b.
c.
K, Na
: Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2
6. PENAKTALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam
yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya
bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam
dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk
profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3
0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
Bebaskan jalan napas
Beri zat asam
Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
d emam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
Fero barbital
: 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
Fenitorri
: 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam
: (indikasi khusus)
B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa,
sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data
serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan
masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan
pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien
dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan
cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk
memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun
yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
A. Data Subjektif
a.
Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk
mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat.
Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali,
dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul
pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan
kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan
bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar,
tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
c.
f.
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
g.
Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
i.
Riwayat sosial
j.
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh
mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ? Pola kebiasaan dan fungsi ini
meliputi :
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran
setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tandatanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubunubun besar menutup atau belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis
atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus,
trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan
dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar
sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis?
Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans
?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah
bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada
daerah akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menumpuknya sekret
pada jalan nafas.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (terganggunya
sistem termoregulasi).
3. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan adanya
peningkatan suhu tubuh.
4. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang
berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N
O
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
INTERVENSI
TUJUAN ATAU
KRITERIA
HASIL
Letak
posisi
klien
dengan
posisi
kepala
ekstensi.
Observasi
1.
2.
RASIONAL
Dengan
posisi
ekstensi
diharapkan
dapat
mencegah
terjadinya
lidah
jatuh
kebelakang
dan
jalan
nafas
Jalan
nafas longgar.
Dengan
bersih
dalam
waktu
1 observasi
X 24menit.
diharapkan
Jalan
nafas dapat
bersih
mengetahui
Penderita tidak keadaan
sesak
sedini
Sekret tidak ada mungkin.
Respirasi
Menambah
gejala kardinal
terutama
pernapasan
Jalan nafas tidak selama
efektif
penderita
berhubungan
kejang.
Berikan
dengan
menumpuknya
penjelasan
sekret pada jalan pada klien dan normal 20 26 wawasankelu
nafas.
keluarganya.
X / menit
arga
Hipertermi
berhubungan
dengan
proses
penyakit
(terganggunya
sistem
cairan Rasa
Diharapkan
nyaman
elektrolit sesuai terpenuhi.
cairan tubuh
Cairan
tubuh terpenuhi
dengan
Dapat
kebutuhan.
tetap seimbang
Beri
minum antara
intake menambah
Berikan
yang banyak.
dan output.
cairan
yang
3.
Kolaborasi
hilang akibat
Membran
suhu badan
mukosa basah.
yang tinggi.
Turgor
kulit
Diharapkan
termogulasi)
dengan
tim
medis (dokter)
dalam
pemberian
cairan infus.
baik.
Klien
dapat
tidak memenuhi
merasa haus.
kebutuhan
Tanda-tanda
cairan
dan
vital normal.
elektrolit.
Risiko
terjadinya
kejang
berulang
berhubungan
dengan
adanya
peningkatan suhu
tubuh.
Tidak
terjadi
kompres basah kejang berulang
Tidak kejang
pada
daerah
Suhu
tubuh
axilla
dan
lipatan paha
normal
Berikan
baju
Tanda-tanda
Berikan
tipis
Berikan
penjelasan
kepada
klien
dan keluarga
Kolaborasi
dengan
tim
medis (dokter)
dalam
pemberian obat
antipiretik
vital
normal
Dengan
kompres
basah pada
daerah axilla
dan
lipatan
paha
dapat
kembali menurunkan
suhu tubuh,
karena
daerah
tersebut
terdapat
pembuluh
darah besar
sehingga
mempercepa
t penguapan.
Dengan Baju
tipis
diharapkan
akan
mengetahui
perubahan
dan
perkembanga
n
sedini
mungkin.
Dengan
diberikan
penjelasan
diharapkan
akan
menambah
pengetahuan
klien tentang
penyakit.
Dengan obat
anti
piretik
diharapkan
dapat
menurunkan
panas
4.
Risiko
cedera
berhubungan
dengan
adanya
kejang
Sediakan
lingkungan
yang aman
Identifikasi
kebutuhan
keamanan
pasien
sesuai
kondisi fisik
Menghindarkan
lingkungan
yang berbahaya
Memasang side
rail tempat tidur
Membatasi
pengunjung
Mencegah
Risiko
cedera
dapat terkontrol cedera
Pasien
pasien
terbebas Kebutuhan
dari
cedera
Keluarga
keamanan
pasien
bergunan
pasien
untuk
mampu
mencegah
menjelask cedera
an
pasien
cara/meto Mengurangi
de
untuk risiko cedera
mencegah Perlindungan
cedera
kepada
pasien
supaya tidak
jatuh
dari
tempat tidur
Mengurangi
kegelisahan
pasien
karena
banyaknya
pengunjung
5.
Kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
penanganan
penderita selama
kejang
berhubungan
dengan kurangnya
informasi.
Informasi
Keluarga
mengerti
maksud
dan
tujuan dilakukan
tindakan
perawatan
selama kejang.
Keluarga
keluarga
tentang
kejadian kejang
dan
dampak
masalah, serta
beritahukan
cara perawatan
Diharapkan
keluarga
mengetahui
cara
perawatan
dan
pengobatan
yang benar.
Diharapkan
keluarga
mengerti
akibat
dari
tanggap
dan pertolongan
dapat
yang salah.
melaksanakan Diharapkan
peawatan
keluarga
kejang.
mengerti
Keluarga
bahaya dari
mengerti
kejang.
Dengan
penyebab tanda
keluarga untuk
memantau
perkembangan
yang
dapat mengkaji
yang
terjadi menimbulkan
pada
akibat kejang.
kejang.
keluarga
Kaji
kemampuan
keluarga
terhadap
penanganan
kejang.
diharapkan
mampu
menangani
gejala-gejala
yang
menyebabka
n kejang.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien
5. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta : EGC
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, volume 3 edisi 20. Jakarta:EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati
Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Lumbantobing SM, .1995. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru
Lynda Juall C, 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Penerjemah Monica Ester.
Jakarta:EGC
Marilyn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah Kariasa I Made. Jakarta: EGC
Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2. Jakarta: PT. Sagung Seto
Rendle John. 1999. Ikhtisar Penyakit Anak. Edisi ke 6. Jakarta: Binapura Aksara