dari ancaman cedera
atau yang lainnya.
f. Penatalaksanaan Demensia
Dalam penanganan menurut A. Tjahyanto dan Surilena (2009),
Tujuan utama penanganan demensia adalah agar penderita dapat
mengoptimalkan kemampuan yang masih ada serta memperbaiki
kualitas hidupnya,terapi farmakologis dan terapi non farmakologis
yang diterapkan dapat menghambat progresivitas demensia . Terapi
farmakologis berupa asetilkolinesterase inhibitor (AChE-inhibitor atau
penghambat asetilkolinesterase), yang memperbaiki sistem kolinergik
kerja otak melalui peningkatan konsentrasi ACh. Telah terbukti bahwa
pasien demensia mengalami penurunan ACh (asetilkolin) di korteks
otak secara progresif. Di balik kehebatan ACh-E inhibitor itu, tentunya
terdapat pula kelemahan. Di samping, efek samping yang sering terjadi
akibat mengkonsumsi obat seperti mual, muntah, diare, penurunan
berat badan, dan ketidakmampuan menjaga keseimbangan tubuhnya,
AChE-inhhibitor tidak dapat menghentikan progresivitas perburukan
demensia di tingkat selular. Selain itu, AChE inhibitor tidak mampu

memperbaiki degenerasi saraf kolinergik otak, yang terus berlangsung


selama pasien mengalami demensia. Obat ini hanya mampu
memperlambat di samping meningkatkan perangsangan motorik
melalui peningkatan neurotransmitter ACh dalam darah. Hingga saat
ini, terapi farmakologis telah dijelaskan di atas belum mampu
memperbaiki NFTs dan SPs dalam sel otak demensia. Sedangkan
terapi non-farmakologis. Tiga bentuk terapi non-farmakologis pasienpasien demensia adalah: 1) managing the family, 2) managing the
environment, 3) mananging the patient. Tujuan penatalaksaan nonfarmakologis dimaksudkan untuk memperbaiki orientasi realitas
pasien, memodifikasi perilaku, membantu keluarga dalam pembuatan
program aktivitas harian.
3. Konsep Terapi Brain Gym
a. Pengertian Terapi Brain Gym
Terapi Brain Gym adalah senam otak yang bertujuan untuk
memicu otak agar tidak kehilangan daya intelektualnya dan awarenessnya. Senam otak adalah senam ringan yang dilakukan dengan gerakan
menyilang, agar terjadi harmonisasi dan optimalisasi kinerja otak
kanan dan otak kiri. (Budhi, 2010). sedangkan Brain gym menurut
Dennison (2008) adalah program pelatihan otak yang dikembangkan
oleh Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970.
Program ini awalnya dirancang untuk mengatasi gangguan belajar
pada anak-anak dan orang dewasa.
b. Mekanisme Kerja Brain Gym
Brain gym dapat dilakukan oleh orang lanjut usia (lansia). Pada
umumnya, lansia mengalami penurunan kemampuan otak dan tubuh.
Penurunan inilah yang membuat lansia mudah sakit, tidak kreatif, tidak
bisa bekerja lagi dan mundurnya fungsi intelektual berupa mudah lupa
atau sampai pada kemunduran yang ditandai dengan kepikunan. Meski
demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan brain gym. Brain
gym dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitaskomunikasi, pemfokusanpemahaman dan pemusatan pengaturan. Brain
gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak,

tetapi juga gerakan-gerakan yang bisa merangsang kerja dan


berfungsinya otak secara optimal. Pada Brain gymakan didapatkan
kebugaran otak yang ditandai dengan aliran darah menuju otak lancar
atau pasokan Volume O2 maksima memadai. Volume O2 maksimal
merupakan kemampuan pengambilan oksigen oleh jantung dan paruparu, sehingga aliran darah ke semua jaringan tubuh termasuk otak
lebih banyak dan mempengaruhi otak untuk bekerja maksimal. Dengan
melakukan brain gym kualitas hidup lansia pun akan semakin
meningkat (Ag Masykur & Fathani, 2008: 124).
c. Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym
Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja,
kapan saja oleh siapa saja khususnya lansia. Porsi latihan yang tepat
adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
d. Batasan Usia dalam Brain Gym
Brain gym tidak saja berguna untuk lansia, tetapi juga segala umur.
(Ag Masykur & Fathani, 2008: 124).
e. Aturan dalam Brain Gym
Menurut Ag Masykur & Fathani (2008:132) sebelum lansia
memulai brain gym, ia harus menjalani PACE. PACE adalah empat
keadaan yang diperlukan, untuk dapat belajar dan berpikir dengan
menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari positif,
aktif, clear (jelas) dan energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus
memulainya dengan energetis (minum air), clear (melakukan pijat
saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat
rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain.
f. Macam-macam Gerakan Brain Gym
Denisson (2008:1) mengatakan bahwa otak dibagi ke dalam 3 ( tiga
) fungsi yakni
1) Dimensi Lateralis
a) Gerakan Silang (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakan : Menggerakkan tangan kanan
bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan.
Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di
tempat. Untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan
menyentuh lutut yang berlawanan. Fungsinya : Meningkatkan
koordinasi kiri/kanan, memperbaiki pernafasan dan stamina,

memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang ruang dan


gerak, dan memperbaiki pendengaran dan penglihatan.
b) Delapan Tidur (Lazy 8)
Cara melakukan gerakan : Gerakan dengan membuat angka
delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke
atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri
atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan
gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Buatlah angka 8
tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua
tangan. Fungsinya : melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan
bahu pada waktu memusatkan perhatian dan meningkatkan
kedalaman persepsi, meningkatkan pemusatan, keseimbangan
dan koordinasi.
c) Coretan Ganda (Double doodle)
Cara melakukan gerakan : Menggambar dengan kedua tangan
pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah.
Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga,
bintang, hati, dan sebagainya. Lakukan dengan kedua tangan.
Fungsinya : kesadaran akan kiri dan kanan, memperbaiki
penglihatan perifer, kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta
keterampilan khusus tangan dan mata, memperbaiki
kemampuan olahraga dan keterampilan gerakan.
2) Dimensi Pemfokusan
a) Burung Hantu (The Owl)
Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan.
Tarik napas saat kepala berada di posisi tengah, kemudian
embuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil
relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri.
Fungsinya : melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang
timbul karena stress, menyeimbangkan otot leher dan tengkuk
(Mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan), dan
menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan
memiringkan kepala atau bersandar pada siku).
b) Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)
Cara melakukan gerakan : luruskan satu tangan ke atas, tangan
yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas.
Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan
mendorong tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam
dan luar), sementara tangan yang satu menahan dorongan
tersebut. Fungsinya : peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa
fokus berlebihan, pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai,
dan peningkatan energi pada tangan dan jari

c) Lambaian Kaki (The Footflex)


Cara melakukan gerakan : cengkeram tempat-tempat yang terasa
sakit di pergelangan kaki, betis dan belakang lutut, satu persatu,
sambil pelan-pelan kaki dilambaikan atau digerakkan ke atas
dan ke bawah. Fungsinya : sikap tubuh yang lebih tegak dan
relaks, lutut tidak kaku lagi,dan kemampuan berkomunikasi dan
memberi respon meningkat.
d) Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)
Cara melakukan gerakan :Duduk di kursi dan silangkan kaki.
Tundukkan badan dengan tangan ke depan bawah, buang nafas
waktu turun dan ambil nafas waktu naik. Ulangi 3 x, kemudian
ganti kaki. Fungsinya : merelaksasikan daerah pinggang,
pinggul dan sekitarnya, tubuh atas dan bawah bergerak sebagai
satu kesatuan.
e) Pasang kuda-Kuda (Grounder)
Cara melakukan gerakan : Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan
kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk
lutut kanan sambil buang napas, lalu ambil napas waktu lutut
kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini
untuk menguatkan otot pinggul (bisa dirasakan di kaki yang
lurus) dan membantu kestabilan punggung. Ulangi 3x, kemudian
ganti dengan kaki kiri. Fungsinya : keseimbangan dan kestabilan
lebih besar, konsentrasi dan perhatian meningkat, dan sikap
lebih mantap dan relaks.
3) Dimensi Pemusatan
a) Air (Water)
Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua
per tiga tubuh manusia terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan
otak untuk hubungan elektro kimiawi yang efisien antara otak
dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan kembali
informasi secara efisien. Minum air yang cukup sangat
bermanfaat sebelum menghadapi test atau kegiatan lain yang
menimbulkan stress. Kebutuhan air adalah kira-kira 2 % dari
berat badan per hari. Fungsinya : konsentrasi meningkat
(mengurangi kelelahan mental), melepaskan stres, meningkatkan
konsentrasi dan keterampilan sosial, kemampuan bergerak dan
berpartisipasi meningkat, koordinasi mental dan fisik meningkat
(Mengurangi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan
perubahan neurologis).
b) Sakelar Otak (Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan :Sakelar otak (jaringan lunak di bawah
tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan

satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar.


Fungsinya: keseimbangan tubuh kanan dan kiri, tingkat energi
lebih baik, memperbaiki kerjasama kedua mata (bisa
meringankan stres visual, juling atau panoangan yang terusmenerus), dan otot tengkuk dan bahu lebih relaks.
c) Tombol Bumi (Earth Buttons)
Cara melakukan gerakan : Letakkan dua jari dibawah bibir dan
tangan yang lain di pusar dengan jari menunjuk ke bawah.Ikutilah dengan mata satu garis dari lantai ke loteng dan
kembali sambil bernapas dalam-dalam. Napaskan energi ke atas,
ke tengah-tengah badan. Fungsinya : kesiagaan mental
(Mengurangi kelelahan mental), kepala tegak (tidak
membungkuk), dan pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh
tubuh.
d) Tombol imbang (Balance Buttons)
Cara melakukan gerakan : Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga,
di lekukan tulang bawah tengkorak dan letakkan tangan satunya
di pusar. Kepala sebaiknya lurus ke depan, sambil nafas dengan
baik selama 1 menit. Kemudian sentuh belakang kuping yang
lain. Fungsinya : perasaan enak dan nyaman, mata, telinga dan
kepala lebih tegak lurus pada bahu, dan mengurangi fokus
berlebihan pada sikap tubuh
e) Tombol Angkasa (Space Buttons)
Cara melakukan gerakan : Letakkan 2 jari di atas bibir dan
tangan lain pada tulang ekor selama 1 menit, nafaskan energi ke
arah atas tulang punggung. Fungsinya : kemampuan untuk
relaks, kemampuan untuk duduk dengan nyaman, lamanya
perhatian meningkat.
f) Pasang Telinga (The Tinking Cap)
Cara melakukan gerakan: Pijit daun telinga pelan-pelan, dari
atas sampai ke bawah 3x sampai dengan 5x.
Fungsinya : energi dan nafas lebih baik, otot wajah, lidah dan
rahang relaks, fokus perhatian meningkat, dankeseimbangan
lebih baik.
g) Kait relaks (Hook-Ups)
Cara melakukan gerakan : Pertama, letakkan kaki kiri di atas
kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi
jempol ke bawa, jari-jari kedua tangan saling menggenggam,
kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus ke depan
dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik napas lidah

ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat


menghembuskan napas. Tahap kedua, buka silangan kaki, dan
ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus,
di dada atau dipangkuan, sambil bernapas dalam 1 menit lagi.
Fungsinya : keseimbangan dan koordinasi meningkat, perasaan
nyaman terhadap lingkungan sekitar (Mengurangi kepekaan
yang berlebihan), dan pernafasan lebih dalam.
h) Titik Positif (Positive Point)
Cara melakukan gerakan: Sentuhlah titik positif dengan kedua
ujung jari tangan selama 30 detik sampai dengan 30 menit.
Fungsinya : mengaktifkan bagian depan otak guna
menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan
tertentu, situasi, orang, tempat dan ketrampilan, menghilangkan
reflex
KASUS
Ibu Y (62 tahun) mengeluh sering lupa bila meletakkan barang. Ibu Y
menceritakan pernah pergi dari panti akan tetapi lupa jalan pulang. Ibu Y
mengatakan bingung dan tidak tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya. Teman
Ibu Y dipanti mengatakan ibu Y juga sering lupa makan, mandi, jalan ke kamar
mandi dan ganti pakaian serta sering marah-marah karena menuduh teman
sekamarnya mencuri barangnya . Hasil observasi: Ibu Y sering mengulang kata
jika bercerita, gelisah, tatapan mata curiga pada orang lain, dan sering mengurung
diri
JAWAB
Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat kognitif dengan
menggunakan SPMSQ atau dengan MMSE, soal sebagai berikut:
Short portable mental status questioner (SPMSQ)
Skor
Pertanyaan
Jawaban
+
- NO
1
Tanggal berapa hari ini?
2
Hari apa sekarang ini?
3
Apa nama tempat ini?
4
Dimana alamat anda?
5
Berapa umur anda?
6
Kapan anda lahir?
7
Siapa presiden Indonesia
sekarang?
8
Siapa presiden sebelumnya?

9
10

Siapa nama kecil ibu anda?


Kurang 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total
Interpretasi :
Salah 0-2 : fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 5-7 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 8-10: fungsi intelektual kerusakan berat

Mini Mental State Examination (MMSE)


NILAI
Orientasi

PASIEN

PERTANYAAN

Tahun, Musim, Tanggal, Hari, Bulan Apa sekarang ?

Dimana kita sekarang (Negara, Wilayah, Kota,


Rumah, Rumah Sakit, Lantai ?

Registrasi

Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masingmasing. Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek setelah anda mengatakannya. Beri 1 point
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi
sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan
percobaan dan catat.

Perhatian dan

kalkulasi
Mengingat

Seri 7s 1 point untuk setaip kebenaran. Berhenti


setelah 5 jawaban. Bergantian eja kata kebelakang.

Minta untuk mengulang ketiga objek di atas.


Berikan 1 point untuk setiap kebenaran.

Bahasa

Nama pensil dan melihat (2 point). Mengulang hal


berikut Tidak ada jika, dan atau tetapi (1 point).

Nilai total
Skor : Nilai 24-30
Nilai 17-23
Nilai 0-16

: normal
: probable gangguan kognitif
: definitive gangguan kognitif

Setelah diuji sampaikan hasil ke pasien dan ungkapkan bahwa ibu Y mengalami
gangguan kognitif (demensia), dan sampaikan hasil observasi perawat kepada
pasien bahwa Ibu Y sering mengulang kata jika bercerita, gelisah, tatapan mata
curiga pada orang lain, dan sering mengurung diri

ANALISA DATA
Data
Ds:Do: sering mengulang
kata, sering lupa makan,
lupa mandi, jalan ke
kamar mandi
Ds:Do: sering marah-marah,
curiga kepada teman,
gelisah, sering mengurung
diri
Ds:Do: sering lupa makan

Etiologi
Aging proses

Problem
Perubahan proses pikir

Penurunan fungsi otak,


perubahan fisiologis
(degenerasi neuron
ireversibel)
Perubahan proses pikir
Aging proses

Sindrom stress relokasi

Penurunan fungsi otak


Perubahan aktivitas
sehari-hari
Sindrom stress relokasi
Aging proses
Resiko terhadap
perubahan nutrisi
Penurunan fungsi otak kurang dari kebutuhan
tubuh
Mudah lupa
Resiko perubahan
nutrisi (kurang dari
kebutuhan)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan
mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau
memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi
dan menilai realitas dengan akurat.
3. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx
1

Tujuan dan kriteria


hasil

Intervensi

Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
dapat beradaptasi
dengan perubahan
aktivitas sehari- hari
dan lingkungan
dengan KH :

a.

Jalin hubungan
saling
mendukung
dengan klien.

b.

Orientasikan
pada lingkungan
dan rutinitas
baru.

a. mengidentifikasi
perubahan

c.

b.

mampu
beradaptasi pada
perubahan
lingkungan dan
aktivitas kehidupan
sehari-hari

c. cemas dan takut


berkurang
d. membuat
pernyataan yang
positif tentang

Rasional
a)

Untuk membangan
kepercayaan dan rasa
nyaman.

b) Menurunkan kecemasan
dan perasaan terganggu.
c)

Untuk menentukan
persepsi klien tentang
kejadian dan tingkat
serangan.

Kaji tingkat
stressor
d) Konsistensi mengurangi
(penyesuaian
kebingungan dan
diri,
meningkatkan rasa
perkembangan,
kebersamaan.
peran keluarga,
akibat perubahan
e) Menurunkan ketegangan,
status kesehatan)
mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.
d. Tentukan jadwal
aktivitas yang
wajar dan
masukkan dalam
kegiatan rutin.

lingkungan yang
baru.

e.

Berikan
penjelasan dan
informasi yang
menyenangkan
mengenai
kegiatan/
peristiwa.

Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
mampu mengenali
perubahan dalam
berpikir dengan KH:

a.

Kembangkan
lingkungan yang
mendukung dan
hubungan klienperawat yang
terapeutik.

a.

Mampu
memperlihatkan
kemampuan kognitif
untuk menjalani
konsekuensi
kejadian yang
menegangkan
terhadap emosi dan
pikiran tentang diri.

b.

Mampu
mengembangkan
strategi untuk
mengatasi anggapan
diri yang negative.

c.

Mampu mengenali
tingkah laku dan
faktor penyebab.

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
mendapat nutrisi
yang seimbang
dengan KH:
a.

Mengubah pola
asuhan yang benar

b.

Mendapat diet

b.

Pertahankan
lingkungan yang
menyenangkan
dan tenang.

c.

Tatap wajah
ketika berbicara
dengan klien.

d. Panggil klien
dengan namanya
e.

Gunakan suara
yang agak
rendah dan
berbicara dengan
perlahan pada
klien.

a.

Beri dukungan
untuk
peningkatan
berat badan.

b.

Kaji
pengetahuan
keluarga/ klien
mengenai
kebutuhan
makanan.

a.

Mengurangi kecemasan
dan emosional.

b.

Kebisingan merupakan
sensori berlebihan yang
meningkatkan gangguan
neuron.

c.

Menimbulkan perhatian,
terutama pada klien dengan
gangguan perceptual.

d. Nama adalah bentuk


identitas diri dan
menimbulkan pengenalan
terhadap realita dan klien.
e.

Meningkatkan
pemahaman. Ucapan tinggi
dan keras menimbulkan
stress yg mencetuskan
konfrontasi dan respon
marah.

a.

Motivasi terjadi saat klien


mengidentifikasi kebutuhan
berarti.

b.

Identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan
pendidikan.

c.

Klien tidak mampu


menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi.

nutrisi yang
seimbang.
c.

c.

Usahakan/ beri
bantuan dalam
memilih menu.

Mendapat kembali
berat badan yang
d. Beri Privasi
sesuai.
saat kebiasaan
makan menjadi
masalah.

d.

Ketidakmampuan
menerima dan hambatan
sosial dari kebiasaan makan
berkembang seiring
berkembangnya penyakit.

Anda mungkin juga menyukai