1. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiasti & Utomo,
2003). Walaupun bukan merupan suatu penyakit, tetapi kondisi ini
dapat menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan
lansia.
b. Batasan Usia Lansia
Banyak pendapat mengenai batasan umur pada lansia. Berikut salah
satu pendapat mengenai batasan usia lansia menurut WHO (Organisasi
Kesehatan Dunia), yaitu : 1) Middle Age / usia pertengahan : 45-49
tahun, 2) Elderly Age / usia lanjut : 60-74 tahun, 3)Old Age / usia
lanjut tua: 72-90 tahun, 4) Very Old / usia sangat tua: 90 tahun.
c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan-perubahan
pada fisik, mental dan psikososial (Nugroho,2000). Pada sel terjadi
penurunan jumlah dan ukurannya lebih besar, mekanisme perbaikan
sel terganggu, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
cairan intrasel, jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atrofis
beratnya berkurang 5-10%. Pada sistem persyarafan terjadi pengecilan
syaraf panca indera sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi
panca indera. Selain itu terjadi penurunan fungsi juga pada system
tubuh yang lain.
d. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia
Macam-macam penyakit yang sering dijumpai pada lansia
menurut The National Old Peoples Welfare Council, terdapat dua
belas gangguan umum pada lansia meliputi: 1) Depresi mental, 2)
Gangguan pendengaran, 3) Bronkitis kronis, 4) Gangguan pada
tungkai Gangguan pada koksa atau sendi panggul, 5) Anemia, 6)
Demensia, 7) Gangguan penglihatan, 8) Ansietas, 7) Dekompensasi
kordis, 8) Diabetes Melitus, osteomalasia dan hipotiroidisme, 9)
Gangguan pada defekasi.
2. Konsep Demensia
a. Pengertian Demensia
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi
Psikogeriatrik Amerika, Demensia adalah kehilangan kemampuan
intelektual, termasuk daya ingat yang cukup parah sehingga
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang diakibatkan dari
gangguan di otak.
b. Penyebab Demensia
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang
berkembang di masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan
bertambah menjadi pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa
bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak benar. Demensia sebenarnya
bukan karena faktor usia orang menjadi pikun. Beberapa faktor
penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat tertentu,
penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang
beredar bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi
pelupa atau demensia.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian
terbarunya mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang
merupakan penyebab gigi tanggal berhubungan erat dengan risiko
kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah meneliti 6.000 lansia
berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi dapat
menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa
terbawa oleh aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian
menyebabkan radang di jaringan tersebut. Radang yang terjadi di
jaringan otak dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf yang hampir
seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada saraf-saraf memori dan
kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada orang
dewasa maupun lansia.
c. Angka kejadian Demensia pada lansia
Bertambahnya usia memang membawa akibat menurunnya
kemampuan memori secara wajar dan dianggap tidak ada kaitannya
dengan demensia. Berbagai penelitian menemukan angka kejadian
demensia sebesar 35 persen pada usia di atas 65 tahun. Ada pula studi
yang menemukan angka kejadian 39 persen pada usia 50-59 tahun, dan
85 persen pada usia di atas 80 tahun (Suara Merdeka, 30-06-2010).
d. Gejala Demensia
Gejala Demensia menurut American Academy Family
Physicians (2001):
1) Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa
2) Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat
3) Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak
berubah, atau mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu
aktivitas
4) Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah
5) Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari
e. Pencegahan Demensia
Beberapa cara untuk mencegah pikun adalah: berolahraga fisik,
makan makanan yang sehat untuk tubuh dan otak, selalu aktif berpikir
dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan berpikir
lainnya, tidur teratur dan cukup, melindungi otak dari ancaman cedera
atau yang lainnya.
f. Penatalaksanaan Demensia
Dalam penanganan menurut A. Tjahyanto dan Surilena (2009),
Tujuan utama penanganan demensia adalah agar penderita dapat
mengoptimalkan kemampuan yang masih ada serta memperbaiki
kualitas hidupnya,terapi farmakologis dan terapi non farmakologis
yang diterapkan dapat menghambat progresivitas demensia . Terapi
farmakologis berupa asetilkolinesterase inhibitor (AChE-inhibitor atau
penghambat asetilkolinesterase), yang memperbaiki sistem kolinergik
kerja otak melalui peningkatan konsentrasi ACh. Telah terbukti bahwa
pasien demensia mengalami penurunan ACh (asetilkolin) di korteks
otak secara progresif. Di balik kehebatan ACh-E inhibitor itu, tentunya
terdapat pula kelemahan. Di samping, efek samping yang sering terjadi
akibat mengkonsumsi obat seperti mual, muntah, diare, penurunan
berat badan, dan ketidakmampuan menjaga keseimbangan tubuhnya,
AChE-inhhibitor tidak dapat menghentikan progresivitas perburukan
demensia di tingkat selular. Selain itu, AChE inhibitor tidak mampu
9
10
PASIEN
PERTANYAAN
Registrasi
Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masingmasing. Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek setelah anda mengatakannya. Beri 1 point
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi
sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan
percobaan dan catat.
Perhatian dan
kalkulasi
Mengingat
Bahasa
Nilai total
Skor : Nilai 24-30
Nilai 17-23
Nilai 0-16
: normal
: probable gangguan kognitif
: definitive gangguan kognitif
Setelah diuji sampaikan hasil ke pasien dan ungkapkan bahwa ibu Y mengalami
gangguan kognitif (demensia), dan sampaikan hasil observasi perawat kepada
pasien bahwa Ibu Y sering mengulang kata jika bercerita, gelisah, tatapan mata
curiga pada orang lain, dan sering mengurung diri
ANALISA DATA
Data
Ds:Do: sering mengulang
kata, sering lupa makan,
lupa mandi, jalan ke
kamar mandi
Ds:Do: sering marah-marah,
curiga kepada teman,
gelisah, sering mengurung
diri
Ds:Do: sering lupa makan
Etiologi
Aging proses
Problem
Perubahan proses pikir
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan
mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau
memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi
dan menilai realitas dengan akurat.
3. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx
1
Intervensi
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
dapat beradaptasi
dengan perubahan
aktivitas sehari- hari
dan lingkungan
dengan KH :
a.
Jalin hubungan
saling
mendukung
dengan klien.
b.
Orientasikan
pada lingkungan
dan rutinitas
baru.
a. mengidentifikasi
perubahan
c.
b.
mampu
beradaptasi pada
perubahan
lingkungan dan
aktivitas kehidupan
sehari-hari
Rasional
a)
Untuk membangan
kepercayaan dan rasa
nyaman.
b) Menurunkan kecemasan
dan perasaan terganggu.
c)
Untuk menentukan
persepsi klien tentang
kejadian dan tingkat
serangan.
Kaji tingkat
stressor
d) Konsistensi mengurangi
(penyesuaian
kebingungan dan
diri,
meningkatkan rasa
perkembangan,
kebersamaan.
peran keluarga,
akibat perubahan
e) Menurunkan ketegangan,
status kesehatan)
mempertahankan rasa saling
percaya, dan orientasi.
d. Tentukan jadwal
aktivitas yang
wajar dan
masukkan dalam
kegiatan rutin.
lingkungan yang
baru.
e.
Berikan
penjelasan dan
informasi yang
menyenangkan
mengenai
kegiatan/
peristiwa.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
mampu mengenali
perubahan dalam
berpikir dengan KH:
a.
Kembangkan
lingkungan yang
mendukung dan
hubungan klienperawat yang
terapeutik.
a.
Mampu
memperlihatkan
kemampuan kognitif
untuk menjalani
konsekuensi
kejadian yang
menegangkan
terhadap emosi dan
pikiran tentang diri.
b.
Mampu
mengembangkan
strategi untuk
mengatasi anggapan
diri yang negative.
c.
Mampu mengenali
tingkah laku dan
faktor penyebab.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
mendapat nutrisi
yang seimbang
dengan KH:
a.
Mengubah pola
asuhan yang benar
b.
Mendapat diet
b.
Pertahankan
lingkungan yang
menyenangkan
dan tenang.
c.
Tatap wajah
ketika berbicara
dengan klien.
d. Panggil klien
dengan namanya
e.
Gunakan suara
yang agak
rendah dan
berbicara dengan
perlahan pada
klien.
a.
Beri dukungan
untuk
peningkatan
berat badan.
b.
Kaji
pengetahuan
keluarga/ klien
mengenai
kebutuhan
makanan.
a.
Mengurangi kecemasan
dan emosional.
b.
Kebisingan merupakan
sensori berlebihan yang
meningkatkan gangguan
neuron.
c.
Menimbulkan perhatian,
terutama pada klien dengan
gangguan perceptual.
Meningkatkan
pemahaman. Ucapan tinggi
dan keras menimbulkan
stress yg mencetuskan
konfrontasi dan respon
marah.
a.
b.
Identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan
pendidikan.
c.
nutrisi yang
seimbang.
c.
c.
Usahakan/ beri
bantuan dalam
memilih menu.
Mendapat kembali
berat badan yang
d. Beri Privasi
sesuai.
saat kebiasaan
makan menjadi
masalah.
d.
Ketidakmampuan
menerima dan hambatan
sosial dari kebiasaan makan
berkembang seiring
berkembangnya penyakit.